Anda di halaman 1dari 16

IDENTITAS EGO

(Erik H Erikson)

MK Psikologi Kepribadian – Fakultas Psikologi – UNAIR


PRINSIP POKOK

• Perkembangan dari psikoanalisa pasca


kematian Freud à psikoanalitik
kontemporer.
• Fokus pada pokok persoalan tradisional
dalam psikologi, yaitu persepsi, ingatan,
belajar, dan berpikir.
• Menekankan pada aspek rasional, sadar,
konstruktif kepribadian manusia
(berlawanan dengan psikoanalisis klasik).
• Lebih humanistik dibandingkan
psikoanalisa.
STRUKTUR KEPRIBADIAN

• Id – Ego – Superego
• Ego mengandung nilai-nilai manusiawi
universal; seperti kepercayaan dan
pengharapan, otonomi dan kemauan,
kerajinan dan kompetensi, identitas dan
kesetiaan, keakraban dan cinta,
generativitas dan pemeliharaan, serta
integritas.
• Pembentukan ego dipengaruhi oleh faktor
genetik, fisiologis dan anatomis dalam
konteks kultural dan historis.
DINAMIKA KEPRIBADIAN

• Ego kreatif
• Ego mampu menggunakan kombinasi antara
kesiapan psikologis dan kesempatan yang ada di
setiap tahap kehidupan.
• Apabila menemui hambatan atau masalah maka
ego bereaksi dengan usaha baru dan bukan
menyerah (tidak bersembunyi pada mekanisme
pertahanan).
• Pada kenyataannya, ego justru berkembang berkat
konflik dan krisis.
• Ego adalah “tuan” dari id sekaligus “pengendali”
superego.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

• Psikososial, yaitu tahap-tahap kehidupan


seseorang dari lahir sampai dengan mati
dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial
yang berinteraksi dengan suatu organisme
yang menjadi matang secara fisik dan
psikologis.
• Pentahapan menunjukkan adanya usia-usia
yang bisa ditetapkan dengan tegas saat
bentuk-bentuk baru tingkah laku muncul
sebagai respon terhadap pengaruh sosial
dan pematangan.
Perkembangan Psikososial

• Terdiri dari 8 tahap perkembangan


– Tahap 1-4 : bayi dan kanak-kanak
– Tahap 5 : remaja
– Tahap 6-8 : dewasa dan usia tua
• Tekanan pada masa remaja karena
merupakan peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa.
• Banyak peristiwa dalam masa remaja yang
penting dan menentukan pembentukan
kepribadian; seperti: krisis identitas dan
kekacauan identitas.
Prinsip Epigenetik

• Pentahapan yang berurutan tidak


ditetapkan berdasarkan jadwal kronologis
yang ketat.
• Setiap anak memiliki jadwal waktu yang
berbeda.
• Setiap tahap tidak dilewati untuk kemudian
ditinggalkan; melainkan masing-masing
tahap ikut serta dalam membentuk seluruh
kepribadian.
Tahap 1. Oral - Sensory
• Usia 0 – 1 tahun
• Makan dan minum
• Kepercayaan dasar vs kecurigaan dasar
• Nilai pengharapan, yaitu perbandingan antara
kepercayaan dasar dan kecurigaan dasar.
• Ritual numinous, yaitu perasaan yang “keramat”
akan kehadiran ibu: pandangan, sentuhan,
senyuman…yang menunjukkan adanya pengakuan
akan kehadiran bayi.
• Penyimpangan idolisme, yaitu pemujaan terhadap
seorang tokoh secara berlebihan.
Tahap 2. Muscular - Anal

• Usia 1 – 3 tahun
• Berlatih BAB/BAK pada tempatnya
• Otonomi vs perasaan malu dan keragu-raguan
• Nilai kemauan, yaitu kemampuan untuk membuat
pilihan-pilihan bebas, memutuskan, melatih
mengendalikan diri, dan bertindak.
• Ritual pengadilan, yaitu proses pemeriksaan
hukum dan pembuatan putusan benar/salah.
• Penyimpangan legalisme, yaitu pengutamaan
hukuman daripada belas kasih.
Tahap 3. Lokomotor

• Usia 3 – 6 tahun
• Kemandirian
• Inisiatif vs kesalahan
• Nilai tujuan, yaitu keberanian untuk merumuskan
dan mengejar apa yang diinginkan.
• Ritual dramatik, yaitu anak secara aktif
berpartisipasi dalam kegiatan bermain, memakai
pakaian, meniru kepribadian orang dewasa, dan
berpura-pura menjadi apa saja termasuk binatang
atau tumbuhan.
• Penyimpangan impersonasi, yaitu memainkan
peranan tertentu atau melakukan tindakan-
tindakan tertentu untuk menampilkan suatu
gambaran yang tidak mencerminkan
kepribadiannya yang sejati.
Tahap 4. Latency

• Usia 6 – 12 tahun
• Sekolah
• Kerajinan vs inferioritas
• Nilai kompetensi, yaitu penggunaan
ketrampilan dan kecerdasan untuk
menyelesaikan tugas-tugas.
• Ritual formal, yaitu anak belajar bekerja
secara metodis.
• Penyimpangan formalisme, yaitu
pengulangan formalitas-formalitas yang
tidak berarti dan ritual-ritual kosong.
Tahap 5. Adolescence

• Usia 12 – 18 tahun
• Hubungan sebaya
• Identitas vs kekacauan identitas
• Peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa
dapat menimbulkan kekacauan identitas, krisis
identitas, identitas negatif
• Nilai kesetiaan, yaitu kemampuan
mempertahankan loyalitas yang diikrarkan dengan
bebas.
• Ritual ideologi, yaitu solidaritas keyakinan yang
menyatukan berbagai ritual pada tahap-tahap
sebelumnya.
• Penyimpangan totalisme, yaitu sikap fanatik dan
eksklusif terhadap sesuatu yang dianggap benar
atau ideal.
Tahap 6. Young Adulthood

• Usia 18 – 40 tahun
• Hubungan asmara
• Keintiman vs isolasi
• Nilai cinta, yaitu pengabdian timbal balik yang
mengalahkan antagonisme-antagonisme yang
melekat dalam fungsi yang terpecah.
• Ritual afiliatif, yaitu berbagi bersama dalam
pekerjaan, persahabatan, dan cinta.
• Penyimpangan elitisme, yaitu pembentukan
kelompok-kelompok eksklusif yang merupakan
suatu bentuk narsisme komunal.
Tahap 7. Middle Adulthood

• Usia 40 – 65 tahun
• Pengasuhan
• Generativitas vs stagnasi
• Nilai pemeliharaan, yaitu kepedulian yang
semakin luas terhadap apa yang telah dihasilkan
oleh cinta karena dipandang perlu atau semata-
mata karena kebetulan.
• Ritual generasional, yaitu peranan sebagai
penerus nilai-nilai ideal pada kaum muda.
• Penyimpangan autorisme, yaitu perongrongan
kekuasaan.
Tahap 8. Maturity

• Usia 65 tahun ke atas


• Penerimaan hidup
• Integritas vs keputusasaan
• Nilai kebijaksanaan, yaitu keprihatinan
obyektif terhadap kehidupan dan
kematian.
• Ritual integral, yaitu kebijaksanaan
sepanjang jaman.
• Penyimpangan sapientisme, yaitu
kebodohan dengan berpura-pura
bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai