Anda di halaman 1dari 7

Tugas Resume

PRODUK SAINS (Hipotesis, Teori dan Hukum)

Kelompok 8

Nama : 1.Lazulfina Aidiya (23035072)


2.Rizky Murni Kurniati (23035035)
3.Fajri Nabila (23035059)
Kelas : Pendidikan Kimia E
Matkul : Dasar Dasar Sains
Dosen :Harman Amir, S.Si, M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
A. PENGERTIAN HIPOTESIS, HUKUM DAN TEORI ILMIAH

1.Hipotesis
Hipotesis adalah ide atau teori yang diusulkan yang dapat diuji baik secara
eksperimental atau observasional. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala
yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya
pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau
menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen.
Sebuah hipotesis dapat dikalsifikasikan dengan bukti pengamatan saja, tanpa
perlu eksperimen yang berulang.
2.Teori
Sebuah teori adalah hipotesis yang komprehensif atau set hipotesis yang telah
divalidasi oleh pertemuan bukti dari berbagai sumber observasional dan / atau
eksperimental. Biasanya teori mengacu pada sesuatu yang divalidasi dengan
baik oleh bukti ilmiah yang telah menjadi aspek mendasar dari bidangnya.
Sebuah teori tidak pernah benar-benar dapat dibuktikan benar, sehingga selalu
mungkin bahwa sebuah teori dasar dapat ditemukan tidak valid, tapi sangat-
sangat jarang. Akan membutuhkan bukti tak terbantahkan untuk membatalkan
teori semacam itu. Sebuah hipotesis baru harus mampu menjelaskan semua
bukti pengamatan dari teori lama, dan juga harus memperhitungkan bukti baru
yang menyanggah teori lama. Dan harus melakukan hal ini ke tingkat yang sama
dan presisi (jika tidak lebih baik) daripada teori yang digantikannya. Hal ini
terjadi, misalnya ketika teori mekanika kuantum menggantikan mekanika
Newton untuk hal-hal seperti atom dan molekul, dan ketika relativitas umum
menggantikannya untuk objek obyek yang lebih besar.
3.Hukum
Sebuah hukum ilmiah adalah relasi empiris yang dapat diringkas dalam cara yang
singkat baik secara lisan ataupun matematis, dan telah divalidasi oleh
eksperimen, seperti Hukum Newton tentang Gerak. Dalam arti sempit, hukum
harus berlaku tanpa kecuali. Inilah rasa yang sering digunakan ketika mengacu
pada "hukum alam". Namun karena sejarah mereka, ada banyak hal yang kita
sebut sebagai hukum yang sekarang kita tahu tidak ketat berlaku. Hukum Kepler
dari Gerak Planet, misalnya, tidak sepenuhnya benar karenaInteraksi gravitasi
antara planet-planet. Hukum Kepler hanyalah pendekatan yang masuk Akal, tapi
kita masih merujuk kepada mereka sebagai hukum karena sejarah mereka. Lebih
buruk lagi, kita memiliki hal-hal seperti Hukum Bode untuk jarak planet, yang
Bukan merupakan hubungan yang valid sama sekali. Hal penting tentang hukum
ilmiah, Adalah bahwa mereka murni observasional. Sebuah hukum ilmiah tidak
mengusulkan Mekanisme yang mendasari, itu hanya merupakan hubungan yang
teramati.

B. TEORI-TEORI KEBENARAN

Pada bagian sebelumnya terlihat jelas bahwa kebenaran dalam filsafat memiliki
Berbagai bentuk bergantung pada perspektif yang digunakan. Berbagai
perspektif Tersebut kemudian melahirkan berbagai jenis teori kebenaran. Pada
bagian ini akan Dibahas berbagai teori kebenaran yang tumbuh dan berkembang
dalam tradisi filsafat.
1.Teori Korespondensi
Teori korespondensi adalah teori kebenaran yang didasarkan pada fakta obyektif
Sebagai dasar kebenarannya. Teori ini menyatakan bahwa sebuah pernyataan
dianggap Benar hanya jika pernyataan tersebut berhubungan dengan fakta
obyektif yang ada.16 Fakta obyektif tersebut adalah segala bentuk fenomena
berupa tampilan visual, gelombang suara, rasa maupun tekstur, yang bisa
ditangkap melalui panca indera.Sederhananya, suatu pernyataan dianggap
benar jika ada faktanya. Jika tidak, maka pernyataan tersebut bukan kebenaran.
Oleh karena sifatnya yang mengandalkan pengalaman inderawi dalam
menangkap fakta, maka teori ini menjadi teori yang digunakan oleh para
empirisis.
2.Teori Koherensi
Menurut teori koherensi, sebuah pernyataan bisa dianggap benar hanya jika
pernyataan itu koheren atau tidak bertentangan dengan pernyataan sebelumnya
yang sudah terbukti benar. Untuk dianggap benar, teori ini mensyaratkan adanya
konsistensi atau tidak adanya pertentangan (kontradiksi) antara suatu
pernyataan dengan aksioma. Karena itulah teori koherensi dikenal juga sebagai
teori konsistensi.17 Sebagai contoh, di dalam disiplin ilmu matematika terdapat
postulat bahwa jumlah sudut semua jenis bangun ruang segitiga berjumlah 180°.
Jika ada satu pernyataan bahwa terdapat satu bentuk segi tiga yang jumlah
sudutnya 210°, maka tanpa harus menyaksikan bukti faktual segitiga tersebut
kita bisa menyatakan bahwa pernyataan orang tersebut tidak benar karena ia
bertentangan dengan postulat. Pernyataan orang tersebut memiliki kontradiksi
dengan postulat yang sudah ada.
3.Teori Pragmatis
Teori pragmatis berbeda dengan dua teori sebelumnya dalam menentukan dasar
Kebenaran. Jika pada korespondensi dasar kebenarannya adalah fakta obyektif
dan pada Teori koherensi adalah konsistensi logis, maka teori pragmatis
meletakkan dasar Kebenarannya pada manfaat praktis dalam memecahkan
persoalan kehidupan. Tidak Hanya berlaku pada dunia empiris, teori
pragmatisme lebih lanjut juga bisa diterapkan Berkaitan dengan obyek
pengetahuan metafisik. Teori ini muncul sebagai kritik terhadap Kaum positivis
yang menganggap pernyataan metafisik sebagai pernyataan yang tidak
Bermakna (meaningless) karena ia tidak memiliki dasar faktual di dunia empiris.
Menurut kaum pragmatis, pernyataan metafisik bisa menjadi pernyataan yang
benar Selama ia memiliki manfaat dalam kehidupan. Neraka ada bagi manusia
yang berperilaku Jahat. Terlepas dari ketiadaan bukti empiris tentang neraka,
pernyataan itu bisa dianggap Sebagai pernyataan yang benar karena memiliki
manfaat dalam menurunkan angka Kejahatan.
4.Teori Performatif
Teori kebenaran performatif muncul dari konsepsi J. L. Austin yang membedakan
Antara ujaran konstatif dan ujaran performatif. Menurut tokoh filsafat analitika
Bahasa Dari Inggris ini, pengujian kebenaran (truth-evaluable) secara faktual
seperti yang dapat diterapkan dalam teori korespondensi hanya bisa diterapkan
pada ujaran konstatif. Ucapan konstatif adalah ucapan yang yang mengandung
sesuatu yang konstatif dalam ujaran itu sehingga ia memiliki konsekuensi untuk
dibuktikan kebenarannya.
5.Teori Konsensus
Teori kebenaran consensus pada awalnya digagas oleh Thomas Kuhn, seorang
Ahli sejarah ilmu pengetahuan. Penulis buku The Structure of Scientific
Revolutions ini Menyatakan bahwa ilmu pengetahuan berkembang melalui
beberapa tahapan. Pertama, Ilmu pengetahuan berada pada posisi sebagai
normal science ketika ia diterima oleh Masyarakat berdasarkan konsepsi
kebenaran ilmiah. Pada perkembangannya, akan Muncul beberapa anomali yang
membuat konsepsi kebenaran tersebut dipertanyakan Keabsahannya.
Selanjutnya akan terjadi revolusi ilmu pengetahuan yang juga Menyebabkan
pergeseran paradigma (shifting paradigm) dalam masyarakat ilmiah.
Singkat kata, perkembangan imu pengetahuan ditandai dengan adanya
pergeseran Paradigma lama yang digantikan oleh paradigma baru. Pergeseran
tersebut ditentukan Oleh penerimaan masyarakat (social acceptance) terhadap
sebuah paradigma dan Konsepsi kebenaran ilmiah.

C. APLIKASINYA DALAM MASYARAKAT

Berbagai teori kebenaran yang telah dipaparkan sebelumnya, sekali lagi, Menunjukkan
pluralitas kebenaran dalam filsafat. Adanya berbagai standar kebenaran Selayaknya membuat
masyarakat tidak lagi memandang validitas kebenaran dalam sebuah Pernyataan dalam
oposisi biner, hitam-putih, benar-salah. Ada kemungkinan bahwa Kebenaran dalam sebuah
pernyataan bersifat gradatif. Semakin banyak ia sesuai dengan Teori kebenaran yang ada,
semakin tinggi validitas kebenaran yang dikandungnya. Demikian juga sebaliknya. Tantangan
selanjutnya yang akan dihadapi adalah sejauh mana Teori-teori kebenaran tersebut bisa
diaplikasikan dalam menyaring berita palsu. Tentu saja Penerapan teori-teori tersebut
bergantung pada kondisi obyek kebenaran itu sendiri. Teori Korespondensi misalnya, bisa
diterapkan selama obyek kebenaran bersifat faktual dan Bisa diakses secara langsung melalui
panca indera. Jika tidak bisa diakses langsung, Masih terdapat opsi teori kebenaran lain yang
bisa diterapkan.

Dalam konteks dunia maya, pembuktian kebenaran dilakukan melalui gambar Atau video.
Tetap ada kemungkinan bahwa gambar atau video tersebut adalah palsu Sehingga diperlukan
fakta lain sebagai pendukung atau pembanding. Selain itu, Dibutuhkan penjelasan lebih lanjut
dari pakar telematika untuk membuktikan validitas Data faktual (gambar atau video) tersebut.
Dalam hal ini penerapan teori performatif jelas Signifikansinya. Teori performatif juga bisa
diterapkan untuk menyaring sumber berita. Jika terdapat berita yang terkait dengan isu-isu
tertentu, akan lebih bijak jika kita Melakukan konfirmasi kepada pihak yang memiliki otoritas
di bidang tersebut.

D. TERBENTUKNYA HUKUM ILMIAH

Hukum alam berisi gambaran umum mengenai (1) bagaimana pola keteraturan alam dan (2)
bagaimana dinamika pada keteraturan itu. Manusia mengerti bahwa hukum alam Dibentuk
dalam kerangka ide pencarian keteraturan di alam. Tingkatan yang paling tinggi Dalam
pencarian pengetahuan adalah know why (prinsip sebab akibat). Prinsip sebab akibat lahir
dengan melibatkan pemikiran dan analisis mendalam, sehingga sampai Kerumusan
hukum.Hukum alam merupakan keteraturan di dalam.Prinsip-prinsp hukum alam dasarnya
yaitu Urutan langkah untuk mengamati gejala alam yang di kondisikan, mengakibatkan hukum
Mempunyai tingkat determinasi yang tinggi karena memberikan aksi ke alam. Hukum Alam
dapat di hasilkan dari pengamatan akan objek gejala alam dan semua proses Berpikir, setelah
itu terdapat objek, gejala, metode, hasil, ini merupakan rangkaian logis Yang di atur oleh
hukum sebab-akibat. Jika ada banyak penyebab dari gejala maka Diusahakan membuat
klasifikasi faktorfaktor yang mempengaruhinya. Banyaknya faktor yang di gabungkan ke dalam
suatu hukum akan mempersempit ruang Kerja hukum tersebut sehinggga wilayahnya menjadi
lebih spesifik, dan memerlukan Penjelasan lebih banyak faktor. Namun, kelebihan parameter
yang dapat diungkap sampai Saat itu dan di perhitungkan ke dalam hukum tersebut. Semakin
lama hukum akan Semakin spesifik dengan ditemukannya parameter baru yang sebelumnya
tidak Diperhitungkan atau luput dari perhatian. Jika hukum alam diterapkan ke dalam
lapangan berbeda maka akan terjadi kesalahan Yang fatal. Seperti kesalahan di zaman
keemasan perkembangan sains empiris dahulu.

E. SIFAT-SIFAT HUKUM ALAM


➢ Bersifat netral dan tidak diperuntukkan bagi prioritas golongan pengguna tertentu.
Artinya semua orang dapat memanfaatkan hukum ilmu alam, dan juga dapat
Menyalahgunakan hukum ilmu alam.Itu dikarenakan sifatnya yang netral atau Tidak
memihak siapapun yang meneliti atau menggunakan hukum tersebut.
➢ Bersifat universal, Artinya dapat berlaku dimana saja.
➢ Sifat lebih pasti Kepastian hukum dapat dibuktikan dengan kemampuan hukum
tersebut Menjelaskan gejala yang sama dari waktu ke waktu. Kepastian hukum
diperkuat Dengan fakta baru yang diperoleh dari analisis dan perlakuan terhadap
objek di Alam.

F. TEORI DAN HUKUM ILMIAH

Teori adalah pernyataan yang menerangkan sesuatu mengenai alam maupun Gejala alam
berdasarkan prinsip-prinsip bebas dan bukan berdasarkan fenomena itu Sendiri atau
merupakan kumpulan hasil untuk menjelaskan fenomena itu sendiri (Oxford Dictionary of
Current English).Teori masih perlu dibuktikan kebenarannya dengan Percobaan maupun
pemikiran.Dalam ilmu matematika teori merupakan proposisi yang Harus dibuktikan dengan
serangkaian pemikiran. Sehingga dalam hal ini, teori merupakan Kebenaran baru yang akan
dibangun dari kebenaran baru yang sudah ada.Beberapa teori memang dijadikan dasar untuk
menyusun hipotesis jika didapati gejala Baru dari alam, namun hal itujuga berarti bahwa
hipotesis ini menguji kebenaran teori Tersebut. Hal itu sesuai dengan teori fabilisme dari Karl
Poppper.

G. HUKUM DAN PREDIKSI ILMIAH


Hukum yang telah dirumuskan harus dapat digunakan untuk memprediksi gejala alam Yang
termasuk di dalam hukum tersebut. Fungsi hukum dalam dunia sains adalah untuk
Memperkirakan gejala yang akan terjadi setelah sistem diberi perlakuan tertentu. Contohnya
dalam meramalkan cuaca dan iklim digunakan parameter-parameter dalam Ilmu
meteorologi.Dengan demikian manusia dapat mengantisipasi gejala alam yang dapat
Merugikan kehidupanmanusia sendiri.Fungsi lainnya manusia juga merancang dan
menciptakan gejala alam baru.Misalnya Ilmuan menggunakan hukum ilmu alam untuk
menciptakan teknologi, sedangkan pabrik Televisi dalam membuat pesawat televisi/monitor
televisi menggunakan prinsip dan Hukum fisika secara mendalam.Aplikasi sains ke dalam
teknologi membuat penggunaan Hukum untuk meramal gejala alam atau membuat benda
buatan untuk menerapkan hukum Ilmu alam dasar.

H. DARI KETIDAKTERATURAN SAMPAI MENJADI HUKUM

Hukum merupakan hasil pengolahan hipotesis, dan hipotesis ini berawal dari pengamatan
Manusia akan objek alam. Pengamatan demi pengamatan dikumpulkan dan Diklasifikasikan
menurut parameter tertentu, kemudian dibuatkan hipotesis yang harus Diuji dan dieksplorasi
lebih lanjut sampai menjadi teori tertentu.Teori juga harus diuji dan diverifikasi untuk sampai
pada perumusan hukum yang lebih Pasti. Ciri khas hukum yang sudah dirumuskan adalah
bahwa hukum tersebut dapat Digunakan untuk memprediksi gejala yang akan datang dan juga
dapat digunakan untuk Mengatur alam.Dengan demikian hukum merupakan hasil
pengorganisasian manusia baik secara nyata Maupun abstrak terhadap gejala alam yang
semula tidak teratur karena diamati dari gejala Tunggal yang dikumpulkan dengan gejala
tunggal yang sejenis. Dengan kata lain, dari Ketidakteraturan fakta dapat dirumuskan menjadi
rumusan universal yang merupakan Bentuk yang lebih teratur dari alam.

Anda mungkin juga menyukai