Anda di halaman 1dari 4

RESUME

PRODUK SAINS

Dosen Pengampu: Bapak Harman Amir,S.Si,M.S

Nama kelompok:

1.Hanifah Yusra_23035012

2.Upi Permata Sari_23035101

3.Muhammad Hery Pratama Sitorus_23035077

Program studi: Pendidikan Kimia

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
PRODUK SAINS (Hipotesis, Teori dan Hukum)
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan sesungguhnya bertujuan untuk mengkaji hubungan khusus antara peristiwa
tertentu dengan peristiwa lainnya. Kalau satu peristiwa terjadi, peristiwa yang lain pasti terjadi atau
menyusul. Atau kalau peristiwa yang satu terjadi, peristiwa yang lain sudah terjadi mendahuluinya.
Hubungan diantara kedua peristiwa ini kemudian ditemukan sebagai hubungan sebab akibat, yaitu
bahwa ternyata peristiwa yang satu menjadi sebab dari peristiwa yang lain atau bahwa yang satu
menjadi akibat dan yang lain menjadi sebabnya.

Ilmu pengetahuan sesungguhnya mengkaji atau meneliti hubungan sebab akibat antara berbagai
peristiwa dalam alam dan dalam hidup manusia. Hubungan ini dianggap sebagai suatu hubungan yang
bersifat pasti karena kalau satu peristiwa terjadi yang lain dengan sendirinya akan menyusul atau pasti
telah terjadi sebelumnya. Inilah hubungan yang dlam ilmu pengetahuan disebut hukum.

Teori ilmiah merupakan sebuah kumpulan pernyataan yang saling berhubungan dan didukung
dengan baik, yang menjelaskan berbagai pengamatan dan dapat digunakan untuk membuat prediksi
yang dapat diuji.

Teori ilmiah menjelaskan suatu kerangka koheren yang sesuai dengan data-data pengamatan.Definisi
ilmiah kata “teori” berbeda dengan pengertian kata ini secara umum.Secara umum, “teori” dapat
berarti sebuah konjektur, opini atau spekulasi yang tidak mempunyai dasardasar fakta maupun dapat
membuat prediksi yang dapat diuji kebenarannya.

PENGERTIAN HIPOTESIS, HUKUM DAN TEORI ILMIAH


Hipotesis

Hipotesis adalah ide atau teori yang diusulkan yang dapat diuji baik secara eksperimental atau
observasional. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan
hipotesis tersebut.

Teori

Sebuah teori adalah hipotesis yang komprehensif atau set hipotesis yang telah divalidasi oleh
pertemuan bukti dari berbagai sumber observasional dan / atau eksperimental. Biasanya teori
mengacu pada sesuatu yang divalidasi dengan baik oleh bukti ilmiah yang telah menjadi aspek
mendasar dari bidangnya. Sebuah teori tidak pernah benar-benar dapat dibuktikan benar, sehingga
selalu mungkin bahwa sebuah teori dasar dapat ditemukan tidak valid, tapi sangat-sangat jarang.

Hukum

Sebuah hukum ilmiah adalah relasi empiris yang dapat diringkas dalam cara yang singkat baik secara
lisan ataupun matematis, dan telah divalidasi oleh eksperimen, seperti Hukum Newton tentang Gerak.
Dalam arti sempit, hukum harus berlaku tanpa kecuali. Inilah rasa yang sering digunakan ketika
mengacu pada "hukum alam". Namun karena sejarah mereka, ada banyak hal yang kita sebut sebagai
hukum yang sekarang kita tahu tidak ketat berlaku. Hukum Kepler dari Gerak Planet, misalnya, tidak
sepenuhnya benar karena interaksi gravitasi antara planet-planet.
TEORI-TEORI KEBENARAN
1. Teori Korespondensi

Teori korespondensi adalah teori kebenaran yang didasarkan pada fakta obyektif sebagai dasar
kebenarannya. Teori ini menyatakan bahwa sebuah pernyataan dianggap benar hanya jika pernyataan
tersebut berhubungan dengan fakta obyektif yang ada. Fakta obyektif tersebut adalah segala bentuk
fenomena berupa tampilan visual, gelombang suara, rasa maupun tekstur, yang bisa ditangkap melalui
panca indera. Sederhananya, suatu pernyataan dianggap benar jika ada faktanya. Jika tidak, maka
pernyataan tersebut bukan kebenaran. Oleh karena sifatnya yang mengandalkan pengalaman inderawi
dalam menangkap fakta, maka teori ini menjadi teori yang digunakan oleh para empirisis.

2. Teori Koherensi

Menurut teori koherensi, sebuah pernyataan bisa dianggap benar hanya jika pernyataan itu koheren
atau tidak bertentangan dengan pernyataan sebelumnya yang sudah terbukti benar. Untuk dianggap
benar, teori ini mensyaratkan adanya konsistensi atau tidak adanya pertentangan (kontradiksi) antara
suatu pernyataan dengan aksioma. Karena itulah teori koherensi dikenal juga sebagai teori konsistensi.
Sebagai contoh, di dalam disiplin ilmu matematika terdapat postulat bahwa jumlah sudut semua jenis
bangun ruang segitiga berjumlah 180°. Jika ada satu pernyataan bahwa terdapat satu bentuk segi tiga
yang jumlah sudutnya 210°, maka tanpa harus menyaksikan bukti faktual segitiga tersebut kita bisa
menyatakan bahwa pernyataan orang tersebut tidak benar karena ia bertentangan dengan postulat.
Pernyataan orang tersebut memiliki kontradiksi dengan postulat yang sudah ada.

3. Teori Pragmatis

Teori pragmatis berbeda dengan dua teori sebelumnya dalam menentukan dasar kebenaran. Jika
pada korespondensi dasar kebenarannya adalah fakta obyektif dan pada teori koherensi adalah
konsistensi logis, maka teori pragmatis meletakkan dasar kebenarannya pada manfaat praktis dalam
memecahkan persoalan kehidupan. Tidak hanya berlaku pada dunia empiris, teori pragmatisme lebih
lanjut juga bisa diterapkan berkaitan dengan obyek pengetahuan metafisik. Teori ini muncul sebagai
kritik terhadap kaum positivis yang menganggap pernyataan metafisik sebagai pernyataan yang tidak
bermakna (meaningless) karena ia tidak memiliki dasar faktual di dunia empiris. Menurut kaum
pragmatis, pernyataan metafisik bisa menjadi pernyataan yang benar selama ia memiliki manfaat
dalam kehidupan. Neraka ada bagi manusia yang berperilaku jahat. Terlepas dari ketiadaan bukti
empiris tentang neraka, pernyataan itu bisa dianggap sebagai pernyataan yang benar karena memiliki
manfaat dalam menurunkan angka kejahatan.
4. Teori Performatif

Teori kebenaran performatif muncul dari konsepsi J. L. Austin yang membedakan antara ujaran
konstatif dan ujaran performatif. Menurut tokoh filsafat analitika Bahasa dari Inggris ini, pengujian
kebenaran (truth-evaluable) secara faktual seperti yang dapat diterapkan dalam teori korespondensi
hanya bisa diterapkan pada ujaran konstatif. Ucapan konstatif adalah ucapan yang yang mengandung
sesuatu yang konstatif dalam ujaran itu sehingga ia memiliki konsekuensi untuk dibuktikan
kebenarannya.

Sifat-Sifat Hukum Alam


Sepanjang sejarah para ilmuan berusaha mengumpulkan data dan merumuskannya ke dalam bentuk
hukum untuk digunakan mendasari penjelasan penemuan di lapangan spesifik yang merupakan
turunan dari lapangan sains. Parameter baru akan masuk ke dalam rumusan baru dan sifatnya lebih
spesifik karena hukum ini dibatasi parameter baru. Sifat dari hukum ilmu alam adalah:
1. Bersifat netral dan tidak diperuntukkan bagi prioritas golongan pengguna tertentu. Artinya semua
orang dapat memanfaatkan hukum ilmu alam, dan juga dapat menyalahgunakan hukum ilmu alam.Itu
dikarenakan sifatnya yang netral atau tidakmemihak siapapun yang meneliti atau menggunakan
hukum tersebut.

2. Bersifat universal, Artinya dapat berlaku dimana saja.

3. Sifat lebih pasti Kepastian hukum dapat dibuktikan dengan kemampuan hukum tersebut
menjelaskan gejala yang sama dari waktu ke waktu. Kepastian hukum diperkuat dengan fakta baru
yang diperoleh dari analisis dan perlakuan terhadap objek di alam.

Hukum dan Prediksi Ilmiah


Hukum yang telah dirumuskan harus dapat digunakan untuk memprediksi gejala alam yang
termasuk di dalam hukum tersebut. Fungsi hukum dalam dunia sains adalah untuk memperkirakan
gejala yang akan terjadi setelah sistem diberi perlakuan tertentu. Contohnyadalam meramalkan
cuaca dan iklim digunakan parameter-parameter dalam ilmu meteorologi.Dengan demikian manusia
dapat mengantisipasi gejala alam yang dapat merugikan kehidupanmanusia sendiri.

Dari Ketidakteraturan sampai menjadi Hukum


Hukum merupakan hasil pengolahan hipotesis, dan hipotesis ini berawal dari pengamatan manusia
akan objek alam. Pengamatan demi pengamatan dikumpulkan dan diklasifikasikan menurut
parameter tertentu, kemudian dibuatkan hipotesis yang harus diuji dan dieksplorasi lebih lanjut
sampai menjadi teori tertentu.

Teori juga harus diuji dan diverivikasi untuk sampai pada perumusan hukum yang lebih pasti. Ciri
khas hukum yang sudah dirumuskan adalah bahwa hukum tersebut dapat digunakan untuk
memprediksi gejala yang akan datang dan juga dapat digunakan untuk mengatur alam.

Dengan demikian hukum merupakan hasil pengorganisasian manusia baik secara nyata maupun
abstrak terhadap gejala alam yang semula tidak teratur karena diamati dari gejala tunggal yang
dikumpulkan dengan gejala tunggal yang sejenis. Dengan kata lain, dari ketidakteraturan fakta dapat
dirumuskan menjadi rumusan universal yang merupakan bentuk yang lebih teratur dari alam.

Anda mungkin juga menyukai