Anda di halaman 1dari 3

5.

Patofisiologi
Hampir 90% dari plasenta yang diidentifikasi dengan letak perlekatan rendah pada
trimester awal pada akhirnya akan hilang pada trimester ketiga karena migrasi
plasenta. Plasenta akan tumbuh menuju peningkatan suplai darah di fundus, menjauh
dari bagian distal plasenta di segmen bawah rahim dengan suplai darah yang semakin
menurun sehingga mengalami regresi dan atrofi. Migrasi juga dapat terjadi dengan
tumbuhnya segmen bawah rahim sehingga menambah jarak dari tepi bawah plasenta
ke leher rahim (Bagga dan Angelica, 2023).

Pada usia kehamilan 12 minggu terjadi pelebaran isthmus uterus yang akan
membentuk segmen bawah rahim, jika pada awal kehamilan didapati plasenta
berimplantasi pada bagian yang menutupi seluruh jalan lahir janin maka akan terjadi
unavoidable bleeding perdarahan akibat pelepasan tapak plasenta dikarenakan
fenomena pembentukan segmen bawah rahim (Prawirohardjo, 2020). Usia kehamilan
yang bertambah menyebabkan segmen-segmen bawah uterus akan melebar sehingga
serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) yang juga mengakibatkan
adanya bagian tapak plasenta yang terlepas. Sumber perdarahannya adalah robeknya
sinus uterus akibat terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahan pada bagian tersebut cenderung disebabkan oleh
karena bagian bawah rahim dan serviks memiliki jumlah otot yang sangat minimal
sehingga tidak dapat berkontraksi dengan kuat dan pembuluh darah tidak akan
tertutup dengan sempurna yang akan berakibat dengan perdarahan yang lebih mudah
dan lebih banyak (Prawirohardjo, 2020). Bawah rahim akan terus berkembang secara
progresif dan bertahap sehingga perdarahan akan terjadi kembali tanpa alasan lain
(causeless). Pendarahan yang terjadi tidak menimbulkan rasa sakit dan berwarna
merah segar (Prawirohardjo, 2020).
Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan akibat plasenta yang menutupi seluruh
uteri internum. Selain itu, perdarahan dapat terjadi ketika persalinan mendekati atau
dimulai dalam kasus plasenta previa parsialis atau plasenta letak rendah. Meskipun
perdarahan pertama dapat dimulai lebih awal dari 30 minggu kehamilan, biasanya
perdarahan lebih sering terjadi pada 34 minggu atau lebih. tempat perdarahan terletak
pada dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir
keluar rahim dan tidak membentuk hematom retroplasenta yang mampu merusak
jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal.
Dengan demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa
(Prawirohardjo, 2020).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis
mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih
kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta bahkan
plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke
rectum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada
uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang
rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua
kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada
plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan
sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak
mampu berkontraksi dengan baik (Prawirohardjo, 2020).

6. Gejala Klinis
Tanda signifikan dari dari plasenta previa adalah perdarahan yang bersifat tanpa
sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent). Pendarahan
biasanya baru terjadi pada usia kehamilan yang lebih dari 28 minggu. Pendarahan
yang terjadi pertama kali tidak bertahan lama dan akan berhenti dengan sendirinya.
Setelah beberapa waktu berlalu, perdarahan akan muncul kembali tanpa alasan yang
jelas, dan akan terjadi perdarahan yang berulang dengan peningkatan volume darah
pada setiap pengulangannya. Pada plasenta letak rendah baru akan terjadi perdarahan
dengan jumlah sedikit atau banyak di waktu persalinan dimulai. Karena rahim bagian
bawah tidak dapat berkontraksi sekuat rahim bagian atas, maka dapat menyebabkan
pendarahan yang memburuk. Akibatnya, perdarahan dapat berlanjut bahkan setelah
melahirkan. Faktor lain yang berkontribusi terhadap peningkatan perdarahan adalah
kerapuhan dan kerentanan serviks pada plaseta previa sehingga lebih mudah
mengalami robekan (Prawirohardjo, 2020).

Pada saat dilakukan palpasi pada abdomen biasanya ditemui janin bagian bawahnya
masih setinggi atas simfisis karena plasenta berada di bagian bawah, janin juga
terletak dalam keadaan tidak memanjang. Ibu hamil tidak akan mengalami
ketidaknyamanan saat dilakukan palpasi perut, dan perutnya tidak teraba tegang
(Prawirohardjo, 2020).

Prawirohardjo S. 2020. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Bagga, Frances, Angelica Sze. (2023). Placenta Previa. StatPearls Publishing LLC.
Diakses pada 15-09-2023 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430685/

Anda mungkin juga menyukai