Anda di halaman 1dari 33

A Look at Media

Effects
Lecture 6, Wednesday, September 27, 2023
Fransiskus Surdiasis, SIP, M.Si
Akar
perhatian
terhadap
pengaruh
komunikasi
massa
• Perhatian terhadap efek media sebagai sebuah bentuk
kajian ilmiah mulai bertumbuh dan berkembang pada era
Perang Dunia Pertama.
• Perhatian ini merupakan tanggapan terhadap
Kajian awal berkembangnya propaganda politik saat itu.
• Pada massa awal ini, berkembang semacam pandangan
tentang efek umum di kalangan peneliti bahwa media massa memiliki
media pengaruh besar yang cenderung seragam dan audiens
dipahami sebagai massa yang tidak berdaya.
• Era ini, pengaruh media dirumuskan secara metaforis
seperti peluru yang ditembakan ke benak khalayak, atau
seperti obat yang disuntikan ke tubuh khalayak.
• Muncul teori seperti magic bullet theory dan hypodermic
needle theory.
• Secara umum, teori-teori ini menempatkan media pada
posisi yang powerful dan memiliki pengaruh yang bersifat
seragam pada khalayak.
• Karena itu era ini disebut juga sebagai era powerful media
The powerful effects atau juga the theory of uniform media influences
(misalnya, Haris, 1994).
Effects Model • Beberapa buku penting yang terbit pada era ini seperti
buku terkenal dari Walter Lippmann Public Opinion (1922)
maupun buku Harold Lasswell Propaganda Technique in the
world war (1927) membawa serta pandangan tentang
media yang perkasa ini.
• Paradigma the powerful effects model atau theory of
uniform media influences bertahan hingga pertengahan
1940-an.
• Ini sejalan dengan mulai munculnya sejumlah kajian
emperik yang menemukan bahwa efek media tidak bersifat
seragam untuk semua orang dan media bukan satu-satunya
The limited factor yang berpengaruh terhadap khalayak.
Effects Model • Khalayak juga tidak lagi dipandang sebagai Masyarakat
massa yang mengalami disorientasi karena perubahan-
perubahan besar, melainkan mulai dipandang sebagai
sekelompok orang dengan kemampuan melakukan seleksi,
Masyarakat yang terkoneksi secara baik dan bukan
Masyarakat yang terisolasi.
• Khalayak yang aktif ini dipandang membatasi efek media
• Studi yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld dkk dari Columbia
University terkait pemilu yang kemudian dipublikasikan
dalam The People’s Choice (1944) mengungkap pentingnya
pengaruh opinion leaders. Media bukan lagi berpengaruh
langsung, melainkan melalui opinion leaders.
• Demikian juga studi yang dilakukan Carl Hovland yang
kemudian menyimpulkan bahwa media massa memiliki
pengaruh yang terbatas pada khalayak.
• Belakangan, Joseph Klapper dalam the Effects of mass
communication (1960) menyimpulkan bahwa media
memiliki pengaruh yang terbatas dan mengidentifikasi
sejumlah factor yang membatasi pengaruh tersebut.
Klapper menemukan khalayak menyelekasi informasi yang
sejalan dengan pandangannya.
• Era ini kemudian dikenal sebagai the limited effects model
• Setelah era 1960-an, penelitian media mengalami
kemajuan pesat. Cakupan penelitian juga meluas, tidak
hanya soal pemilu dan politik.
Moderate to • Pada era ini muncul teori-teori besar dalam komunikasi
Powerful massa seperti agenda setting, uses and gratification theory,
excitation transfer.
Effects model • Pengaruh media berlangsung dalam kondisi yang berbeda
di mana dalam kondisi tertentu media memiliki pengaruh
yang terbatas namun dalam kondisi lainnya, bisa memiliki
pengaruh yang kuat.
• Pengaruh tersebut bersifat kumulatif.
Perse on • “one of the first and most important
Media assumptions of the study of mass
communication has been the presumption that
Effects media and their content have significant and
substantial effects (Perse, 2001, pg. 3)
Konseptualisasi
• Efek media berkaitan dengan perubahan social
Effect Media maupun psikologis yang terjadi pada audiens atau
mereka yang menerima pesan.
• Efek ini bersifat individual dengan lima bentuk
perubahan:
• Behavioral (terjadi bila seseorang melakukan hal
yang sama dengan isi media)
• Attitudinal (perubahan opini, keyakinan dan
nilai)
• Cognitive (mengubah apa yang diketahui
seseorang)
• Emotional (perubahan perasaan seperti cemas,
gembira, sedih dll)
• Physiological (perubahan fisiologis, seperti
jantung gemeter)
Theories and
researches in
Media Effect
• Perse (2011), membagi kajian
efek media berdasarkan
prosesnya ke dalam tiga bentuk
efek:
• Efek langsung (direct effect)
• Efek kondisional (conditional
effect)
• Efek kumulatif (cumulative
effect)
Media dan pengaruhnya pada
kekerasan
• Berapa banyak kasus pembunuhan yang disaksikan seorang anak
Kekerasan di TV ketika dia berada di bangku SD?
• Sebanyak 8.000 kasus ditambah sekitar 100 ribu kasus
dalam media kekerasan lainnya (Huston et al., 1992 ).
dan realitas: • Jika mereka menonton film Die Hard 2 , mereka menyaksikan
setidaknya 264 pembunuhan. Sebuah studi pada 2007
Pengalaman menemukan, ada setidaknya satu kasus kekerasan dalam
setidap 4,8 menit pada acara televisi antara pkl. 7 dan 9
AS malam. (“Numbers,” 2007).
• Berapa banyak kasus kekerasan dalam film kategori G?
• Sebuah survei tahun 2000 terhadap 74 film kategori G
produksi Hollywood menemukan sedikitnya 1 karakter
menderita luka dalam 46 film dan sejumlah orang terbunuh
dalam separuh film. Secara rata-rata terdapat 9,5 menit
alokasi waktu untuk menampilkan adegan kekerasan.
• Menurut data FBI, hanya 0,2% laporan kejahatan yang
diterima FBI adalah pembunuhan. Sesuatu yang berbeda
dengan gambaran tv di mana 50% tindak kejahatan
mengambil bentuk pembunuhan (Bushman & Anderson,
2001 ; Oliver, 1994 ).
Ada semacam penerimaan di kalangan peneliti
bahwa tontotan kekerasan merupakan salah
satu faktor yang menyumbang pada
terbentuknya perilaku agresi

Penelitian Huesmann & Miller misalnya


menyimpulkan bahwa eksposur terhadap
tontonan kekerasan di TV dan film memiliki
kaitan atau korelasi dengan perilaku kekerasan

Eksposur tersebut bisa berpengaruh baik pada


jangka pendek, maupun jangka panjang sikap
agresi dan perilaku kekerasan pada TV
• Efek jangka panjang dikaitkan dengan proses belajar jangka
panjang yang mendukung perilaku agresi
• Sementara efek jangka pendek terjadi karena faktor, priming,
excitation transfer serta imitasi pada perilaku2 tertentu.
• Transfer eksitasi (excitation transfer theory) adalah teori
yang menyatakan bahwa keterangsangan yang dihasilkan
dalam satu situasi tertentu dapat tersisa dan kemudian
memperkuat reaksi emosional yang timbul dalam situasi
berikutnya.
• Peneliti agresi sepakat bahwa perilaku agresi-kekerasan yang
kuat jarang sekali terjadi kecuali terjadinya konvergensi
antara berbagai faktor seperti abnormalitas personal,
deprivasi sosial ekonomi, sikap dan keyakinan yang
mendukung kekerasan, frustasi, dll
• Anak usia muda/kecil mempunyai kecenderungan untuk
meniru apapun yang dia perhatikan. Dengan demikian jika
dia menjumpai perilaku agresi di sekitarnya, maka besar
kemungkinan dia akan berperilaku dalam cara yang sama
• Terkait hubungan antara kekerasan di media dan
masyarakat, perlu diingat bahwa media bukanlah satu-
satunya penyumbang tumbuh dan berkembangnya
kekerasan bagi masyarakat.
• Kondisi negatif seperti kemiskinan, rasisme, narkoba,
kondisi keluarga yang tidak harmonis, tersedianya senjata,
semuanya ikut menyumbang pada tumbuh dan
berkembangnya kejahatan dalam masyarakat.
• Sejumlah penelitian menemukan bahwa kekerasan dalam
media menyumbang sekitar 5-10 persen kekerasan yang
terjadi dalam masyarakat. (Sparks & Sparks, 2002 ;
Strasburger, 1995 )
Dampak • Dampak behavioral: ini merupakan gambaran
kekerasan umum yang orang dapatkan ketika berbicara
soal kekerasan dalam media bahwa tindak
media kekerasan tersebut akan mendorong orang
untuk menirunya.
• Selain pengaruh behavioral, kekerasan dalam
media juga membawa sejumlah pengaruh lain
Ketakutan • Kekerasan di media dapat menimbulkan
(fear) ketakutan, meskipun ketakutan tersebut akan
bervariasi berdasarkan usia maupun jenis
kelamin.
• Secara umum dapat dikatakan bahwa ada
korelasi antara lama menonton tv dengan
prevalensi gejala-gejala trauma psikologis
seperti kecemasan, depresi, maupun stres paska
trauma (Singer, Slovak, Frierson, & York, 1998 ).
Orang yang menonton lebih banyak memiliki
prevalensi yang lebih tinggi.
• Kategori stimuli dan peristiwa yang berbeda
menghasilkan tanggapan ketakutan yang
berbeda pada kelompok usia.
• Cantor and Oliver ( 1996 ; see also Cantor, 1998a, 2002,
2006, 2009) mengidentifikasi sejumlah prinsip atau
kesimpulan umum dalam memperkirakan respons
ketakutan anak.
• Pertama, sejalan dengan meningkatkanya usia
seorang anak, respons ketakutakan terhadap perilaku
atau tindakan akan lebih besar dibandingkan dengan
penampilan. Dengan kata lain, sumber ketakutan
tidak lagi berasal dari penampilan fisik melainkan
pada perilaku atau tindakan.
• Kedua, sejalan dengan usia, anak-anak akan lebih
responsif terhadap bahaya yang real dibandingkan
dengan bahaya yang bersifat fantasi.
• Ketiga, semakin besar usia seorang anak, semakin
responsif terhadap bahaya-bahaya yang bersifat
abstrak.
• Sejumlah peneliti menyarankan bahwa faktor paling
penting dalam mengurangi dampak ketakutan dari
tayangan kekerasan dalam media adalah kualitas diskusi
selama orang tua menemani mereka nonton. Di sinilah
pentingnya peran orang dewasa dalam mendampingi anak
menonton tayangan media/tv.
modeling
• Dampak media ini sejalan dengan pandangan teori kognitif sosial
bahwa orang belajar dari situasi-situasi sosial tertentu.
• Modeling bekerja di atas prinsip bahwa orang yang menonton
tayangan kekerasan akan menjadikan hal tersebut sebagai model
perilaku.
• Modeling juga terjadi berkaitan dengan apa yang disebut
disinhibition—di mana seseorang mengurangi hambatan yang
berkaitan dengan tingkah laku model. Jika sebelumnya kita
menganggap melakukan kekerasan sebagai sesuatu yang tidak pantas,
dalam disinhibition kita mulai meninggalkan cara pandang yang
menganggap tindak kekerasan sebagai sesuatu yang tidak pantas.
• Disinhibition juga dapat terjadi melalui
pengajaran terhadap pandangan-pandangan
atau sikap yang lebih menerima terhadap
perilaku kekerasan.
Sensitization • Berkebalikan dengan efek modeling.
• Seseorang bereaksi secara kuat terhadap
tontonan kekerasan yang dilihatnya yang
membawanya pada posisi menghindari tindakan
tersebut.
• Dampak ini timbul terhadap mereka yang
memiliki sikap empati yang tinggi yang
mendorong mereka lebih berempati pada
korban tindak kekerasan.
• Tayangan kekerasan terkait perang Vietnam
membuat warga Amerika menjadi sensitif
dengan perang tersebut dan mendorong pada
sikap anti-perang
desensitization
• Tontonan terhadap tindak kekerasan dalam
media membuat kita tidak begitu sensitif lagi
dengan tindakan kekerasan dan menerimanya
sebagai hal yang lumrah dan tidak merasa
terganggu dengan hal tersebut.
• Desensitization membawa kita pada sikap
toleransi terhadap kekerasan.
Faktor2 yg
mempengaruhi • Respons terhadap kekerasan media berbeda
pada masing-masing individu atau kelompok.
respons
terhadap • Perbedaan individual merupakan penjelas
kekerasan utama atas perbedaan respons tersebut.
media • Berikut sejumlah pandangan yang menjelaskan
faktor-faktor yang ikut mempengaruhi respons
terhadap tayangan kekerasan
Model • Respons terhadap kekerasan dipengaruhi oleh
attributes atribut karakter yang menjadi model
• Orang cenderung meniru tindak kekerasan yang
dilakukan oleh model yang menarik, dihormati
dibandingkan dengan model yang sebaliknya.
• Semakin dalam seseorang mengidentifikasi
dirinya dengan model melalui empati, semakin
besar kemungkinan meniru tindakannya,
(Huesmann et al., 1984 ; Huesmann, Moise-
Titus, Podolski, & Eron, 2003 ).
• Tindak kekerasan yang dilakukan oleh model
yang kita kagumi dan yang kepadanya kita
mengidentikan diri, memiliki pengaruh yang
lebih besar dibandingkan dengan tindakan yang
sama yang dilakukan oleh karakter yang lain.
• Reinforcement bekerja di atas prinsip bahwa respons yang
didapatkan terhadap suatu tindakan akan memperkuat
tindakan berikutnya.
• Misalnya seorang anak berhasil menyelesaikan PR nya dan
Reinforcement sebagai tanggapannya, dia diizinkan untuk menonton
televisi. Response ini pada gilirannya akan memperkuat
of Violence tindakan sang anak untuk menyelesaikan PR-nya.
• Jika penggunaan kekerasan dalam TV misalnya
mendatangkan respons kepatuhan, maka tindakan
kekerasan tersebut diperkuat dan cenderung dilakukan
kembali.
• Apakah kita menganggap kekerasan itu sebagai sesuatu
yang real akan ikut menentukan kekuatan pengaruhnya.
Semakin kita merasa tindakan kekerasan tersebut sebagai
Perceived sesuatu yang real-yang kita sebut perceived reality---
semakin besar pengaruhnya (van der Voort, 1986 ).
Reality • Sejumlah penelitian menemukan bahwa kekerasan yang
dianggap nyata memiliki efek yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan kekerasan yang dianggap tidak nyata.
Personality
Characteristics • Modeling efek cenderung terjadi pada mereka
yang memiliki kecenderungan terhadap
of the Viewer
kekerasan (Kirsh, Olczak, & Mounts, 2005 ;
Scharrer, 2005 ),
• Kekerasan dalam media hanya memperkuat
kecenderungan kekerasan yang sudah ada pada
seseorang.
• Semakin kecenderungan tersebut diperkuat,
semakin mungkin kecenderungan tersebut
diwujudkan dalam tindakan nyata.
• Apa yang menjadi pusat perhatian kita pada
saat menonton juga menentukan respons kita
terhadap kekerasan.
• Jika kita lebih terpukai dengan pelaku
kekerasan, maka kita cenderung melakukan
modeling response.
• Sebaliknya jika kita lebih menaruh empati pada
korban, kita cenderung mengalami sensitization
response. (Berkowitz, 1984 ).
sumber

• Jennings Bryant and Dolf Zillmann, A retrospective and Prospective Look at


media effects, dalam Robin L. Nabi & Mary Beth Oliver (2009). The sage
handbook of Media Processes and Effects. Sage.

Anda mungkin juga menyukai