TINJAUAN TEORI
2.1.2. Etiologi
Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat
disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur).
Mikroorganisme kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa
adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus
pneumonia. Spesies Enterococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering
ditemukan. Umumnya, sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks
antara efek toksik langsung dari mikroorganisme penyebab infeksi dan
gangguan respons inflamasi normal dari host terhadap infeksi. Kultur darah
positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-70% kasus syok septik. Dari
kasus-kasus dengan kultur darah yang positif,terdapat hingga 70% isolat
yang ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram positif atau gram negatif saja;
sisanya ditumbuhi fungus atau mikroorganisme campuran lainnya. Kultur
lain seperti sputum, urin, cairan serebrospinal, atau cairan pleura dapat
mengungkapkan etiologi spesifik, tetapi daerah infeksi lokal yang memicu
proses tersebut mungkin tidak dapat diakses oleh kultur.
Insidensi sepsis yang lebih tinggi disebabkan oleh bertambah tuanya
populasi dunia, pasien-pasien yang menderita penyakit kronis dapatbertahan
hidup lebih lama, terdapat frekuensi sepsis yang relatif tinggi di antara
pasienpasien AIDS, terapi medis (misalnya dengan glukokortikoid atau
antibiotika), prosedur invasif (misalnya pemasangan kateter), danventilasi
mekanis. Sepsis dapat dipicu oleh infeksi di bagian manapun dari tubuh.
Daerah infeksi yang paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru,
saluran kemih, perut, dan panggul. Jenis infeksi yang sering dihubungkan
dengan sepsis yaitu:
1. Infeksi paru-paru (pneumonia)
2. Flu (influenza)
3. Appendiksitis
4. Infeksi lapisan saluran pencernaan (peritonitis)
1) Infeksi kandung kemih, uretra, atau ginjal (infeksi traktusurinarius)
2) Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infusatau
kateter telah dimasukkan ke dalam tubuh melalui kulit
3) Infeksi pasca operasi
4) Infeksi sistem saraf, seperti meningitis atau encephalitis
2.1.5. Patofisiologis
Endotoksin yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabkan proses
inflamasi yang melibatkan berbagai mediator inflamasi, yaitu sitokin,
neutrofil, komplemen, NO, dan berbagai mediator lain. Proses inflamasi
pada sepsis merupakan proses homeostasis dimana terjadi keseimbangan
antara inflamasi dan antiinflamasi. Bila proses inflamasi melebihi
kemampuan homeostasis, maka terjadi proses inflamasi yang maladaptif,
sehingga terjadi berbagai proses inflamasi yang destruktif, kemudian
menimbulkan gangguan pada tingkat sesluler pada berbagai organ.
Terjadi disfungsi endotel, vasodilatasi akibat pengaruh NO yang
menyebabkan maldistribusi volume darah sehingga terjadi hipoperfusi
jaringan dan syok. Pengaruh mediator juga menyebabkan disfungsi miokard
sehingga terjadi penurunan curah jantung.
Lanjutan proses inflamasi menyebabkan gangguan fungsi berbagai
organ yang dikenal sebagai disfungsi/gagal organ multipel (MODS/MOF).
Proses MOF merupakan kerusakan pada tingkat seluler (termasuk difungsi
endotel), gangguan perfusi jaringan, iskemia reperfusi, dan mikrotrombus.
Berbagai faktor lain yang diperkirakan turut berperan adalah terdapatnya
faktor humoral dalam sirkulasi (myocardial depressant substance), malnutrisi
kalori protein, translokasi toksin bakteri, gangguan pada eritrosit, dan efek
samping dari terapi yang diberikan
2.1.6. Pathway
Bakteri (mikroorganisme)S
endotoksin eksotalmus
Sitoksin, akutrofil
Perubahan biokimia dan
imun
Sesak
takipnea
(takipnea) Penurunan curah
jantung (B2)
O2 dalam darah /
G3 pola
jar. Tdk adekuat
nafas (B1) Misal: asam otak
laktat G3 perfusi jaringAn
kesadaran
Resiko cedera (B1)
GCS 1,2,3 (B3)
2.1.7. Penatalaksanaan
Intervensi keperawatan pada pasien dengan shock septik juga berfokus
pada pencegahan dan penularan infeksi, pengenalan dini dan pengobatan
shock septik. Pencegahan shock septik adalah salah satu tanggung jawab di
unit perawatan kritis. Beberapa tindakan meliputi identifikasi pasien yang
berisiko dan pengurangan faktor risiko termasuk paparan mikroorganisme
yang menyerang. Mencuci tangan serta pemahaman tentang praktik untuk
mengurangi infeksi nosokomial pada pasien kritis merupakan hal penting
dalam upaya pencegahan shock sepsis.
Terlepas dari jenis shock, tujuan manajemen adalah untuk
mengembalikan perfusi jaringan yang adekuat. Keberhasilan resusitasi
pasien shock yaitu MAP lebih besar dari 60 mmHg sampai 70 mmHg, CVP
8 mmHg sampai 12 mmHg, urine output dari 0,5 mL/kg per jam atau 30
sampai 60 mL per jam. Tingkat laktat normal dan tekanan darah sistolik
lebih dari 90 mmHg.
Liu et al. (2021) menyampaikan bahwa pathway keperawatan pada
pasien syok septik meliputi bundel sepsis yaitu:
1. Tujuan bundel syok sepsis pada 1 jam pertama di ICU meliputi
mengukur asam laktat, apabila laktat awal lebih dari 2 mmol/L maka
dilakukan pemeriksaan ulang, mengumpulkan sampel kultur darah
sebelum pemberian antibiotik, menerapkan antibiotik spektrum luas,
memberikan larutan kristaloid 30 ml/kg dengan target resusitasi tidak
hipotensi atau peningkatan laktat >3 mmol/L, menerapkan terapi
vasopresor untuk memastikan bahwa MAP 65 mmHg.
2. Penyelesaian bundel sepsis pada 3 jam di ICU mengacu pada 3 jam
pertama setelah penegakan diagnosis syok septik meliputi mengukur
konsentrasi asam laktat, kultur darah sebelum terapi anti mikroba,
menerapkan obat antimikroba spektrum luas, memberikan larutan
kristaloid 30 ml/kg untuk resusitasi mencegah hipotensi atau
peningkatan laktat >3 mmol.L.
3. Penyelesaian bundel sepsis 6 jam meliputi vasopresor harus segera
diterapkan ketika hipotensi memiliki efek yang buruk pada resusitasi,
CVP dan Scv02 harus diukur segera atau laktat > 3 mmol/L. Level laktat
harus diukur secara berkala pada pasien dengan asam laktat yang tinggi.
2.1.9. Komplikasi
Sepsis parah dan syok septik juga bisa mengakibatkan komplikasi.
Komplikasi terberat dari sepsis adalah kematian. Angka kematian akibat
syok septik adalah 50 persen dari seluruh kasus.Penggumpalan darah kecil
dapat terbentuk di seluruh tubuh Anda. Gumpalan ini menghalangi aliran
darah dan oksigen ke organ vital dan bagian lain tubuh Anda. Ini
meningkatkan risiko kegagalan organ dan kematian jaringan. (Hermawan
AG., 2014).
Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam diharapkan
inspirasi dan atau ekspirasi yangmemberikan ventilasi adekuat
membaik dengan kriteria hasil :
a. Dispnea menurun
b. Penggunaan otot bantu napas menurun
c. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
d. Ortopnea menurun
e. Pernapasanpursed-lip menurun
Intervensi
Manajemen Jalan Napas
Observasi
a. Monitor pola napas
b. Monitor bunyi napas
c. Monitor sputum
Terapeutik
a. Pertahankan kepatenanjalan napas
b. Posisikan semi-fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterafi dada
e. Lakukan penghisapan lendir
f. Lakukan hiperoksigenasi
g. Keluarkan sumbatanbenda padat dengan forsep
h. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
b. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator
Kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
tingkat nyeri menurun. Dengan kriteria hasil:
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Sikap protektif menurun
d. Gelisah menurun
e. Kesulitan tidur menurun
intervensi
Manajemen nyeri
Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberatdan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dankeyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh nyeri padakualitas hidup
Terapeutik
a. Berikan teknik non- farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis: terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat/dingin)
b. Kontrol lingkungan yang memperberatrasa nyeri (mis :suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredahkan nyeri.
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
3. Penurunan curah jantung (D.0008)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Perubahan irama jantung
a. Palpitasi
2) Perubahan preload
a. Lelah
3) Perubahan afterload
a. Dispnea
4) Perubahan kontraklitias
a. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
b. Ortopnea
c. Batuk
Objektif
1) Perubahan irama jantung
a. Brakikardia/takikardia
b. Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
2) Perubahan preload
a. Edema
b. Distensi vena jugularis
c. Centralvenous pressure (CVP) meningkat/menurun
kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
Penurunan Curah Jantung meningkat dengan kriteria hasil :
a. Kekuatan nadi perifer meningkat
b. Palpitasi menurun
c. Brakikardia menurun
d. Takikardia menurun
e. Gambaran EKG aritmia menurun
f. Lelah menurun
g. Edema menurun
h. Dipsnea menurun
i. Oliguria menurun
j. Sianosis menurun
k. Batuk menurun
l. Tekanan darah cukup membaik
intervensi
Perawatan jantung Observasi
a. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dipsnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP)
b. Monitor tekanan darah
c. Monitor saturasi oksigen
d. Monitor keluhan nyeri dada
e. Monitor EKG 12 sadapan
f. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
Terapeutik
a. Posisikan pasien semi – fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
b. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
c. Edukasi
d. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
e. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
b. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
4. Hipertermia (D.0130)
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a. Kulit merah
b. Kejang
c. Takikardi
d. Takipnea
e. Kulit terasa hangat
kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan termogulasi membaik
dengan kriteria hasil:
a. Menggigil menurun
b. Suhu tubuh membaik
intervensi
Observasi
a. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. low intake)
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor kadar elektrolit
d. Monitor haluaran urine
e. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Teraupetik
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
c. Berikan cairan oral
d. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
e. Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila)
f. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
g. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit, jika perlu
kriteria hasil
Setelah diberi asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi
jaringan teratasi dengan, Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
b. Denyut nadi perifer meningkat.
c. Penyembuhan luka meningkat.
d. Warna kulit pucat menurun.
e. Edema perifer menurun
f. Nyeri ektremitas menurun.
g. Parastesia menurun.
h. Pengisian kapiler cukup membaik.
i. Akral teraba hangat.
j. Turgor kulit cukupmembaik.
Intervensi
Observasi
a. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisisan kapiler,
warna, suhu, ankle brachial index)
b. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi).
c. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas.
Terapeutik
a. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah diarea keterbatasan
perfusi
b. Hindari pengukuran tekanan darah pada ektremitas denganketerbatasan
perfusi
c. Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cedera
d. Lakukan pencegahan infeksi
e. Lakukan perawatan kaki dan kuku
f. Lakukan hidrasi
Edukasi
a. Anjurkan berhenti merokok
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan intervensi selama ….. x ….. jam, maka toleransi aktivitas
meningkat, dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi nadi menurun
b. Keluhan lelah menurun
c. Dispnea saat aktivitas menurun
d. Dispnea setelah aktivitas menurun
e. Perasaan lemah menurun
f. Aritmia saat aktivitas menurun
g. Aritmia setelah aktivitas menurun
h. Sianosis menurun
i. Tekanan darah membaik
j. EKG iskemia membaik.
Intervensi
Manajemen Energi (I. 05178) Tindakan :
Observasi
a. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor pola dan jam tidur
d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
b. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
d. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
e. Edukasi
f. Anjurkan tirah baring
g. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
h. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
i. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
j. Kolaborasi
k. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
7. Ansietas (D.0080)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a. Merasa bingung
b. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c. Sulit berkonsentrasi
Objektif
a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Sulit tidur
Objektif
a. Frekuensi napas meningkat
b. Frekuensi nadi meningkat
c. Tekanan darah meningkat
d. Diaforesis
e. Tremor
f. Muka tampak pucat
g. Suara bergetar
h. Kontak mata buruk
i. Sering berkemih
j. Berorientasi pada masa lalu
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
tingkat ansietas menurun, dengan kriteria hasil :
a. Verbalisasi khawatir akibat kodisi yang dihadapi menurun
b. Perilaku gelisah menurun
c. Palpitasi menurun
d. Frekuensi napas menurun
e. Frekuensi nadi menurun
f. Tekanan darah menurun
g. Pucat menurun
Intervensi
Observasi
a. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif
b. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
c. Identifikasi kesediaan, kemampuan dan penggunaan teknik
sebelumnya
d. Periksan ketegangan otot, frekuensi nadi,tekanan darah dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
e. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman.
b. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
c. Gunakan pakaian longgar
d. Gunakan nada suara lembut denganirama lambat dan berirama
Edukasi
a. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang tersedia
(napas dalam)
b. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasiyang dipilih
c. Anjurkan mengambil posisi nyaman
d. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
e. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
f. Demonstrasikan dan latih teknik (napas dalam )
Dapus :
Chen K dan Pohan H.T. 2007. Penatalaksanaan Syok Septik dalam Sudoyo, Aru W.
Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. Pp: 187-9.
Liu, C.X. et al. (2021) ‘Study on clinical nursing pathway to promote the effective
implementation of sepsis bundle in septic shock’, European Journal of Medical Research,
26(1), pp. 1–6. doi:10.1186/s40001-021- 00540-8.
Singer M, Deutschman CS, Seymour CW, dkk: Definisi konsensus internasional ketiga
untuk sepsis dan syok septik (sepsis-3). JAMA 315:801–810, 2016.
doi:10.1001/jama.2016.0287
Mahapatra S, Heffner AC. Septic shock. In Stat Pearls. Stat Pearls Publishing. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430939