BAB.I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rekam medis adalah berkas yang berisikan informasi tentang identitas pasien, anamnese,
pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan
kepada pasien rawat inap ,rawat jalan dan gawat darurat. Rekam medis digunakan sebagai acuan
pasien selanjutnya, terutama pada saat pasien itu berobat kembali, rekam medis pasien harus siap
apabila pasien berobat kembali. Tenaga kesehatan akan sulit dalam melakukan tindakan atau terapi
sebelum mengetahui sejarah penyakit, tindakan atau terapi yang pernah diberikan kepada pasien
yang terdapat didalam berkas rekam medis.
Hal penting dalam berkas rekam medis adalah ketersediaannya saat dibutuhkan dan kelengkapan
pengisiannya. Kelengkapan pengisian berkas rekam medis oleh tenaga kesehatan akan memudahkan
tenaga kesehatan lain dalam memberikan tindakan atau terapi kepada pasien.
Selain itu juga sebagai sumber data pada bagian rekam medis dalam pengolahan data yang kemudian
akan menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen dalam menentukan langkah – langkah
strategis untuk pengembangan pelayanan kesehatan. Penyajian informasi harus disesuaikan dengan
nilai kegunaan, kedudukan dan fungsi masing – masing bagian. Dokter misalnya tidak membutuhkan
laporan keuangan pelayanan kesehatan. Begitu pula dengan direksi yang perlu mengetahui informasi
dalam bentuk laporan dan statistik dari masing – masing bagian untuk mendukung dalam
pengambilan keputusan.Informasi adalah data yang telah diolah dan dianalisa secara formal, dengan
cara yang benar dan secara efektif, sehingga hasilnya dapat bermanfaat dalam operasional dan
manajemen.
Penyimpanan berkas rekam medis yang terkomputerisasi, menjadikan rekam medis tersebut mudah
dan cepat diolah untuk memudahkan bagian rekam medis dalam pengolahan data rekam medis
menjadi informasi dalam bentuk laporan – laporan maupun statistik perkembangan pelayanan
kesehatan maupun statistik penyakit.
B. TUJUAN
Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam
medis yang baik dan benar, tidak akan tercipta tertib administrasi rumah sakit sebagaimana yang
diharapkan.Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam
upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.
KEGUNAAN
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain:
1. Aspek administrasi.
Didalam berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isinya menyangkut tindakan
berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan para medis dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
3. Aspek hukum.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut masalah adanya
jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan sebagai tanda bukti untuk menegakkan keadilan, rekam medis adalah milik
dokter dan rumah sakit sedangkan isinya yang terdiri dari identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien adalah sebagai informasi
yang dapat dimiliki pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Aspek Keuangan.
Suatu bekas rekam medis mempunyai nilai uang karena isinya mengandung data / informasi
yang dapat digunakan sebagai aspek keuangan. Kaitan rekam medis dengan aspek keuangan
sangat erat sekali dalam hal pengobatan, terapi serta tindakan-tindakan apa saja yang diberikan
kepada seorang pasien selama menjalani perawatan dirumah sakit, oleh karena itu penggunaan
sistem teknologi komputer didalam proses penyelenggaraan rekam medis sangat diharapkan
sekali.
5. Aspek penelitian.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya menyangkut data dan
informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek pendukung penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan.
6. Aspek Pendidikan.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendididkan karena isinya menyangkut data /
informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada
pasien, informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan / referensi pengajaran di bidang
profesi pendidikan kesehatan sesuai dengan kebijakan rumah sakit.
7. Aspek Dokumentasi.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber
ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan
laporan rumah sakit.
Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut diatas rekam medis memiliki kegunaan yang sangat
luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan saja.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Instalasi Rekam Medis, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat dan
Instalasi lain yang terkait bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan rekam medis sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
2. Dalam melaksanakan tugasnya kepala instalasi rerekam medis wajib menerapkan koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan intern instalasi rekam medis maupun dengan
Instalasi lain yang tekait, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing – masing.
3. Kepala Instalasi Rekam Medis dan Instalasi lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan
Perekam Medis bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan bawahannya masing – masing
serta memberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada stafnya masing – masing.
4. Kepala instalasi rekam medis dan unit lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan rekam
medis, wajib mengikuti dan memenuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing –
masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.
5. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala instalasi rekam medis dan Instalasi lain yang terkait
dengan pelaksanaan kegiatan Perekam Medis, melakukan pembinaan dan pemberian bimbingan
dan wajib mengadakan rapat berkala, baik antar petugas rekam medis mapun antar pimpinan
Instalasi Perekam Medis dengan Instalasi lain yang terkait pelaksanaan kegiatan Perekam Medis
di rumah sakit.
6. Instalasi rekam medis mempunyai hubungan koordinatif dengan Instalasi lain seperti Instalasi
Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat serta Instalasi Penunjang Medis yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan rekam medis di rumah sakit.
E. LANDASAN HUKUM
Penentuan pemilikan rekam medis telah tercantum dalam undang-undang RI No. 29 tentang praktek
kedokteran pada pasal 46 ayat (1) menyatakan : Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud
dalam pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi
rekam medis merupakan milik pasien.
Didalam undang – undang RI No.29 tentang praktek kedokteran pasal 47 ayat (2) menyatakan bahwa
rekam medis sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya
oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana kesehatan.
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rekam Medis 3
Sumber hukum yang dapat dijadikan acuan didalam masalah kerahasiaan suatu informasi medis yang
menyangkut rekam medis pasien dapat dilihat pada undang-undang RI No.29 tentang praktek
kedokteran pasal 48 yaitu mengenai rahasia kedokteran. Pada ayat (1) setiap dokter atau dokter gigi
dalam melaksanakan praktek kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran. Sedangkan pada
ayat (2) menyatakan bahwa rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakkan hukum,
permintaan pasien sendiri atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Informasi medis seorang pasien dapat diberikan kepada pihak – pihak terkait antara lain :
1. Asuransi
2. Pasien atau keluarga pasien
3. Rumah sakit yang menjadi tempat rujukan
4. Dokter lain yang merawat pasien
5. Kepolisian
6. Untuk keperluan pengadilan.
Informasi medis dapat diberikan apabila pasien menandatangani serta memberikan kuasa kepada
pihak ke tiga untuk mendapatkan informasi medis mengenai dirinya.
Instalasi rekam medis di rumah sakit St.Theresia Jambi adalah merupakan bagian yang harus
terselenggara sesuai dengan landasan hukum yang terbaru sebagai berikut:
1. Undang – undang nomor 36 tentang kesehatan tahun 2009.
2. Undang – undang nomor 29 tentang praktek kedokteran tahun 2004.
3. Peraturan Pemerintah nomor 10 tentang wajib simpan rahasia kedokteran tahun 1966.
4. Peraturan Pemerintah nomor 32 tentang tenaga kesehatan tahun 1996 (poin 7 Tenaga
Keteknisian Medis yang didalamnya termasuk tenaga rekam medis).
5. Permenkes nomor 269 tentang rekam medis tahun 2008.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dalam merencanakan kebutuhan tenaga di bagian Sumber Daya Manusia dan Umum RS St.
Thereia Jambi, dilakukan analisa terhadap jenis kegiatan yang dikerjakan, sesuai dengan
tugas, wewenang, serta waktu yang dibutuhkan serta beban kerja yang ada.
Adapun rumusan yang dipakai dalam perhitungan kebutuhan tenaga sebagai berikut:
Berdasarkan Permenkes No.33 tahun 2015 telah ditentukan waktu kerja tersedia 1200 jam pertahun.
Ketentuan tersebut untuk menghitung analisa beban kerja.
No. Uraian tugas Volume kerja Norma waktu Jumlah beban kerja
1. Doa dan brifing pagi 590 15 menit 8.850 menit
2. Rapat bulanan 24 60 menit 1.440 menit
3. Diklat karyawan 4 420 menit 1.680 menit
4. Menyimpan rekam medis 6000 3 menit 18.000 menit
5. Mengambil rekam medis 885 5 menit 4425 menit
yang akan di pinjam
6. Pemilahan dan input rekam 11.030 5 menit 55.150 menit
medis yang di musnahkan
7. Kebersihan ruangan 590 15 menit 4.425 menit
8. Bongkaran ruangan 12 60 menit 720 menit
Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan tenaga di instalasi rekam medis pada saat ini sudah
mencukupi. Untuk tenaga yang kelebihan di petugas pendaftaran dikarenakan masa pandemi
sehingga terjadinya penurunan jumlah kunjungan pasien di rumah sakit St.Theresia Jambi.
C. PENGATURAN JAGA
Suatu aturan atau tata tertib yang berlaku dirumah sakit ST.Theresia menyangkut hak dan kewajiban
karyawan, yang bertujuan menciptakan cara kerja yang bertanggung jawab dan dapat menyampaikan
Informasi secara berantai karena suatu tugas yang berantai.
Waktu dinas :
1. Pendaftaran Rawat Jalan.
Setiap petugas diharapkan hadir sebelum jam pergantian tugas/dinas dan setelah jam dinas
selesai, petugas membuat laporan dinas pada buku laporan dan menyampaikan keperluan operan
bagi petugas berikutnya.
4. Assembling.
A. DENAH
PENGOLAHAN REKAM MEDIS
Pintu masuk
Dan keluar
Meja
Dispenser
AC
Coding
Analisa & Dan Index
kelengkapan
RM rawat jalan
Coding
Dan Index
Analisa &
kelengkapan
RM Inap
Asembling
Laporan Dan
Pengolahan
Data Asembling
AC
Rekam Medis
Rak
Rak
AC RUANGAN
Rak
Rak
AC RUANGAN
Rak
Rak
Rak
Meja Kerja
Pintu
Pintu masuk Pengolahan
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rekam Medis
Dan keluar Rekam medis 12
DENAH RUANGAN LOKET PENDAFTARAN RAWAT JALAN
RS.ST THERESIA JAMBI
Lift
Kursi Tunggu
Kursi Tunggu
Kursi Tunggu
Pintu
Kursi Tunggu
Kursi Tunggu
Kursi Pendaftran pasien
Meja Pendaftaran
Ruang Biling
AC
Kabinet
Meja SKM
Meja Dispenser
Kursi Pasien
Kursi Tunggu
Kursi Tunggu
Kursi Tunggu
1. Penggunaan peralatan medis dan non medis di rumah sakit harus dilakukan sesuai dengan
indikasi medis pasien.
2. Sarana prasarana dan peralatan yang digunakan tersebut harus memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan, dikalibrasi dan laik pakai.
3. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan rumah sakit harus dilakukan oleh petugas yang
mempuyai kompetensi di bidangnya.
4. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasikan dan di evaluasi secara berkala dan
berkesinambungan.
5. Ketentuan mengenai pengujian dan / atau kalibrasi peralatan medis, standar yang berkaitan
dengan keamanan, mutu, dan manfaat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Sumber Listrik
UPS
Sistem Telekomunukasi
Jaringan Internet
Penunjang Medis RS
Tata cara penulisan nama pasien di rumah sakit meliputi antara lain :
a. Nama pasien sesuai dengan kartu identitas yang masih berlaku.
b. Penulisan nama menggunakan huruf cetak.
c. Perkataan Tuan, Saudara , Bapak ,Nyonya dan Nona tidak dicantumkan dalam penulisan
nama pasien.
d. Apabila pasien berkewarganegaraan asing maka penulisan namanya harus disesuaikan
dengan paspor yang berlaku di Indonesia.
e. Untuk bayi baru lahir yang belum mempunyai nama, maka penulisan namanya adalah XXX,
By, Ny.
Apabila pada kunjungan selanjutnya bayi telah memiliki nama, maka nama yang digunakan
adalah namanya saat ini. Maka nama bayi di ganti sesuai dengan namanya sekarang.
Penyimpanan rekam medis pasien pada setiap pelayanan kesehatan disimpan berdasarkan nomor
rekam medis pasien, yaitu nomor rekam medis pada saat pasien masuk rumah sakit. Jika kartu
berobat pasien hilang maka nomor pasien dapat diperoleh dari data dasar pasien yang tersimpan
di data base komputer dengan mengetahui nama lengkap pasien / keluarga inti pasien / no.telp
atau HP / alamat pasien.
Setiap pasien baru akan mendapat nomor rekam medis yang diurut secara kronologis dan nomor
tersebut digunakan di seluruh instalasi yang terkait di dalam prosedur pemberian pelayanan
kesehatan terhadap pasien di rumah sakit.
Pemberian nomor yang digunakan adalah Unit Numbering System. Didalam sistem pemberian
nomor secara unit ini pada saat pasien datang pertama kali untuk berobat jalan, rawat inap,
kunjungan keunit penunjang medis dan instalasi lainnya maka pasien tersebut akan mendapatkan
satu nomor rekam medis yang mana nomor tersebut akan dipakai untuk kunjungan selanjutnya.
Rekam medis pasien akan tersimpan didalam satu rekam medis dengan satu nomor rekam medis.
Dengan sistem pemberian nomor secara unit semua pasien akan memiliki satu nomor rekam
medis yang terkumpul dalam satu rekam medis. Sistem pemberian nomor secara unit akan
Dalam hal pemberian nomor pasien dengan menggunakan sistem unit, petugas pendaftaran
diperintahkan agar selalu mengecek apakah seorang pasien sudah pernah berkunjung ke rumah
sakit sebelumnya, jika pasien pernah berkunjung maka pasien tidak akan diberikan nomor baru
karena pasien telah memiliki nomor rekam medis pada kunjungan sebelumnya. Bila terjadi
kekeliruan dimana seorang pasien diberikan nomor yang baru padahal ia telah memiliki nomor
rekam medis, kekeliruan ini dapat diperbaiki dengan tetap menyimpan nomor rekam medis yang
lama dan menggunakan nomor rekam medis yang baru.
Dalam hal sistem unit nomor rekam medis tidak menunjukkan tua atau mudanya suatu rekam
medis sehingga untuk rekam medis yang tidak aktif harus dilihat satu per satu. Tahun berapa
seorang penderita terakhir dirawat atau berkunjung ke poliklinik sehingga satu pasien hanya
memiliki satu unit nomor rekam medis. Untuk itu setiap pasien memiliki nomor yang dimasukkan
dalam data dasar pasien yang tersimpan di dalam data base yang ada di komputer.
Nomor-nomor tersebut tersusun dan tersimpan secara otomatis didalam komputer, tempat dimana
nomor rekam medis disimpan dan pengontrolan dilakukan untuk mengetahui pendistribusian
nomor rekam medis yang diberikan oleh petugas.
Data dasar pasiem adalah salah satu cara untuk menunjang kelancaran pelayanan terhadap pasien,
karena apabila seorang pasien lupa membawa kartu berobat maka data dasar pasien akan
membantu untuk mencarikan data pasien yang diperlukan. Data dasar pasien merupakan kunci
utama bagi setiap pasien, sehingga mutlak harus ada, data dasar pasien adalah suatu tanda
pengenal setiap pasien baru yang disimpan selamanya pada instansi yang bersangkutan. Data
dasar pasien merupakan sumber data yang selamanya harus disimpan, maka harus dibuat
selengkap dan sejelas mungkin. Dalam data dasar memuat data identitas pasien yang harus dibuat
secara terperinci dan lengkap, antara lain:
Bila setelah menikah pasien pindah alamat, maka alamat pertama dihapus dan diganti dengan
alamat baru untuk memudahkan pencarian alamat terakhir. Seiring dengan semakin majunya
teknologi maka RS menggunakan teknologi komputer didalam sistem pengelolaan RM untuk
menyimpan data –data pasien sebagai data dasar pasien yang disimpan dalam sistem komputer.
Sistem komputerisasi harus memiliki sistem backup apabila sewaktu waktu terjadi komputer eror.
Master data pasien harus ada selamanya didalam data base, secara otomatis data dasar pasien
akan menunjukkan kondisi in aktif jika dalam kurun waktu yang telah ditentukan pasien sudah
tidak berobat kembali.
Bagi pasien gawat darurat, baik rawat jalan maupun rawat inap pertolongan kepada pasien
didahulukan, setelah pasien mendapat pertolongan yang diperlukan baru dilakukan pencatatan
pada rekam medis.
Penerimaan pasien rawat inap dinamakan TPP RI ( Admitting Office ). Fungsi utamanya menerima
pasien untuk dirawat dirumah sakit. Pasien yang memerlukan perawatan dapat dibagi menjadi 3
(tiga) kelompok yaitu :
1. Pasien yang tidak urgen, penundaan perawatan pasien tersebut tidak akan menambah
penyakitnya.
2. Pasien yang urgen, tetapi tidak gawat darurat, dapat dimasukkan kedalam daftar tunggu
3. Pasien gawat darurat (emergency) langsung dirawat.
Pembinaan dan pelaksanaan pekerjaan penerimaan pasien dengan baik akan menciptakan tanggapan
yang baik dari pasien. Untuk lancarnya proses penerimaan pasien perlu di perhatikan :
1. Petugas yang kompeten.
2. Cara penerimaan pasien yang tegas dan jelas
3. Ruang kerja yang menyenangkan.
4. Lokasi yang tepat dari bagian penerimaan pasien.
Untuk memperlancar tugas – tugas bagian lain yang erat hubungannya dengan proses penerimaan
pasien, maka aturan penerimaan pasien ditetapkan sebagai berikut :
1. Bagian penerimaan pasien bertanggung jawan sepenuhnya mengenai pencatatan seluruh
informasi yang berkenaan dengan diterimanya seorang pasien dirumah sakit.
2. Bagian penerimaan pasien harus segera memberitahukan bagian – bagian lain terutama bagian
yang berkepentingan langsung, setelah diterimanya seorang pasien untuk dirawat.
3. Ruang perawatan memberitahukan kebagian administrasi keuangan rawat inap bila seorang
pasien diizinkan meninggalkan rumah sakit.
4. Membuat sensus harian tentang pemakaian tempat tidur.
5. Rekam medis yang lengkap, terbaca dan seragam harus disimpan diruang perawatan selama
pasien masih dirawat.
6. Prosedur kerja harus jelas diketahui oleh setiap petugas yang bekerja dalam proses penerimaan
dan pemulangan pasien.
Untuk infomasi yang menyangkut identitas dan prosedur pada saat masuk di catat oleh
petugas di tempat penerimaan pasien rawat inap ( Admission ) sedangkan informasi yang di
peroleh selama pasien dirawat sampai keluar dari ruang rawat inap di catat oleh dokter yang
merawat dan perawat di ruang perawatan
b. Catatan perkembangan
Catatan perkembangan mencatat secara spesifik perkembangan penyakit pasien yang ditulis
dan ditandatangani oleh dokter, catatan pertama dimulai dengan catatan pada saat pasien
Selama seorang pasien di rawat di rumah sakit, catatan perawat / bidan harus memuat
observasi harian seorang pasien, juga catatan rekam medis asli dan terapi / pengobatan yang
di berikan.
d. Lembaran grafik
Lembaran grafik memberikan gambaran kepada dokter tentang suhu, nadi dan pernafasan
seorang pasien. Pengisiannya dilakukan oleh perawat, dimulai pada saat pasien masuk
dirawat. Dalam lembaran grafik ini juga dicatat data – data tekanan darah, pemasukan dan
pengeluaran cairan, defikasi, informasi kunjungan dokter , specimen untuk laboratorium, diet
dan lain – lain.
Riwayat Kelahiran.
Dokter yang menolong melahirkan bayi bertanggung jawab untuk mencatat riwayat kelahiran
bayi. Riwayat kelahiran meliputi :
a. Riwayat ibu : Umur ibu, Jumlah kehamilan sebelumnya, jumlah bayi yang dilahirkan hidup,
jumlah kelahiran yang memerlukan tindakan abortus, jumlah bayi yang dilahirkan mati,
jumlah anak yang meninggal, golongan darah ibu, faktor RH, penyakit ibu, komplikasi
kehamilan.
b. Riwayat kelahiran : Riwayat kelahiran dari bayi ini haruslah mencakup keterangan mengenai
lamanya kehamilan pengawasan prenatal, umur bayi, tanggal perkiraan persalinan, lamanya
kala I dari persalinan, kala II, Pecahnya ketuban, robekan perineum, letak, posisi cara
kelahiran, analgetika yang diberikan, anesthesi dan komplikasi kelahiran.
c. Catatan bayi : Mencakup keadaan bayi, tanggal dan jam lahir, jenis kelamin, berat badan,
panjang badan, medikasi mata, pernafasan, apgar score, tanda tangan perawat yang
bertanggung jawab terhadap identitas bayi dan kelainan yang ada.
Kewenangan Dalam
No
No RM Nama Formulir Rekam Medis mengisi rekam medis
Urut
1 RMRD. 01A1 Asesmen Awal Keperawatan Gawat Darurat Perawat
Dewasa
2 RMRD. 01A2 Asesmen Awal Keperawatan Gawat Darurat Anak Perawat
3 RMRD. 01A3 Asesmen Awal Keperawatan Gawat Darurat bidan/perawat
Obsgyn
4 RMRD. 01A4 Asesmen Awal Keperawatan Gawat Darurat bidan/perawat
Neonatus
5 RMRD. 02A1 Asesmen Awal Medis Gawat Darurat Dewasa Dokter
6 RMRD. 02A2 Asesmen Awal Medis Gawat Darurat Anak Dokter
7 RMRD. 02A3 Asesmen Awal Medis Gawat Darurat Obsgyn Dokter
8 RMRD. 02A4 Asesmen Awal Medis Gawat Darurat Neonatus Dokter
9 RMRD. 02 Asuhan keperawatan IGD perawat
10 RMRD. 03 Form Nafza perawat
11 RMRJ.01A1 Assesmen Awal Keperawatan Rajal Umum perawat
12 RMRJ.01A2 Assesmen Awal Keperawatan Rajal Gigi perawat
13 RMRJ.01A3 Assesmen Awal Keperawatan Rajal Obsgyn perawat
14 RMRJ.01A4 Assesmen Ulang Keperawatan Rajal perawat
15 RMRJ.02A1 Assesmen Awal Medis Rajal Umum dokter
16 RMRJ.02A2 Assesmen Awal Medis Rajal Gigi dokter
17 RMRJ.02A3 Assesmen Awal Medis Rajal Obsgyn dokter
18 RMRJ.02A4 Assesmen Ulang Medis Rajal dokter
19 RMRJ. 04A resume rawat jalan dokter
20 RMRJ.05 Lembar Form Rajal Layanan kedokteran fisik dan dokter
Rehabilitasi
21 RMRJ.05A Program Terapi dokter
22 RMRJ 05A1 Lembar Hasil Tindakan uji Fungsi prosedur dokter
kedokteran fisik dan rehabilitasi
Kecepatan dan ketepatan pemberian kode dari suatu diagnosis tergantung kepada pelaksana yang
menangani rekam medis tersebut yaitu :
a. Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis.
b. Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode.
c. Tenaga kesehatan lainnya.
Penetapan diagnosa seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan tanggung jawab dokter
(tenaga medis) yang terkait, tidak boleh di ubah oleh karenanya diagnosis yang ada dalam rekam
medis di isi dengan lengkap dan jelas sesuai arahan yang ada pada buku ICD – 10.
Setiap pasien yang telah selesai mendapatkan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap, maka
dokter yang memberikan pelayanan harus segera membuat diagnosis akhir.
a. Indeks Pasien adalah satu tabulasi yang berisi identitas pasien yang pernah dirawat di
rumah sakit dan berguna sebagai kunci untuk menemukan rekam medis seorang pasien.
Rumah sakit telah menggunakan sistem komputerisasi tabulasi daftar nama pasien.
Penyimpanan data pasien yang menggunakan sistem komputerisasi disimpan sebagai data
dasar pasien yang akan tersimpan didalam data dasar pasien di rumah sakit.
Kegunaannya adalah :
1. Untuk mengambil rekam medis tertentu guna keperluan menyuguhkan data
menggunakan fasilitas rumah sakit untuk menyusun keperluan alat – alat baru, tempat
tidur dan lain- lain serta untuk menilai kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit.
2. Menyuguhkan data pelayanan yang diperlukan dalam survei kemampuan rumah sakit.
Menemukan rekam medis dimana dokternya hanya ingat diagnosa atau operasinya,
sedangkan nama pasien yang bersangkutan lupa.
c. Indeks Kematian.
Kegunaan indeks kematian untuk statistik mutu pelayanan dasar, menambah dan
meningkatkan peralatan / tenaga. Cara penyusunan menurut nomor kode penyakitnya.
c. Periode laporan.
1. Data dasar rumah sakit dapat dirubah sesuai dengan keadaan saat itu (UP TO DATE ).
2. Laporan tahunan yang dilaporkan setiap awal tahun adalah :
Data dasar rumah sakit (RL1.1).
Indikator Pelayanan Rumah Sakit (RL1.2)
Fasilitas Tempat Tidur Rawat Inap (RL1.3).
Ketenagaan (RL2).
Kegiatan Pelayanan Rawat Inap (RL3.1).
Kunjungan Rawat Darurat (RL3.2).
Kegiatan Kesehatan Gigi Dan Mulut (RL3.3).
Kegiatan Kebidanan (RL3.4).
Kegiatan Perinatologi (RL3.5).
Kegiatan Pembedahan (RL3.6).
Kegiatan Radiologi (RL3.7).
Pemeriksaan Laboratorium (RL3.8).
Rehab Medik (RL3.9).
Kegiatan Pelayanan Khusus (RL3.10).
Kegiatan Kesehatan Jiwa (RL3.11).
Kegiatan Keluarga berencana (RL3.12).
Pengadaan Obat (RL3.13 a).
Penulisan dan Pelayanan Resep (RL3.13 b).
Kegiatan rujukan (RL3.14)
Cara Bayar (RL3.15).
Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap Rumah Sakit (RL4A).
Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan (RL4B).
Pengunjung Rumah Sakit (RL5.1).
Kunjungan Rawat Jalan (RL5.2).
Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Inap (RL5.3).
Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Jalan (RL5.4).
Sewaktu rekam medis tiba di Instalasi perekam medis maka petugas yang menerimanya
harus memeriksa apakah rekam medis yang diterima tersebut sudah lengkap secara
kualitas maupun kuantitas. Kegiatan ini di sebut Analisa mutu rekam medis.
Yang dilakukan petugas rekam medis dalam analisa mutu rekam medis antara lain :
1. Rekam medis yang mengandung unsur ketidak tepatan ataupun bila ada penghapusan
yang dapat menyebabkan rekam medis menjadi tidak akurat dan tidak lengkap.
2. Tugas analisa dilakukan oleh petugas rekam medis yang sudah mahir dan mendapat
pendidikan khusus yaitu pengetahuan tentang ilmu terminologi medis, anatomi,
fisiologi, dasar – dasar proses kepenyakitan, isi rekam medis dan standar medis yang
digunakan.
3. Berdasarkan penjelasan pasal 46 UU praktik kedokteran No.29 ayat (2) bahwa dalam
hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis, berkas dan
catatan tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun. Perubahan catatan
atau kesalahan dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan
dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan.
4. Selanjutnya pada penjelasan pasal 46 ayat (3) menyatakan : Yang dimaksud dengan
petugas adalah dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang memberikan
pelayanan langsung kepada pasien.
Bila ada rekam medis yang tidak memenuhi kebutuhan ketetapan diatas maka petugas
rekam medis wajib meminta dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang
memberikan pelayanan terhadap pasien untuk melengkapinya. Petugas rekam medis
hanya memasukkan berkas rekam medis yang telah lengkap kedalam rak penjajaran.
b. Analisa Mortalitas
Adalah perbandingan jumlah kematian terhadap jumlah populasi.
Indikator dari mortalitas yang digunakan adalah :
1. Angka Kematian Netto ( Net Death Rate )
NDR = Jumlah kematian setelah 48 jam dan lebih dalam jangka waktu tertentu
--------------------------------------------------------------------------------------- x 100
Jumlah seluruh pasien yang keluar RS dalam jangka watu tertentu
c. Analisa Morbiditas
Analisa data morbiditas dapat disesuaikan dengan kebutuhan informasi analisa. Data
dengan diagnosis yang normal dapat dipergunakan untuk menilai efisiensi dan efektifitas
utilisasi fasilitas pelayanan dan pengkajian pembiayaan pelayanan yang dapat dipakai
untuk perencanaan manajemen dan riset. Tabulasi data morbiditas dibuat berdasarkan
tabulasi yang ada pada ICD 10.
2. Analisa Kualitatif adalah analisa yang ditujukan kepada mutu dan setiap rekam
medis. Petugas menganalisa kualitas rekam medis pasien sesuai dengan standar mutu
yang ditetapkan.
Analisa kualitatif meliputi penelitian terhadap pengisian lembar rekam medis baik
oleh staf medis, para medis dan unit penunjang medis lainnya. Ketidak lengkapan
dalam pengisian rekam medis akan sangat mempengaruhi mutu rekam medis, mutu
rekam medis akan mencerminkan baik tidaknya mutu pelayanan dirumah sakit.
Pembuatan resume bagi setiap pasien yang dirawat merupakan cerminan mutu rekam
medis serta pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya yang menangani pasien wajib melengkapi rekam medis sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Penyimpanan rekam medis menurut sistem Nomor Langsung (Straight Numerical Filling System)
adalah penyimpanan rekam medis dalam rak penyimpanan secara berurut sesuai dengan urutan
nomornya. Dengan demikian akan sangat mudah mengambil rekam medis dengan nomor yang
berurutan dari rak pada waktu diminta untuk keperluan pendidikan maupun untuk pengambilan
berkas rekam medis yang tidak aktif. Pada saat penyimpanan rekam medis, petugas harus
memperhatikan seluruh angka nomor sehingga tidak terjadi kekeliruan menyimpanan.
Alat penyimpanan yang baik, penerangan yang baik, pengaturan suhu pemeliharaan ruangan dan
faktor keselamatan kerja petugas penting untuk dijadikan perhatian diruang penyimpanan rekam
medis. Alat penyimpanan yang digunakan adalah Rak terbuka dan Roll O Pack.
Pada deretan map-map rekam medis yang di simpan di rak di berikan tanda petunjuk guna
mempercepat pekerjaan menyimpan dan menemukan rekam medis .Dalam sistem nomor
langsung terus menerus dibuat petunjuk yang baru.
Rumah sakit tetap memelihara indeks dan register yang berisi data-data dasar seperti :
Tanggal masuk / Tanggal keluar rumah sakit, nama dokter yang bertanggung jawab,
diagnosa dan operasi atau tindakan yang pernah diberikan.
Suatu bentuk kegiatan di Instalasi rekam medis yang mendistribusikan formulir – formulir yang
berhubungan dengan rekam medis, seperti formulir yang digunakan untuk mengisi informasi mengenai
identitas pasien, diagnosis dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien.
Semua formulir yang berhubungan dengan rekam medis pasien, diadakan melalui bagian logistik rumah
tangga baik itu untuk keperluan rekam medis ataupun keperluan ruang perawatan. Instalasi rekam medis
merakit atau menyiapkan rekam medis untuk kebutuhan rawat jalan maupun rawat inap.
A. Pengertian
Definisi keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana RS St. Theresia membuat asuhan
pasien lebih aman yaitu bebas dari harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang
potensial akan terjadi ( penyakit, cedera fisik/sosial/psikologis/cacat/kematian/dll ) terkait dengan
pelayanan kesehatan.
B. Tujuan
1. Sebagai Pedoman pelayanan bagi Rumah Sakit St. Theresia untuk dapat melaksanakan program
keselamatan pasien rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Sebagai acuan yang jelas bagi manajemen Rumah Sakit St. Theresia di dalam mengambil
keputusan yang berhubungan dengan keselamatan pasien rumah sakit.
3. Sebagai acuan bagi para dokter untuk dapat meningkatkan keselamatan pasien.
4. Agar terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan terarah.
C. Tata laksana
A. Pengertian
Menurut PERMENKES No 66 Tahun 2016 bahwa Keselamatan Kerja adalah upaya yang
dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian
baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat
bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung.
Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber
daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah
sakit.
B. Tujuan
C. Tata Laksana
b) Jika terjadi kecelakaan akibat kerja, insiden berkaitan dengan pengunjung, insiden
tumpahan/paparan B3, insiden kedaruratan bencana internal dan eksternal, pengukuran
paparan radiasi dan kegagalan pengoperasian sistem utilitas (air, listrik dan gas medis),
diketahui oleh atasan unit dan dilaporkan kepada Direktur beserta Tim K3 RS, yang
dilaksanakan setiap terjadi insiden.
c) Kegiatan inspeksi K3 di unitnya yang dilakukan oleh K3 unit (kepala ruangan/kepala
instalasi) dilaksanakan setiap bulan.
A. Pengertian
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan
dengan menetapkan indikator, Definisi Indikator adalah ukuran atau cara mengukur sehingga
menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa
melihat perubahan.Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
B. Tujuan
Tujuan pengendalian mutu di RS St Theresia Jambi,sebagai berikut:
1. Agar menjadi konsep dasar dan prinsip upaya peningkatan mutu ini dapat digunakan oleh
kepala unit di RS St Theresia
2. Tercapainya upaya peningkatan mutu RS St Theresia Jambi
3. Mengetahui konsep dasar dan prinisp upaya peningkatan mutu RS St Theresia Jambi
4. Mengetahui cara-cara dan langkah-langkah dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu
RS St Theresia
C. Tata Laksana
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan prinsip
dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
Keprofesian
Efisiensi
Keamanan pasien
Kepuasan pasien
Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih.
3. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses.
4. Bersifat umum,yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok dari pada untuk
perorangan.
5. Dapat digunakan untuk membandingkan (bench marking) antar daerah dan antar Rumah
Sakit.
6. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor
7. Didasarkan pada data yang ada.
8. Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator,
sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.
9. Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan:
Acuan dari berbagai sumber
Berdasarkan trend yang menuju kebaikan
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnyalah, sehingga revisi buku Pedoman
Penyelenggaraan Rekam Medis dapat di selesaikan.
Semoga Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis ini dapat memberikan pedoman serta acuan
dalam meningkatkan pelayanan, perencanaan dan pelaksanaan kinerja kearah yang lebih baik
sebagaimana yang diharapkan dalam pengembangan kemajuan rumah sakit.
Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis ini masih jauh dari kesempurnaan, kami mengharapkan
saran dan masukan untuk menyempurnakan Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis dimasa yang akan
datang.