Anda di halaman 1dari 33

KLIPING

KEBERAGAMAN SOSIAL BUDAYA INDONESIA

Disusun oleh :

NAMA : ATHILLA FADHLURRAHMAN


KELAS : 5.C
ABSEN : 09

TUGAS MATA PELAJARAN


PKN

SDN 164 KARANGPAWULANG


BANDUNG
2020
KLIPING KEBERAGAMAN SOSIAL BUDAYA INDONESIA

A. Nama Provinsi di Sumatera Indonesia

Nanggro Aceh Darussalam (NAD)

Keanekaragaman seni dan budaya


menjadikan provinsi ini mempunyai
daya tarik tersendiri. Dalam seni
sastra, provinsi ini memiliki 80 cerita
rakyat yang terdapat dalam Bahasa
Aceh, Aneuk Jame, Tamiang, Gayo,
Alas, haloban, kluet. Bentuk sastra
lainnya adalah puisi yang dikenal
dengan hikayat, dengan salah satu
hikayat yang terkenal adalah Hikayat
Prang Sabi (Perang Sabil).
Seni tari Aceh juga mempunyai keistimewaan dan keunikan tersendiri, dengan ciri-ciri antara lain pada
mulanya hanya dilakukan dalam upacara-upacara tertentu yang bersifat ritual bukan tontonan,
kombinasinya serasi antara tari,
musik dan sastra, ditarikan secara
massal dengan arena yang
terbatas, pengulangan gerakan
monoton dalam pola gerak yang
sederhana dan dilakukan secara
berulang-ulang, serta waktu
penyajian relatif panjang.
Tari-tarian yang ada antara
lain Seudati, Saman, Rampak, Rapai, dan Rapai Geleng. Tarian terakhir ini paling terkenal dan
merupakan perpaduan antara tari Rapai dan Tari Saman.
 Tarian Tradisional : Tari Seudati, Tari Saman Meuseukat
 Rumah Adat : Rumah Krong Bade
 Senjata Tradisonal : Rencong
 Pakaian Adat : Ulee Balang
 Lagu Daerah : Bungong Jeumpa, Lembah Alas, Piso Surit
SUMATERA UTARA

A dat dan Kebudayan Sumatra Utara

terdiri dari suku bangsa yang tergolong dari


Melayu Tua dan Melayu Muda. Penduduk
asli provinsi ini terdiri dari Suku Melayu,
Suku Batak, Suku Nias, dan Suku Aceh. Daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu timur dan barat pada umumnya
didiami oleh Suku Melayu dan Suku Mandailing yang hampir seluruhnya beragama ISLAM. Sementara di daerah
pegunungan banyak terdapat Suku Batak yang sebagian besarnya beragama KRISTEN. Selain itu juga ada Suku
Nias di kepulauan sebelah barat. Kaum pendatang
yang turut menjadi penduduk provinsi ini
didominasi oleh Suku Jawa. Suku lainnya adalah
Suku Tionghoa dan beberapa minoritas lain.
Sumatera Utara yang kaya dengan budaya adat
istiadat dan keindahan alamnya. Sumatera Utara
kaya dengan berbagai adat budaya atau etnis yang beragam antara lain : Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo,
Batak Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga Pesisir, dan etnis pendatang.

 Tarian Tradisional : Tari Tor-tor, Tari Serampang Dua Belas


 Rumah Adat : Rumah Bolon
 Senjata Tradisonal : Piso Suritdw
 Pakaian Adat : Ulos
 Lagu Daerah : Anju Ahu, Bungo Bangso, Cikala Le Pongpong, Bungo
Bangso, Butet, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam omong,
SUMATERA BARAT

Sumatera Barat adalah sebuah provinsi


di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera dengan
Padang sebagai ibu kotanya. Sesuai dengan namanya,
wilayah provinsi ini menempati sepanjang pesisir
barat Sumatera bagian tengah, dataran tinggi Bukit
Barisan di sebelah timur, dan sejumlah pulau di lepas
pantainya seperti Kepulauan Mentawai. Dari utara ke
selatan, provinsi berbatasan dengan empat provinsi,
yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu.
Sumatera Barat menjadi rumah bagi
etnis Minangkabau.

 Tarian Tradisional : Tari Payung, Tari Piring


 Rumah Adat : Rumah Gadang
 Senjata Tradisonal : Karih
 Pakaian Adat : Bundo Kanduang
 Lagu Daerah : Ayam Den Lapeh,
Barek Solok, Dayung Palinggam,
Kambanglah Bungo, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Ka Parak Tingga, Malam
Baiko, Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai
Garinggiang, Rang Talu.
Riau

Adat istiadat yang berkembang dan hidup di provinsi


Riau adalah adat istiadat Melayu, yang mengatur
segala kegiatan dan tingkah laku warga masyarakatnya
bersendikan Syariah Islam. Penduduknya pun terdiri
dari Suku Melayu Riau dan berbagai suku lainnya,
mulai dari Bugis, Banjar, Mandahiling, Batak, Jawa,
Minangkabau, dan China.

Uniknya, di provinsi ini masih terdapat kelompok


masyarakat yang di kenal dengan masyarakat terasing, antara lain:

1. Suku Sakai: kelompok etnis yang berdiam


di beberapa kabupaten antara lain
Kampar, Bengkalis, Dumai.

2. Suku Talang Mamak: berdiam di daerah


Kabupaten Indragiri Hulu dengan daerah
persebaran meliputi tiga kecamatan: Pasir
Penyu, Siberida, dan Rengat.

3. Suku Akit: kelompok sosial yang berdiam di daerah Hutan Panjang Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis.

4. Suku Hutan: suku asli yang mendiami daerah Selat Baru dan Jangkang di Bengkalis, dan juga membuat desa
Sokap di Pulau Rangsang Kecamatan Tebing Tinggi serta mendiami Merbau, sungai Apit dan Kuala Kampar.
 Tarian Tradisional : Tari Joged Lambak, Pedang Jenawi
 Rumah Adat : Rumah Melayu Selaso Jatuh Kembar
 Senjata Tradisonal : Badik
 Pakaian Adat : Melayu
 Lagu Daerah : Soleram, Kebangkitan Melayu, Tanjung Katung, Bungo
Cempako, Lancang kuning, Ayam Putih Pungguk, Makan Sirih, Uyang Bagan
Tak Ondak Belaya, Mak Long, Tuanku Tambusai, Pak Ngah Balek, Puteri
Tujuh, Dedap Durhaka, Kutang Barendo.
KEPULAUAN RIAU

K epulauan Riau dibangun dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan latar belakang budaya
lahir arikeberagaman suku bangsa, agama, etnis, serta bahasa yang hidup di Kepulauan Riau. Berdasarkan data
tahun 2015, suku mayoritas di Kepulauan Riau
adalah suku pribumi yaitu suku Melayu berjumlah
29,97% dari keseluruhan jumlah penduduk Kepri.
Suku mayoritas kedua sekaligus suku pendatang
terbanyak di Kepulauan Riau adalah Suku Jawa yaitu
24,97%. Diikuti oleh Suku Batak 12,48%;
Minangkabau 9,71%; Tionghoa 7,70%; Sunda
2,96%; Bugis 2,22%; Suku NTT 2,22%; Suku
Sumatera Selatan 1,97%; Banjar 0,70%, dan Suku
Lainnya 5,10%.

Selain itu terdapat pula suku-suku pribumi asli


Kepulauan Riau selain suku Melayu yaitu
Suku Laut, Suku Duano di Karimun,
Suku Orang Hutan di Rempang, dan
Suku Akit. Terdapat pula keragaman
suku bangsa dari para pendatang luar
negeri seperti keturunan Tionghoa
(khususnya Hokkien, Hakka, dan
Tiochiu), Arab, India, Hindustan, dan Eropa. Keberagaman budaya di Kepulauan Riau juga meliputi keberagaman
agama.

 Tarian Tradisional : Tari Tandak


 Rumah Adat : Rumah Selaso Jatuh Kembar
 Senjata Tradisonal : Pedang Jenawi, Ulu Kundit
 Pakaian Adat : Belanga
 Lagu Daerah : Segantang Lada, Kepri Manise, Dendang Nelayan, Hang Tuah,
Selayang Pandang, Senandung Melayu.
JAMBI

Jambi merupakan wilayah yang terkenal dalam literatur kuno. Nama negeri ini sering disebut dalam prasasti-prasasti
dan juga berita-berita Tiongkok. Ini merupakan bukti bahwa, orang Cina telah lama memiliki hubungan dengan
Jambi khususnya Suku Melayu Jambi, yang mereka sebut dengan nama Chan-pei. Diperkirakan, telah berdiri tiga
kerajaan Melayu Kuno di Jambi, yaitu Koying (abad ke-3 M), Tupo (abad ke-3 M) dan Kantoli (abad ke-5). Seiring
perkembangan sejarah, kerajaan-kerajaan
ini lenyap tanpa banyak meninggalkan jejak
sejarah.

Dalam sejarah kerajaan di Nusantara Jambi


dulu adalah wilayah Minanga Kamwa
(nama Minang Kabau Kuno 1 M) adalah
tanah asal pendiri Kerajaan Melayu dan
Sriwijaya dari wilayah Minanga Kamwa
inilah banyak lahir raja-raja di Nusantara,
baik sekarang yang berada di Malaysia, Brunei dan Indonesia di negeri Jambi ini pernah dikuasai oleh beberapa
kekuatan besar, mulai dari Sriwijaya, Singosari, Majapahit, Malaka hingga Johor-Riau. Terkenal dan selalu menjadi
rebutan merupakan tanda bahwa Jambi sangat penting pada masa lalu. Bahkan, berdasarkan temuan beberapa benda

purbakala, Jambi pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya.

 Tarian Tradisional : Tari Sekapur Sirih, Tari Selampit Delapan


 Rumah Adat : Rumah Panjang
 Senjata Tradisional : Keris
 Pakaian Adat : Melayu Jambi
 Lagu Daerah : Batanghari, Soleram, Injit-injit Semut, Pinang Muda, Selendang
Mayang.
SUMATERA SELATAN

Sumatera Selatan di kenal dengan sebutan Bumi Sriwijaya


karena wilayah ini di abad VII – XII Masehi merupakan
pusat kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Indonesia
yakni Kerajaan Sriwijaya. Pengaruhnya bahkan sampai ke
Formosoa dan Cina di Asia serta Madagaskar di Afrika.
Di provinsi yang amat sangat terkenal dengan kain songket
dan kain pelanginya ini terdapat 12 jenis bahasa daerah dan
delapan suku, di antaranya dominan adalah Suku Palembang, Suku Komering, Suku Ranau, dan Suku Semendo.
Untuk menjaga keragaman ini tetap berada dalam harmoni, pemerintah lokal membuat peraturan daerah yang
bertujuan untuk mengelola kebudayaan yang ada. Peraturan ini mencakup pemeliharaan bahasa, sastra serta aksara
daerah, pemeliharann kesenian,
pengelolaan kepurbakalaan
kesejarahan serta nilai tradisional dan
museum. Pariwisata Sumatera Selatan
bahkan dalam koridor peraturan
daerah ini, agar pariwisata di sana tetap
berbasis kebudayaan Sumatera Selatan
di satu sisi dan bernilai ekonomi tinggi
di sisi yang lain.

 Tarian Tradisional : Tari Putri Bekhusek, Tari Tanggai


 Rumah Adat : Rumah Limas
 Senjata Tradisional : Keris
 Pakaian Adat : Aesan Gede
 Lagu Daerah : Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, Kabile-bile.
Bangka Belitung

Bangka dikenal dengan pantainya , namun


Bangka pun mempunyai keragaman
budaya. Dari budaya lokal hingga budaya
“Import” yang dibawa para pendatang.
Keragaman budaya inilah yang belakangan
menjadi aset penting untuk
mengembangkan pariwisata dalam Bangka.

Pulau Bangka dikelilingi lautan, laksana


surga-surga bagi para nelayan. Karena itu sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan. Dalam
perkembangannya, latar belakang masyarakat Bangka yang sebagian besar nelayan itu, ternyata turut mempengaruhi
pertumbuhan kebudayaan lokal. Meski saat ini pola hidup masyarakat Bangka telah mulai bergeser, kebudayaan
lokal yang mengandung unsur nelayan masih tetap kental mewarnai sendi-sendi kehidupan masyarakatnya. Paling
tidak saat ini ada dua event budaya besar yang berhubungan dengan nelayan, yakni, upacara rebo kasan dan buang
jong. Selain itu ada ritual-ritual budaya yang dipengaruhi unsur religi, sementara pertunjukan kesenian Barongsai
mewakili kebudayaan masyarakat pendatang (Tionghoa)

 Tarian Tradisional : Tari Puteri Bekhusek, Tari Zapin


 Rumah Adat : Rumah Limas
 Senjata Tradisional : Siwar Panjang
 Pakaian Adat : Paksian
 Lagu Daerah : Yok Miak, Alam Wisata Pulau Bangka, Men Sahang Lah
Mirah, Nasib Si Bujang Saro, Sidik Belitong, Icak-Icak Dek Tau, Miakku
Sayang.
Bengkulu

Kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di Provinsi


Bengkulu tidak dapat dipisahkan dari sejarah berdirinya
provinsi ini. Menurut cerita sejarah diketahui bahwa sejak
dulu di wilayah ini sudah banyak berdiri kerajaan kecil.
Kerajaan tersebut antar lain Kerajaan Selebar (di daerah
Selebar), Kerajaan Sungai Lemau (Pondok Kelapa),
Kerajaan Sungai Serut (Bengkulu), Kerajaan Manjuto (Muk-Muko), Kerajaan Pinang Berlampis (Ketahun), Kerajaan
Serdang (Lais), Kerajaan Rejang Empat Petulai (Manna), Bintuhan (Bengkulu Selatan). Tiap-tiap kerajaan ini
meninggalkan beberapa seni budaya khas. Selain itu, beberapa suku bangsa asli yang bermukim di Bengkulu masih
memelihara kebudayaan mereka sampai saat ini. Tradisi dan budaya suku bangsa di daerah Bengkulu ini tergabung
dalam berbagai kelompok budaya, antara lain Kebudayaan Rejang, Pasemah, Kaur, Serawai, Semendo, Melayu,
pesisir, dan pendatang.

 Tarian Tradisional : Tari Bidadari, Tari Andun


 Rumah Adat : Rumah Rakyat
 Senjata Tradisional : Keris
 Pakaian Adat : Pakaian Adat Tradisional Bengkulu
 Lagu Daerah : Lalan Belek, Bedindang, Anak Kunang, Be Inai Curi, Ibo.
LAMPUNG

Provinsi Lampung dikenal juga dengan julukan “Sang Bumi Ruwa Jurai” yang berarti satu bumi yang didiami oleh
dua macam masyarakat (suku/etnis), yaitu masyarakat Pepadun dan Saibatin. Masyarakat pertama mendiami daratan
dan pedalaman Lampung, seperti daerah Tulang Bawang, Abung, Sungkai, Way Kanan, dan Pubian, sedangkan
masyarakat kedua mendiami daerah pesisir pantai, seperti Labuhan Maringgai, Pesisir Krui, Pesisir Semangka
(Wonosobo dan Kota Agung), Balalau, dan Pesisir Rajabasa.
Di samping penduduk asli Suku Lampung,
Suku Banten, Suku Bugis, Jawa, dan Bali
juga menetap di provinsi itu. Suku-suku ini
masuk secara massif ke sana sejak
Pemerintah Hindia Belanda pada tahun
1905 memindahkan orang-orang dari Jawa
dan ditempatkan di hampir semua daerah di
Lampung. Kebijakan ini terus berlanjut
hingga 1979, batas akhir Lampung secara
resmi dinyatakan tidak lagi menjadi daerah tujuan transmigrasi. Namun, mengingat posisi Lampung yang strategis
sebagai pintu gerbang pulau Sumatera dan dekat dengan Ibu Kota Negara, pertumbuhan penduduk yang berasal
dari pendatang pun tetap saja tak bisa di bendung setiap tahunnya.
Umumnya masyarakat Lampung mendiami kampung yang disebut dengan Tiyuh, Anek, atau Pekon. Beberapa
kampung tergabung dalam satu marga, sedangkan kampung itu sendiri terdiri atas beberapa buway. Di setiap buwat
atau gabungan buway terdapat rumah besar yang disebut Nuwou Balak. Biasanya Nuwou Balak ini merupakan
rumah dari kepala kerabat yang merupakan pemimpin klan dari kebuwayan tersebut, yang disebut juga dengan
punyimbang bumi.

 Tarian Tradisional : Tari Melinting, Tari Jangget


 Rumah Adat : Nuwo Balak
 Senjata Tradisional : Badik
 Pakaian Adat : Tulang Bawang
 Lagu Daerah : Lipang-Lipang Dang, Adi-Adi Laun Lambar, Cangget Agung.
B. Nama Provinsi di Pulau Jawa Indonesia

DKI Jakarta

Suku betawi : suku asli Jakarta, berasal dari hasil


perkawinan antaretnis dan bangsa di masa lalu, tapi mulai
tersingkirkan maka didirikanlah cagar budaya di Situ
Babakan.Secara biologis orang betawi : berdarah
campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan
belanda ke Batavia.Lahir dari perpaduan sunda, jawam
arab, bali, Sumbawa, ambon, melayu, dan tionghoa.
Masyarakat Jakarta : masyarakat dengan multi budaya
yang kental, maka sering mengalami perubahan social
budaya baik positif (jika masyarakat dapat menerima dan
menyesuaikan diri dengan perubahan) dan negative (jika
masyarakat tidak mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan).

 Tarian Tradisional : Tari Ronggeng, Tari


Yapong
 Rumah Adat : Rumah Kebaya
 Senjata Tradisonal : Golok
 Pakaian Adat : Pakaian Adat Tradisional Betawi
 Lagu Daerah : Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung, Terang Bulan.
JAWA BARAT

Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari


bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dari Ujung Kulon di
ujung barat pulau Jawa hingga sekitar Brebes (mencakup
wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten,
sebagian DKI Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah. Jawa
Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk
terbanyak di Indonesia. Karena letaknya yang berdekatan
dengan ibu kota negara maka hampir seluruh suku bangsa
yang ada di Indonesia terdapat di provinsi ini. 65% penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda yang merupakan
penduduk asli provinsi ini. Suku lainnya adalah Suku Jawa yang banyak dijumpai di daerah bagian utara Jawa
Barat, Suku Betawi banyak mendiami daerah bagian barat yang bersempadan dengan Jakarta. Suku
Minang dan Suku Batak banyak mendiami Kota-kota besar di Jawa Barat, seperti Bandung, Cimahi, Bogor, Bekasi,
dan Depok. Sementara itu Orang Tionghoa banyak dijumpai hampir di seluruh daerah Jawa Barat.
Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan suku bangsa di Indonesia yang berusia tua. Bahkan
dibandingkan dengan kebudayaan Jawa sekalipun, kebudayaan Sunda sebenarnya termasuk kebudayaan yang
berusia relatif lebih tua, setidaknya dalam hal
pengenalan terhadap budaya tulis.
“Kegemilangan” kebudayaan Sunda di masa lalu,
khususnya semasa Kerajaan Tarumanegara dan
Kerajaan Sunda dalam perkembangannya
seringkali dijadikan acuan dalam memetakan apa
yang dinamakan kebudayaan Sunda.

 Tarian Tradisional : Tari Merak, Tari Topeng Kuncaran, Tari Jaipong


 Rumah Adat : Rumah Kasepuhan Cirebon
 Senjata Tradisonal : Kujang
 Pakaian Adat : Kebaya
 Lagu Daerah : Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan,
Manuk Dadali, Panon Hideung, Peuyeum Bandung, Tokecang, Pileuleuyan.
BANTEN

Di Banten terdapat peninggalan warisan leluhur yang


sangat dihormati, antara lain Mesjid Agung Banten
Lama, Makam keramat Panjang, Masjid Raya AL-
A’zhom dan beberapa peninggalan historis lainnya
yang bernuansa religi. Latar belakang historis ini
membuat mayoritas penduduk Banten memiliki
semangat religius keislaman yang sangat kuat dengan
tingkat toleransi yang tinggi. Sebagian besar masyarakat
memang memeluk Islam, tetapi pemeluk agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai. Dalam ukuran
tertentu, Banten bisa menjadi salah satu contoh laboratorium raksasa pluralism agama di Indonesia.
Kondisi sosial budaya masyarakat Banten diwarnai oleh potensi dan kekhasan budaya masyarakatnya yang sangat
variatif, mulai dari seni bela diri pencak silat, debus, rudat, umbruk, tari saman, tari topeng, tari cokek, dog-dog,
palingtung, dan lojor. Hampir semua seni tradisionalnya sangat kental diwarnai dengan etika Islam. Ada juga seni
tradisional yang datang dari luar kota Banten, tapi semua itu telah mengalami proses akulturasi budaya sehingga
terkesan sebagai seni tradisional Banten, misalnya
seni kuda lumping, tayuban, gambang kromong
dan tari cokek. Bahasa yang digunakan masyarakat
Banten khususnya yang berada di wilayah utara
menggunakan bahasa Jawa Serang, sedangkan di
wilayah selatan menggunakan Bahasa Sunda.

 Tarian Tradisional : Tari Topeng


 Rumah Adat : Rumah Kesepuhan
 Senjata Tradisonal : Kujang dan golok
 Pakaian Adat : Pangsi
 Lagu Daerah : Dayung Sampan, Jereh Bu Guru, Ibu, Yu Ragem Belajar.
JAWA TENGAH

Jawa Tengah adalah sebuah provinsi


Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa.
Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di
sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa
Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah
timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Pengertian Jawa
Tengah secara geografis dan budaya kadang juga
mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa
Tengah dikenal sebagai “jantung” budaya Jawa.
Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku
bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan
Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh
provinsi ini.
Jawa Tengah adalah propinsi dimana budaya jawa banyak berkembang disini karena di Jawa Tengah dahulu
banyak kerajaan berdiri disini itu terlihat dari berbagai peninggalan candi di Jawa Tengah.
Kebudayaan Jawa merupakan salah satu sosok kebudayaan yang tua. Kebudayaan Jawa mengakar di Jawa
Tengah bermula dari kebudayaan nenek moyang yang bermukim di tepian Sungai Bengawan Solo pada ribuan
tahun sebelum Masehi. Fosil manusia Jawa purba yang kini menghuni Museum Sangiran di Kabupaten Sragen,
merupakan saksi sejarah, betapa
tuanya bumi Jawa Tengah sebagai
kawasan pemukiman yang dengan
sendirinya merupakan suatu
kawasan budaya. Dari kebudayaan
purba itulah kemudian tumbuh
dan berkembang sosok
kebudayaan Jawa klasik yang
hingga kini terus bergerak menuju
kebudayaan Indonesia.
 Tarian Tradisional : Tari Bambangan Cakil, Tari Bedhaya Ketawang, Tari Serimpi,
Tari Gambyong, Tari Gandrung, Tari sintren
 Rumah Adat : Rumah Joglo
 Senjata Tradisonal : Keris
 Pakaian Adat : Kain Kebaya
 Lagu Daerah : Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran,
DI Yogyakarta

DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya


yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik).
Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar
budaya dan benda cagar budaya sedangkan potensi
budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau
norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang
ada dalam masyarakat. DIY memiliki tidak kurang dari
515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13
Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya
peninggalan peradaban tinggi masa lampau tersebut,
dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang
masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio
dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni
budaya dan beradat tradisi.
Penduduk DIY mayoritas
beragama Islam yaitu sebesar
90,96%, selebihnya beragama
Kristen, Katholik, Hindu, Budha.
Suku Jawa umumnya menganut
agama Islam, sebagian menganut
agama Kristen dan Katolik, dan ada
pula yang menganut Hindu dan
Buddha. Sebagian orang Jawa juga
masih memegang teguh
kepercayaan Kejawen. Agama
Islam sangatlah kuat dalam memberi pengaruh pada Suku Madura. Suku Osing umumnya beragama Islam.
Sedangkan Suku Tengger menganut agama Hindu.

 Tarian Tradisional : Tari Serimpi Sangupati, Tari Bedhaya Semang


 Rumah Adat : Rumah Bangsal Kencono dan Rumah Joglo
 Senjata Tradisonal : Keris
 Pakaian Adat : Kasatrian
 Lagu Daerah : Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah.
JAWA TIMUR

Provinsi ini didiami oleh kelompok etnis yang beragam,


seperti suku Jawa, suku Madura, dan orang Tionghoa-
Indonesia. Sebagian besar masyarakat di Jawa Timur
menganut agama Islam, sekitar 96% dari total populasi.
Agama lain seperti Kristen, yang sebagian besar dianut
oleh orang Tionghoa-Indonesia dan imigran dari Indonesia
Timur dan Sumatra Utara, dan juga agama Hindu yang
kebanyakan dianut oleh suku Tengger di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan suku Bali yang mendiami
bagian paling timur provinsi yang berbatasan dengan Bali. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi provinsi dan juga
seluruh bangsa, tetapi bahasa Jawa dan bahasa Madura adalah bahasa yang paling sering digunakan. Bahasa
Indonesia hanya digunakan untuk komunikasi antar-etnis dan keperluan resmi.

 Tarian Tradisional : Tari Remong, Tari Reog Ponorogo


 Rumah Adat : Rumah Joglo
 Senjata Tradisional : Clurit
 Pakaian Adat : Pakaian Adat Pesa’an
 Lagu Daerah : Keraban Sape, Tanduk Majeng, Rek Ayo Rek, Tanjung Perak.
C. Nama Provinsi di Nusa Tenggara dan Bali Indonesia

Bali

Adat dan kebudayaan di Bali sangat erat


kaitannya dengan agama dan kehidupan
religius masyarakatnya. Adat dan
kebudayaan tersebut memiiki akar
sejarah yang sangat panjang sehingga
mencerminkan konfigurasi yang
ekspresif dengan dominannya nilai
religius dari agama Hindu. Konfigurasi
tersebut meliputi agama, pola kehidupn,
pola pemukiman, lembaga kemasyarakatan, dan kesenian pada masyarakat Bali.

 Tarian Tradisional : Tari Legong, Tari Kecak, Tari Pendet


 Rumah Adat : Rumah Gapura Candi Bentar
 Senjata Tradisional : Keris
 Pakaian Adat : Pakaian Adat Tradisional Bali
 Lagu Daerah : Helele U Ala De Teang, Moree, Orlen-Orlen, Pai Mura Rame.
Nusa Tenggara Barat

Di tinjau dari sudut sosial budaya, penduduk NTB


masih tergolong tradisional yang bersumber pada
kebudayaan suku asli masyarakat, yaitu suku Sasak di
pulau Lombok, suku Mbojo di kabupaten Bima dan
Kabupaten Dompu serta suku Samawa di kabupaten
Sumbawa dan Sumbawa Barat. Dua kebudayaan besar
yang pernah mempengaruhi perkembangan sejarah di
Indonesia yaitu kebudayaan Hindu dan kebudayaan
islam masih berkembang dan berakar pada masyarakat
NTB, di antaranya Sasak, Sumbawa, dan Mbojo dan
bahasa daerah yang di gunakan, yaitu bahasa Sasak, bahasa Sumbawa, dan bahasa Mbojo.
Gejala kebudayaan dalam kehidupan masyarakat NTB yang sangat dominan adalah ketergantungan dan kepatuhan
masyarakat terhadap tokoh-tokoh pemuka agama atau tokoh adat sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari,
karenanya pengaruh kehidupan masyarakat yang dilandasi sistem patriakhis. Interprestasi ajaran agama yang belum
tepat sering mempengaruhi sikap dan pandangan masyarakat yang diimplementasikan pada sistem nilai sosial dan
budaya sehingga mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kedudukan perempuan dan laki-laki dalam
kehidupan bermasyarakat.

 Tarian Tradisional : Tari Mpaa Lenggogo


 Rumah Adat : Rumah Dalam Loka Samawa
 Senjata Tradisional : Keris
 Pakaian Adat : Pakaian Adat Tradisional Lombok
 Lagu Daerah : Orlen-Orlen, Kupendi Jangi, Tutu Koda, Atte, Bilin.
Nusa Tenggara Timur

Masyarakat NTT diperkirakan telah ada sejak 3500 tahun yang lalu. Banyak ahli memperkirakan bahwa nenek
moyang masyarakat NTT berasal dari ras yang beragam antara lain Astromelanesoid dan Mongoloid. Terdapat
juga beberapa penemuan fossil yang
menunjukan bahwa masyarakat NTT ada
juga yang berasal dari ras Negroid dan
Eropoid. Kerajaan pertama yang
berkembang diperkirakan berkembang
pada abad 3 M. Sejak lahirnya kerajaan
tersebut diperkirakan masyarakat telah
mengenal adanya seni budaya yang tinggi
dan diapresiasi dan menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari. Salah satu nya
ialah kemampuan menenun. Menenun
merupakan kemampuan yang diajarkan
secara turun menurun demi menjaga agar
tetap dilestarikan. Tiap suku mempunyai keunikan masing-
masing dalam hal corak dan motif. Tiap inidividu
diharapkan bangga mengenakan kain dari sukunya masing-
masing sebab tiap kain yang ditenun itu unik dan tidak ada
satu pun identik sama. Motif atau pola yang ada merupakan
manifestasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan
memiliki ikatan emosional yang cukup erat dengan
masyarakat di tiap suku. Selain itu dengan bisa menenun
menjadi indicator bai seorang wanita untuk siap dan pantas
dinikahi, untuk pria yang menjadi indicator ialah
mempunyai ladang dan bisa bercocok tanam

 Tarian Tradisional : Tari Perang, Tari Gareng, Lameng


 Rumah Adat : Rumah Musalaki
 Senjata Tradisional : Sundu
 Pakaian Adat : Pakaian Adat Tradisional Nusa Tenggara Timur
 Lagu Daerah : Anak Kambing Saya, Oras Loro Malirin, Sonbilo, Tebe Onana,
Ofalangga, Do Hawu, Bolelebo, Bengu Re Le Kaju, Gaila Ruma Radha,
Desaku, Flobamora, Potong Bebek Angsa.
D.Nama Provinsi di Pulau Kalimantan Indonesia

Kalimantan Barat

Kalimantan Barat merupakan provinsi di Indonesia yang letaknya di


pulau Kalimantan dan Kota Pontianak sebagai ibu kota provinsi. Daerah
ini berbatasan langsung dengan Sarawak yang merupakan bagian dari
negara Malaysia. Kalimantan barat mempunyai banyak sungai kecil dan
sungai besar. Sungai ini dipakai sebagai jalur utama angkutan atau
kendaraan untuk masuk ke pedalaman.
Dengan banyaknya sungai ditempat ini, banyak orang menyebutnya
sebagai provinsi seribu sungai. Negara Indonesia sangat kaya dengan
berbagai macam suku dan kebudayaan, khususnya provinsi Kalimantan
Barat. Kalimantan Barat mempunyai kesenian
dan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah ini.
Artikel ini akan memberikan ulasan mengenai
keragaman budaya yang terdapat di Kalimantan
Barat.
Kalimantan Barat mempunyai banyak
keragaman budaya seperti kesenian, kebudayaan
dan lain sebagainya. Berikut ini beberapa
keragaman budaya yang berasal dari Kalimantan
Barat

 Tarian Tradisional : Tari Monong, Tari Zapin Tembung


 Rumah Adat : Rumah Istana Kesultanan Pontianak
 Senjata Tradisonal : Mandau
 Pakaian Adat : Perang
 Lagu Daerah : Cik-Cik Periuk, Cak Uncang, Batu Ballah, Alon-Alon.
Kalimantan Tengah

Kalimantan tengah sebuah propinsi yang berada di pulau kalimantan


dimana budaya dayak berada disini, sebenarnya diseluruh pulau
kalimantan terdapat suku dayak, namun yang membedakan disini
adalah adat istiadat dan tariannya Budaya dayak adalah budaya yang
sanagat luhur dan eksotis mulai dari keseharian, cara hidup dan
adatistiadatnya ini bisa kita lihat dari bentuk bangunan khas suku
dayak dan pakaian adat dari suku dayak yang sangat bagus dan
eksotis, siapapun yang mengenakan pakaian adat dari suku dayak ini
sunguh kelihatan sanagat mempesona. tiada habisnya bila kita mebahas budaya yang satu ini, budaya yang luhur
dimana selalu menyatu dengan alam dan lingkunganya
dan tiada duanya saya sangat suka sekali denagn budaya
dayak ini berikut beberapa tarian dan adat istiadat dari
suku dayak atau budaya dayak.

Dimana akan dibahas lebih dalam mengenai budaya di


Kalimantan tengah berserta unsure-unsur system
kebudayaan yang berlaku.

Banyak sekali hal yang dapat dipelajari lebih dalam mengenai keanekaragaman budaya di Kalimantan tengah, yang
masih dijaga dari zaman nenek moyang hingga sekarang ini.

 Tarian Tradisional : Tari Tambun & Bungai, Tari Balean Dadas


 Rumah Adat : Rumah Bentang
 Senjata Tradisonal : Mandau
 Pakaian Adat : Pakaian Adat Tradisional Kalimantan Tengah
 Lagu Daerah : Kalayar, Palu Lempong Pupoy, Oh Indang Oh Ap
Kalimantan Selatan

Kalimantan Selatan atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Kalsel
ini merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau
Kalimantan, selain Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah. Ibu kotanya sendiri adalah Banjarmasin.
Provinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 36.985 Km² serta,
penduduknya yang mencapai angka 3,626,616 Jiwa (sensus 2010).
Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. DPRD Kalimantan
Selatan dengan surat keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989
menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui
Peraturan Pemerintah RIS No. 21 Tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya provinsi Kalimantan, setelah
pembubaran yang dilakukan tentunya oleh Republik
Indonesia Serikat (RIS), spesifiknya, oleh gubernur
Dokter Moerjani. Kawasan Kalimantan Selatan pada
masa lalu merupakan bagian dari 3 kerajaan besar
teman-teman, yang diantaranya adalah Kerajaan
Negara Daha, Negara Dipa, dan Kesultanan Banjar.
Setelah Indonesia merdeka, Kalimantan akhirnya
dijadikan provinsi tersendiri dengan Gubernur Ir.
Pangeran Muhammad Noor..

 Tarian Tradisional : Tari Baksa Kembang, Tari Radap Rahayu


 Rumah Adat : Rumah Banjar Bubungan Tinggi
 Senjata Tradisonal : Keris
 Pakaian Adat : Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut
 Lagu Daerah : Ampar-Ampar Pisang, Paris Barantai, Japin Rantauan
Kalimantan Timur

Etnis Kalimantan Timur didominasi oleh etnis Jawa (30,24%) yang


menyebar di hampir seluruh wilayah terutama daerah transmigrasi
hingga daerah perkotaan Etnis terbesar kedua yaitu Bugis (20,81%)
yang banyak menempati kawasan pesisir dan perkotaan.Etnis terbesar
ketiga adalah Banjar (12,45%) yang cukup dominan di Kota Samarinda
dan Balikpapan. Kalimantan Timur merupakan tujuan utama migran
asal Pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan Selatan.Di
urutan keempat yaitu Etnis Dayak (9,94%) yang
menempati daerah pedalaman. Etnis Kutai (7,80%)
yang mendiami Kutai Kartanegara, Kutai Timur dan
Kutai Barat berada di urutan kelima.Di urutan
keenam hingga sepuluh berturut-turut yaitu etnis
Toraja (2,21%), Paser (1,89%), Sunda (1,57%),
Madura (1,32%) dan Suku Buton (1,25%) serta suku-suku lainnya dari berbagai daerah di Indonesia.

 Tarian Tradisional : Tari Perang, Tari Gong


 Rumah Adat : Rumah Lamin
 Senjata Tradisonal : Mandau
 Pakaian Adat : Pakaian Adat Tradisional
Kalimantan Timur
 Lagu Daerah : Indung-Indung
E. Nama Provinsi di Pulau Sulawesi Indonesia

Sulawesi Utara

Secara garis besar penduduk di Sulawesi Utara terdiri atas 3 suku besar
yakni suku minahasa, suku sangihe dan talaud dan suku bolaang
mongondow. Ketiga suku/etnis besar tersebut memiliki sub etnis yang
memiliki bahasa dan tradisi yang berbeda-beda. Tak heran Provinsi
Sulawesi Utara terdapat beberapa bahasa daerah seperti Toulour,
Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Bantik
(dari Suku Minahasa), Sangie Besar, Siau, Talaud (dari Sangihe dan
Talaud) dan Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang (dari
Bolaang Mongondow)

Propinsi yang terkenal akan semboyan torang samua


basudara (kita semua bersaudara) hidup secara
rukun dan berdampingan beberapa golongan agama
seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan
Kong Hu Chu. Namun dari keaneka ragaman
tersebut bahasa Indonesia masih menjadi bahasa
pemersatu dari berbagai suku dan golongan

 Tarian Tradisional : Tari Maengkat, Tari Polo-palo


 Rumah Adat : Rumah Pewaris
 Senjata Tradisonal : Keris
 Pakaian Adat : Kulavi (Donggala)
 Lagu Daerah : Esa Mokan, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Sitara Tillo.
Sulawesi Barat

Penduduk Sulawesi Barat sebagian besar berasal dari suku Mandar (49,15 persen), Toraja (13,95 persen), Bugis
(10,79 persen), Jawa (5,38 persen), Makassar (1,59 persen) sedangkan lainnya 19,15 persen. Orang Mandar memiliki
beberapa tradisi yang hingga kini melekat dan dilestarikan oleh masyarakatnya.

 Tarian Tradisional : Tari Kipas, Tari Patuddu, Tari Kondo Sapata


 Rumah Adat : Rumah Mandar
 Senjata Tradisonal : Badik
 Pakaian Adat : Pakaian Adat Tradisional Sulawesi Barat
 Lagu Daerah : Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk.
Sulawesi Tengah

Ibukota Sulawesi Tengah adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai Palu
yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut. Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 19 kelompok
etnis atau suku, yaitu:

 Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala  Etnis Bare'e berdiam di kabupaten Touna
dan kota Palu  Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan
 Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Donggala  Etnis Buol mendiami kabupaten Buol
 Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso  Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli
 Etnis Pamona berdiam di kabupaten Poso  Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong
 Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali  Etnis Dampal berdiam di Dampal, kabupaten
 Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali Tolitoli
 Etnis Saluan atau Loinang berdiam  Etnis Dondo berdiam di Dondo, kabupaten Tolitoli
di kabupaten Banggai  Etnis Pendau berdiam di kabupaten Tolitoli
 Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai  Etnis Dampelas berdiam di kabupaten Donggala
 Etnis Mamasa berdiam di kabupaten Banggai
 Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai

 Tarian Tradisional : Tari Lumense, Tari Pule Cinde, Tari Torompio,Tari Dero Poso
 Rumah Adat : Rumah Pewaris
 Senjata Tradisonal : Pasatimpo
 Pakaian Adat : Nggembe
 Lagu Daerah : Tondok Kadadingku, Tope Gugu.
Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi yang saat ini sedang berusaha melakukan perubahan. Sulawesi
Tenggara terdiri dari empat belas kabupaten yakni, kabupaten Kolaka, kabupaten Kolaka Utara,kabupaten Kolaka
Timur, kabupaten Konawe, kabupaten Bombana, kabupaten Muna, kabupaten Muna Barat, kabupaten Buton,
kabupaten Buton Utara, kabupaten Buton Tengah, kabupaten Buton Selatan, kabupaten Konawe Kepulauan,
kabupaten Wakatobi, dan kabupaten Konawe Selatan. Dari empat belas kabupaten itu terdiri dari beberapa
kecamatan yang dihuni oleh beragam suku diantaranya suku Tolaki sebagai suku asli di kota Kendari, Muna, Bugis,
Buton, Moronene, dan suku-suku dari kepulauan Wakatobi serta suku-suku yang ada di kota Kendari. Setiap suku
memiliki ciri khas adat istiadat dan tradisi yang berbeda-beda.

 Tarian Tradisional : Tari Dinggu, Tari Balumpa, Tari Lumense, Tari Manguru
 Rumah Adat : Rumah Istana Buton
 Senjata Tradisonal : Keris
 Pakaian Adat : Suku Tolaki
 Lagu Daerah : Peia Tawa-Tawa, Tana Wolio, Wulele Sanggula.
Sulawesi Selatan

Suku/etnis Suku/etnis yang berada dan mendiami daerah Sulawesi Selatan ini sebenarnya tergolong banyak, namun
jika dilihat dari segi mayoritas penduduk hanya terdapat 3 kelompok etnis besar yang berada di daerah Sulawesi
Selatan. Diantaranya Makasar, Bugis, dan Toraja.
Begitu pula dalam pemakaian bahasa sehari-hari, memang ke-3 kelompok entis inilah yang terlihat lebih dominan
di antara banyaknya bahasa yang digunakan etnis minoritas yang ada di Sulawesi Selatan.

 Tarian Tradisional : Tari Kipas, Tari Bosara


 Rumah Adat : Rumah Tongkonan
 Senjata Tradisonal : Badik
 Pakaian Adat : Bodo
 Lagu Daerah : Angin Mamiri, Pakarena, Sulawesi Parasanganta, Ma Rencong.
Gorontalo

Suku yang mendiami Gorontalo adalah Suku Gorontalo. Suku Gorontalo menyebar di semua wilayah provinsi
Gorontalo khususnya di wilayah pesisir pantai dan kawasan perkotaan. Suku ini telah lama menghuni wilayah tanah
Gorontalo. Gorontalo berada di wilayah kerajaan islam sampai saat ini corak budaya dan tradisi islam masih sangat
kental pada corak budaya dan tradisi kehidupan masyarakat Gorontalo. Masyarakat Gorontalo berbicara dalam
bahasa Gorontalo. Selain bahasa Gorontalo, terdapat juga beberapa bahasa lain, yang sering dianggap sebagai dialek
117 bahasa Gorontalo, yakni bahasa Suwawa, bahasa Bolango dan bahasa Atinggola. Bahasa Gorontalo sendiri
sekarang banyak mengalami asimilasi dengan bahasa Manado (Melayu Manado) yang juga banyak diadopsi dalam
keseharian masyarakat Gorontalo

 Tarian Tradisional : Tari Polo-Polo, Tari Paule Cinde


 Rumah Adat : Rumah Dulohupa
 Senjata Tradisonal : Badik
 Pakaian Adat : Pakaian Adat Tradisional Gorontalo
 Lagu Daerah : Hulondalo li Pu’u, Bulalo Lo Limutu, Wanu Mamo Leleyangi.
F. Nama Propinsi di Maluku dan Papua Indonesia

Maluku

Di mata masyarakat Ambon (Maluku), kebudayaan sangat berkaitan dengan adat istiadat dan kepercayaan.

Pada umumnya penduduk Maluku telah beragama Nasrani dan Islam. Meskipun begitu, mereka masih percaya
akan roh-roh yang harus dihornati dan diberi makan, minum, dan tempat tinggal yang disebut dengan Baileu ( rumah
adat maluku), agar tidak menjadi gangguan bagi mereka yang hidup di dunia ini. Orang-orang pun diwajibkan
melakukan upacara terlebih dahulu sebelum memasuki baileu dengan melalui perantara antara manusia dengan
roh-roh nenek moyang. Selain itu juga harus berpakaian adat berwarna hitam dengan saputangan merah yang
dikalungkan pada bahu. Dalam baileu terdapat pamili yaitu batu yang dianggap keramat (berkekuatan gaib) yang
besarnya kira-kira dua meter persegi. Batu itu digunakan sebagai altar tempat kurban-kurban dan sajian.

Dalam keyakinan religi mereka masih mempercayai hal-hal yang akan membawa bencana bagi yang tidak
menjalankannya. Misalnya menjalankan upacara bersih desa, yang mencakup bangunan-bangunan baileu, rumah-
rumah dan pekarangan. Bila tidak dilakukan dengan baik maka orang bisa jatuh sakit, kemudian mati. Seluruh desa
bisa terjangkit penyakit atau panennya gagal.

 Tarian Tradisional : Tari Lenso, Tari Cakalele


 Rumah Adat : Rumah Baileo
 Senjata Tradisonal : Parang Salawaku
 Pakaian Adat : Baju Cele
 Lagu Daerah : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Tantina,
Goro-Gorone, Huhatee, Kole-Kole, Mande-Mande, Ole Sioh, O Ulate,
Sarinande, Tanase.
.

Maluku Utara

Maluku Utara adalah satu provinsi bagian Timur Indonesia yang menyimpan potensi sumberdaya wisata dilihat dari
keanekaragaman budaya, pesona alam dan peradaban sejarah. Perjalanan sejarah masaa lalu Maluku Utara
memiliki empat kerajaan terpenting di Nusantara, yaitu kerajaan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.
Maluku Utara terkenal sebagai pusat penghasil rempah-rempah sejak sekitar abad ke-15 memunculkan
interaksi perdagangan yang menghadapkan Maluku Utara dengan bangsa-bangsa lainnya. Cengkeh pada saat itu
merupakan komoditas perdagangan yang banyak dicari oleh para pedagang dari luar. Untuk menghindari persaingan
perdagangan dibangunlah prinsip-prinsip kerukunan kekeluargaan di antara para raja.
Prinsip kerukunan kekeluargaan ini digambarkan dalam suatu mitos sebagaimana yang tercantum dalam
Hikayat Ternate yang ditulis oleh Naidah pada abad ke-19. Menurut mitos itu, menjadi keempat kerajaan tersebut
merupakan keturunan seorang ulama dari Timur Tengah bernama Jafar Sadek yang menikah dengan seorang
bidadari, setempat Nur Sifa. Kerukunan keempat kerajaan tersebut mulai pecah dan berubah menjadi persaingan
ketika Portugis dan Spanyol datang di Maluku Utara. Pada tahun 1512, Ternate bekerjasama dengan Portugis
sementara Tidore bekerjasama dengan Spanyol.

 Tarian Tradisional : Tari Lenso


 Rumah Adat : Rumah Baileo
 Senjata Tradisonal : Parang Sawalaku
 Pakaian Adat : Manteren Lamo
 Lagu Daerah : Borero, Moloku Kie Raha.
Papua & Papua Barat

Papua itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu Papua pegunungan atau pedalaman, dataran tinggi dan
Papua dataran rendah dan pesisir. Pola kepercayaan agama tradisional masyarakat Papua menyatu dan menyerap
ke segala aspek kehidupan, mereka memiliki suatu pandangan dunia yang integral yang erat kaitannya satu sama lain
antar dunia yang material dan spiritual, yang sekuler dan sacral dan keduannya berfungsi bersama-sama.
Kelompok suku asli di Papua baik itu di Propinsi Papua dan Papua Barat terdiri dari 25 suku, dengan bahasa yang
masing-masing berbeda. Suku-suku tersebut antara lain:

 Arfak  Korowai
 Ansus  Mandobo/Wambon
 Amungme  Mee
 Asmat  Meyakh, mendiami Kota Manokwari
 Ayamaru  Moskona, mendiami daerah Merdei
 Bauzi  Muyu
 Biak  Nafri
 Dani  Sentani, mendiami sekitar danau Sentani
 Empur  Souk
 Enggros  Tobati
 Fuyu  Waropen
 Hatam  Wamesa
 Iha

 Tarian Tradisional : Tari Musyoh, Tari Selamat Datang, Tari Perang


 Rumah Adat : Rumah Honai
 Senjata Tradisonal : Pisau Belati, Busur dan Panah.
 Pakaian Adat : Pakaian Serui
 Lagu Daerah : Apuse, Yamko Rambe Yamko, E Mambo Simbo, Sajojo.

Anda mungkin juga menyukai