Anda di halaman 1dari 58

OESOPHAGOGRAFI

Agustina Dwi Prastanti,


S.ST, M.Si
Pengertian

• Teknik pemeriksaan secara


radiografi untuk melihat
oesophagus dan pharynx
dengan menggunakan media
kontras positif.
• Tujuan pemeriksaan
untuk mengetahui kelainan
fungsi dan anatomi pada
oesophagus dan pharynx
Struktur Mikroskopis
Esofagus sampai anus
mempunyai struktur dasar
yang sama:
1. Lapisan mukosa: jaringan
epitel yang tersusun di atas
lamina propria & muskularis
mukosa
fungsi:
– Sekresi kelenjar
– Absorbsi zat gizi
– Pelindung terhadap bakteri
2. Lapisan submukosa
Disini terdapat arteriole,venule dan jaringan saraf
pleksus submukosa & Meisner’s.
3. Dua lapis otot polos, dari dalam keluar:
– Otot sirkular yang berbentuk spiral rapat,
berfungsi kontriksi saluran pencernaan.
– Otot longitudinal, berbentuk spiral panjang,
berfungsi memendekkan saluran
– Kedua lapisan ini bekerja sama untuk
mengaduk makanan agar pencernaan secara
kimiawi dapat berlangsung.
– Di antara kedua lapisan otot ini terdapat
jaringan saraf yang disebut pleksus
mienterikus (pleksus auerbach’s).
KONTROL DAN KOORDINASI AKTIFITAS
SALURAN PENCERNAAN

• Saraf pleksus mienterikus (Auerbach’s) terletak di antara


lapisan otot sirkuler & longitudinal. Fungsi koordinasi
gerakan otot polos dinding usus

• Pleksus Meisner’s di submukosa, fungsi mengontrol aliran


darah & mendeteksi sensasi keregangan usus.

• Saraf parasimpatis Vagus (dari brain stem) mengatur


kecepatan gerakan dan sekresi getah usus serta hormon-
hormon (Gastrin, Kolesistokinin (CCK) dan sekretin).
AKTIFITAS SISTEM PENCERNAAN
• Ingesti, memasukkan makanan ke
dalam tubuh
• Mengalirkan makanan sepanjang
saluran pencernaan
• Digesti, memecah makanan
menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil baik secara kemis maupun
mekanis
• Absorbsi, menyerap makanan dari
saluran pencernaan dipindahkan ke
sistim kardiovaskuler dan limfa
untuk diedarkan ke seluruh tubuh
• Defekasi, pengeluaran sisa
makanan yang tidak tercerna keluar
tubuh.
INGESTI DAN MASTIKASI
Di dalam mulut makanan dihancurkan
melalui:
• Mastikasi / pengunyahan
• Pelumasan oleh air liur/saliva
Netralisasi asam dalam makanan
dengan bikarbonat

Saliva diproduksi oleh sel-sel asini


dari:
– Kelenjar parotis: mengeluarkan
air liur encer
– Kelenjar submandibularis
– Kelenjar sublingualis
– Kelenjar-kelenjar lain pada
mukosa mulut.

PERANGSANGAN PENGELUARAN AIR LIUR

Merupakan suatu respon refleks yang dimulai dari


reseptor-reseptor yang ada dalam mulut
• reseptor cita rasa
• reseptor bau
• reseptor raba akibat pengunyahan.

Rangsangan kemudian diteruskan ke hipotalamus dan


pusat pengatur air liur.
DIGLUTISI (PENELANAN)
1. Tahap bukal : makanan
dikumpulkan dipermukaan atas
lidah sebagai bolus yang
lembab. Kemudian bolus
didorong ke dalam faring.
2. Tahap faringeal : faring tertarik
ke atas di bawah dasar lidah,
inlet laringeal berkonstriksi, dan
epiglotis menutupi laring untuk
mencegah makanan masuk
trakea. Otot-otot faring kemudian
mendorong bolus ke dalam
esofagus bagian atas.
3. Tahap esofagus: gelombang
peristaltik membawa bolus ke
bawah terus ke lambung.
Pencegahan Regurgitasi (Refluks) Kembali
Ke Esofagus

• Kontraksi otot pada ujung


bawah esofagus
• Lipatan mukosa pada
esofagus bagian bawah
• Jepitan esofagus oleh
diafragma
• Jalan masuk yang
bertonjolan dari esofagus
ke dalam lambung
Anatomi Oesophagus

• Oesophagus terletak
dibelakang trakea,
terbentang dari
laringopharynx s/d
lambung. Panjangnya
sekitar 24 cm,
diameter ¾ inchi
(sekitar 2 cm)
ANATOMI ESOFAGUS
• suatu organ silindris berongga dengan
panjang pada orang dewasa sekitar 25 cm
dan diameter sekitar 2 cm saat kosong dan 3
cm saat berisi makanan.
• Panjang pada bayi 8-10 cm dengan diameter
0,5 cm.
• Ujung bagian atas pada tulang rawan krikoid
(vertebra servikal 6) dan bagian bawah pada
orifisium kardia (vertebra torakal 10).
• Terdapat 2 sfingter :sfingter esofagus bagian
atas (m. krikofaringeus) dan sfingter esofagus
bagian bawah
Anatomy
(Continued)
• The esophagus has
three distinct areas
of naturally occurring
anatomic narrowing
– Cervical constriction
– Bronchoaortic
constriction
– Diaphragmatic
constriction
• Oesophagus is the narrowest
region of alimentary tract except
vermiform appendix. During its
course it has three indentations:
– At 15 cm from incisor teeth is
crico-pharyngues sphincter
(normally closed) (UES)
– At 25 cm aortic arch and left
main bronchus
– At 40 cms where it pierces the
diaphragm where a Source:
http://www.ispub.com/ispub/ijorl/volume_4_number_2_33/office

physiological sphincter is sited


_procedure_for_management_of_foreign_body_cricopharynx/b
ody-fig1.jpg

(LES)
DINDING ESOFAGUS terdiri atas 4 lapisan :
1. Lapisan mukosa : Bersifat alkali
2. Lapisan sub mukosa : Banyak sel sekretori
3. Lapisan muskularis : Sirkular (dalam) dan
Longitudinal (luar)
4. Lapisan serosa : Jaringan ikat longgar

PERSARAFAN
• Ekstrinsik Simpatis
Parasimpatis (N. Vagus)
• Intrinsik Pleksus Aurbach
Pleksus Meissner
Perdarahan
atas a. tiroidea inferior,a. subklavia
Bagian tengah a.bronkialis,cabang aorta
bawah a. gastrika sinistra,a.frenika

atas v.tiroidea inferior


Bagian tengah v.azygos
bawah v.esofageal
Aliran Limfatik
• Bagian servikal dan mid-esofagus nodus
paraesofageal servikal dan nodus jugularis
inferior.
• Bagian torakal dari esofagus  nodus
mediastinum superior, peribronkhial, hilar,
dan paraesofageal.
• Bagian abdominal dari esofagus  nodus
gastrika sinistra
Indikasi Pemeriksaan
• Achalasia (penurunan pergerakan peristaltic 2/3 distal
oesophagus)
• Anatomic anomalies
• Foreign bodies (bolus of food, metallic object, fish bone)
• Carcinoma
• Dysphagia
• Esophagitis
• Refluks
• Spasme oesophagus
Kontra indikasi
• Perforasi
Persiapan pasien
• Tidak ada
persiapan khusus,
kecuali dilanjutkan
untuk
pemeriksaan
maag dan
duodenum
• Berikan
penjelasan pada
pasien
Persiapan alat dan bahan
• Pesawat X-ray + flouroscopy
• Baju pasien
• Gonad shield
• Kaset + film ukuran 30x40 cm
• Grid
• X-ray marker
• Tissue / kertas pembersih
• Bahan kontras
• Air masak
• Sendok/straw/pipet
Teknik pemeriksaan
• Proyeksi AP/PA
Tujuan: melihat strictura, benda asing,
kelainan anatomis, tumor & struktur dari
oesophagus.
Alat dan bahan:
Film 30x40 cm memanjang
Moving/stationery grid
Shielding : region pelvic
Barium encer= BaSO4:air=1:1
barium kental=BaSO4:air=3:1 atau 4:1
Lanjutan Proyeksi.......
• PP: recumbent/erect
• PO:
• MSP pada pertengahan meja/kaset
• Shoulder dan hip tidak ada rotasi
• Tangan kanan memegang gelas barium, tepi atas
film 5 cm diatas shoulder
• CR: tegak lurus terhadap kaset
• CP: pada MSP 2,5 cm inferior angulus sternum(T5-6)
atau 7,5 cm inferior jugular notch
• FFD: 100 cm
• Kolimasi: atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15
cm
• Eksposi: pada saat tahan nafas setelah menelan barium
Catatan....
• Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental
kemudian diekspose
• Untuk full filling digunakan barium encer.
Pasien minum barium dengan straw
langsung ekspose dilakukan setelah
pasien menelan 3-4 tegukan
Kriteria radiograf
• Struktur :oesophagus terisi Barium
• Posisi: tidak ada rotasi pasien (sternoclavicular joint
simetris)
• Kolimasi: seluruh oesophagus masuk pada lap.
Penyinaran
• Faktor eksposi:
o Teknik yang digunakan mampu menampakkan
oesophagus superimposed dengan th-invertebra
o Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada
pergerakan pasien saat eksposi
Recumbent AP projection
Proyeksi lateral
• Tujuan : melihat strictura, benda asing,
kelainan anatomis, tumor & struktur dari
oesophagus.
• Faktor teknik:
• Film 30x40cm memanjang
• Moving / stationery Grid
• Shielding : region pelvic
• Barium encer = BaSO4 : air= 1:1
• Barium kental = BaSO4 : air=3:1 atau 4:1
Lanjutan proyeksi lateral.....
• PP: recumbent/erect (recumbent lbh disukai
krn lbh baik)
• PO:
o atur kedua tangan pasien di depan kepala
saling superposisi, elbow flexi
o Mid coronal plane pada garis tengah
meja/kaset
o Shoulder dan hip diatur true lateral, lutut
flexi untuk fiksasi
o tangan kanan memegang gelas Barium
o Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
Lanjutan proyeksi lateral....
• CR: tegak lurus terhadap kaset
• CP: pada pertengahan kaset setinggi T5-6/7,5 cm inferior jugular
notch
• FFD: 100 cm
• Kolimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
• Eksposi: pada saat tahan napas setelah menelan barium
• Catatan:
Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose
Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum baruim
dengan straw langsung ekspose dilakukan setelah pasien menelan
3-4 tegukan.
Kriteria radiograf
• Struktur: oesophagus terisi Barium terlihat
diantara C vertebral dan jantung
• Posisi:
• true lateral ditunjukkan dari superior
kosta posterior
• Bahu pasien tidak superposisi dengan
oesophagus
• Oesophagus terisi media kontras
Lanjutan kriteria radiograf....
• Kolimasi: seluruh oesophagus masuk
pada lap. Penyinaran
• Faktor eksposi:
o Teknik yang digunakan mampu
menampakkan oesophagus secara
jelas yang terisi kontras.
o Tepi yang tajam menunjukkan tidak
ada pergerakan pasien saat eksposi
Proyeksi RAO
• Tujuan: melihat strictura, benda asing,
kelainan anatomis, tumor dan struktur dari
oesophagus.
• Faktor teknik:
• Film 30x40cm memanjang
• Moving/stationery grid
• Shielding ; region pelvic
• Barium encer=BaSO4 : air=1:1
• Barium kental=BaSO4:air=3:1 atau 4:1
Lanjutan proyeksi RAO....
• PP: recumbent/erect (recumbent lebih disukai krn
pengisian lbh baik)
• PO:
• Rotasi 35-400 dari posisi prone dengan sisi
kanan depan tubuh menempel meja/film.
• Tangan kanan di belakang tubuh, tangan kiri
flexi di depan kepala pasien, memegang gelas
barium dengan straw pada mulut pasien.
• Lutut kiri fleksi untuk tumpuan
• Pertengahan thorax diatur pada posisi oblik
pada pertengahan IR/meja. Tepi atas kanan
kaset 5 cm di atas shoulder
Lanjutan proyeksi RAO....
• CR: tegak lurus terhadap kaset
• CP: pada pertengahan kaset setinggi T 5-6/7,5 cm inferior
jugular notch
• FFD: 100 cm
• Kolimasi: atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
• Eksposi: pada saat tahan napas setelah menelan barium.
Catatan:
• Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian
diekspose
• Untuk full filling digunakan barium encer. Pasien minum
barium dengan sedotan langsung ekspose dilakukan setelah
pasien menelan 3-4 tegukan.
Kriteria radiograf
• Struktur : oesophagus terisi barium terlihat diantara C vertebral & jantung (RAO
menunjukkan gambaran lebih jelas antara vertebra dan jantung dibandingkan LAO)
• Posisi:
• Rotasi yang cukup akan menampakkan oesophagus diantara c.vert&jantung. jika
oesophagus superimposed di atas spina, rotasi perlu ditambah
• Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus
• Oeshophagus terisi media kontras
• Kolimasi: seluruh oesophagus masuk pada lap. Penyinaran
• Faktor eksposi:
• teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus secara jelas yang terisi
dengan kontras
• Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi
Proyeksi LAO
• Tujuan: melihat strictura, benda asing,
kelainan anatomis, tumor & struktur dari
oesophagus.
• Faktor teknik:
• Film 30x40cm memanjang
• Moving/stationary grid
• Shielding : region pelvic
• Barium encer = BaSO4 : air= 1:1
• Barium kental = BaSO4 : air=3:1 atau
4:1
Lanjutan LAO........
• PP: recumbent/erect (recumbent lebih disukai krn
pengisian lbh baik)
• PO:
• Rotasi 35-400 dari posisi prone dengan sisi kiri
depan tubuh menempel meja/film.
• Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan
flexi di depan kepala pasien, memegang gelas
barium dengan straw pada mulut pasien.
• Lutut kanan fleksi untuk tumpuan
• Pertengahan thorax diatur pada posisi oblik
pada pertengahan IR/meja. Tepi atas kaset 5
cm di atas shoulder
Kriteria radiograf
• Struktur : oesophagus terisi barium terlihat sekitar hilus paru
dan c. Vertebral
• Posisi:
• Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus
• Oeshophagus terisi media kontras
• Kolimasi: seluruh oesophagus masuk pada lap. Penyinaran
• Faktor eksposi:
• teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus
secara jelas yang terisi dengan kontras menembus
bayangan jantung
• Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
pasien saat eksposi
Esophageal Foreign Bodies
• Food or true foreign bodies
– Chicken bones (opaque), fish bones (non-opaque)
– Coins, toy trucks
• Most often they impact just below cricopharyngeous
(70%)
– Another 20% impact at the level of the aortic arch
– Another 10% at EG junction
– Once past the esophagus, most foreign bodies will pass through
the GI tract
• Clinical findings of an impacted esophageal foreign body
– Dysphagia and odynophagia most commonly
• Chicken bones are usually opaque
– Fish bones contain less calcium and usually are not
Esophageal Foreign Bodies
• Plain films usually do not demonstrate the FB but are still
obtained first
– If negative, then either contrast esophagram or CT if high index
of suspicion
• Treatment
– Removal is most often performed using endoscopy
– Temporization and surgery are other options
– An ingested button battery lodged in esophagus must be
removed immediately
• Complications of an impacted foreign body
– Perforation
• Longer the FB remains impacted (>24hrs), higher incidence of
perforation
– Stricture
– Diverticulum formation
PATOGENESIS
Tiga daerah penyempitan fisiologis :
1. Sfingter esofagus atas
2. Penyilangan dengan arkus aorta&
Penyilangan dengan bronkus kiri benda asing
3. Sfingter esofagus bawah di esofagus
Atau adanya kelainan anatomis

lama

Inflamasi,toksisitas,perforasi komplikasi
Impacted chicken bone
• Coin in esophagus
• Model VC-10 in upper esophagus.
Patient had tried to conceal the trinket
by swallowing it.
Esophageal Foreign Bodies

The easy stuff


Achalasia
• Dysphagia for liquids and
solids and possibly weight
loss.
• Barium swallow shows
absent peristalsis and a
dilated esophagus, possibly
tapered narrowing in distal
esophagus=bird's beak
• Achalasia risk factor for
squamous cell cancer
Diffuse esophageal spasm
• unknown etiology
• Nonprogressive dysphagia with
solids and liquids and
nonexertional chest pain
• corkscrew on barium
• Corkscrew oesophagus
• Gastrointestinal
endoscopy showing
twisted lumen in distal
oesophagus (A);
Mediastinal CT and
virtual endoscopy of the
oesophagus showing
typical “corkscrew
appearance” (B).
Pharyngoesophageal/Zenker’s
Diverticula

• from muscle incoordination


that leads to herniation of the
mucosa in prox esophagus
• Dysphagia symptom,
halitosis, regurgitation, throat
discomfort, palpable neck
mass, recurrent aspiration
pneumonia
• The best initial diagnostic
tool is a barium swallow
Hiatal Hernia
I-Sliding, dilation of hiatus, most commonly associated with GERD
-most with reflux have sliding, most with sliding don’t have reflux
II-Paraesophageal, defect in diaphragm alongside esophagus with normal
GE junction
--chest pain, dysphagia, early satiety
III-Combined I and II
IV-entire stomach in chest plus another organ (colon, spleen)
Referensi
• Ballinger, Philip W, Merril’s Atlas of Radiographic Positions and
Radiologic Procedures, Volume two, tenth edition
• Lampignano, J. and Kendrick, L. (2018) Bontrager’s Textbook of
Radiographic Positioning and Related Anatomy. NINTH. Edited
by Missouri. Elsevier

Anda mungkin juga menyukai