Anda di halaman 1dari 15

MINORITAS MUSLIM DI NEGARA NEPAL DAN TIMOR LESTE

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Minoritas Muslim di Negara Non Muslim-D

Dosen Pengampu :

Dr. Amiq, MA

Disusun Oleh :

Muhammad Muzaki (03020220058)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah
dengan judul “Minoritas Muslim di Negara Nepal dan Timor Leste” disusun dengan maksud
untuk memenuhi tugas mata kuliah kuliah Minoritas Muslim di Negara Non-Muslim serta
memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca mengenai perkembangan minoritas
muslim di Negara non-muslim khususnya di Nepal dan Timor Leste .

Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Amiq, MA
serta Bapak Abdur Rahman, M.Hum selaku dosen pengampu mata kuliah. Semoga makalah ini
dapat membawa manfaat khususnya bagi saya dan orang lain yang telah membaca makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya susun ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan dengan tujuan agar makalah
ini selanjutnya akan lebih baik. Semoga bermanfaat.

Surabaya , 25 Mei 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nepal dikenal sebagai negara dengan sistem kerajaan tertua di dunia, di mana
pendiri agama Budha, yaitu Siddharta Gautama lahir pada tahun 563 sebelum Masehi.
Agama Budha akhirnya dipeluk oleh orang Nepal selama berabad-abad sampai dengan
tahun 200 sebelum masehi, namun akhirnya penduduk Nepal lebih memilih Hindu sebagai
agama mereka. Hal ini karena adanya invasi penduduk India bagian utara yang dikenal
sebagai Dinasti Gupta, pembawa agama Hindu, kepada kerajaan Licchavi di lembah
Kathmandu.
Dengan wilayah seluas 140.800 km2, seluas Arkansas, beriklim dingin menyengat
dan bagian selatan sedikit hangat. Chamzawi (2008) mengatakan jika kita menyebut nama
Nepal, pasti setiap orang teringat akan pegunungan Himalaya, tentara Gurkha dan agama
Hindu/Budha. Negara yang sepanjang tahun dingin, dan terkenal dengan kepiawaian
penduduknya (suku Serpha) sebagai pemandu para pemanjat pegunungan Himalaya,
terapit oleh dua negara besar, yaitu Tiongkok dan India.
Penduduk Nepal dapat terbilang padat, sekitar 27.676.547 orang, terdiri dari
berbagai suku, antara lain Brahman, Chetri, Newar, Gurung, Magar, Tamang, Rai, Limbu,
Sherpa dan Tharu, mayoritas menganut agama Hindu (86,2%), Budha (7,8%), Islam (3,8%)
dan lainnya 2,2%. Dari persentase yang hanya di dapatkan 3,8% bagi penganut agama
Islam menjadi latar belakang dalam pembuatan makalah ini terkait bagaimana sepak
terjang bagi agama Islam yang minoritas di atas dominasi penganut agama mayoritas
Hindu.
Timor Leste dahulu adalah salah satu Provinsi di Indonesia, Timor Leste secara
resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Sebelumnya, negara ini bernama Timor Timur
dan setelah menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis
yaitu Timor Leste sebagai nama resmi negara mereka. Meski dari dulu di daerah ini umat
Islam menjadi minoritas, saat masih menjadi bagian Indonesia, banyak perhatian dan
peningkatan aktivitas dakwah di sana.
Timor Leste, yang dahulunya bernama Timor Timur, juga sebagian daerah Nusa
Tenggara Timur lainnya mayoritas penduduknya adalah Nasrani. Hal ini disebabkan
karena daerah ini lama dikuasai Portugis. Padahal, kedatangan Islam di daerah ini lebih
dulu tiba. Namun sayangnya Islam banyak terkikis oleh agama Nasrani yang dibawa
Portugis dengan semboyan Gospelnya, yaitu menyebarkan agama Nasrani di wilayah
kolonialnya. Islam masuk kewilayah Asia Tenggara melalui berbagai macam cara,
terutama melalui jalur perdagangan. Dimana islam masuk melalui pesisir sebagai basis dari
para niagawan untuk singgah dan melakukan transaksi disana.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Minoritas Muslim di Negara Nepal?
2. Bagaimana Minoritas Muslim di Negara Timor Leste?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Minoritas Muslim di Negara Nepal.
2. Untuk Mengetahui Minoritas Muslim di Negara Timor Leste.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Minoritas Muslim di Negara Nepal


A. Letak Geografis Negara Nepal

Di kutip dari Wikipedia, Nepal nyaris berbentuk segi empat, dengan panjang 650
km dan lebar 200 km, dengan luas wilayah 147.181 km². India mengelilingi Nepal di
tiga sisi; barat, selatan, dan timur. Sedangkan Tiongkok di sisi utara. Meskipun Nepal
tidak berbatasan dengan Bangladesh, namun kedua negara ini dipisahkan oleh tanah
selebar 24 km saja. yang dikenal sebagai Leher Ayam.
Nepal intinya terbagi tiga daerah fisiografik - Pegunungan, bukit, dan dataran
rendah atau Terai. Terai atau dataran rendah di Nepal merupakan bagian dari Dataran
Rendah IndoGangga yang dialiri sungai-sungai seperti Kosi, Narayani, dan Karnali.
Tujuh gunung yang termasuk sepuluh besar gunung tertinggi di dunia berada di Nepal
atau di perbatasan dengan Tiongkok seperti Everest, yang merupakan titik tertinggi di
Nepal sekaligus gunung tertinggi di dunia; Lhotse; Makalu; Cho Oyu; Kangchenjunga;
Dhaulagiri;Annapurna; dan Manaslu.
Wilayah Nepal termasuk kepada anak benua India yang terbagi kepada tiga bagian,
yaitu daratan Indo-Gangetis, pegunungan Himalaya dan lempengan Dekkan. Wilayah
anak benua India, berdasarkan aspek geografis, sebenarnya merupakan semenanjung
dengan bentuk yang tak beraturan. Dikatakan demikian karena bentuknya menonjol ke
arah Selatan dari daratan utama Asia. Semenanjung ini berbentuk segitiga besar yang
bagian dasarnya berada di bagian pegunungan Himalaya dan puncaknya berada jauh
sampai ke Samudera Hindia, yang terletak di antara Teluk Bengali (sebelah Timur) dan
Teluk Arab (sebelah Barat).Daratan ini terus memanjang dari daerah tropis terpanas di
sebelah Selatan hingga daerah dengan temperature dingin di sebelah Utara sampai
Selatan dan lebarnya dari Barat ke Timur sekitar 2.000 mil. Wilayah ini merupakan
wilayah yang sangat kaya dengan iklim dan pemandangan alam yang sangat indah,
mulai dari pegunungan tertinggi di dunia sampai gurun Thar yang berpasir luas. Juga,
ada delta sungai yang banyak dengan ketinggian beberapa inci di atas permukaan laut.1
Dalam sebuah artikel Anneahira menjelaskan secara geografis wilayah Nepal
memiliki 147.181 Kilometer Persegi. Wilayah Nepal berbatasan dengan India dan
Daerah Otonomi Tibet (dikuasai Tiongkok). Di Nepal terdapat puncak tertinggi di
dunia yaitu Mount Everest (8.850 meter). Sepanjang perbatasan sebelah selatan,
terdapat tanah datar yang sebagian berupa hutan dan sebagian ditanami. Sementara
sebelah utara merupakan lereng Himalaya, termasuk Everest dan puncak-puncak lain
yang tingginya lebih dari 8.000 meter.
Secara geografis Nepal adalah area trapezium sepanjang 800 KM dengan lebar 200
KM. Secara astronomis Nepal terletak di 26’ dan 31’ LU sera 80’ dan 89’ BU. Area
Nepal terdiri dari pegunungan, perbukitan dari barat ke timur, membagi Nepak secara
vertikal. Terai di sisi selatan membatasi wilayah Nepal dengan India. Pegunungan
Himalaya terletak di wilayah utara Nepal. Wilayah tersebut memang di dominasi oleh
pegunungan-pegunungan. Pegunungan di utara membatasi Nepal dengan Nepal dengan
Tiongkok. Nepal memiliki 5 jenis musim yakni: Musim panas, dingin, hujan, gugur
dan semi.

B. Sejarah dan Kondisi Minoritas Muslim di Negara Nepal


Islam masuk ke Nepal pada abad ke-5 Hijriah atau 11 Masehi dibawa oleh para
saudagar Arab yang datang untuk berdagang di lembah Kathmandu. Lalu muslim yang
pertama kali menetap terjadi pada masa pemerintahan Raja Ratna Malla (1482-1520).
Mereka berdakwah pun sambil berdagang. Dengan menjual karpet, aneka produk dari
kulit binatang dan wol kepada masyarakat Tibet, lantas menjadikan Nepal sebagai
lintasan mereka. Orangorang Kashmir ini dikenal sebagai kalangan Muslim terpelajar
dan pebisnis sukses. Beberapa dari mereka bahkan masuk ke dalam jajaran birokrasi
dan politik. Di Shayambhu, Nepal, kaum Muslim Kashmir memiliki lahan pemakaman
khusus. Pada masa-masa berikutnya, Muslim terus berdatangan ke Nepal.

1
William Benton (Ed.), Encyclopedia Britanica, (Chicago-London-Toronto-Genewa-SydneyTokyo: Encyclopedia
Britanica Inc., 1970), vol. 12, h. 122, yang dikutip oleh Ajid Thohir dan Ading Kusdiana, op. cit., h. 44.
Pada abad ke-19, tepatnya 1857, gelombang kedua Muslim India masuk ke negara
itu. Mereka tinggal di wilayah Terai yang merupakan perbatasan India dan Nepal.
Wilayah ini diakuisisi oleh Nepal di bawah Perdana Menteri Jung Bahadur bersama
Kerajaan Inggris. Hal ini sebenarnya upaya Inggris agar Muslim tidak terkonsentrasi
di India yang semakin membahayakan penjajahan Inggris atas India. Di bawah tekanan
penjajah Inggris, Muslim di daerah perbatasan mengungsi ke wilayah Terai. Sejak saat
itu, Muslim tunduk pada UndangUndang Kerajaan Nepal Tahun 1853 sebagai warga
negara dengan kasta terendah. Selain Muslim India, banyak pula Muslim dari Tibet
yang mendatangi negara tersebut. Mereka awalnya juga masuk dengan tujuan
berdagang dan lama kelamaan menetap di Nepal. Jumlah mereka semakin banyak pada
1960-an sebagai akibat gejolak politik di Tibet.
Kini, Muslim Tibet yang ada di Nepal sudah berbaur dengan warga setempat, baik
bahasa, budaya, maupun cara berpakaian mereka sudah seperti orang Nepal.
Umumnya, Muslim keturunan Tibet cukup sukses di Nepal. Hingga saat ini, mereka
masih menjalin hubungan bisnis dengan negeri leluhur, Tibet, dan tentunya dengan
Cina yang kini menguasai Tibet. Meski terbilang sukses secara ekonomi, status sebagai
kasta terendah dalam sistem sosial masyarakat Nepal membuat Muslim di negara
tersebut hidup dalam ketertindasan penguasa. Mereka tak memiliki akses ke dunia
pendidikan hingga politik. Syukurlah, kondisi tersebut bisa diperbaiki ketika Raja
Mahendra memimpin Nepal pada 1960. Saat itu, dia menghapus Undang-Undang
Tahun 1853 dengan menerbitkan undang-undang baru yang mengangkat status
kewarganegaraan kalangan Muslim sehingga mereka setara dengan warga negara
lainnya.
Raja Mahendra juga mengangkat satu orang wakil dari Muslim untuk duduk di
Dewan Perwakilan Nasional (Panchayat). Tak ada pula larangan atau hambatan untuk
mendirikan madrasah. Meski UU tersebut memberikan kebebasan beragama, namun
tetap melarang perpindahan agama, terutama dari Hindu ke Islam. Aturan tersebut juga
melarang perceraian. Bila melanggar maka terdakwa dapat dihukum tiga tahun penjara.
Kondisi Muslim di Nepal semakin baik pada 1990, ketika terjadi transformasi politik
di negeri ini dari sistem monarki Hindu ke sistem demokrasi multipartai. Pada masa
itu, dikeluarkan undangundang yang menjamin adanya kesetaraan tanpa diskriminasi
agama, ras, jenis kelamin, kasta, suku, ataupun ideologi.
Dengan undang-undang ini, terhapuslah superioritas Hindu selama berabad-abad di
negeri itu. Hasilnya, 31 pemimpin Muslim untuk pertama kalinya dapat ikut serta
dalam kancah politik Nepal. Pada pemilu 1991, sebanyak lima pemimpin Muslim
berhasil terpilih. Mereka masuk dalam jajaran anggota Kongres Nepal dan kabinet.
Muslim Nepal juga berjuang mendapatkan hak atas 10 persen jatah kursi di parlemen
dan meminta pengesahan hari besar Islam sebagai hari libur nasional. Komunitas
Muslim juga mengharap dilibatkan dalam proses pembangunan kembali negara yang
hancur lebur karena perang saudara itu. Harapan tersebut diutarakan menjelang sidang
Majelis Konstituen Nepal untuk menyusun konstitusi baru selepas negara itu
menghapuskan sistem monarki pada 2008 lalu. Syekh Islam, pemimpin komunitas
Muslim di Mantikar, mengatakan, Muslim adalah bagian dari Nepal. Muslim adalah
salah satu elemen yang tumbuh dalam masyarakat Nepal.2
Secara garis besar, Muslim Nepal dibagi ke dalam empat etnik besar, yaitu Muslim
asal India, Khasmir, Tibet, dan Muslim asli Nepal yang sebelumnya pindah agama dari
Hindu ke Islam. Ada pula Muslim Nepal gunung. Sehari-hari mereka memang tinggal
di kawasan pegunungan. Di ibu kota Nepal, Kathmandu, kini berdiri dua masjid besar
yang berlokasi di kawasan bergengsi di pusat kota, tak jauh dari bekas Istana Raja
Nepal. Dua masjid besar tersebut adalah Masjid Kashmiri Taqiya dan Masjid Jami’
Kathmandu.
Masjid Khasmiri atau Masjid Khasmiri Pancha Taqiya dibangun pertama kali oleh
seorang ulama Khasmir pada 1524 M pada masa pemerintahan Raja Rama Malla
(1484-1520). Masjid ini merupakan masjid pertama dan terbesar di Nepal. Masjid yang
sudah berumur lebih dari 480 tahun ini sempat mengalami kerusakan parah akibat
serangan sekitar 4.000 massa pada 1 September 2004. Serangan tersebut terjadi
menyusul insiden terbunuhnya 12 pekerja Nepal yang diculik oleh milisi bersenjata di
Irak. Warga Nepal kemudian melampiaskan kemarahan atas insiden tersebut dengan
menyerang Masjid Khasmiri Takiya. Mereka merusak dan menyeret keluar perabotan
masjid serta membakar ruangan utama Masjid Khasmiri. Beruntung aksi tersebut

2
Jawad Mughofar KH, Studi Kawasan Muslim Minoritas Nepal , UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2016, h.6-8
berhasil dibubarkan oleh pasukan polisi antihuru-hara Nepal hingga tindak anarkistis
tersebut tak meluas.
Meski dibangun dan dikelola oleh Muslim Khasmir, masjid ini terbuka untuk
semua kalangan. Khotbah Jumat disampaikan dalam bahasa Arab. Jabatan imam saat
ini dipegang oleh Ali Manzar. Di saat penyelenggaraan shalat Jumat dan dua shalat hari
raya, masjid ini penuh sesak oleh jamaah pria sampai ke atap dan areal sekitar masjid.
Masjid Jami’ Nepal dibangun oleh Muslim dari India pada 1641-1674, kemudian
direnovasi total oleh Putri Begum Hazrat Mahal pada 1857. Masjid Jami’ Nepal berada
di sebelah selatan Masjid Kashmiri Taqiya, hanya terpisah beberapa blok bangunan.
Secara tradisi, masjid ini merupakan masjid Sunni, namun tetap terbuka untuk umum.
Dalam penyelenggaraan ibadah, masjid ini juga menggunakan bahasa Arab. Imam
masjid saat ini dijabat oleh Hammad Fareed (Pada tahun 2012).
Kedua masjid tersebut, seperti halnya masjid-masjid lainnya di Nepal, memiliki
peran sentral bagi umat Islam. Ia menjadi semacam pusat komunitas umat Islam. Di
Nepal, masjid biasanya dilengkapi dengan madrasah dan kawasan niaga. Di sekitar
masjid biasanya dengan mudah ditemukan toko-toko yang menjual berbagai kebutuhan
umat Islam, termasuk rumah makan halal. Selama Bulan Suci Ramadhan, pengurus
masjid menyediakan makanan untuk berbuka puasa bagi jamaah masjid Kini, semakin
banyak pula organisasi Islam yang tumbuh di Nepal.
Salah satu organisasi yang berupaya meningkatkan pendidikan umat Islam di Nepal
adalah Persatuan Islam (Islami Sangh). Atas jasa organisasiorganisasi Islam ini pula
kini Muslim Nepal bisa memiliki kitab suci AlQuran terjemahan bahasa Nepal sebagai
upaya penyebaran dakwah di kalangan umat Islam di sana. Al-Quran terjemahan
berbahasa Nepal terdiri dari 1.168 halaman. Untuk tahap pertama, Al-Quran
terjemahan ini dicetak lebih dari 5.000 eksemplar, 2.500 di antaranya dikirim ke New
Delhi (India), Buthan, dan Myanmar.
2. Minoritas Muslim di Negara Timor Leste
A. Letak Geografis Timor Leste
Timor Leste merupakan sebuah negara berdaulat dengan sistem pemerintahan
republik demokrasi. Berdasarkan sejarahnya Timor Leste pernah menjadi wilayah
bekas jajahan bangsa Portugis dan Provinsi ke-27 Negara Republik Indonesia. Dalam
perjalanan waktu Timor Leste menjadi negara independen dengan nama resmi Negara
Republik Demokrasi Timor Leste atau República Democrática de Timor Leste (dalam
bahasa Portugis) dan menganut sistem kepemimpinan semi-presidensial dengan tugas
utama dijalankan oleh seorang perdana menteri.
Secara geografis, pulau Timor umumnya dan Timor Leste khususnya terletak di
antara dua benua besar yakni benua Asia dan Australia . Posisi yang sangat strategis
ini membawa dampak politis dan sosio -budaya yang amat menarik , bahkan istimewa
bagi penduduk yang mendiami kawasan tersebut . Secara umum pulau Timor
terbentang antara 123º 25 -̍ 127º Bujur Timur dan antara 8º17 ̍10º ̍ Lintang Selatan .
Secara khusus wilayah Timor Leste terletak antara sebelah Utara berbatasan dengan
Selat Wetar, sebelah Timur dengan laut Maluku, sebelah Selatan dengan laut Timor,
sebelah Barat dengan Nusa Tenggara Timur (NTT). Luas wilayah Timor Leste adalah
14.609.375 Km² dengan perincian: (a) Timor Leste daratan: 13.670.000 Km² (b)
wilayah Ambeno (Oecusse): 378.125 Km² (c) Pulau Atauro (sebelah Utara) Kota Dili:
125.000 Km² (d) Pulau Jaco (di ujung Timor Leste): 11.250 Km.²
Dilihat dari topografinya wilayah Timor Leste sebagian besar terdiri atas daerah
pegunungan dengan bentangan amat bervariasi dari Barat ke Timur. Bentangan-
bentangan tersebut nampak terputus sehingga membentuk jurang yang sangat dalam.
Jurang-jurang itu dialiri oleh sungai-sungai besar dan anak sungai yang tak terbilang
banyaknya. Selain itu jajaran gunung yang setinggi 2900 meter membentuk tebing yang
terjal, jurang dan menakutkan.
Secara rinci kondisi topografi Timor Leste dapat dilihat sebagai berikut: di
sepanjang pantai Utara wilayah Dili terdapat dataran sempit yang terletak di antara
gunung-gunung yang menjulang dan curam. Di beberapa tempat dan sekitarnya tampak
gunung yang seakanakan muncul langsung dari laut. Di kawasan Timur dan Tenggara
kota Dili, tampak lapisan gunung-gunung yang menjulang sampai ke pegunungan
Ramelau dan Kablaque (Kablaki). Sedangkan di pantai Selatan, terdapat barisan
panjang pegunungan; ada yang tinggi, ada yang rendah dan yang lainnya adalah
dataran-dataran luas yang berpotensi untuk usaha persawahan. Di bagian Barat, dekat
perbatasan dengan Timor Barat, terbentang dataran Nunura yang luas mulai dari
Maliana di Utara sampai ke muara sungai Loes. Di sebelah Timur, terdapat bukit-bukit
yang tumpang tindih satu sama lain.3

B. Sejarah dan Kondisi Minoritas Muslim di Negara Timor Leste


Timor Leste, dulu bernama Timor Timur, juga sebagian daerah Nusa Tenggara
Timur lainnya mayoritas penduduknya adalah Nasrani. Sebab utamanya adalah daerah
ini lama dikuasai Portugis. Padahal, kedatangan Islam di daerah ini lebih dulu tiba.
Namun, sayang Islam banyak terkikis oleh agama Nasrani yang dibawa Portugis
dengan semboyan gospelnya, yaitu menyebarkan agama Nasrani di wilayah
kolonialnya. Dalam buku Islam di Timor Timur karya Ambarak A Bazher, dijelaskan,
Islam sudah ada di Dilli, ibu kota Timor Timur, sebelum kedatangan Portugis pada
1512.
Dari nama masyarakat yang menyambut tersebut, bisa dinilai masyarakat setempat
telah mengenal Islam dan ada orang Arab yang tinggal di sana. Banyak perbedaan teori
yang mengatakan tentang kapan datangnya Islam di Timor Leste ini. Ada yang
mengatakan datangnya bersamaan dengan penyebaran Islam oleh para pedagang Arab
yang berlayar hingga ke pulau-pulau dekat dengan Maluku melalui jalur laut di selatan
Sulawesi. Ada pula yang mengatakan penyebaran Islam ini dilakukan oleh para ulama
dari kerajaan-kerajaan Islam di sekitarnya, seperti Gowa-Tallo, juga Ternate, bahkan
Samudra Pasai.
Ketika Portugis berlabuh di sini, wajah Islam menjadi berubah. Peran kolonialis
yang punya kekuatan yang lebih besar akhirnya perlahan-lahan mematikan budaya
serta pengikut Islam. Bahkan, di daerah-daerah yang belum terjamah oleh Islam,
Portugis dengan gencar melakukan Kristenisasi. Karena hal tersebut, hingga sekarang
pun jumlah Muslim di daerah ini sangat sedikit. Saat masih menjadi bagian dari
Indonesia, tercatat hingga 1990, jumlah penduduk Muslim di sana mencapai lebih dari
31 ribu jiwa. Terdapat juga 13 buah masjid, 30 mushala, 21 madrasah, 20 lembaga
Islam, dan 116 dai yang tinggal di Timor Timur.

3
Gregor Neonbasu, Peta Politik dan Dinamika Pembangunan Timor-Timur (Jakarta: Yohanes Mitra Sejati, 1997),
hal. 7-8.
Saat ini, jumlah Muslim yang tinggal di Timor Leste hanya sekitar 5.000 jiwa. Ini
berarti hanya memenuhi tiga persen dari total penduduk Timor Leste. Penyebab
utamanya adalah karena banyak Muslim yang tadinya tinggal di sini adalah warga hasil
program transmigrasi dari Pulau Jawa. Kemudian, setelah negara ini berdiri sendiri,
mereka pun kembali pulang ke tempat asalnya. Dalam pemerintahan barunya,
penduduk mayoritasnya adalah Nasrani. Muslim hanya mendapatkan sedikit porsi
eksistensi. Dalam konstitusi Republik Demokrasi Timor Leste, dalam Pasal 12 dan 45,
tercantum negara ini menjamin kebebasan beragama.
Hari-hari besar Islam pun dijadikan hari libur nasional, seperti Idul Fitri dan Idul
Adha. Namun, hari besar lainnya, seperti besar Maulid Nabi, Isra Mi'raj, dan tahun baru
Hijriyah, belum menjadi hari libur nasional. Di Timor Leste juga belum ditemukan
aturan untuk memberikan dispensasi waktu bagi Muslim yang sedang bekerja untuk
menjalankan shalat wajib atau shalat Jumat.
Meski Islam mengalami penurunan drastis dalam segi jumlah, semangat untuk tetap
beribadah dan berdakwah di sini tetap terjaga. Kini, umat Islam di Timor Leste telah
membentuk lembaga Islam Timor Leste yang bernama CENCISTIL (Centro da
Comunidade Islamica de Timor Leste) atau Pusat Komunikasi Islam Timor Leste.
Dalam akun Facebook-nya, dijelaskan lembaga ini berdiri sejak 10 Desember 2000.
Tujuan pendiriannya adalah sebagai wadah pengayom umat, corong suara Komunitas
Islam Timor-Leste, sebagai lembaga yang berusaha menjawab kesulitan umat
pascamelepaskan diri, serta untuk menjawab kebutuhan umat Islam ketika itu, kini, dan
akan datang.
Salah satu ikon lain yang menunjukkan eksistensi Muslim di Timor Leste adalah
Masjid An Nur. Masjid ini punya nilai sejarah yang sangat tinggi. Berdiri sejak sebelum
Indonesia merdeka dan pernah dihancurkan oleh tembakan bom oleh tentara Jepang.
Namun, demi menegakkan Islam di wilayah ini, Masjid An Nur kembali dibangun dan
dibesarkan lagi. Hingga pada 1976, masjid ini kegiatannya semakin meluas. Dibangun
pula lembaga dakwah juga madrasah diniyah di dalam kompleksnya. Para dai dari Jawa
pun banyak didatangkan untuk berdakwah dan membina Muslim di sini.
Laman Dewan Dakwah menyebutkan, pengiriman dai ke Timor Leste terus
berlangsung hingga sekarang. Salah satu dai yang dikirim ke sana, yaitu Ustaz Anwar.
Ia berharap, pengembangan Islam di Timor Leste terus tumbuh. Anwar mengatakan,
akhir-akhir ini, banyak warga Timor Leste yang memilih Islam dan masuk menjadi
Muslim. Meski sedikit, umat Islam di Timor Leste ini tidak boleh dipandang sebelah
mata. Mereka terus berdakwah dan menegakkan syariat Islam meski menjadi minoritas.
Walaupun menghadapi tantangan berat karena fasilitas dan jumlah Muslim yang
semakin berkurang, semangat untuk menjalankan syariat Islam tidak pernah pudar.4

4
Damanhuri Zuhri, Cahaya Islam di Timor Leste, Republika, 2014.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam masuk ke Nepal pada abad ke-5 Hijriah atau 11 Masehi dibawa oleh para
saudagar Arab yang datang untuk berdagang di lembah Kathmandu. Lalu muslim yang
pertama kali menetap terjadi pada masa pemerintahan Raja Ratna Malla (1482-
1520).Kini, Penduduk Islam di Nepal berjumlah 3,8% dari total jumlah penduduknya.
Secara garis besar, Muslim Nepal dibagi ke dalam empat etnik besar, yaitu Muslim asal
India, Khasmir, Tibet, dan Muslim asli Nepal yang sebelumnya pindah agama dari
Hindu ke Islam.
Islam sudah ada di Dilli, ibu kota Timor Timur, sebelum kedatangan Portugis pada
1512. Saat ini, jumlah Muslim yang tinggal di Timor Leste hanya sekitar 5.000 jiwa.
Ini berarti hanya memenuhi tiga persen dari total penduduk Timor Leste. Penyebab
utamanya adalah karena banyak Muslim yang tadinya tinggal di sini adalah warga hasil
program transmigrasi dari Pulau Jawa. Kemudian, setelah negara ini berdiri sendiri,
mereka pun kembali pulang ke tempat asalnya. Dalam pemerintahan barunya,
penduduk mayoritasnya adalah Nasrani. Muslim hanya mendapatkan sedikit porsi
eksistensi.
DAFTAR PUSTAKA

Mughofar KH, Jawad, Studi Kawasan Muslim Minoritas Nepal , UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, 2016,

Neonbasu, Gregor, Peta Politik dan Dinamika Pembangunan Timor-Timur (Jakarta: Yohanes
Mitra Sejati, 1997),

Thohir, Ajid dan Ading Kusdiana. 2006. Islam di Asia Selatan: Melacak Perkembangan Sosial,
Politik Islam di India, Pakistan dan Bangladesh. Bandung: Humaniora.

Zuhri, Damanhuri , Cahaya Islam di Timor Leste, Republika, 2014.

Anda mungkin juga menyukai