Anda di halaman 1dari 1

onsep sponge city yang diterapkan dalam pengembangan Kawasan IKN bertujuan untuk mengembalikan

siklus alami air yang berubah karena perubahan tata guna lahan akibat pembangunan.

Konsep sponge city diperkenalkan pada tahun 2000 oleh arsitek Tiongkok yang bernama Kongjian Yu.
Sponge city adalah konsep pengelolaan air perkotaan yang inovatif dan berkelanjutan. Ide dasarnya
adalah mengubah kota menjadi seperti spons yang mampu menyerap, menyimpan, dan mengelola air
hujan secara efektif. Konsep ini menjadi sangat penting di era perubahan iklim karena meningkatnya
risiko banjir dan kekurangan air bersih. Sponge City bertujuan untuk mengurangi risiko banjir,
meningkatkan kualitas air, dan mempromosikan penggunaan sumber daya air yang bijaksana dalam
lingkungan perkotaan.

Konsep sponge city yang mengubah kota layaknya spons yang mampu menahan air hujan diterapkan
dalam pengembangan Kawasan IKN. Pembangunan Kawasan IKN yang berdasarkan konsep sponge city
diwujudkan dalam perencanaan kawasan yang memiliki ruang terbuka hijau dan biru yang tersebar luas
dan tersambung dalam satu-kesatuan tata hidrologis. Desain fasilitas perkotaan yang mampu menahan
dan menyerapkan air hujan dengan cepat melalui pembangunan atap hijau pada bangunan gedung,
pembangunan jalan dan trotoar berpori, dan pembangunan sistem bioretensi. Prinsip penerapan sponge
city di wilayah IKN adalah mengurangi limpasan permukaan, memaksimalkan peresapan air hujan, dan
pemanenan air hujan. Pengembangan kawasan IKN sebagai sponge city memiliki tiga tujuan yaitu:
Pengembangan kawasan IKN sebagai sponge city memiliki tiga tujuan yaitu:
1. Kota Nusantara (Archipelago city)
Integrasi daerah detensi (koridor hijau dan biru) untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan menunjang
ketersediaan air bersih. Ruang terbuka hijau dan badan air menjadi fondasi struktur pembentuk kota.
2. Kota Penyerap (Absorbent city)
Limpasan air hujan yang mengalir akan diarahkan untuk dikumpulkan di taman kota. Taman kota berfungsi
sebagai ruang terbuka hijau yang dinamis dan bersifat seperti spons yang menyerap air limpasan. Koridor
hijau dan biru berfungsi sebagai penangkap limpasan kota dan menjadi koridor fauna sekunder.
3. Kota Terpadu (Integrated city)
Elemen-elemen fasilitas perkotaan di skala blok diintegrasikan sebagai elemen yang mampu mengumpulkan
air hujan dan meningkatkan daya serap tanah sehingga dapat berkontribusi dalam perbaikan lingkungan
habitat.

Sponge city adalah sebuah strategi yang inovatif dalam pengelolaan air hujan perkotaan yang berpotensi
untuk meningkatkan keberlanjutan pengelolaan sumber daya air perkotaan sekaligus pengelolaan risiko
banjir dengan praktik perencanaan perkotaan yang lebih terintegrasi (Xia et al., 2017)

Menurut Dietz (2007), sponge city memiliki konsep pengelolaan air hujan yang dimaksudkan untuk
mengurangi limpasan permukaan melalui serangkaian fasilitas seperti permukaan jalan yang memiliki
daya serap air tinggi (permeable pavement), alun-alun kota, taman hujan, green roofs, dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai