LO NG AN
GO
D AR AH
KELO M P O K 2
Sistem ABO
Golongan darah sistem ABO
ditemukan oleh K. Landsteiner pada
tahun 1901. Berdasarkan sistem ABO
dikenal empat macam golongan
darah, yaitu golongan darah A, B.
AB, dan O.
Pada tahun 1940, K. Landsteiner dan A.S. Wiener menemukan golongan darah sistem Rhesus. Kata
Rhesus diambil dari nama sejenis kera di India yang dulu banyak dipakai untuk penyelidikan darah
manusia. Penggolongan darah sistem Rh didasarkan pada adanya antigen Rh yang terdapat
dalam eritrosit. Ada golongan darah Rh positif (disingkat Rh +) dan Rh negatif (disingkat Rh -). Orang
dengan golongan darah Rh + memiliki antigen Rh di dalam eritrositnya shingga darahnya akan
menggumpal jika diberi antiserum yang mengandung antibodi Rh. Hal yang sebaliknya terjadi pada
orang bergolongan darah Rh -. Antigen Rh ditentukan oleh gen R dan alelnya gen r. Gen R bersifat
dominan terhadap gen r. Orang bergolongan darah Rh + memiliki genotipe RR atau Rr, sedangkan
orang bergolongan darah Rh - memiliki genotipe rr.
Orang yang memiliki Rh - jika mendapatkan transfusi darah dengan Rh +, di dalam serum
darahnya akan segera dibentuk zat anti-Rh. Zat anti-Rh ini akan merusak atau
menggumpalkan eritrosit resipien. Dengan demikian, orang berdarah Rh - seharusnya
mendapatkan donor darah dari orang berdarah Rh - juga.
Perkawinan antara perempuan Rh - dan laki-laki Rh + juga dapat menimbulkan akibat yang
tidak baik. Jika laki-laki itu bergenotipe Rh + homozigot, kemungkinan seluruh anaknya
bergolongan Rh + juga. Perhatikan bagan perkawinan berikut.
Jika perempuan tersebut hamil, bayi yang dikandungnya bergolongan Rh +. Secara normal, tidak ada
pertukaran darah antara ibu dan bayi dalam kandungannya. Namun, pada bulan-bulan terakhir
kehamilan, berat atau gerakan bayi dapat menyebabkan pecahnya kapiler darah dalam plasenta
sehingga terjadi perembesan darah janin ke sistem peredaran darah ibu. Hal itu menyebabkan pada
serum atau plasma darah ibu akan terbentuk zat anti-Rh. Anti-Rh ini dapat merusak eritrosit janin, yaitu
menyebabkan hemolisis sehingga mengakibatkan anemia pada janin. Saat hamil pertama kali, zat anti-
Rh yang dibentuk oleh darah ibu mungkin belum banyak sehingga janinnya kemungkinan masih bisa
selamat. Akan tetapi, pada kehamilan kedua dan seterusnya, janin tentunya memiliki Rh + juga sehingga
zat anti-Rh yang dibentuk oleh plasma darah ibu makin banvak. Hal itu menyebabkan makin banyak
eritrosit janin yang rusak. Akibatnya, anak kedua dan seterusnya dapat meninggal di dalam kandungan
karena kekurangan eritrosit atau meng alami anemia. Penyakit itu disebut eritroblastosis fetalis.
Cari tahu!
Kelompok 2