Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH STIMULUS PEDAS PADA KEMAMPUAN PENGECAPAN

Disusun oleh:

Nama : Rijaludin Abdurrahman

NIM : 21711135

Kelompok : Tutorial 1

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2021/2022
PENGARUH STIMULUS PEDAS PADA KEMAMPUAN PENGECAPAN

Rijaludin Abdurrahman

PENDAHULUAN

Setiap manusia membutuhkan makanan untuk mengisi perut mereka agar energi
yang telah dipakai untuk menjalankan aktivitas sehari-hari dapat pulih kembali. Namun
makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak tidak secara tiba-tiba berada di dalam perut,
tentu ada lintasan yang harus dilewati oleh makanan tersebut. Salah satu lintasan yang
dilewati makanan yaitu lidah, lidah digunakan untuk mengenali rasa dari suatu makanan
yang masuk ke dalam mulut.

Lidah adalah organ indra yang memiliki kemampuan untuk menerima rangsangan
rasa, kemampuan tersebut biasa disebut kemampuan pengecapan. Lidah memiliki bagian
yang dapat merasakan berbagai macam rasa. Ada lima rasa yang merupakan komponen
modalitas pengecapan dasar, yaitu : manis, asam, pahit, asin, dan umami. Walaupun hanya
ada lima rasa dasar, sebenarnya lidah kita dapat merasakan ribuan rasa yang merupakan
kombinasi dari lima rasa dasar tersebut (Ganong et al., 2014).

Dari banyaknya makanan yang dikonsumsi manusia, beberapa orang sangat


menyukai makanan pedas. Namun pedas bukanlah sebuah rasa, melainkan sebuah sensasi
yang dapat dirasakan oleh jaringan, salah satunya jaringan pada lidah. Sensasi pedas terasa
seperti sensasi terbakar yang disebabkan oleh suatu zat kimia yang ada di dalam makanan
pedas. Stimulus pedas diterima oleh reseptor nyeri di papil pengecap lidah lalu diteruskan
ke otak sebagai sensasi pedas yang dapat kita rasakan ketika mengonsumsi makanan pedas.

PEMBAHASAN

Persepsi pengecapan diatur oleh komponen lidah yang disebut papil pengecap atau
taste bud. Ada sekitar 10.000 papil pengecap berukuran 50-70 mm yang tersebar di papila
lidah. Papil pengecap dapat ditemukan di tiga jenis papila lidah yaitu, papila fungiformis,
papila valata, dan papila foliata. Papila fungiformis biasanya hanya memiliki lima papil
pengecap yang terletak di ujung papila, sedangkan papila valata dan papila foliata bisa
memiliki hingga 100 papil pengecap yang terletak di sisi papila. Papil pengecap sendiri
mengandung empat jenis sel yang berbeda yaitu sel basal, sel terang, sel intermediet, dan
sel gelap. Setiap papil pengecap mengandung setidaknya 50-100 sel pengecap dengan
setiap ujung apikalnya memiliki mikrovilus. Selain itu setiap papil pengecap dipersarafi
oleh sekitar 50 serat saraf dengan setiap serat saraf dapat menerima impuls dari lima papil
pengecap (Ganong et al., 2014).

Gambar 1. Papil Pengecap atau Taste Bud. (Sumber : Guyton & Hall Textbook of Medical Physiology)

Banyak hal yang dapat mempengaruhi persepsi pengecapan, seperti zat yang ada
dalam sebuah makanan dan teksturnya. Zat makanan pedas yaitu kapsaisin dapat
mempengaruhi persepsi perngecapan, contohnya merica yang dapat merangsang ujung-
ujung saraf nyeri pada lidah. Selain itu, kemampuan indra penghidu juga mempengaruhi
persepsi pengecapan (Guyton & Hall, 2011).

Makanan pedas seperti cabai sebenarnya memiliki beberapa manfaat bagi tubuh.
Kapsaisin yang terkandung pada makanan pedas dapat melancarkan aliran darah manusia.
Namun stimulus pedas memiliki beberapa pengaruh terhadap kemampuan pengecapan.
Orang dengan kebiasaan mengonsumsi makanan pedas memiliki sensitivitas indera
pengecap manis yang lebih rendah dibandingkan orang yang jarang mengonsumsi makanan
pedas. Sensitivitas tersebut diukur berdasarkan kemampuan merasakan rasa manis pada
satu tetes glukosa yang diteteskan pada lidah bagian anterior. Dapat disimpulkan bahwa
kebiasaan mengonsumsi makanan pedas dapat menurunkan kepekaan terhadap rasa manis
(Assegaf, 2007).

Orang dengan kebiasaan mengonsumsi makanan pedas memiliki ketahanan lebih


tinggi terhadap stimulus pedas dibanding orang yang jarang mengonsumsi makanan pedas.
Namun stimulus pedas juga dapat mengganggu kemampuan pengecapan dan membuat
iritasi pada bagian mukosa lidah. Dalam suatu percobaan, rasa manis dengan konsentrasi
0,6% dapat dikenali oleh orang yang tidak pernah mengonsumsi makanan pedas dan orang
yang jarang mengonsumsi makanan pedas. Namun orang yang sering mengonsumsi
makanan pedas baru dapat mengenali rasa manis pada konsentrasi 0,7%. Untuk rasa asin
dengan konsentrasi 0,25% dapat dikenali oleh orang yang jarang mengonsumsi makanan
pedas maupun orang yang sering mengonsumsi makanan pedas, hal itu dikarenakan ion
pada garam yang dapat masuk dengan cepat ke kanal ion di sel pengecap. Rasa asam
dengan konsentrasi tertinggi dalam percobaan tidak dapat dikenali oleh orang dengan
kebiasaan mengonsumsi pedas. Maka kebiasaan mengonsumsi makanan pedas dapat
menurunkan kepekaan terhadap rasa asam. Rasa pahit dengan konsentrasi 0,005% dapat
dirasakan oleh orang yang jarang mengonsumsi pedas maupun orang dengan kebiasaan
mengonsumsi pedas. Perbedaan kemampuan pengecapan antara orang yang jarang
mengonsumsi pedas dan orang yang sering mengonsumsi pedas disebabkan iritasi oleh zat
kimia kapsaisin. Semakin banyak kapsaisin yang dikonsumsi, maka semakin besar potensi
iritasi dan menurunnya kemampuan pengecapan (Utami et al., 2013).

Variasi normal pada lidah yaitu Fissured Tongue dan Geographic Tongue yang
awalnya bersifat asimtomatik atau tidak bergejala dapat menjadi simtomatik atau bergejala
akibat kebiasaan mengonsumsi makanan pedas. Fissured Tongue dan Geographic Tongue
merupakan kondisi abnormal, tetapi masih termasuk variasi normal lidah yang belum dapat
dipastikan penyebabnya. Walaupun Fissured Tongue dan Geographic Tongue bersifat
asimtomatik, beberapa orang dengan kebiasaan mengonsumsi makanan pedas
mengeluhkan rasa perih, panas, dan sakit pada lidah. Tepat setelah mengonsumsi makanan
pedas, lidah terasa nyeri dan mati rasa (Fitriasari et al., 2021).

KESIMPULAN

Stimulus atau rangsangan pedas yang disebabkan oleh kapsaisin memiliki


pengaruh terhadap kemampuan pengecapan seseorang. Kepekaan terhadap beberapa rasa
dasar berkurang berdasarkan percobaan pada berbagai konsentrasi. Walaupun kapsaisin
memiliki beberapa manfaat bagi tubuh, kapsaisin dapat membuat iritasi pada mukosa.
Iritasi pada mukosa dapat mempengaruhi variasi normal pada lidah yang awalnya tidak
memiliki gejala menjadi bergejala. Jumlah kapsaisin yang dikonsumsi berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya potensi iritasi dan penurunan kemampuan pengecapan.
DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, S. (2007). Perbedaan Sensitivitas Indera Rasa Pengecap Manis Antara


Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Pedas dan Tidak Mengkonsumsi Makanan
Pedas.

Fitriasari, N., Dewi, T. S., & Rahayuningtyas, E. D. (2021). Kelainan variasi normal lidah
yang dipicu makanan pedas dan panas pada pasien dengan kondisi anemia. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 32(3), 150.
https://doi.org/10.24198/jkg.v32i3.30723

Ganong, W. F., Barret, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., & Brooks, H. L. (2014). Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. In Penerbit Buku Kedokteran EGC (Vol. 24).

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2011). Textbook of Medical Physiology (R. Gruliow (ed.);
12th ed.). Saunders Elsevier.

Utami, E. V, Chairani, S., & Dewi, S. R. P. (2013). Sensitifitas Rasa Dasar Pengecapan
Pada Individu Dengan Tingkat Ketahanan Terhadap Pedas yang Berbeda.
https://repository.unsri.ac.id/22155/1/Asyiah_DM_2013.pdf
HASIL CEK TURNITIN

Anda mungkin juga menyukai