Anda di halaman 1dari 51

3.

2 Neraca Zat dengan Reaksi Kimia Ganda

Dalam reaksi kimia yang terjadi dalam suatu sistim, akan mengikut
definisi yang menunjukkan zat kimia akan dikonsumsi karena ada reaksi
atau timbul zat baru sebagai produk. Bila terjadi reaksi kimia ganda
yang simultan, maka zat kimia produk oleh suatu reaksi dapat
dikonsumsi membentuk zat baru oleh reaksi berikutnya. Jadi jumlah zat
produk maupun zat dikonsumsi merupakan akumulasi dari resultansi
reaksi yang berkompetisi. Untuk menghitung produk keseluruhan dari
berbagai zat diperlukan laju produksi individu zat setiap reaksi sehingga
diperoleh laju reaksi bersih.
Laju produksi zat s oleh semua reaksi kimia R s yang terjadi dalam
sistem dapat didefinisikan:
Rs = Nkeluars – Nmasuks
Rumus ini dapat digunakan untuk membangun persamaan neraca zat.
Apabila ada dua reaksi kimia yang melibatkan zat s dengan masing-
masing laju produksi R’s dan R”s, maka persamaan neraca zat dapat
ditulis:
Nkeluars = Nmasuks + Rs = Nmasuks + R’s + R”s
Contoh 3.11
Untuk mereduksi Fe3O4 direaksikan dengan gas H2. Reaksi yang
berlangsung adalah:
Fe3O4 + H2 → 3FeO + H2O (1)
FeO + H2 → Fe + H2O (2)
Bila 4 mol/jam H2 dan 1 mol/jam Fe3O4 dimasukkan ke reaktor, dalam
keadaan tunak diperoleh keluaran 0,1 mol/jam Fe3O4 dan 2,5 mol Fe.
Hitung keluaran reaktor.

Penyelesaian:
Fe3O4 hanya bereaksi pada reaksi (1), sehingga
R”Fe3O4 = 0 dan RFe3O4 = R’Fe3O4
RFe3O4 = 0,1 – 1 = -0,9 mol/jam
Dengan cara yang sama diperoleh:
RFe = R”Fe
RFe = 2,5 – 0 = 2,5 mol/jam
Dari stokiometri reaksi (1) diperoleh:
R’H2 = R’Fe3O4 = -0,9 mol/jam
R’H2O = -R’Fe3O4 = 0,9 mol/jam
R’FeO = -3R’Fe3O4 = 2,7 mol/jam

Dan dari stokiometri reaksi (2) diperoleh:


R”H2 = -R”Fe = -2,5 mol/jam
R”H2O = + R”Fe = 2,5 mol/jam
R’FeO = -R”Fe = -2,5 mol/jam
Dari persamaan reaksi menunjukkan bahwa H2 dikonsumsi pada kedua
reaksi, kemuadian H2O diproduksi kedua reaksi, sementara FeO
diproduksi pada reaksi (1) dan dikonsumsi pada reaksi (2). Sehingga,
laju neraca zat yang mewakili laju bersih produksi untuk semua reaksi
sebagai berikut:
NkeluarH2 = NmasukH2 + RH2 = NmasukH2 + R’H2 + R”H2
= 4 – 0,9 – 2,5 = 0,6 mol/jam
NkeluarH2O = NmasukH20 + RH2O = NmasukH2O + R’H2O + R”H2O
= 0 + 0,9 + 2,5 = 3,4 mol/jam.
NkeluarFeO = NmasukFeO + RFeO = NmasukFeO + R’FeO + R”FeO
= 0 + 2,7 – 2,5 = 0,2 mol/jam
Jadi keluaran rekator terdiri dari: 0,6 mol/jam H2, 3,4 mol/jam H2O, 0,1
mol/jam Fe3O4, 0,2 mol/jam FeO dan 2,5 mol/jam Fe.

=========
3.2.1 Stokiometri yang Digeneralisasi
Apabila σs adalah koefisien stokiometri zat s pada reaksi kimia, maka
harga σs < 0 untuk reaktan dan σs > 0 untuk produk. Keberadaan zat s
dalam reaksi ganda dinayatakan dalam koefisien stokiometri. Untuk
membedakan zat s terlibat dalam reaksi mana, maka simbol koefisien
stokiometri dimodifikasi menjadi termasuk dalam indeks yang
menunjukkan reaksi. σsr artinya koefisien stokiometri zat s pada reaksi
ke-r. Laju reaksi zat s dalam reaksi ke-r, maka dapat didefinisikan:
R sr
rr= s = 1, 2,3, .. .. S
σ sr
dimana: Rsr = laju produksi s dengan reaksi r
Dari definisi ini, maka laju produksi bersih zat s dengan R reaksi kimia
adalah:
R R
R s= ∑ Rsr = ∑ σ sr r r
r=1 r=1 (3.8)
Persamaan ini menerangkan secara jelas hubungan antara laju reaksi
dari reaksi kimia R yang terjadi dalam sistem dan laju produksi pada
berbagai zat.

Contoh 3.11
Tinjau kembali sistem reaksi berikut:
Fe3O4 + H2 → 3FeO + H2O (1)
FeO + H2 → Fe + H2O (2)
Misalkan zat kimia yang terlibat dalam reaksi diberi indeks sebagai
berikut:
s=1 Fe3O4; s=2 FeO; s=3 Fe; s=4 H2; s=5 H2O
Dan reaksi-reaksi juga diberi indeks.
Koefisien stokiometri reaksi 1 ditulis seperti berikut:
σ11 = -1; σ21 = 3; σ31 = 0;σ41 = -1; σ51 = 1
Koefisien stokiometri reaksi 2 adalah:
σ12 = 0, σ22 = -1; σ32 = 1;σ52 = 1
Laju produksi Fe3O4 dan Fe berdasarkan laju reaksi r1 dan r2 adalah:
RFe3O4 = R1 = σ11r1 + σ12r2 = -r1
RFe = R3 = σ31r1 + σ32r2 = r2
Laju produksi FeO yang melibatkan kedua reaksi adalah:
RFeO = R2 = σ21r1 + σ22r2 = 3r1 – r2

Dari definisi laju produksi zat netto dapat ditulis dalam persamaan
neraca mol yang umum untuk zat s yang melibatkan sebanyak R reaksi
kimia adalah:
R
N keluar
s =N masuk
s + ∑ σ sr r r
r=1 s = 1, 2, 3, . . . ., S
Persamaan ini dapat dirumuskan dalam satuan massa :
R
F keluar
s =F masuk
s +Ms ∑ σ sr r r
r=1 s = 1, 2, 3, . . . ., S
Dari hubungan di atas dapat dilihat, untuk sistem yang melibatkan S
komponen dengan sejumlah R reaksi kimia berlangsung simultan, dapat
dibuat s buah neraca komponen dengan melibatkan variabel reaksi rr.

Contoh 3.13
Klorinasi benzen menghasilkan campuran mono-, di-, tri- dan
quadrosubsitusi melalaui reaksi berantai sebagai berikut:
C6H6 + Cl2  C6H5Cl+ HCl
C6H5Cl+ Cl2  C6H4Cl2 + HCl
C6H4Cl2 + Cl2  C6H3Cl3 + HCl
C6H3Cl3 + Cl2  C6H2Cl4 + HCl
Produk utama yang diinginkan adalah triklorobenzen, tetapi produk lain
tak dapat dihindari. Misalkan perbandingan umpan molar Cl2 terhadap
benzen adalah 3,6 : 1, diperoleh komposisi produk:
C6H6 = 1%; C6H5Cl = 7% C6H4Cl2= 12%
C6H3Cl3 = 75%
C6H2Cl4 = 5%
Bila laju umpan 1000 mol/jam benzen masuk ke reaktor, hitung laju
produk utama dan produk samping.
Penyelesaian:
Dalam sistem ada 4 reaksi yang simultan yang masing-masing
mempunyai laju reaksi. Kemudian ada 9 variabel alur sehingga
diperoleh 13 variabel. Selanjutnya ada 7 neraca zat, 4 komposisi, 1
perbandingan umpan dan 1 basis. Dari informasi ini dapat diperoleh
derajat kebebasan yaitu:
Derajat Kebebasan = 13 – 7 - 4 - 1 - 1 = 0
Diketahui laju alir benzen (N1benzen) = 1000 lb/jam.
Laju alir Cl2 (N2) = (3,6/1) x 1000 = 3600 mol/jam, maka neraca zat
dapat ditulis:
Benzen : 0,01N4 = N1benzen – r1
C6H5Cl0,07N4 = 0 + r1 – r2
C6H4Cl2 0,12N4 = 0 + r2 – r3
C6H3Cl3 0,75N4 = 0 + r3 – r4
C6H2Cl4 0,05N4 = 0 + r4
Cl2 N3Cl2 = N2Cl2 – r1 – r2 – r3 – r4
HCl N3HCl = 0 + r1+ r2 + r3 + r4
Bila dijumlahkan persamaan 1 sampai 5 diperoleh:
N4 = N1 = 1000 mol/jam
Dari neraca:
benzen: 0,01(1000) = 1000 – r1  r1 = 990 mol/jam
C6H5Cl0,07(1000) = 0 + 990 – r2  r2 = 920 mol/jam
C6H4Cl2 0,12(1000) = 0 + 920 – r3  r3 = 800 mol/jam
C6H3Cl3 0,75(1000) = 0 + 800 – r4  r4 = 50
Jadi diperoleh :
N3Cl2 = 3600 – 990 - 920 – 800 – 50 = 840 mol/jam
dan N3HCl = 0 + 990 + 920 + 800 + 50 = 2760 mol/jam
Jadi jumlah C6H3Cl3 yang dihasilkan = 0,75(1000) = 750 mol/jam

===========
Dari contoh soal ini dapat dilihat bahwa nilai numerik laju reaksi
tergantung pada harga koefisien stokiometri. Walaupun demikian laju
masuk dan keluar zat tidak terpengaruh.

Contoh soal 3.14


Isomer adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus molekul sama
tetapi struktur molekul yang berbeda. Sebab perbedaan struktur,
bermacam bentuk isomer senyawa umumnya mempunyai sifat fisika dan
kimia yang berbeda. Oleh sebab itu dalam suatu industri yang
melibatkan reaksi isomerasi, senyawa yang diinginkan harus diusahakan
pembentukannya setinggi mungkin. Contoh kasus isomer triplet yang
teridiri dari 1-butena C4H8 dan isomer cis-butena dan trans-butena. Tiga
isomer ini dapat interkonversi melalui katalis alumina dengan reaksi
berikut:
1-Butena  cis-2-butena
cis-2-butene  trans-2-butene
trans-2-butene  1-butene
Pada suhu dan tekanan yang ditentukan, 60% alur umpan 1-butena
murni dirubah menjadi produk yang mengandung 25% cis-2butene.
Hitung komposisi yang tak diketahui.

Penyelesaian:

Variabel: 4 variabel alur


3 reaksi
Dapat dibuat tabel derajat kebebasan berikut:
Jumlah variabel 7
Jumlah Neraca 3
Komposisi 1
Hubungan 1
Basis 1

Derajat kebebasan 1
Dari tabel derajat kebebasan menunjukkan bahwa persoalan ini tidak
dapat diselesaikan untuk 7 variabel. Namun untuk sekedar contoh,
dicoba untuk menyelesaikannya.
Ambil basis 100 mol/jam, sehingga:
N masuk
1 −N keluar
1 100−N keluar
1
X 1 =0 , 6= =
N masuk 100
1
atau N keluar
1 =40 mol / jam
Neraca zat:

1-butene N keluar
1 = 100 – r1 + r3 = 40

cis-butene N keluar
c −2 =0 + r1 – r2

trans-butene N keluar
t−2 =0 + r2 – r3

Produk mengandung 25% cis-2-butene,

N keluar keluar
c −2 =0 ,25 ( N 1 +N keluar keluar
c −2 +N t−2 )
= 0,25[(100-r1 +r 3 )+(r 1 −r 2 )+(r 2−r 3 )]
=25 mol/jam
Dari neraca cis- diperoleh: r1 – r2 = 25 mol/jam
Neraca 1-butene r1 – r3 = 60 mol/jam
Sehingga :
N keluar
t−2 = r2 – r3 = (r1 – r3) – (r1 – r2)

= 60 – 25 = 35 mol/jam
Jadi dapat menghitung semua variabel alur tanpa menghitung semua laju
reaksi. Laju reaksi hanya bertindak sebagai perhitungan antara dalam
perhitungan variabel alur, jadi tanpa menentukan laju reaksi persoalan
dapat diselesaikan. Dengan bantuan hubungan antara ini, maka derajat
kebebasan dapat berkurang.
Dari problem di atas diperoleh bahwa penyelesaian keseluruhan
dapat dinyatakan dalam dua kuantitas laju reaksi yang berbeda yaitu:
r’ = r1 – r3
dan r” = r1 – r2
Kedua kuantitas ini memenuhi untuk persamaan reaksi:
cis-2-butene  trans-2-butene
trans-2-butene  1-butene
Apabila hanya ada dua reaksi, dan dua variabel laju reaksi, maka
problem diatas mempunyai derajat kebebasan nol, yang berarti semua
alur dan variabel dapat dihitung.
Untuk membuktikannya, ditulis persamaan neraca zat:

1-butene N keluar
1 = 100 – r’ 1

cis-butene N keluar
c −2 =0 + r’ 2

trans-butene N keluar
t−2 =0 + r’1 – r’2

Dengan basis 100 mol/jam butene dan konversi terspesifikasi, neraca zat
pertama menghasilkan r’1 = 60 mol/jam. Neraca cis-2-butene
digabungkan dengan 25% komposisi terspesifikasi, maka diperoleh r’2 =
25 mol/jam, sehingga:
N keluar
t−2 = 0 + 60 – 25 = 35 mol/jam.

Jadi dua himpunan reaksi tersebut diatas memberikan harga laju variabel
yang sama, ini berarti kedua himpunen reaksi tersebut ekivalen.
Himpunan reaksi kimia yang dapat direduksi menjadi himpunan kimia
ekivalen dengan jumlah reaksi yang lebih sedikit disebut dependent.
Suatu himpunan reaksi dependent mengandung satu atau lebih reaksi
yang berlebihan (redundant) yang dapat dihilangkan tanpa memberi
akibat perubahan penyelesaian persamaan neraca. Suatu reaksi disebut
independent jika tidak mungkin lagi mereduksi himpunen tersebut
menjadi himpunan equivalen dengan jumlah reaksi lebih sedikit.
Aturan umum untuk mengenali “independent” suatu reaksi; suatu
himpunan disebut independent jika masing-masing reaksi dalam
himpunan melibatkan paling tidak satu komponen yang tidak terdapat
pada reaksi sisa lainnya.
3.2.2 Fraksi Hasil
Fraksi hasil suatu reaksi ganda dapat dituliskan :
R
− ∑ σ sr r r
r=1
X s= masuk
Ns
Fraksi hasil Ypq pada produk p dari reaktan q didefinisikan sebagai rasio
produksi netto produk P dengan laju produksi maksimum yang mungkin
diperoleh, jika seluruh laju pengurangan reaktan q dialokasikan untuk
menghasilkan p saja.
Rp
Y pq =
R maks
p

Rmaks
p = laju produksi maksimum produk p pada nilai laju pengurangan
(konsumsi) reaktan q.

Contoh soal 3.15.


Polialkohol dihasilkan oleh hidrasi katalitik etilen oksida mengikuti
reaksi: H2O + C2H4O  C2H4(OH)2
C2H4(OH)2 + C2H4O  (C2H4OH)2O
(C2H4OH)2O + C2H4O  (C2H3OH)3H2O
Anggap 100 mol/jam etilen oksida bereaksi sempurna dalam air yang
berlebih, 10 mol/jam mono-, 30 mol/jam di- dan 10 mol/jam triglikol
yang diperoleh. Hitung yield (hasil) diglikol dari oksida.
Penyelesaian:
Neraca oksida 0 = 100 – r1 – r2 – r3
Mono- 0 = 0 + r 1 – r2
Tri-(sisa) 0 = 0 + r3
Dari neraca-neraca ini diperoleh:
r3 = 0 dan r1 = r2 = 50 mol/jam
Akibatnya, laju produksi diglikol menjadi:
Rdi = r2 – r3
Diperoleh:
RdiMaks =50 mol/jam

Yield diglikol dari oksida adalah:


Y = 30/50 = 0,6
================
Pada umumnya, fraksi hasil (yield) merupakan fungsi konversi reaktan
utama.

Contoh 3.16
Reaktan etilen oksida digunakan dalam produksi glikol, dengan proses
oksidasi parsial etilen dengan udara berlebih melalui katalis Pt. Reaksi
utama adalah:
2C2H4 + O2  2C2H4O
Reaksi samping dapat juga terjadi:
2C2H4 + O2  2CO2 + 2H2O
Anggap bahwa umpan mengandung 10% etilen dan konversi etilen 25%,
yield oksida 80% diperoleh dari reaktan. Hitung komposisi alur keluar
reaktor.

Penyelesaian:

Analisa derajat kebebasan:


Jumlah variabel 9+2=11
Jumlah neraca 6
Komposisi 1
Hubungan spesifik 3
Basis 1

Derajat kebebasan 0

Dapat diselesaikan dengan mengambil basis perhitungan pada umpan


1000 mol/jam.
Komposisi umpan NMasukC2H4 = 0,1(1000) = 100 mol/jam
Udara (79% N2 dan 21 % O2) = 1000 – 100 = 900
mol/jam
NmasukN2 = 0,79(900) = 711 mol/jam
NmasukO2 = 0,21(900) = 189 mol/jam
Diketahui konversi etilene 25%, maka
N masuk keluar
C 2 H 4 −N C2 H 4
0 , 25=
N Cmasuk
2H 4

atau NkeluarC2H4 = 75 mol/jam


Spesifikasi yield :
RC 2 H 2 O N keluar masuk
C 2 H 2O −N C 2 H 2O
0 , 8= =
RCMaks
2H 2O N Maks
C 2H2O

Laju maksimum produksi C2H2O diperoleh bila 25 mol/jam C2H4


dikonversi untuk menghasilkan oksida, yang berarti tidak ada produk
samping CO2.
Neraca CO2 0 = 0 + 2r2; yang berarti r2 = 0
Neraca C2H4 75 = 100 - 2r1 – r2 = 100 – 2r1
Diproleh: r1 = 12,5 mol/jam

Sehingga: RCMaks
2 H 2O = 2r1 = 25 mol/jam

Hubungan yield dapat disederhanakan menjadi:


N Ckeluar −0
0 , 8= 2 H 2 O sehingga N keluar
C 2 H 2O= 20 mol/jam
25
Berdasarkan informasi diatas maka diperoleh:
Neraca C2H2O 20 = 0 + 2r1
Neraca C2H4 75 = 100 - 2r1 – r2

Neraca O2 N keluar
O2 = 189 – r1 – 3r2

Neraca H2O N keluar


H 2O =0+2 r 2

Neraca CO2 N keluar


CO 2 = 0 + 2r2

Neraca N2 N keluar
N2 = 711
dari neraca C2H4O r1 = 10 mol/jam
dan dari neraca C2H4 r2 = 5 mol/jam
Laju reaksi ini dapat digunakan untuk menghitung laju keluar zat yang
lainnya.

3.2.3 Analisa Derajat Kebebasan


Bila ada sebanyak r reaksi, maka persamaan neraca akan memerlukan
variabel baru R (laju masing-masing reaksi). Begitu juga hubungan
spesifik konversi dan fraksi yield. Ada 3 bentuk komplikasi persoalan
yang dapat timbul dalam penggunaan neraca keseluruhan:
a. Kemungkinan ketergantungan reaksi pada neraca keseluruhan
b. Kemungkinan tidak munculnya neraca independent suatu
komponen dalam neraca keseluruhan karena telah digunakan.
c. Kehadiran komponen kimia antara yang tidak muncul baik di
umpan masuk maupun diproduk keluar.
Komplikasi pertama, dapat diselesaikan mudah dengan penerapan
penyelesaian kasus unit tunggal. Bila lebih satu atau lebih unit proses,
maka reaktor ditinjau sebagai reaktor tunggal dimana semua reaksi
mengambil tempat secara simultan. Dalam tabel derajat kebebasan,
jumlah variabel reaksi berhubungan dengan neraca keseluruhan yang
harus sama dengan reaksi independen.

Contoh 3.17
Reduksi Fe3O4 dalam sistem aliran berlawanan arah dua tahap dengan
reaksi :
Fe3O4 + H2  3FeO + H2O
FeO + H2  Fe + H2O
Reaksi pertama sebahagian besar pada reaktor tahap 1 dan reaksi kedua
pada reaktor tahap 2. Dalam kajian plant menunjukkan bahwa bila 10
mol gas pereduksi mengandung 33% H2, 66% N2, dan 1% H2O masuk
ke tahap 2 per 1 mol produk Fe yang meninggalkan tahap 1, kemudian
produk mengandung 98%(mol) Fe diperoleh. Bila alur gas yang
dihasilkan dilewatkan ke tahap 1 dan produk antara tahap 1 berkurang
menjadi 2 % Fe. Asumsikan semua data digunakan untuk proses skala
penuh dengan daur ulang, hitung semua komposisi alur bila 10% gas
yang meninggalkan tahap 1 disingkirkan (purged) dan kondensor
difungsikan sehingga alur daur ulang hanya mengandung 0,005 frasi
mol air.

Penyelesaian:
Analisa derajat kebebasan
Sistem terdiri dari: 5 unit, 2 reaktor
Reaksi 1dan 2 pada tahap 1 (jadi ada 2 variabel laju reaksi)
Reaksi 2 pada tahap 2 (jadi ada 1 variabel laju).
Proses keseluruhan ada 3 reaksi, tetapi bila dianggap satu reaktor, maka
hanya ada 2 reaksi ( Ada 2 variabel laju reaksi = reaksi independent),
himpunan 3 reaksi disebut dependent karena reaksi tahap 1 identik
dengan reaksi pada tahap 2.
Neraca keseluruhan melibatkan 6 zat (ada 6 persamaan neraca zat).
Tabel analisa derajat kebebasan
Jumlah Pencam Tahap Tahap Pemba- Konden Proses
pur 2 1 gi sor
Variabel 9 10+1 9+2 9 7 30
Neraca 3 5 6 3 3 20
Komposisi spesifik 3 4 1 - 1 5
Hubungan
Pembagi - - - 2 - 2
Purge - - - 1 - 1
Perb. Gas/produk - 1 - - - 1

Derjat kebebasan 3 1 4 3 3 1
Basis -1

Dari tabel derajat kebebasan dapat diambil satu basis di reaktor tahap 2,
dan perhitungan dimulai pada tahap ini.
Basis pada alur 11 adalah 1000 mol/jam (N11 = 1000 mol/jam)
Dari perbandingan gas/produk (10:1) diperoleh: N1 = 100 mol/jam
Pada tahap 2 ada satu reaksi:
FeO + H2  Fe + H2O
Peneracaan dapat dibuat:

N2 N 3N 2 = 0,66(1000) = 660 mol/jam


H2 N 3H 2 = 0,33(1000) – r”
2

H2O N 3H 2O = 0,01(1000) + r”
2

Fe 0,98(100) = 0,02N2 + r”2


FeO 0,02(100) = 0,98N2 – r”2
r”2 = laju reaksi 2 pada reaktor tahap 2
Dari dua persamaan terakhir diproleh: N2 = 100 mol/jam dan r”2 = 96
mol/jam
Setelah disubsitusi ke tiga persamaan pertama diperoleh:
N3 = (N3N2, N3H2, N3H2O) = (660, 234, 106) mol/jam
Sekarang laju pada alur 3, dan 2, serta komposisi di alur 2 telah dapat
dihitung, sehingga derajat kebebasan pada reaktor tahap 1 menjadi nol.
Laju alur 11 telah ditetapkan, sehingga derajat kebebasan di pencampur
berkurang menjadi 2. Laju alu1 telah dihitung, maka derajat kebebasan
secara keseluruhan menjadi 4. Jadi jelaslah bahwa perhitungan
berikutnya adalah reaktor tahap 1.
Neraca di Reaktor tahap 1:

N2 N 5N 2 = 660 mol/jam

H2 N 5H 2 = 234 – r’ – r’
1 2

H2O N 5H 2O = 106 + r’ + r’
1 2

Fe 0,02(100) = 0 + r’2
FeO 0,98(100) = 0 + 3r’1 – r’2
Fe3O4 0 = N4 – r’1
Dari neraca Fe diperoleh r’2 = 2 mol/jam dan dari neraca FeO diperoleh
r’1 = 100/3 mol/jam, sehingga N4 = 100/3 mol/jam dan
N5 = (N5N2, N5H2, N5H2O) = (660, 198,67, 141,33)

Dengan diperolehnya laju alir di alur 5, maka derajat kebebasan di


pembagi (splitter) berkurang dari 3 menjadi nol.
N6 = (66, 19.867, 14,133) mol/jam
dan
N7 = (594, 178,8, 127,2) mol/jam.
Alur 7 telah dihitung yang menyebabkan derajat kebebasan di kondenser
menjadi nol.
Neraca kondenser:
N2 N9N2 = 594 mol/jam
H2 N9H2 = 178,8 mol/jam
H2O N9H2O + N8 = 127,2 mol/jam
Diketahui : N9H2O = 0,005 N9, dan N9 = 594 + 178,8 + 127,2 +
0,005N9, sehingga diperoleh: N9 = 123,32 mol/jam dan N9H2O = 3,88.
Sehingga:
N9 = (594, 178,8, 3,88)
Dari perhitungan neraca di pencampur diperoleh:
N10 = (66, 151,2 , 6,12) mol/jam

Sampai langkah perhitungan ini dapat dibuat tabel derajat kebebasan


baru:
Pencam Taha Tahap Pembagi Kondenser
pur p1 2
Derj. Keb. Awal 3 0 4 3 3
Neraca -4
Tahap 1 -1
Tahap 2 -3
Pembagi -3
Kondenser -2

Persoalan berikutnya, neraca mana yang harus diselesaikan lebih dahulu.


Apakah kondenser atau keseluruhan yang sama-sama mempunyai
derajat kebebasan nol.
Untuk kita dicoba lebih dahulu neraca keseluruhan.
N2 N6N2 = N10N2

H2 N 6H 2=N 10
H 2 – r1 – r2
H2O N 6H 2O +N 8 =N 10
H 2O + r1 + r2

Fe 0,98N1= 0 + r2
FeO 0,02N1 = 0 + 3r1 – r2
Fe3O4 0 = N 4 – r1
Dimana r1 dan r2 laju reaksi keseluruhan dari dua reaksi yang
independent.
Dari perhitungan terdahulu telah diperoleh:
N1 = 100 mol/jam
N4 = 100/3 mol/jam
N6 =(N6N2, N6H2, N6H2O) = (66, 19.867, 14,133) mol/jam
Neraca keseluruhan mempunyai derajat kebebasan 5, dengan
diketahuinya 5 laju alir, persamaan neraca keseluruhan semestinya dapat
diselesaikan. Mengikut pada persamaan-persamaan di atas diproleh:
Dari neraca Fe r2 = 98 mol/jam
FeO r1 = 100/3 mol/jam
Tetapi dengan diketahuinya laju reaksi dan N1, maka neraca FeO
redundant, sementara itu neraca H2O masih mengandung dua variabel
tak diketahui

14 , 133+N 8 =N 10
H 2O + 98 + 100/3

Jadi ada kemungkinan kesilapan dengan perhitungan derajat kebebasan


netto.
Paradoks ini dapat diselesaikan apabila masing-masing dari 6 zat yang
terlibat dalam proses tidak selalu ada dalam setiap unit. Sehingga
memungkinkan untuk menulis semua 6 neraca untuk beberapa unit,
sedangkan unit lainnya hanya 3 neraca zat yang dapat ditulis. Neraca
komponen yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:

Zat Jumlah Neraca


Pencampur Tahap 1 Tahap 2 Pembagi Kondenser
Fe3O4 1
FeO 1 1
Fe 1 1
H2 1 1 1 1 1
H2O 1 1 1 1 1
N2 1 1 1 1 1
Total 3 5 6 3 3

Neraca Fe3O4 hanya dijumpai pada reaktor tahap 2, sehingga hanya satu
neraca Fe3O4 yang diproleh untuk penyelesaian.
Setelah dihitung neraca di reaktor tahap 1, tahap 2 dan pembagi, neraca
yang telah digunakan adalah:
Neraca Fe3O4 1 buah
FeO 2
Fe 2
H2 3
H2O 3
N2 3
Dari tabel jumlah neraca di atas, dapat dilihat bahwa setelah membuat
neraca pada reaktor tahap 1 dan 2, masih tersedia 6 necara komponen
pada keseluruhan sistem. Tetapi sebenarnya hanya tersis 3 persamaan
neraca yaitu untuk H2, H2O dan N2. Setelah melakukan neraca pada
reaktor tahap 1, tahap 2 dan pemisah, neraca F 3O4, FeO dan Fe telah
digunakan, sehingga penggunaan komponen F3O4, FeO dan Fe pada
nerac keseluruhan menjadi redundant (berlebihan).
Untuk memastikan ini ditinjau kembali neraca F3O4, FeO dan Fe pada:
Reaktor tahap 1:
Fe3O4 : 0 = N4 – r’1
FeO : 0,98N2 = 0 + 3r’1 – r’2
Fe : 0,02N2 = 0 + r’2
Reaktor tahap 2
FeO : 0,02N1 = 0,98N2 – r”2
Fe : 0,98N1 = 0,02N2 + r”2
Dengan menjumlahkan neraca komponen reaktor tahap 1 dan 2
diproleh:
Fe3O4 : 0 = N4 – r’1
FeO : 0,02N1 = 0 + 3r’1 – r’2 –r”2
Fe : 0,98N1 = 0 + r’2 + r”2
Dari hubungan yang telah didefinisikan sebelumnya yaitu:
r1 = r’1 dan r2 = r’2 + r”2, terlihat hasil penjumlah neraca
komponen pada tahap 1 dan 2 identik dengan neraca keseluruhan.

Contoh 3.18
Untuk pemisahan uranium U dan zirkonium Zr direaksikan unsur ini
dengan HCl, menurut diagram alir berikut ini. 10 mol/jam campuran
90% Zr-10% U direaksikan dengan alur HCl yang mengandung
sebagian air untuk menghasilkan logam klorida menurut reaksi:
U + 3HCl  UCl3 + 3/2 H2
Zr + 4HCl  ZrCl4 + 2 H2
U dan Zr semuanya bereaksi dengan HCl, dan jumlah HCl yang
diumpan ke reaktor adalah dua kali dari jumlah yang diperlukan secara
stokiometri. UCl3 adalah padatan sehingga dapat keluar langsung dari
reaktor 1, zat lainnya akan dialirkan ke reaktor 2. ZrCl 4 direaksikan
dengan uap agar terbentuk ZrO2 padat menurut reaksi:
ZrCl4 + 2H2O  ZrO2 + 4HCl
Reaksi berjalan sempurna dan ZrO2 padat dipisahkan dari produk gas
lainnya.
Proses berikutnya adalah mendaur ulang HCl, yang dimulai dengan
memisahkan gas H2 pada unit absorber dengan menggunakan larutan
H2O(10%) - HCl (90%) untuk mengabsrobsi HCl. Dari absorber
diperoleh larutan HCl 50% yang selanjutnya larutan tersebut dipekatkan
pada unit striper untuk menghasilkan larutan HCl pekat (90%) yang
selanjutnya dilairkan ke unit pencampur untuk ditambah dengan larutan
HCl segar, sedangkan larutan yang keluar dari bagian bawah (HCl 10%
- H2O 90%) didaur ulang ke absorber sebagai pelarut.
Hitung semua laju setiap alur dan komposisinya, anggap semua
komposisi dalam % mol.
Penyelesaian:
Ada 2 reaktor, reaktor 1 ada 2 reaksi dan reaktor 2 ada 1 reaksi, jadi
reaksi independent. Untuk neraca keseluruhan, ketiga reaksi ini harus
dimasukkan. Derajat kebebasan untuk proses ini dapat dilihat pada tabel
berikut.
Dari tabel menunjukkan bahwa perhitungan dapat dimulai pada unit
striper dan keseluruhan. Bila dimulai perhitungan pada unit striper,
maka alur 8 dan 9 dapat dihitung, maka derjat kebebasan di absorber
menjadi 1. Selanjutnya alur 10 dapat dihitung dan derjat kebebasan di
pencampur menjadi 1. Jadi perhitungan tidak dapat dilanjutkan. Oleh
sebab itu dipilih neraca keseluruhan sebagai awal perhitungan.

Banyaknya Reaktor Reaktor Absor Stripe Penca Proses


1 2 ber r mpur
Variabel 9+2 9+1 9 6 5 23+3
Neraca
U 1 1
UCl3 1 1
Zr 1 1
ZrCl4 1 1 2
ZrO2 1 1
H2 1 1 1 3
H2O 1 1 1 1 1 5
HCl 1 1 1 1 1 5
Total 7 5 3 2 2 19
Komposisi 1 3 3 1 5
Perb. 1 1
Umpan
Derj. Keb. 2 5 3 1 2 1

Basis perhitungan: 10 mol/jam umpan logam.


Pada neraca keseluruhan melibatkan tiga reaksi, r 1 untuk laju reaksi
klorinasi uranium, r2 untuk laju reaksi klorinasi zirkonium dan r3 untuk
laju reaksi oksidasi zirkonium.
Persamaan neraca :
U 0 = 1 –r1
Zr 0 = 9 –r2
UCl3 N2 = 0 + r1
ZrCl4 0 = 0 + r 2 – r3
ZrO2 N5 = 0 + r3
H2 0,9N7 = 0 + 3/2 r1 + 2r2
H2O 0 = N4 – 2r3
HCl 0,1N7 = N11 – 3r1 – 4r2 + 4r3
Dari dua neraca pertama diperoleh r1 = 1mol/jam dan r2 = 9 mol/jam
Dari neraca ZrCl4 diperoleh r3 = 9 mol/jam.
Dengan demikian dapat dihitung laju alur dari neraca:
UCl3 N2 = 1 mol/jam
ZrO2 N5 = 9 mol/jam
H2 N7 = 21,67 mol/jam
HCl N11 = 5,167 mol/jam
Juga telah ditentukan N1 = 10 mol/jam (basis), N2 = 1 mol/jam, hal ini
berarti derjat kebebasan pada reaktor 1 menjadi nol (perhitungan
dilanjutkan).
Dari 7 neraca yang ada pada reaktor 1, ada 3 neraca (U, Zr, UCl 3) yang
telah dibuat dalam neraca keseluruhan, jadi masih ada 4 neraca zat yang
tersisa.
Laju alur 12 mengandung HCl sebanyak 2 kali yang diperlukan untuk
bereaksi dengan U dan Zr.
N12HCl = 2(3N1U + 4N1Zr) = 2(3 + 36) = 78 mol/jam
Dengan demikian derajat kebebasan pada pencampur menjadi nol.
Neraca di pencampur:
HCl 78 = 0,9N10 + 5,167
H2O N12H2O = 0,1 N10
sehingga diperoleh: N10 = 80,926 mol/jam dan N12H2O = 8,093 mol/jam
Dengan diketahui laju alur 12, maka derajat kebebasan di reaktor 1
menjadi nol, dan dengan laju alur 10 diketahui, maka derajat kebebasan
di striper menjadi nol.
Neraca di striper
HCl 72,833 + 0,1 N8 = 0,5 N9
H2O 8,093 + 0,9N8 = 0,5N9
Diperoleh : N8 = 80,926 dan N9 = 161,852
Dengan diperoleh harga N7, N8 dan N9, maka derajat kebebasan pada
unit absorber menjadi nol. Dari neraca zat diperoleh komposisi pada alur
6 yaitu:
N6 = (N6H2, N6H2O, N6HCl) = (19,5; 8,093; 75) mol/jam.
Sekarang laju pada alur 4, 5 dan 6 serta laju reaksi ke 3 telah diketahui.
Akibatnya neraca pada reaktor 2 dapat dihitung yang menghasilkan:
N3 = (N3ZrCl4,N3ZrO2, N3H2, N3H2O, N3HCl) = (9; 0; 19,5; 8,093; 39)
mol/jam
3.3 Aljabar Reaksi Kimia Ganda
Secara umum perumusan persamaan neraca bahan zat yang melibatkan
reaksi kimia sering dihadapkan pada reaksi ganda. Sehingga akan
diperoleh banyak konversi-konversi kimiawi dan banyak laju reaksi.
Akan tetapi dalam himpunan reaksi dapat terjadi satu atau lebih reaksi
hanya merupakan penambahan atau pengurangan reaksi-reaksi lainnya.
Himpunan reaksi penjumlahan itu merupakan persamaan reaksi yang
satu sama lainnya saling tak terhubungkan secara linier (TTSL).

3.3.1 Reaksi yang Tak Terhubungkan Secara Linier (TTSL)


Suatu vektor disebut TTSL apabila vektor anggota tersebut tidak
mungkin untuk dinyatakan sebagai kombinasi yang linier vektor anggota
lainnya. Bila vektor anggota himpunan itu tidak tak tergantung, maka
dikatakan bahwa vektor-vektor itu saling tergantung secara linier
(linierly independent).
Tinjau vektor-vektor R masing-masing dengan anggota
komponen S dapat dituliskan:

(xr=¿ x1r¿)(x1r¿)(.¿)(.¿) ¿
¿ dimana r = 1, 2, 3, ....., R
adalah linier dependent bila ada himpunan konstanta αr, r = 1, 2, 3,....,R
tidak semua sama dengan nol, sehingga
R
∑ αr x sr =0
r=1 s = 1, ....., S
Bila hanya himpunan konstanta αr yang memenuhi kondisi αr = 0, r =
1, ...., R, maka himpunan vektor-vektor tersebut tak terhubungkan secara
linier (TTSL).

Contoh a

( 2 ¿) ¿ ¿ ¿
Vektor x1 =¿ adalah terhubungkan secara linier (TSL),
sebab konstanta α1 =1 dan α2 = -2 dapat dikalikan kepada anggota vektor
tersebut.
(1)x11 + (-2)x12 = (1)(2) + (-2)(1) = 0
(1)x21 + (-2)x22 = (1)(2) + (-2)(1) = 0

Contoh b

x 1=¿ ( 1 ¿ )( 0 ¿ )( 0 ¿ ) ¿ ¿¿
¿
Vektor x1, x2 dan x3 adalah TTSL, karena tidak mungkin penjumlahan
vektor tersebut menjadi nol apabila mengalikan vektor tersebut dengan
konstanta-konstanta α1, α2 dan α3. Vektor tersebut dapat menjadi nol
dengan cara sebagai berikut:

α 1 ¿ ( 1¿ )( 0 ¿ ) ( 0 ¿ ) ¿ ¿
¿
Vektor-vektor sub-himpunan TTSL dari himpunan vektor dependent
(TSL) disebut sebagai basis dari himpunan TSL bila setiap vektor
himpunan induknya dapat dinyatakan sebagai kombinasi liner dari
anggota sub-himpunan.

x 1= ¿ ( 1 ¿ ) ¿ ¿ ¿
Contoh, himpunan vektor ¿
adalah TSL. Sub-himpunan terdiri dari x 1 dan x2 adalah himpunan
vektor TTSL, karena α1 dan α2 yang bukan nol, sehingga α1x1 + α2x2

¿¿ ( 1 ¿ ) ¿
α ¿
¿
Selanjutnya dapat dilihat bahwa:

x 3≡2x 1+x 2=2¿ ( 1¿ ) ¿ ¿ ¿


¿
¿
Jadi x3 dan x4 dapat dibentuk dari x1 dan x2 dengan melakukan
kombinasi linier. Dengan demikian x 1 dan x2 memenuhi syarat sebagai
vektor basis untuk himpunan vektor-vektor x 1, x2, x3 dan x4. Apabila
vektor basis terbentuk, maka akan diperoleh himpunan vektor yang lebih
kecil tetapi mewakili seluruh vektor.
Suatu sistem reaksi yang melibatkan zat sebanyak S dan reaksi
sebanyak R, maka himpunan vektor-vektor sebanyak R dengan
komponen S dibentuk dari koefisien stokiometri masing-masing reaksi.
Andaikan himpunan R reaksi yang melibatkan S zat adalah TSL
dan andaikan bahwa himpunan ekivalen dapat dibentuk dengan
menyingkirkan reaksi R. Menurut persamaan 3.8 diperoleh
R
R s= ∑ σ sr r r ; s = 1, 2, . .. .. . , S
r=1

Himpunan yang terbentuk R-1 reaksi yang sepadan dengan himpunan


yang melibatkan semua reaksi R, maka berlaku hubungan:
R−1
R s= ∑ σ sr r r ' ; s = 1, 2, .. . .. ., S
r=1

R R−1
∑ σ sr rr = ∑ σ sr rr ' ; s = 1, 2, .. . .. ., S
Jadi : r=1 r=1

Kesamaan ini berlaku untuk semua pilihan r r, r = 1, 2, ….., R; dan


hubungan tersebut berlaku untuk suatu pilihan r r ≠ 0. Kemudian
diperoleh:
R−1 R−1
1
σ sR r R + ∑ σ sr r r = ∑ σ r' ; s = 1, 2, 3, . .. .. , S
r=1 r R r=1 sr r
R−1
1
σ sR= ∑ σ (r' −r ) ; s = 1, 2, 3,. . .. . , S
r R r=1 sr r r
Persamaan ini menyatakan bahwa koefisien sokiometri persamaan
reaksi ke R dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari koefisein
stokiometri (R-1) reaksi lainnya. Dengan demikian, himpunan R vektor
tentang koefisien stokiometri dari himpunan R reaksi adalah TSL bila
himpunan R reaksi tersebut saling tergantung.
Kebalikan dari pernyataan tersebut benar, yaitu bila himpunan
vektor koefisien stokiometri suatu himpunan reaksi saling tergantung,
maka himpunan reaksinya juga saling tergantung.
Berikut ini verifikasi pernyataan ini. Andaikan himpunan vektor
koefisien stokiometri dari suatu himpunan R reaksi merupakan
himpunan vektor TSL. Selanjutnya, andaikan himpunan vektor koefisien
stokiometri dari sub-himpunan R’ reaksi merupakan himpunan vektor
TTSL (himpunan R’ reaksi merupakan bagian himpunan R reaksi) dan
himpunan vektor ini merupakan basis dari himpunan vektor terdahulu.
Maka harus dapat dijumpai konstanta-konstanta αsd yang memungkinkan
dipenuhinya hubungan berikut:
R'
σ sd = ∑ σ rd σ sr ; d = R' + 1, . .. . , R dan s = 1, 2, 3 .. . , S
r=1 (3.9)
Menurut persamaan 3.8, laju produksi tiap zat dalam proses melibatkan
R himpunan reaksi yang dinyatakan:
R
R s= ∑ σ sr σ r ; s = 1, 2, 3 .. . , S
r=1

Bila persamaan ini dipecah menjadi dua diperoleh:


R' R
R s= ∑ σ sr σ r + ∑ σ sr σ r
r=1 r=R '+1

(3.10)
Subsitusi persamaan (3.9) ke persamaan (3.10) diperoleh:

( )
R' R R'
R s= ∑ σ sr r r + ∑ ∑ σ rd σ sr rd
r=1 d =R '+1 r=1

Indeks terluar diganti dengan d untuk kemudahan. Bila urutan


penjumlahan pada suku kedua ruas kanan dipertukarkan:
R' R' R
R s= ∑ σ sr r r + ∑ σ sr ∑ α rd r d
r=1 r=1 d= R '+1

( )
R' R
R s= ∑ σ sr r r + ∑ α rd r d ; s = 1, 2, . .. , S
atau r=1 d=R ' +1

R'
r ' r =r r + ∑ α rd r d
didefinisikan: r=1

R'
R s= ∑ σ sr r ' r
maka r=1

(3.11)
Hasil di atas menunjukkan bahwa sub-himpunan reaksi dengan koefisien
stokiometri TTSL akan menghasilkan laju produksi zat yang sama
dengan himpunan lengkap.

Contoh 3.19. Menurut contoh 3.14, dapat disimpulkan bahwa sistem


mempunyai reaksi:
1-Butena  cis-2-butena
cis-2-butene  trans-2-butene
trans-2-butene  1-butene
adalah TSL karena penyelesaian yang sama diperoleh untuk masalah
bila dua reaksi terakhir yang digunakan. Gunakan indeks berikut:
Senyawa Indeks, i Reaksi
1-Butena 1 1-Butena  cis-2-butena
cis-2-butena 2 cis-2-butene  trans-2-butene
trans-2-butene 3 trans-2-butene  1-butene

Dengan menggunakan indeks tersebut, koefisien stokiometri yang


terdapat dalam tiap reaksi dapat disusun sebagai 3 vektor, satu untuk
tiap reaksi, yang berdimensi 3:

(σ j=¿ σ1j ¿)(σ2j ¿)¿¿¿


¿
σ 1=¿ ( 11 ¿)( 21 ¿) ¿¿
σ σ ¿
untuk reaksi 1(j=1) ¿ ;

σ 2=¿ ( 12 ¿ )( 22 ¿) ¿¿
σ σ ¿
untuk reaksi 2 (j=2) ¿ ;

σ 1=¿ ( 13 ¿ )( 23 ¿) ¿¿
σ σ ¿
untuk reaksi 3 (j =3) ¿
Untuk ketiga vektor ini, dapat dicari αk yang bukan nol sehingga:
3
∑ α k σ k =0
k =1

ambil α1 = 1; α2 = 1 dan α3 = 1, maka:


(1)σ1 + (1)σ2 + (1)σ3 = 0

(1)¿ (−1¿ )( +1 ¿ ) ¿ ¿
¿
jadi koefisien stokiometri reaksi di atas adalah TSL

Dari uraian di atas dapat disimpulkan:


1. Himpunan reaksi adalah TSL bila salah satu reaksi dalam
himpunan dapat ditimbulkan dengan menambah atau
mengurangi reaksi-reaksi lainnya.
2. Himpunan reaksi adalah TTSL bila setiap reaksi yang
mengandung satu zat tidak terdapat dalam reaksi lainnya. Bila
setiap vektor koefisien stokiometri mempunyai komponen tak
nol dimana setiap vektor lainnya mempunyai komponen nol,
maka himpunan lengkap koefisien stokiometri harus TTSL.

3.3.2 Penentuan TTSL


Penentuan TTSL dilakukan dalam 4 operasi sederhana yang secara
sistematik yang dilakukan pada susunan koefisien stokiometri reaksi.

Contoh 3.20
Tinjau kembali contoh 3.18
U + 3HCl  UCl3 + 3/2 H2
Zr + 4HCl  ZrCl4 + 2 H2
ZrCl4 + 2H2O  ZrO2 + 4HCl
Dari aturan umum, ketiga reaksi adalah TTSL sebab zat U, Zr dan ZrO2
hanya terjadi dalam salah satu reaksi.
Penentuan koefisien:
Komponen Indeks Reaksi
U 1 U + 3HCl  UCl3 + 3/2 H2
Zr 2 Zr + 4HCl  ZrCl4 + 2 H2
ZrO2 3 ZrCl4 + 2H2O  ZrO2 + 4HC
UCl3 4
ZrCl4 5
HCl 6
H2 7
H2O 8

Vektor koefisien stokiometri dapat disusun menjadi:

(σ=¿−1¿)(0 ¿)(1 0¿)(−3¿)( /2¿) ¿ σ=¿(0¿)−1¿)(0 ¿)(1 −4¿)(2 ¿¿ σ=¿(0¿) (1¿)0 (−1¿)(4 0¿) ¿
1 2 3
¿ ; ¿ ;
Dari ketiga vektor ini jelaslah TTSL sebab hanya ada tiga komponen
¿
pertama yang dikaji, sehingga tidak ada harga α1, α2 dan α3 yang bukan
nol, sehingga:
(-1)α1 + (0) α2 + (0)α3 = 0
(0) α1 + (-1) α2 + (0)α3 = 0
(0) α1 + (0) α2 + (1)α3 = 0
Vektor strokiometri disusun menjadi matrik 8 x 3
(−1 0 ¿)(0 -1 0¿)( 0 1¿)( 0 ¿)(0 1 -¿)(3 -4 ¿)(3/2 0¿)¿
¿
Penentuan TTSL dengan aturan umum dilakukan dengan: mencari satu
baris (komponen) yang memiliki satu harga parameter yang bukan nol
pada kolom (reaksi) yang berbeda. Walaupun demikian tidak selalu
didapatkan baris yang langsung memenuhi kriteria di atas. Kalau bentuk
susunan tidak seperti diatas, maka perlu dibuat susunan baru sehingga
diperoleh R (banyaknya jumlah reaksi) baris pertama mengandung
koefisien yang bukan nol dalam satu diagonal.
Tahapan operasi dalam membuat susunan baru:
a. Perkalian satu kolom susunan dengan suatu konstanta
b. Mempertukarkan letak baris susunan
c. Mempertukarkan letak kolom susunan
d. Menambahkan satu kolom dengan kolom lainnya.
Prosedur reduksi susunan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tahap A.
Tinjau kolom pertama, bagi setiap elemen kolom tersebut dengan
elemen paling atas.

Tahap B.
Tambahkan hasil perkalian kolom pertama dengan konstanta pengali
yang sesuai, dengan masing-masing kolom lainnya sehingga elemen
paling atas pada masing-masing kolom menjadi nol.

Untuk tahap berikutnya, urutan tahapan diulangi, yaitu untuk kolom j.


Tahap A.
Tinjau kolom ke j, bagi setiap elemen dalam kolom j dengan elemen ke j
dalam kolom tersebut. Jika elemen ke j dalam kolom tersebut sama
dengan nol, lanjutkan ke tahap C.
Tahap B.
Tambahkan hasil perkalian kolom ke j dengan masing-masing kolom
lainnya sehingga elemen ke j dalam masing-masing kolom sama dengan
nol. Setelah tahap ini selesai, untuk j = j+1 ulangi tahap A.
Tahap C.
Bila elemen ke j dalam kolom ke j sama dengan nol, pertukarkan baris j
dengan baris dibawah j yang tidak berharga nol ke posisi ke j. Kembali
ke tahap A. Bila tidak ada baris, dibawah baris ke j yang memiliki
elemen bukan nol dalam kolom j, pertukarkan kelom j dengan kolom
lain disebelah kanan kolom j. Kembali ke tahap A.
Prosedur reduksi selesai apabila seluruh kolom telah tereduksi,
atau bilamana semua kolom yang tersisa sama dengan nol. Kolom yang
bukan nol pada susunan yang dihasilkan (misalkan R’) akan TTSL
karena kolom ke j mengandung elemen dengan harga 1 pada posisi ke j
dan nol pada sisa R’-1 elemen sisanya.
Jika himpunan yang direduksi hanya memiliki R’ kolom yang
TTSL (sisa R-R’ kolom sama dengan nol), himpunan semula koefisien
stokiometri hanya mempunyai R’ dalam kolom yang TTSL. Himpunan
tertentu R’reaksi TTSL dapat ditentukan dengan mengambil kolom yang
bukan nol dari susunan yang direduksi.

Contoh 3.21
Produksi gas CO2 dibuat dengan mereaksikan uap air dengan gas
metana.
CH4 + CO2  2CO + 2H2
CO + H2O  CO2 + H2
CH4 + H2O  CO + 3 H2
CH4 + 2H2O  CO2 + 4H2
Gas yang disintesa digunakan untuk menghasilkan metanol dengan
reaksi:
CO + 2 H2  CH3OH
Untuk meminimumkan reaksi samping melalui alur di atas, gas sintesa
diharapkan memiliki sedikit kelebihan H 2. Oleh sebab itu reformer
dioperasikan dengan :
- komposisi gas umpan: 50% CH4, 35% H2O dan 15% CO2
- Produks gas sintesa dengan H2 :CO = 2.2 : 1
- Konversi gas metan 80%
Hitung komposisi dari gas sintesa.

Penyelesaian:

Disusun rangakaian reaksi dengan koefisien stokiometri diperoleh:


CH4 + CO2  2CO + 2H2
CO + H2O  CO2 + H2
CH4 + H2O  CO + 3 H2
CH4 + 2H2O  CO2 + 4H2
Komponen Reaksi 1 Reaksi 2 Reaksi 3
CH4 -1 0 -1
CO2 -1 1 0
CO 2 -1 1
H2O 0 -1 -1
H2 2 1 3

Tahap A: Bagikan elemen pada kolom pertama dengan elemen


paling atas (-1)

(1 0 -1 -1¿)(1 1 0 1¿)(−2 -1 1 0¿)(0 -1 -1 -2¿) ¿


Tahap B:
¿
Kalikan kolom pertama yang baru dengan -1, kemudian
tambahkan kolom yang baru tersebut dengan kolom 3 dan 4. (ingat
kolom 2 sudah mempunyai elemen paling atas nol)

( 1 0 0 0 ¿ ) ( 1 1 1 2 ¿ ) ( − 2 -1 -1 - 2 ¿ ) ( 0 -1 -1 - 2 ¿ ) ¿
Hasilnya adalah: ¿
Lanjutkan reduksi pada kolom 2
Tahap A: Kolom ke dua tak berubah (elemen paling atas sudah nol)
Tahap B: Tujuan membuat nol elemen baris kedua pada kolom 3.
Kalikan kolom dua dengan +1 kemudian masing-masing elemen
tambahkan pada kolom 3. Kalikan kolom ke dua dengan -2 dan
tambahkan dengan kolom ke empat. Kalikan kolom kedua dengan -1
dan tambahkan ke kolom pertama.
Hasil operasi tersebut adalah:
|CH 4

(1 0 0 0¿)(0 1 0 0¿)(−1 -1 0 0¿)(1 -1 0 0¿) ¿ |CO2


|CO 

¿ |H 2 O
|H 2
Kolom 3 dan 4 sudah nol sehingga reduksi telah selesai. Kolom yang
TTSL adalam kolom 1 dan 2, berarti dari himpunan reaksi hanya 2
reaksi yang TTSL.
Dari kolom 1 dan 2 diperoleh reaksi yang TTSL:
CO + 3 H2  CH4 + H2O
CO + H2O  CO2 + H2
Dengan telah diketahui reaksi TTSL, maka dapat dibuat tabel analisa
derajat kebebasan.
Variabel 8(komponen) + 2(reaksi TTSL) = 10
Pers. Neraca 5
Variabel terspesifikasi
-komposisi : 2
-konversi : 1
- H2:CO : 1
Total 9
Derajat kebebasan 1
Pilih basis perhitungan sehingga diperoleh derjat kebebasan = 0
Pilih basis : 100 mol/jam CO produk.
Dari perbandingan Nkeluar H2: NkeluarCO= 2,2 , diperoleh: NkeluarH2 = 220
Dari koefisien stokiometri diperoleh persamaan neraca komponen:
CH4 NkeluarCH4 = 0,5 Nmasuk + r1
H2O NkeluarH2O = 0,35 Nmasuk + r1 – r2
CO2 NkeluarCO2 = 0,15 Nmasuk + r2
CO 100 = 0 - r1 – r2
H2 220 = 0 -3r1 + r2

Dari hubungan konversi diperoleh:


NkeluarCH4 = NmasukCH4(1 – XCH4) = 0,5Nmasuk(1 – 0,8) = 0,1 Nmasuk
Tambahkan neraca CO dan H2 diperoleh:
r1 = 320/-4 = -80 mol/jam
Subsitusi kembali ke salah satu neraca CO atau H2 diperoleh
r2 = -20 mol/jam
Dari neraca CH4 dan hubungan koversi diperoleh:
Nmasuk = 200 mol/jam
Jadi alur keluar terdiri dari:
(NkeluarCH4, NkeluarH2O, NkeluarCO2, NkeluarCO, NkeluarH2) = (20, 10, 10, 100, 220)
mol/jam dan komposisinya masing-masing (0,0556; 0,0278; 0,0278;
0,2778; 0,6111)

Anda mungkin juga menyukai