Fungsi majelis permusyarawatan rakyat tersebut secara rinci dirumuskan dalam pasal-pasal
sebagai berikut:
a. Pasal 3 UUD 1945 (perubahan)
(1) Majelis permusyarawatan rakyat berwenang mengubah dan menetapkan undang-
undang dasar
(2) Majelis permusyarawatan rakyat melantik presiden dan wakil presiden
(3) Majelis permusyarawatan rakyat hanya dapat memberhentikan presiden dan wakil
presiden dalam masa jabatannya menurut undang-undang dasar.
b. Pasal 8 UUD 1945 (perubahan):
(1) Dalam hal terjadi kekosongan wakil presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam
puluh hari, majekis permusyarawatan rakyat menyelenggarakan siding memilih wakil
presiden dari dua calon yang diusulkan oleh presiden
(2) Jika presiden dan wakil presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas
kepresidenan adalah mentri luar negri, dalam negri, dan mentri pertahanan secara
Bersama-sama, selambat-lambatnya 30 hari setelah itu, majelis permusyarawatan
rakyat menyelnggarakan siding untuk memilih presiden dan wakil presiden daru dua
pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang pasangan calon presiden dan wakil presiden meraih
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai
berakhir masa jabatannya.
c. Pasal 37 UUD 1945 (perubahan):
(1) Usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar dapat diagendakan dalam siding
majelis permusyarawatan rakyat apabila diajukan dalam sekurang-kurangnya 1/3 dari
jumlah anggota majelis permusyarawataan rakyat.
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar diajukan secara tertulis untuk
diubah berserta alasannya
(3) Untuk mengubah pasa-pasal undang-undang dasar, siding majelis permusyarawatan
rakyat dihadiri oleh siding majelis permusyarawatan rakyat 2/3 dari jumlah anggota
majelis permusyarawatan rakyat
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal undang-undang dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari
seluruh anggota majelis permusyarawatan rakyat.
Berdasarkan ketentuan pasal 3 pasal 8 dan pasal 37 UUD1945 (perubahan), maka tidak terdapat
lagi hubungan secara normative anatara undang-undang dasar 1945 dan ketetapan MPR, kecuali
terhadap ketentuan MPR yang dinyatakan tetap berlaku (dengan beberapa persyaratan)
berdasarkan ketetapan MPR No 1/MPR/2003 tentang peninjauan terhadap status hukum
ketetapan majelis permusyarawatan rakyat sementara dan ketetapan majelis permusyarawatan
rakyat republik Indonesia tahun1960 sampai dengan tahun 2002
Setelah perubahan UUD 1945 tidak terdapat lagi wewenang majelis permusyarawatan rakyat
untuk menetapkan garis-garis besar daripada Haluan negara yang selama ini dibentuk dengan
ketetapan MPR, yang kemudian dimandatkan kepada presiden kemudian dilaksanakan
perubahan ini terjadi oleh karena berdasarkan perubahan UUD 1945, presiden dan wakil
presiden sekarang tidak lagi dipilih oleh majelis permusyarawatan rakyat tetapi dipilih langsung
oleh rakyat, sehingga presiden bukan lagi mandaritas dari majelis permusyarawatan rakyat.
Setelah berlakunya perubahan UUD 1945 terdapat pendapat bahwa penjelasan UUD 1945 sudah
tidak berlaku lagi. Pendapat tersebut biasanya dihubungkan dengan pasal II aturan peralihan
UUD 1945 perubahan, yang menyatakan bahwa “dengan ditetapkannya perubahan undang-
undang dasar ini, undang-undang dasar negara republik indonsesua tahun 1945 terdiri atas
pembukaan dan pasal-pasal.” Pendapat ini secara kajian perundang-undangan adalah tidak tepat,
oleh karena ketentuan dalam pasal II aturan tambahan gtersebut tidak menyatakan pencabutan
secara tegas terhadap penjelasan UUD 1945. Selain itu penjelasan adalah interprestasi yang
merupakan suatu kesatuan dengan ketentuan atau norma yang dijelaskan dan bukan ketentuan
yang berbdeda.
Hal ini sangat penting untuk dipahami, oleh karena masih terdapat pasal-pasal dalam UUD 1845
yang tidak diubah, misalnya pasal 4 ayat (1), pasal 5 ayat (2) dan pasal 22 UUD 1945.
Salah satu prinsip dalam perubahan terhadap suatu peraturan (dalam hal ini undang_undang
dasar 1945) adalah dengan mempertimbangkan secara fisiologis, sosiologis, dan yuridis dari
peraturan yang diubah. Hal ini penting untuk dipahamu, oleh karena sampai saat ini majelis
permusyarawatan rakyat belum pernah menetapkan undang-undang dasar 1945 dalam suatu
kesatuan (yang terdiri atas UUD 1945 sesuai dektrit presiden 5 juli 1959. Perubahan pertama,
perubahan kedua, perubahan ketiga, dan perubahan ke empat).