Anda di halaman 1dari 2

Al Insan

Kata al-Insan yang berasal dari kata al-uns, dinyatakan dalam al-Qur’an
sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara etimologi, al-Insan dapat
diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Dan ada juga dari akar
kata Naus yang mengandung arti “pergerakan atau dinamisme”. Merujuk pada
asal kata al- Insan dapat kita pahami bahwa manusia pada dasarnya memiliki
potensi yang positif untuk tumbuh serta berkembang secara fisik maupun mental
spiritual. Di samping itu, manusia juga dibekali dengan sejumlah potensi lain,
yang berpeluang untuk mendorong ia ke arah tindakan, sikap, serta perilaku
negatife dan merugikan.1

Al-Insan dihubungkan dengan keistimewaan manusia sebagai khalifah dan


pemikul amanah, yang dapat dipahami melalui:

1. Pertama, Manusia dipandang sebagai makhluk unggulan atau puncak


penciptaan Tuhan. Keunggulannya terletak pada wujud kejadiannya
sebagai makhluk yang diciptakan dengan sebaik-baik penciptaan yang
berbeda dengan hewani.
2. Kedua, manusia adalah makhluk yang memikul amanah, amanah adalah
menemukan hukum alam, menguasainya atau dalam istilah al-Qur'an
"mengetahui nama-nama semuanya" dan kemudian menggunakannya
dengan inisiatif moral insani, untuk menciptakan tatanan dunia yang baik.
Mengutip berbagai pendapat para mufassir tentang makna amanah dan
memilih makna amanah sebagai predisposisi (isti'dad) untuk beriman dan
mentaati Allah.2
3. Ketiga, karena manusia memikul amanah, maka insan dalam alQur'an juga
dihubungkan dengan konsep tanggung jawab . Ia diwasiatkan untuk
berbuat baik amalnya dicatat dengan cermat untuk diberi balasan sesuai
dengan apa yang dikerjakannya .
4. Keempat, dalam menyembah Allah, insan sangat dipengaruhi
lingkungannya. Bila ia ditimpa musibah, ia cenderung menyembah Allah
dengan ikhlas; bila ia mendapat keberuntungan ia cenderung sombong,
takabur, dan bahkan musyrik.

Menurut Jalaludin Rahmat memberi penjabaran al-insan secara luas pada tiga
kategori. Pertama, al-insan dihubungkan dengan keistimewaan manusia sebagai
khalifah dan pemikul amanah. Kedua, al-insan dikaitkan dengan predisposisi
negatif yang inheren dan laten pada diri manusia. Ketiga, al- insan disebut dalam

1
Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal 21
2
Ali Isa Othman, Manusia menurut AlGhazali, (Bandung: Pustaka Bandung, 1985), hal. 15-16.
hubungannya dengan proses penciptaan manusia. Kecuali kategori ketiga, semua
konteks al-insan menunjuk pada sifat-sifat psikologis atau spiritual.3

Kata al-insan juga digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan proses


kejadian manusia sesudah dan kejadiannya mengalami proses yang bertahap
secara dinamis dan sempurna di dalam di dalam rahim.5 Sebagaimana dalam al-
qur’an dalam surah al-Nahl ayat 78, yaitu: “dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. Penggunaan kata al-
insan dalam ayat ini mengandung dua makna yaitu: Pertama,makna proses
biologis, yaitu berasal dari saripati tanah melalui makanan yang dimakan manusia
sampai pada proses pembuahan. Kedua, makna proses psikologis (pendekatan
spiritual), yaitu proses ditiupkan ruh-Nya pada diri manusia, berikut berbagai
potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia.4

3
M.Quraish Shihab, Wawasan al Qur’an, Cetakan VII, (Bandung: Penerbit Mizan, 1998), h. 284.
4
Ibid

Anda mungkin juga menyukai