Anda di halaman 1dari 6

Nama : Putri Nabila

NIM : 210621608025
Jurusan : FIK - S1 Ilmu Keolahragaan
Mata Kuliah : Teknik Penulisan Karya Ilmiah

1. Artikel 1
Link : https://jurnal.unigo.ac.id/index.php/gjph/article/view/932/507
Artikel berikut adalah Ulasan tentang artikel yang berdasarkan pada link tersebut.
Judul Adolescents Opinion about Pictorial Health
Warning and Smoke Free Area Regulation
Nama Jurnal Jurnal Of Public Health
Hasil Penelitian
Tanggal Terbit 2020
Volume dan Halaman Volume 3, No. 1, (32 - 40)
ISSN P-ISSN: 2614-5057, E-ISSN: 2614-5065
Nama Penulis Ni Luh Putu Devhy, Anak Agung Gde Oka
Widana
Kata Kunci smoke free area; opinion; pictorial health
warnings
Rangkuman Abstrak Pictorial health warnings (PHW)) and local
regulations non-smoking areas (NSA) are among
the government's efforts to reduce the prevalence
of smoking. This study aims to describe
adolescent opinions about PHW and Perda
involving 158 samples. The sample was chosen
by random sampling, the sample was teenagers
who sat in junior high school. Data collection was
done through structured interviews using
questionnaires that have been tested before then
analyzed descriptively.
Rangkuman Pendahuluan Kurangnya pemahaman remaja tehadap bahaya
rokok merupakan salah satu penyebab
peningkatan prevalensi merokok pada remaja di
Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas didapatkan
bahwa prevalensi merokok pada remaja usia 10
sampai 18 tahun mengalami peningkatan sebesar
1,9% dari tahun 2013 (7,2%), ke tahun 2018
(9,10%) (Kemenkes RI, 2018). Udara bersih
merupakan salah satu kebutuhan masyarakat pada
umumnya, salah satu penyebab polusi udara
disebabkan juga oleh asap rokok. Kawasan yang
bebas dari asap rokok merupakan salah satu cara
untuk melindungi remaja dari bahaya asap rokok
orang lain. Merokok selain membahayakan diri
sendiri juga dapat membahayakan orang
disekitarnya atau disebut sebagai perokok pasif.
kesimpulan Opini remaja tentang PKB merupakan penilaian
remaja sebagai responden dalam penilaian atas
lima PKB. Hasil penilaian yang didapatkan pada
penelitian ini bahwa PKB yang paling
menakutkan adalah PKB kanker paru yaitu
sebesar 74,1%, kemudian urutan kedua PKB
gambar kanker mulut dan ketiga adalah PKB
kanker tenggorokan sedangkan untuk kedua PKB
yang lainnya sebagian besar menyatakan cukup
menakutkan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan di Kota Depok bahwa PKB yang
paling menakutkan pada posisi pertama yaitu
PKB kanker tenggorokan, posisi kedua yaitu
kanker mulut dan posisi ketiga yaitu PKB kanker
tenggorokan (Rahmawati dkk, 2018). Hasil
penelitian lainnya didapatkan hampir semua
responden menilai postif PKB tersebut, yang
artinya responden remaja menilai kelima PKB
tersebut sangat membantu perokok untuk berhenti
merokok (Trisnowati dkk, 2018).
2. Artikel 2
Link : https://www.jurnal.stikesmus.ac.id/index.php/avicenna/article/download/466/343
Artikel berikut adalah Ulasan tentang artikel yang berdasarkan pada link tersebut.
Judul Analisis kelengkapan imunisasi dasar terhadap
status gizi balita
Nama Jurnal Journal of Health Research
Hasil Penelitian
Tanggal Terbit Maret 2021
Volume dan Halaman Vol 4 No 1. (128 – 134)
ISSN ISSN 2615-6458 (print), ISSN 2615-6466 (online)
IDOSI 2021
DOI 10.36419/Avicenna. v4i1.466
Nama Penulis Lilik Hanifah, Ajeng Novita Sari
Key Word kelengkapan imunisasi dasar, status gizi, balita
Rangkuman Abstrak Imunisasi merupakan domain yang sangat penting
untuk memiliki status gizi yang baik, dengan
imunisasi seorang anak tidak mudah terserang
penyakit yang berbahaya, sehingga anak lebih
sehat, dengan tubuh/status sehat asupan makanan
dapat masuk dengan baik, nutrisipun terserap
dengan baik.
Rangkuman Pendahuluan Imunisasi merupakan investasi hidup jangka
pendek dan jangka panjang, sehingga
keberhasilan pelaksanaan program imunisasi
dapat terevaluasi dan menurunkan angka
kesakitan, kecacatan dan kematian bayi
sedangkan untuk jangka panjang dapat dilihat dan
kualitas generasi muda dimasa mendatang selama
perkembangannya oleh karenanya, cara kerja
imunisasi adalag dengan memberikan antigen
bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem
imun tubuh untuk membentuk antibodi. Antibodi
yang terbentuk setelah imunisasi berguna untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif sehingga dapat mencegah atau
mengurangi akibat penularan PD3I. Pada tahun
2016 cakupan imunisasi mencapai 91,58% dan
mencapai target Renstra tahun 2016, pada tahun
2017 cakupan imunisasi dasar lengkap mengalami
penurunan yaitu 85,41% dan pada tahun 2018
cakupan imunisasi dasar lengkap juga mengalami
penurunan dari tahun 2017 yaitu 57,95%.
Pemenuhan gizi pada anak usia dibawah lima
tahun (balita) perlu diperhatikan untuk menjaga
kesehatan, karena masa balita merupakan periode
perkembangan yang rentan dengan gizi. Kasus
kematian yang terjadi pada balita merupakan
salah satu akibat dari gizi buruk. Gizi buruk dapat
dilihat dari penurunan berat badan dan indeks
antropometri berat badan menurut umur (BB/U)
merupakan penilaian status gizi yang paling
sering digunakan karena lebih mudah dan lebih
cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
Kesimpulan sebagian besar kelengkapan imunisasi dasar balita
dengan kategori lengkap sebanyak 40 responden
(85,1%). sebagian besar balita dengan status gizi
normal sebanyak 41 responden (87,2%).
Berdasarkan hasil uji chi – square di lihat dari
nilai p sebesar 0,000 dan nilai taraf signifikansi
0,05 maka dapat diketahui bahwa nilai p < 0,05
(0,040 < 0,05), sehingga ada hubungan yang
signifikan antara kelengkapan imunisasi dasar
dengan status gizi balita.
3. Artikel
Link : https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/JHeS/article/view/1801/672
Artikel berikut adalah Ulasan tentang artikel yang berdasarkan pada link tersebut.

Judul Penerapan tiga terapi fisik modalitas terhadap


nilai Ankle Brachial Index (ABI) pada pasien
diabetes melitus tipe 2
Nama Jurnal Journal of Health Studies
Hasil Penelitian
Tanggal Terbit Maret 2021
Volume dan Halaman Vol 5, No. 1(24 - 33)
ISSN ISSN Print 2549-3345, ISSN Online 2549-3353
IDOSI 2021
DOI 10.31101/jhes.1801
Nama Penulis Fischa Awalin, Ikhsan Ibrahim, Iyar Siswandi,
Leni Rosita, Sri Suryati, Yani Sofiani
Key Word ankle brachial index; physical therapy modalities;
diabetes mellitus
type II;
Rangkuman Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat intervensi
terapi modalitas terhadap nilai
ABI pada penderita diabetes mellitus. Desain
penelitian adalah quasi experiment
prepost test two groups dengan 68 responden.
Hasil penelitian menunjukkan ada
peningkatan nilai ABI sesudah dilakukan
intervensi. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah terjadi peningkatan nilai ABI pada
kelompok setelah dilakukan
intervensi. Intervensi terapi fisik modalitas dapat
direkomendasikan sebagai terapi
alternatif sebagai pencegahan komplikasi penyakit
arteri perifer.
Rangkuman Pendahulua Diabetes mellitus telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat di seluruh dunia
khususnya di negara berkembang, karena
tingginya angka komplikasi akibat penyakit
tersebut. Diabetes mellitus merupakan penyakit
kronis yang memerlukan pengawasan medis,
edukasi dan perawatan diri secara berkelanjutan
sebagai pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi (Tanto, 2014).
Internasional Diabetes Federation (IDF)
mengungkapkan prevalensi diabetes di
dunia pada tahun 2015 sebanyak 415 juta orang,
prevalensi ini mengalami peningkatan setiap
tahunnya dimana pada tahun 2013 terdapat hanya
382 juta orang. Jumlah pasien diabetes di
Asia Tenggara sebanyak 87 juta orang dimana
Indonesia menempati urutan ke-7 dunia yaitu
sebesar 10 juta orang, Meksiko 11,5 juta orang,
Rusia 12,3 juta orang, Amerika serikat 29,3
juta orang, India 69,2 juta orang, dan Cina 109,6
juta orang (IDF, 2015). Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018),
prevalensi diabetes melitus di Indonesia dari
tahun 2013 mengalami peningkatan angka pasien
dengan karakteristik usia 15 tahun keatas dan
telah didiagnosis oleh dokter dari 1,5 %, menjadi
2,0 % sampai tahun 2018.
Kesimpulan Nilai Ankle Brachial Index (ABI) sebelum
dilakukan intervensi pada kelompok
intervensi yaitu 0,808 dan pada kelompok kontrol
yaitu 0,823. Setelah dilakukan intervensi,
nilai Ankle Brachial Index (ABI) pada kelompok
intervensi menjadi 0,884 dan pada
kelompok kontrol menjadi 0,821. Ada
peningkatan nilai rata-rata ABI setelah dilakukan
intervensi pada kelompok kelompok intervensi
dibandingkan kelompok kontol. Tidak ada
faktor counfonding yang mempengaruhi
peningkatan nilai ABI pada pasien diabetes
mellitus
tipe 2, dapat dilihat pada nilai R square=0,154
yang artinya terjadi peningkatan nilai ABI
hanya sebesar 15%.

Anda mungkin juga menyukai