D I R E K T O R A T J E N D E R A L S U M B E R D A Y A A I R
BA L A I W I L A YA H SU N GA I N U S A T E N GGA RA I
Penyiapan dan Penetapan Izin Operasi Bendungan di Pulau Lombok Tahap III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
No. Kontrak:
HK.02.03/KONT-OPSDAI/4886/2019
Tanggal Kontrak:
6 Desember 2019
Join
Operation
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
KATA PENGANTAR
Join
Operation i
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
DAFTAR ISI
Join
Operation ii
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Join
Operation iii
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
DAFTAR GAMBAR
Join
Operation i
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
DAFTAR TABEL
Tabel II-1 Klasifikasi kekuatan tanah dan batuan dari indeks lapangan ................................. II-10
Tabel II-2 Kualifikasi masa batuan ......................................................................................... II-10
Tabel II-3 Klasifikasi batuan berdasarkan hasil uji Uniaxial Compressive Strength (UCS) ..... II-11
Tabel III-1 Nama Personil Investigasi Geologi Teknik ............................................................. III-1
Tabel IV-1 Koordinat Lokasi pekerjaan Bor Inti/Observation Well Bendungan Kali Ujung .......IV-1
Tabel IV-2 Ringkasan Hasil Pengujian Permeabilitas .............................................................IV-2
Tabel IV-3 Ringkasan Hasil Laboratorium ..............................................................................IV-2
Join
Operation ii
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
DAFTAR LAMPIRAN
Join
Operation iii
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam rangka evaluasi keamanan Bendungan Kali Ujung yang terletak di Bimbi, Desa
Rensing Raya, Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, maka diperlukan
data geologi dan geologi teknik terkini tubuh bendungan dan sekitarnya.
Selanjutnya telah dilakukan penyelidikan geoologi teknik baik di lapangan maupun
pengujian mekanika tanah/batuan laboratorium.
Pekerjaan penyelidikan geologi teknik yang telah dilakukan meliputi Pemboran Inti,
pengujian permeabilitas, pengambilan contoh batu untuk pengujian laboratorium. Pengujian
laboratorium yang telah dilakukan meliputi pengujian index properties tanah dan pengujian
parameter mekanis tanah.
Setelah pemboran inti selesai dilaksanakan, dalam lobang bor lalu dipasang
instrumentasi berupa Observation Well untuk memonitor ketinggian muka airtanah pada hilir
tubuh bendungan.
Maksud dan Tujuan
Penyelidikan Geologi dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui lapisan
tanah/batuan pondasi tubuh bendungan, Adapun tujuan penyelidikan tersebut adalah untuk
memperoleh data mengenai sifat-sifat fisik dan teknis dari lapisan tanah/batuan dasar
bendungan untuk mengetahui kondisi/performanya, dalam hal ini kaitannya terhadap rembesan.
Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan penyelidikan geoteknik ini terdiri dari :
1. Pemboran Inti sebanyak 3 titik dengan kedalaman maksimum 15 meter
2. Pengujian permeability dengan interval 5 meter
3. Pemboran untuk pemasangan instrumentasi
4. Pengujian laboratorium terhadap contoh tanah/batuan
5. Pembuatan Laporan.
Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan untuk bendungan ini berada di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Bendungan Kali Ujung di Desa Rensing, Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur.
Gambar lokasi pekerjaan dapat dilihat pada Gambar I-1.
Join
Operation I-1
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Join
Operation I-2
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
Fisiografi Regional
Menurut Van Bemmelen (1949), pulau Lombok merupakan salah satu gugusan
kepulauan di Nusa Tenggara. Secara fisik, dibagian barat berbatasan dengan Pulau Bali, bagian
timur dibatasi oleh Pulau Sumba, bagian utara dibatasi oleh Laut Flores dan bagian selatan
dibatasi oleh Samudra Hindia. Secara geologi, Nusa Tenggara berada pada Busur Banda yang
merupakan kepulauan yang dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda.
Kondisi geologi wilayah NTB disusun oleh formasi tersier yang terdiri atas formasi
batuan vulkanik tua batuan terobosan dan batuan sedimen (napal, batu lempung dan batu
gamping). Vulkanik tua terdiri atas augit andesit, porfirit dan augit-hornblende-andesit.
Formasi ini umumnya dijumpai di bagian selatan Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa
memanjang dari barat ke timur. Fisiografi Pulau Lombok termasuk dalam Busur Bergunungapi
Nusa Tenggara yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah timur dan Busur Banda
Dalam Bergunungapi sebelah barat.
Stratigrafi Regional
Berdasarkan hasil peta geologi terdahulu, Mangga dkk (1994) mendefisinikan
Berdasarkan hasil peta geologi terdahulu, Mangga dkk (1994) mendefisinikan geologi daerah
Lombok dimulai dengan terbentuknya batuan gunung api tersier yaitu miosen awal yang terdiri
dari formasi kawangan dan formasi pengulung yang saling menjemari. Formasi kawangan terdiri
dari batuan sedimen (perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung dan breksi), sedangkan
formasi pengulung terdiri dari breksi, lava, tuf dengan lensa batu gamping bermineral sulfida dan
mengandung urat kuarsa. Kedua formasi ini diterobos oleh dasit dan basal yang berumur miosen
tengah.
Diatasnya diendapkan formasi bekas yang terdiri dari batu gamping yang berumur
miosen atas. Kemudian pada pliosen atas sampai plistosen diendapkan batu pasir tufaan, batu
lempung tufaan dengan sisipan tipis karbon yang tergolong kedalam anggota selayar formasi
kalipalung, lalu formasi kalipalung yang terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava,
formasi kalibabak yang terdiri dari breksi dan lava serta formasi lekopiko (tuf berbatu apung,
breksi lahar dan lava). Formasi kalipalung dan formasi kalibabak saling menjemari. pada waktu
holosen bawah diendapkan lava, breksi dan tuf yang termasuk kedalam batuan gunung api tak
terpisahkan tersebar sangat luas di utara yang dikelilingi oleh formasi lekopiko dan formasi
kalibabak, sedangkan di holosen atas terhampar endapan permukaan aluvium.
Join
Operation II-1
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Sesar yang panjang berarah Timur Laut – Barat Daya, sedang sesar-sesar lainnya
berarah Barat Laut - Tenggara dan sedikit jumlahnya hampir berarah Utara-Selatan. Pulau
Sumbawa memanjang dari arah barat ke timur. Di bagian utara terdiri dari jalur gunung api
kuarter dengan puncak G.Tambora (2851 m). Bagian selatan terdiri dari punggungan-
punggungan bukit kasar dengan ketinggian berkisar dari 800 - 1400 m. Batuan yang tersingkap
terdiri dari batuan sedimen, gunung api, batuan terobosan dan endapan permukaan. Batuan
sedimen yang berumur tersier (Miosen-Pliosen), umumnya terdiri dari batuan hasil gunung api
dan batuan endapan lainnya, batu gamping koral, batu lempung tufaan dan terumbu koral.
Batuan gunung api terbentuk pada umur Kuarter antara lain terdiri dari breksi, lahar, tuf abu dan
lava.
Batuan terobosan bersusunan andesit, diorit, tonalit dan dasit. Dasit dan andesit
umumnya mengandung pirit. Batuan ini menerobos batuan sedimen dan batuan gunung api di
atasnya. Batuan terobosan ini berumur Miosen.
Endapan muda terdiri dari endapan hasil gunung api muda dan aluvium. Struktur yang
ada di daerah ini terdiri dari sistem retakan yang berarah Barat laut Tenggara dan Timur Laut –
Barat Daya. Retakan lainnya berarah Utara - Selatan dan Barat - Timur. Berdasarkan peta
geologi regional, Bendungan Kali Ujung berada pada formasi kalipalung.
Join
Operation II-2
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
gunung api bawah laut, bersusunan andesit - basalt yang menghasilkan endapan gunung api
Formasi Pengulung dan Formasi Kawangan. Kegiatan ini berlangsung sampai kala Miosen Awal.
Hal ini diduga akibat adanya penunjaman Lempeng Samudera Hindia ke bawah Lempeng Benua
Asia. Pada kala Miosen Tengah terjadi kegiatan magma dengan ditandai munculnya sebuah
retas dasit dan basalt yang menerobos Formasi Pengulung dan Formasi Kawangan. Terobosan
batuan ini merupakan kegiatan purna-magmatik yang mengakibatkan proses ubahan dan
pemineralan bijih sulfida serta hadirnya urat-urat kuarsa pada batuan yang diterobosnya. Pada
Miosen Akhir, dalam kondisi cekungan memungkinkan terbentuknya endapan batuan
batugamping Formasi Ekas, pada Awal Pliosen mulai terjadi aktivitas tektonika (orogenesa) yang
menyebabkan timbulnya sesar-sesar geser dan sesar normal. Aktivitas tektonik ini berlangsung
sampai Awal Plistosen dimana pada kala ini terjadi kegiatan gunung api dari kelompok Gunung
api Lombok yang membentuk Formasi Kalipalung dengan Anggota Selayar, Formasi Kalibabak
dan Formasi Lekopiko. Sejak kala Plistosen Akhir hingga Holosen terjadi kegiatan gunung api
yang menghasilkan batuan gunung api tak terurai yang bersumber dari Gunung Rinjani, Gunung
Pusuk dan Gunung Nangi.
Kondisi Tektonik dan Kegempaan
Kondisi Tektonik
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng
tektonik aktif dunia yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik yang
tetap bergerak satu sama lainnya. Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah tektonik aktif
dengan tingkat seismisitas atau kegempaan yang tinggi. Lokasi tekonik aktif di Indonesia secara
sepintas sudah dapat dipastikan berada di perbatasan lempeng tektonik. Namun efeknya bisa
dirasakan pada jarak tertentu tergantung pada peluruhan energi dan geologi setempat.
Beberapa ratus kilometer di sebelah selatan Lombok terdapat salah satu zona pertemuan
lempeng tektonik besar bumi, yang menjadi sumber utama gempa bumi berpotensi tsunami,
menghadap bagian selatan dari pulau ini. Lombok juga rentan terhadap tsunami dari Patahan
busur belakang (back arc), yang menghadap bagian utara Pulau Lombok. Jenis patahan yang
terbentuk pada back arc disebut sesar naik dan memiliki potensi tinggi untuk menghasilkan
gempa bumi dan tsunami di daerah pesisir Lombok.
Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang
terpisah oleh Selat Lombok dari Pulau Bali disebelah barat dan Selat Alas dari Pulau Sumbawa
di sebelah timur yang menjadi bagian wilayah dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) seperti
pada gambar 2. Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) meliputi 2 pulau besar yaitu
Lombok dan Sumbawa. Secara geografis Pulau Lombok terletak di titik koordinat 8°565´ LS dan
116°351´ BT dengan total luas wilayah 4.514,11 km. Topografi pulau ini didominasi oleh gunung
Join
Operation II-3
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
berapi yaitu Gunung Rinjani yang ketinggiannya mencapai 3.726 m di atas permukaan laut dan
menjadikannya yang ketiga tertinggi di Indonesia. Indonesia berada diantara 3 lempeng aktif
dunia dan Pulau Lombok berada pada dua diantaranya. Dua lempeng tersebut adalah lempeng
Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Selain kedua lempeng tersebut, Pulau Lombok juga berada
pada zona atau wilayah dari Patahan Naik Flores. Lempeng bumi tentu saja terus bergerak aktif
dikarenakan aktivitas pada inti bumi yang terus menerus terjadi. Pergeseran-pergeseran aktif
lempeng-lempeng tersebut tentu mempengaruhi terjadinya gempa bumi di Pulau Lombok.
Lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia yang terus bergerak akan bertumbukkan pada
suatu titik yang kemudian disebut dengan zona subduksi. Yang dimana zona ini juga terdapat di
wilayah Pulau Lombok.
Join
Operation II-4
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Kondisi Kegempaan
Berdasarkan hasil analisis terhadap data gempa bumi yang tercatat dalam pengamatan
beberapa than terakhir, dapat disusun peta zona gempa yang didalamnya sudah tercakup
frekuensi kejadian gempa dan skala besaran gempa sesuai zona kegempaanna. Peta zona
gempa adalah peta yang emngambarkan besarna koefisien gempa pada suatu daerah yang
sesuai dengan besaran kegempaannya.
Indonesia ditetapkan dalam 6 (enam) wilayah gempa seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar II-3, dimana wilayah gempa I adalah wilayah denggan kegempaan paling tinggi.
selanjutnya yang dimaksud wilayah gempa ringan adalah wilayah 1 dan 2, wilayah gempa
sedang 3 dan 4 dan wilayah gempa berat adalah wilayah 5 dan 6.
Berdasarkan Gambar II-3, daerah lokasi Bendungan Kali Ujung berada di Zona 4
(Wilayah Gempa Sedang).
Join
Operation II-5
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Gambar II-4 Peta Percepatan Gempa Maksimum Di Batuan Dasar (SB) Indonesia
Sumber : SNI 03-1726-2002
Dikutip dari jurnal “Analisis Pergeseran Lempeng Bumi Yang Meningkatkan Potensi
Terjadinya Gempa Bumi Di Pulau Lombok” oleh Yanita Syafitri, Bahtiar, Lalu A. Didik :
Topografi pulau ini didominasi oleh gunung berapi yaitu Gunung Rinjani yang
ketinggiannya mencapai 3.726 m di atas permukaan laut dan menjadikannya yang ketiga
tertinggi di Indonesia. Indonesia berada diantara 3 lempeng aktif dunia dan Pulau Lombok berada
pada dua diantaranya. Dua lempeng tersebut adalah lempeng Indo-Australia dan lempeng
Eurasia. Selain kedua lempeng tersebut, Pulau Lombok juga berada pada zona atau wilayah dari
Patahan Naik Flores.
Lempeng bumi tentu saja terus bergerak aktif dikarenakan aktivitas pada inti bumi yang
terus menerus terjadi. Pergeseran-pergeseran aktif lempeng-lempeng tersebut tentu
mempengaruhi terjadinya gempa bumi di Pulau Lombok. Lempeng Indo-Australia dan lempeng
Eurasia yang terus bergerak akan bertumbukkan pada suatu titik yang kemudian disebut dengan
zona subduksi. Yang dimana zona ini juga terdapat di wilayah Pulau Lombok. Namun gempa
yang di akibatkan pada zona subduksi biasanya gempa berkekuatan kecil namun sewaktu-waktu
bisa berkekuatan besar akibat pelepasan energi yang tersimpan pada zona subduksi tersebut.
Pada lempeng atau Patahan Naik Flores hal yang sama pun terjadi.
Aktivitas aktif inti bumi sangat mempengaruhi pergerakannya. Namun pada Patahan Naik
Flores gempa yang terjadi cenderung berkekuatan besar dikarenakan Patahan Naik Flores
Join
Operation II-6
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
bersifat dangkal. Pergeseran yang terjadi pada lempeng bumi setiap tahunnya bisa mencapai
angka 7-9 km. Hal tersebut tergantung kepada aktifitas inti bumi, karena lempeng bergeser
dikarenakan panas inti bumi yang membuat selubung bumi bergerak. Selubung bumi yang
bergerak inilah yang menyebabkan lempeng bumi mengalami pergeseran. Seperti yang sudah
dibahas sebelumnya, gempa bumi merupakan kejadian dimana berguncangnya bumi yang
diakibatkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif aktifitas gunung api, runtuhan
batuan. Namun dibandingkan dengan aktifitas dari gunung api maupun runtuhan batu, tumbukan
antar lempeng bumi masih menjadi alasan mayoritas dari terjadinya gempa bumi.
Frekuensi terjadinya gempa bumi di Pulau Lombok kian tahun kian meningkat, sesuai
dengan data yang telah ditunjukkan sebelumnya. Hal ini memang dikarenakan Pulau Lombok
sendiri memang rawan gempa. Jika diperhatikan kembali, di utara Flores hingga Lombok
terdapat patahan atau sesar yang memanjang sejak dari Flores hingga ke Lombok. Patahan
tersebut sebagai respon terhadap desakan Kontinen Australia. Patahan yang disebut Flores
Thrust (Patahan Naik Flores) ini berada di bawah laut. Kenampakannya dari rekaman seismik
refleksi atau bisa sebut sebagai alat untuk melihat anatomi kerak bumi sangat jelas yaitu dari
ujung timur Laut Flores, tampak dasar laut terpatahkan, dimana bagian utara menyusup ke
bawah. Patahan itu dapat diikuti dengan jelas hingga Lombok. Di utara Bali, deformasi melemah
atau tidak sekuat di bagian Lombok. Jika diamati dari peta aktivitas kegempaan atau seismisitas
Pulau Lombok, nampak seluruh Pulau Lombok dikelilingi sebaran titik episenter. Meskipun
kedalaman hiposenternya dan magnitudonya bervariasi, namun jelas wilayah Lombok memang
aktif gempa yang bersumber dari subduksi lempeng, Sesar Naik Flores, dan sesar lokal di Pulau
Lombok dan sekitarnya. Melihat dari hal tersebut, maka tak heran jika jumlah gempa bumi terus
meningkat setiap tahunnya.
Data yang didapatkan oleh peneliti menunjukkan peningkatan yang lumayan tinggi pada tahun
2018. Hal ini dikarenakan lempeng disekitar Pulau Lombok yang terus bergerak dan membentuk
sesar atau patahanpatahan baru yang kemudian pada satu titik akan bertemu dan
mengakibatkan gempa. Pergeseran lempeng atau patahan ini ditinjau dari jenisnya masuk
kedalam kategori konvergensi. Hal ini dikarenakan ditinjau dari posisi atau letak patahan yang
berada dari NTT hingga ke NTB yang akan melewati palung laut yang dihasilkan oleh
penyusupan lempeng samudera India-Australia dan lempeng benua Eurasia (Sumatera).
Sedangkan jika ditinjau dari tepi lempengnya, Pulau Lombok termasuk dalam jenis tepi destruktif.
Akibat pergerseran lempeng tersebut gempa dengan skala magnitudo kecil maupun besar bisa
terjadi. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan ada beberapa kelompok gempa berdasarkan
magnitudonya yaitu gempa lemah, gempa sedang, gempa kuat dan gempa sangat kuat. Pada
Gambar II-4 menunjukkan grafik gempa dengan skala magnitudo tertinggi pada setiap
kabupaten di Pulau Lombok dari tahun 2014-2018 berdasarkan data yang peneliti dapatkan.
Join
Operation II-7
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Gambar II-5 Grafik Frekuensi Gempa Pertahun Di Setiap Kabupaten Di Pulau Lombok
Sumber : Analisis Pergeseran Lempeng Bumi Yang Meningkatkan Potensi Terjadinya Gempa Bumi Di Pulau
Lombok”
Data menunjukkan pada tahun 2014, frekuensi gempa yang terjadi di Pulau Lombok
hanya berkisar diangka kecil yaitu 7 kali dalam setahun dengan penyebaran 1 gempa di wilayah
Mataram, Lombok Timur dan KLU, 2 gempa di wilayah Lombok Barat dan Lombok Tengah.
Pada tahun 2015 meningkat menjadi 31 kali dengan penyebaran 2 gempa di wilayah
Mataram dan Lombok Tengah, 11 gempa di wilayah Lombok Barat, 3 gemap di wilayah KLU dan
13 gemap di wilayah Lombok Timur. Lalu mengalami penurunan frekuensi pada tahun 2016
hingga hanya menjadi 16 kali dalam setahunnya dengan penyebaran 12 gempa di wilayah
Lombok Barat, 1 gempa di wilayah KLU dan 3 gempa di wilayah Lombok Timur. Pada wilayah
Mataram dan Lombok Tengah tidak terjadi satupun gempa sepanjang tahun 2016. Kemudian
meningkat tajam pada tahun 2017 hingga menyentuh angka 209 kali dalam setahun dengan
penyebaran 2 gempa di wilayah Mataram, 166 gempa di wilayah Lombok Barat, 14 di wilayah
KLU dan 27 gempa di wilayah Lombok Timur. Pada wilayah Lombok Tengah, ditahun 2017 pun
tak terdeteksi telah terjadi gempa sepanjang tahunnya. Dan data yang terakhir adalah pada
tahun 2018 menunjukkan peningkatan paling tinggi yaitu 1.211 kali dengan penyebaran 12
gempa di wilayah Mataram, 42 gempa di wilayah Lombok Tengah, 208 gempa di wilayah Lombok
Barat, 313 gempa di wilayah KLU dan 636 gempa di wilayah Lombok Timur.
Gempa pada tahun 2018 merupakan gempa dengan frekuens terbanyak dan terjadi
dalam waktu yang berdekatan. Para ahli meyatakan penyebab utama gempa ini adalah Patahan
Naik Flores yang memang membentang dari timur laut Flores sampai ke Pulau Lombok. Jika
mengkaitkan frekuensi gempa bumi di Pulau Lombok dengan bagaimana pergeseran lempeng
Join
Operation II-8
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
mampu meningkatkan potensi gempa bumi di Pulau Lombok jelas ada suatu hubungan yang
tidak bisa diabaikan. Dari pemaparan diatas dapat dengan jelas disimpulkan bahwa pergerakan
lempeng atau patahan yang ada disekitar Pulau Lombok terutama Patahan Naik Flores mampu
meningkatkan potensi terjadinya gempa bumi di Pulau Lombok.
Kondisi Geologi Lokasi Bendungan
Dari hasil pengamatan lapangan pada hilir bendungan, sandaran kanan, sandaran kiri
dan tebing genangan ditemukan singkapan Breksi dan Andesit.
Breksi, warna abu-abu, pelapukan lapuk ringan sampai segar (II-I), kekerasan sedang
sampai keras (MH-H), fragmen: andesit dan batuapung, matrik: pasir sedang-kasar, semen:
silika, ukuran butir fragmen kerikil sampai bongkah.
Andesit (lava), warna abu-abu, pelapukan ringan sampai segar (II-I), kekerasan Keras
(H), komposisi: plagioklas, hornblende, k-feldspar, sedikit kuarsa, tekstur skoria, hipokristalin,
fanerik sedang, porfiritik.
Join
Operation II-9
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Geologi Teknik
Dari hasil pengamatan dan pengujian secara langsung dilapangan didapatkan Klasifikasi
kekuatan batuan (ISRM 1981) sekitar tubuh bendungan Kali Ujung adalah moderately strong
rock – strong rock dan kualitas masa batuan (Criepi 1950) adalah CM - CH.
Tabel II-1 Klasifikasi kekuatan tanah dan batuan dari indeks lapangan
Mineral pembentuk batuan sedikit lapuk dan kondisi batuan keras. Rekahan
B tertutup dan sepanjang bidang tanpa pelapukan. Berbunyi nyaring bila
dipukul dengan palu.
Mineral pembentuk batuan lapuk dan kondisi batuan masih keras. Rekahan
CH kadang terisi mineral lempung atau mineral lain. Kurang nyaring bila
dipukul dengan palu.
C
Mineral pembentuk batuan lapuk dan kondisi batuan agak sedikit keras.
CM Rekahan kadang terisi mineral lempung atau mineral lain. Kurang nyaring
bila dipukul dengan palu.
Join
Operation II-10
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Klasifikasi Karakteristik
Mineral pembentuk batuan lapuk dan kondisi batuan masih sedikit keras.
CL Rekahan kadang terisi mineral lempung atau mineral lain. Kurang nyaring
bila dipukul dengan palu.
Mineral pembentuk batuan lapuk dan kondisi batuan masih sedikit kurang
keras/lunak. Tidak ada ikatan antar blok-blok batuan dan mudah terlepas
D
bila dipukul ringan dengan palu. Rekahan terisi mineral lempung atau
mineral lain. Suara tidak nyaring bila dipukul dengan palu.
Join
Operation II-11
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Join
Operation II-12
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
BAB III
PELAKSANAAN INVESTIGASI GEOLOGI/GEOTEKNIK
UMUM
Dalam rangka pengurusan Ijin Operasi Bendungan maka dilakukanlah pemboran inti
pada hilir tubuh bendungan dengan tujuan untuk pemasangan instrumentasi bendungan berupa
Observation Well sekaligus untuk mengetahui kondisi geologi dan geoteknik pondasi bendungan.
Maksud dari pemboran ini yaitu untuk memasang instrumentasi. Tujuannya yaitu sekaligus untuk
mengetahui kondisi geologi dan geoteknik pondasi batuan tubuh bendungan.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan lapangan atau pengambilan data dilakukan dari tanggal 10
Desember 2020 sampai dengan 22 Desember 2020 yang kemudian dilanjutkan dengan proses
pengujian laboratorium dan pembuatan laporan hasil penyelidikan hingga Januari 2020. Dalam
pemboran ini digunakan 1 alat bor, dengan personil sebagai berikut :
Tabel III-1 Nama Personil Investigasi Geologi Teknik
Join
Operation III-1
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Bor Inti
Pekerjaan bor inti ini dilaksanakan dengan menggunakan mata bor tungsteen dengan
metode pemboran kering yang menghasilkan inti tanah atau batuan berdiameter 76 mm apabila
dipakai single core barrel dan 50 mm. Untuk batuan yang keras dipakai double atau triple core
barrel denganmata bor diamond core bit, pengeboran dilakukan menggunakan sirkulasi air. Mata
bor yang dipasang pada ujung core barrel dihubungkan dengan stang bor yang kemudian diputar
sambil ditekan masuk ke dalam tanah dengan sesekali menyiramkan air untuk pelumas matabor.
Pemutaran dan penekanan dilakukan oleh sistim hidrolik dari mesin bor TOHO D2G, buatan
Jepang. Setiap kali core barrel penuh dengan tanah atau batuan, core barrel tersebut diangkat
ke permukaan untuk dikeluarkan inti tanah dan batuan yang terperangkap didalamnya, kemudian
dideskripsikan jenis, warna dan sifat konsistensinya secara visual. Selanjutnya hasil deskripsi inti
tanah/batuan hasil pemboran, kedalaman pengambilan contoh batuan dan kedalaman muka air
tanah dari setiap titik pemboran disajikan dalam bentuk diagram Boring Log.
Join
Operation III-2
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Core Box
Contoh inti yang terambil ditempatkan pada kotak terbuat dari kayu dengan bagian paling
atas dari contoh terletak pada sudut kiri atas dari kotak. Masing-masing kotak terdiri dari 5 (lima)
lajur dengan panjang 1 meter. Bagian yang tidak terisi oleh contoh dibiarkan kosong dan diberi
sekat pembatas dari kayu. Setiap kotak diberi tanda kedalaman pemboran.
Investigasi Geoteknik
Inspeksi Besar Bendungan
Kali Ujung 2020
Lokasi ::
No Lubang bor :
Total kedalaman :
40
110
Gambar III-5 Core Box dari Hasil Pengeboran Bendungan Kali Ujung
Join
Operation III-3
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Pengujian Permeabiliitas
Untuk memperkirakan besarnya rembesan air yang melalui tubuh bendungan, maka
diperlukan informasi nilai permeabilitas tanah/natuan. Nilai permeabilitas yang ingin diketahui
adalah nilai permeabilitas arah vertikal, kv dan nilai permeabilitas arah horizontal, kh.
Pengujian permeabilitas dilaksanakan dengan bantuan casing atau pipa lindung yang
dipasang dalam lobang bor selama berlangsungnya pemboran inti.
Untuk mengetahui nilai permeabilitas arah vertikal, kv, maka casing dipasang penuh
menutupi seluruh dinding lubang bor, sehingga aliran air hanya melalui dasar lobang bor dengan
arah vertikal. Sedangkan untuk mengetahui nilai permeabilitas arah horizontal, kh, maka casing
menutupi dinding lubang bor sebagian, sehingga air dapat mengalir pada arah horizontal.
Pengujian dilakukan dengan menuangkan air dalam lubang bor dengan ketinggian
tertentu, dan kemudian mengamati penurunan muka air dalam casing pada selang waktu
tertentu. Pengujian dilakukan beberapa kali (minimal 5 kali) untuk mendapatkan hasil yang
representatif. Koefisien permeabilitas dihitung dengan rumus:
Menggunakan casing penuh :
MA1
D1
MA2
H1
D2
H2
Casing
2R
Join
Operation III-4
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
MA1
D1
MA2
H1
D2
H2
Casing
2R
Dimana :
k : Koefisien permeabilitas (cm/sec).
R : Jari-jari casing (cm)
L : Panjang lubang tanpa casing (cm)
t2 - t1 : Selisih waktu (second)
H1 - H2 : ketinggian air pada saat t1 and t2 (cm).
Join
Operation III-5
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
1. Memperbesar lubang bor bekas Pengeboran geoteknik dengan matabor Ø 3.5 inch;
2. Pasang casing pelindung 3.5 inch sampai kedalaman yang dimaksud;
3. Bersihkan lubang bor dan cek kedalaman lubang bor serta ukur dengan meteran lalu catat
kedalamannya untuk menentukan kedalaman PVC yang akan dipasang;
4. Siapkan material pasir yang telah disaring dan telah dicuci bersih, dan semen;
5. Siapkan material PVC 3.5 inch dan Geotextile Non Woven;
6. Lubangi PVC 2 inch dengan bor tangan menggunakan matabor berdiameter 6 mm, PVC
dibuat perforated sepanjang 2 meter;
7. Bungkus PVC 2 inch menggunakan Geotextile Non Woven dan ikat dengan kawat agar tidak
mudah lepas dan ujung PVC dipasang dop;
8. Angkat casing Ø 3.5 inch setinggi 0.5 meter lalu masukkan pasir saring bersih sampai
kedalaman yang ditentukan (elevasi Piezometer Tip) dengan menggunakan pipa
penghantar; Usahakan tinggi dari casing di atas permukaan pasir;
9. Masukkan PVC yang sudah terbungkus secara bertahap sampai elevasi yang dimaksud,
catat posisi elevasi PVC terpasang;
10. Angkat casing setinggi 1 meter lalu masukkan lagi pasir bersih setinggi 1,5 meter
menggunakan pipa penghantar, lakukan terus sampai permukaan sisakan 1.5 meter;
11. Grouting lubang yang tersisa mengunakan cairan semen;
12. Tutup dengan box pelindung
Join
Operation III-6
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
2”
2”
PENGUJIAN LABORATORIUM
Pengujian laboratorium dilakukan terhadap contoh batuan yang didapat selama
pemboran berlangsung. Pelaksanaan pengujian laboratorium ini dilakukan dengan mengacu
pada standar pengujian yang diakui dan dapat diuraikan sebagai berikut:
Index Properties
Pengujian Index Properties Test meliputi:
Spesific Gravity (ASTM D-854)
Berat jenis merupakan perbandingan antara berat tanah dengan berat volume air pada suhu
4 bertekanan 1 atmosfir. Berat jenis tanah ditentukan dari kalibrasi piknometer, dimana berat
dan suhu tanah kering/air distilasi diukur. Pengujian ini menggunakan metoda ASTM D 854.
Metoda ini digunakan untuk contoh tanah dengan ukuran butiran kurang dari saringan no. 4
(4.75 mm). Untuk partikel tanah yang lebih besar, digunakan prosedur untuk berat jenis dan
penyerapan untuk agregat kasar (ASTM C 127). Berat jenis tanah di perlukan untuk
menghubungkan berat tanah tanah terhadap volumenya dan ini digunakan untuk
menganalisa pengujian laboratorium lainnya.
Join
Operation III-7
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Water content
Kadar air, w, didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air dalam contoh tanah
terhadap berat butiran tanah. Contoh tanah basah ditimbang dan dikeringkan dalam oven
sampai didapatkan berat yang konstan pada 230° F (110° C). Berat setelah proses
pengeringan disebut sebagai berat butiran tanah. Perubahan berat yang terjadi selama
proses pengeringan sama dengan berat air. Untuk tanah organik, direkomendasikan
pengurangan suhu pengeringan sampai 140° F (60° C). Pengujian dilakukan mengikuti
prosedur ASTM D 2216. Kadar air ini sangat berguna dalam menentukan properties tanah
dan dapat dikorelasikan dengan parameter lainnya.
Unit Weight (ASTM D-2937)
Wet Density adalah berat isi sample basah, yaitu perbandingan antara berat tanah lembab
asli persatuan volume.
Dry Density adalah berat isi sample kering, yaitu perbandingan antara berat tanah kering
persatuan volume
Mechanical Properties Test
Pengujian Mechanical Properties Test yang terdiri dari:
Uniaxial Compressive Strength (UCS)
Nilai kuat tekan batu diperlukan untuk mengetahui kekuatan maksimum dari batu tersebut untuk
menahan tekanan atau beban hingga mengalami keruntuhan dan dinyatakan dalam satuan
Mpa. Hasil dari pengujian ini dapat digunakan untuk mengetahui atau merencanakan dimensi
suatu pondasi yang aman dan kuat terhadap beban yang dipikulnya, sehingga dalam suatu
perencanaan bisa digunakan sebagai batasan tegangan maksimum yang diijinkan.
Penggunaan hasil dari pengujian ini selain untuk perencanaan pondasi dapat digunakan juga
untuk menentukan kualitas batu sebagai bahan urugan, selain pengujian terhadap kekekalan,
baik terhadap erosi maupun terhadap proses pelapukan. Lakukan pembacaan dan pencatatan
data hasil uji, sebagai berikut: Bersihkan permukaan pelat baja atas, pelat baja bawah dan
benda uji dengan kain bersih. Tempatkan benda uji pada pelat baja bawah. Atur posisi sumbu
memanjang benda uji sehingga berada pada titik pusat sendi peluru pada pelat baja atas. Atur
pelat baja secara perlahan hingga menyentuh permukaan ujung benda uji secara merata. Atur
jarum penunjuk pada manometer pengukur tekanan dan lakukan pembacaan awal. Tingkatkan
beban aksial sampai kondisi benda uji runtuh, pemberian beban aksial, dapat dilakukan dengan
cara kontrol tegangan atau kontrol regangan. Catat hasil pembacaan manometer pada saat
terjadi keruntuhan benda uji. Buat sketsa bidang runtuh benda uji setelah mengalami
keruntuhan.
Join
Operation III-8
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
Join
Operation III-9
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN GEOLOGI TEKNIK
Join
Operation IV-1
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
KEDALAMAN KV KH
NO. NO. TITIK BOR JENIS TANAH
(meter) (cm/detik) (cm/detik)
1 5.00 Batu Breksi 3.52E-02 6.63E-03
2 BH-OW-1 10.00 Batu Breksi 1.06E-02 2.31E-03
3 15.00 Batu Breksi 6.00E-03 1.56E-03
4 5.00 Batu Breksi 2.62E-02 6.42E-03
BH-OW-2
5 10.00 Batu Breksi 8.32E-03 3.06E-03
6 5.00 Batu Breksi 3.41E-02 1.56E-02
7 BH-OW-3 10.00 Batu Breksi 5.22E-03 2.04E-03
8 15.00 Batu Breksi 4.66E-03 8.09E-04
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2020
Join
Operation IV-2
LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK TAHAP III
(BENDUNGAN KALI UJUNG)
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil penyelidikan geologi dan geologi teknik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Batuan penyusun pondasi Bendungan Kali ujung terdiri dari Breksi dan Lava Andesit yang
termasuk dalam Formasi Pengulung, dimana Breksi dan Lava Andesit mempunyai
hubungan stratigrafi menjari (dapat dilihat pada penampang geologi Lampiran A).
2. Hasil pengujian permeabilitas di lapangan didapatkan nilai permeabiltas untuk Breksi 1.56 x
10-2 – 1.56 x 10-3 cm/detik dan Lava Andesit 8.09 x 10-4 cm/detik.
3. Dari pengamatan dan pengujian langsung di lapangan Klasifikasi kekuatan batuan (ISRM
1981) sekitar tubuh bendungan Kali Ujung adalah moderately strong rock – strong rock dan
kualitas masa batuan (Criepi 1950) adalah CM - CH.
4. Dari hasil pelaksanaan pengeboran inti didapatkan
a. Klasifikasi kekuatan batuan (ISRM 1981)
Breksi: extremely weak rock – strong rock
Lava Andesit: strong rock – very strong rock
b. Kualitas masa batuan (Criepi 1950)
Breksi: CL
Lava Andesit: B
5. Berdasarkan hasil pengujian Uniaxial Compressive Strength (UCS) di laboratorium, batuan
pondasi Bendungan Kali Ujung diklasifikaskan menjadi:
a. Menurut ISRM (1981): Weak
b. Menurut BS 5939 (1999): Moderately weak
c. Menurut Bieniawski (1973): Very low
Join
Operation V-3
LAMPIRAN A
PETA DAN PENAMPANG
1
440500
440400
LEGENDA
9035800 9035800
UMUR GEOLOGI SIMBOL SATUAN
LITHOSTRATIGRAFI
ZAMAN KALA BATUAN
U
HOLOSEN Qa Satuan endapan alluvial
B T KUARTER
PLISTOSEN Satuan breksi formasi Kalibabak
TQbb
TQba
S Satuan lava andesit formasi Kalibabak
TERSIER PLIOSEN
0 50 meter
Qa satuan alluvial yang terdiri dari material lepas dan soil yang belum mengalami konsolidasi
9035700 9035700
TQbb merupakan satuan breksi yang terdiri dari breksi monomik (terdiri dari fragmen andesit) dan breksi
polimik (terdiri dari fragmen andesit dan batuapung)
Keterangan :
Garis Kontur
9035600 9035600
Jalan setapak
TQbb Sungai
Area Genangan
OW 3
Lokasi pengeboran
OW 1
OW 1 OW 2
9035500 9035500
Qa
TQba
440500
440400
PROPINSI :
NUSA TENGGARA BARAT
PEKERJAAN :
Penyiapan Dan Penetapan Izin Operasi Bendungan
Di Pulau Lombok Tahap III
BAGIAN GAMBAR :
LOKASI :
NO REGISTRASI : -
160
PUNCAK BENDUNGAN + 160,80
MAN +159.30
155
OW 2 (15.0 m)
150
CH
CL - D
140
135
130
0 5 10 20 30 meter
Keterangan :
Qa satuan alluvial yang terdiri dari material lepas dan soil yang belum mengalami konsolidasi
Simbol tanah/batuan
Kualifikasi masa batuan
merupakan satuan breksi yang terdiri dari breksi monomik (terdiri dari fragmen andesit) dan breksi Nilai koefisien permeabili
TQbb polimik (terdiri dari fragmen andesit dn batu apung)
PROPINSI :
NUSA TENGGARA BARAT
PEKERJAAN :
Penyiapan Dan Penetapan Izin Operasi Bendungan
Di Pulau Lombok Tahap III
BAGIAN GAMBAR :
LOKASI :
PENAMPANG MELINTANG GEOLOGI BENDUNGAN KALI UJUNG
BENDUNGAN KALI UJUNG DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
155
CL - D
CL - D
CH
CL - CM
?
CL - D
140
?
135
130
0 5 10 20 30 meter
Keterangan :
merupakan satuan breksi yang terdiri dari breksi monomik (terdiri dari fragmen andesit) dan breksi
TQbb polimik (terdiri dari fragmen andesit dn batu apung)
Simbol tanah/batuan
Kualifikasi masa batuan
TQba merupakan lava andesit yang mempunyai tekstur skoria Nilai koefisien permeabili
PROPINSI :
NUSA TENGGARA BARAT
PEKERJAAN :
Penyiapan Dan Penetapan Izin Operasi Bendungan
Di Pulau Lombok Tahap III
BAGIAN GAMBAR :
PENAMPANG MEMANJANG GEOLOGI LOKASI :
AS BENDUNGAN BENDUNGAN KALI UJUNG
BENDUNGAN KALI UJUNG DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
OW 3 (15.3 m) OW 1 (15.5 m)
CL - D
AS PELIMPAH
CL - D
CH
?
CL - CM
?
CL - D
140
?
135
0 5 10 20 30 meter
Keterangan :
merupakan satuan breksi yang terdiri dari breksi monomik (terdiri dari fragmen andesit) dan breksi
TQbb polimik (terdiri dari fragmen andesit dn batu apung)
Simbol tanah/batuan
Kualifikasi masa batuan
TQba merupakan lava andesit yang mempunyai tekstur skoria Nilai koefisien permeabili
PROPINSI :
NUSA TENGGARA BARAT
PEKERJAAN :
Penyiapan Dan Penetapan Izin Operasi Bendungan
Di Pulau Lombok Tahap III
BAGIAN GAMBAR :
PENAMPANG MEMANJANG GEOLOGI LOKASI :
TUBUH BENDUNGAN BAGIAN HILIR BENDUNGAN KALI UJUNG
BENDUNGAN KALI UJUNG DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
2
NO LUBANG : OW 1
SAMPLE BATUAN
PERMEABILITAS
KEDALAMAN (m)
KEDALAMAN DAN
SATUAN BATUAN
D KELAS BATUAN
TIPE CASING
DAN MATA BOR
ELEVASI (m)
MAT (m)
VI PELAPUKAN
DESKRIPSI
KEKERASAN
SIMBOL
TANGGAL
NILAI
100
100
20
40
60
80
20
40
60
80
0
0
S2 -
0.00 - 0.40 m
S3
155.53
100 0 Lempung pasiran coklat, soft - firm clay
1 (S2 - S3), residual soil (VI) plastisitas 1
sedang
24 0
0.40 - 7.60 m
Tripple Core Barrel dan Diamond Bit
2 2
Breksi polimik coklat keabu-abuan,
48 0 highly - completely weathered (IV - V),
extremely weak rock (R0), fragmen:
15 December 2020
3 3
andesit (porfiritik dan scoria) dan
82 0 batuapung, matrik: pasir sedang-kasar,
semen: silikat, oksidasi lemah-sedang
4 4
100 0
-3
6.63
x 10
5 5
43 0
6 6
78 0
NX (88.9 mm)
7 7
148.33 10 0
IV - V
R0
7.60 - 15.00 m
CL
8 8
Breksi hitam, highly - completely
72 0 weathered (IV - V), extremely weak rock
9
(R0), fragmen: andesit, beberapa bagian 9
Single Core Barrel dan Tungsten Carbide Bit
dijumpai zeolit.
100 0
-3
2.31
x 10
10 10
100 0
16 December 2020
11 11
100 0
12 12
100 0 `
13
15.00 - 15.50 m 13
Breksi polimik coklat kehitaman, slightly
100 0 - moderately weathered (II - III),
14
moderately - strong rock (R3 - R4), 14
fragmen: andesit (porfiritik dan scoria) dan
100 0 batuapung, matrik: pasir sedang-kasar,
-3
1.56
x 10
140.43
R4
80
End Of Hole 15.50 m
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 268.10 25
FOTO INTI PEMBORAN
BENDUNGAN KALI UJUNG
0 1
1 2
2 3
3 4
4 5
5 6
6 7
7 8
8 9
9 10
10 11
11 12
12 13
13 14
14 15
15 16
NO LUBANG : OW 2
SAMPLE BATUAN
PERMEABILITAS
KEDALAMAN (m)
KEDALAMAN DAN
SATUAN BATUAN
KELAS BATUAN
TIPE CASING
DAN MATA BOR
ELEVASI (m)
MAT (m)
KEKERASAN
PELAPUKAN
DESKRIPSI
SIMBOL
TANGGAL
NILAI
100
100
20
40
60
80
20
40
60
80
0
0
0.00 - 1.45 m
Single Core Barrel dan
Tungsten Carbide Bit
S2 - S3
100 0 Lempung pasiran coklat, soft - firm clay
VI
D
1 (S2 - S3), residual soil (VI), plastisitas 1
sedang
147.20 100 0
1.45 - 3.00 m
2 Breksi polimik coklat, highly - 2
IV - V
CL
R0
completely weathered (IV - V), extremely
71 0
weak rock (R0), fragmen: andesit
145.65
3 (porfiritik dan scoria) dan batuapung, 3
Tripple Core Barrel
18 December 2020
R4 - R6
100 92
I - II
B
4
3.00 - 4.14 m 4
144.51
Andesit abu-abu, fresh - slightly
100 0 weathered (I - II), strong - very strong rock
-3
6.42
Single Core Barrel
x 10
(R4 - R5), komposisi: plagioklas,
dan Tungsten
Carbide Bit
5 5
hornblende, k-feldspar, sedikit kuarsa,
95 0 tekstur: skoria, hipokristalin, fanerik
sedang, porfiritik
6 6
Tripple Core Barrel dan
23 0 4.14 - 7.54 m
Diamond Bit
7 7
weathered (IV - V), extremely weak rock
141.11 34 0 (R0), fragmen: andesit (porfiritik dan
scoria) dan batuapung, matrik: pasir
8 kasar, semen: silikat 8
100 0
7.60 - 15.00 m
9 Breksi hitam, highly - completely 9
Single Core Barrel dan Tungsten Carbide Bit
IV - V
100 0
CL
-3
R0
6.42
(R0), fragmen: andesit
x 10
10 10
96 0
19 December 2020
11 11
90 0
12 12
100 0 `
13 13
100 0
133.65
15 15
End Of Hole 15.00 m
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 268.10 25
FOTO INTI PEMBORAN
BENDUNGAN KALI UJUNG
0 1
1 2
2 3
3 4
4 5
5 6
6 7
7 8
8 9
9 10
10 11
11 12
12 13
13 14
14 15
NO LUBANG : OW 3
SAMPLE BATUAN
PERMEABILITAS
KEDALAMAN (m)
KEDALAMAN DAN
SATUAN BATUAN
KELAS BATUAN
TIPE CASING
DAN MATA BOR
ELEVASI (m)
MAT (m)
KEKERASAN
PELAPUKAN
DESKRIPSI
SIMBOL
TANGGAL
NILAI
100
100
20
40
60
80
20
40
60
80
0
0
0.00 - 1.20 m
S2 - S3
15 0 Lempung pasiran coklat, soft - firm clay
VI
D
Tripple Core Barrel dan Diamond Bit
1 154.16
(S2 - S3), residual soil (VI), plastisitas 1
sedang
25 0
1.20 - 5.32 m
2 2
Breksi polimik coklat, slightly -
moderately weathered (II - III), moderately
10 December 2020
62 37
- strong rock (R3 - R4), fragmen: andesit
3 3
R3 - R4
(porfiritik dan scoria) dan batuapung,
II - III
27 0 matrik: pasir sedang, semen: silikat,
oksidasi kuat, terdapat banyak kekar yang
4 4
teroksidasi
48 20
-2
1.56
x 10
5 5
150.04
71 45
5.32 - 10.63 m
Single Core Barrel dan Tungsten Carbide Bit
7 7
100 0
IV - V
R0
8 8
CL
11 December 2020
100 0
9 9
-3
2.04
x 10
10
Breksi polimik coklat kehitaman, slightly - 10
moderately weathered (II - III), moderately
144.73 100 47 - strong rock (R3 - R4), fragmen: andesit
11
(porfiritik dan scoria) dan batuapung, 11
matrik: pasir sedang, semen: silikat,
Tripple Core Barrel dan Diamond Bit
43 47 `
R3 - R4
II - III
12 December 2020
13 14.80 - 15.30 m 13
57 84
Andesit abu-abu kehitaman, fresh -
slightly weathered (I - II), strong - very
14 strong rock (R4 - R5), komposisi: 14
plagioklas, hornblende, k-feldspar, sedikit
56 79
-4
140.56
15 140.06 fanerik sedang, porfiritik R4 - R5 I - II B
15
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 268.10 25
FOTO INTI PEMBORAN
BENDUNGAN KALI UJUNG
0 1
1 2
2 3
3 4
4 5
5 6
6 7
7 8
8 9
9 10
10 11
11 12
12 13
13 14
14 15
LAPORAN HARIAN - PEMBUATAN LUBANG PENGISI No. Lubang Bor : BH OW 1
Lembar Ke :1
0.00 1.00 1 100 100 - 76 Tungsten Baik 0,00 - 0,40 m Lempung 0.00 89 NX Baik
5.00 6.00 1 0.43 43 17 76 Diamond Baik Polimik coklat keabuan Coklat 100 Pasir halus 5.00
Silikat
Extremelyweak rock,
completely weathered,
oksidasi lemah
Slightly
coklat
7.50 8.00 1 0.05 5 - 76 Tungsten Baik 7,00 - 15,00 m 100 Pasir halus 6.00 89 NX Baik
kehitaman
0.00-1.45 Lempung
0.00 1.00 1 1.00 100 - 76 Tungsten Baik 0.00 89 NX Baik
kepasiran, coklat
Residum, material
1.00 2.00 1 1.00 100 34 76 Tungsten Baik
lepas, sofi firm
2.00 3.00 1 0.71 71 41 76 Diamond Baik 1.45-3.00 m preksi coklat 100 Pasir Halus 3.00
3.00 4.00 1 1.00 100 92 -"- -"- Polimik Coklat -"- -"- 3.00
4.00 5.00 1 1.00 100 89 -"- -"- F : Litik Andesit -"- -"- 5.00
M : Pasir Sedang S
5.00 6.00 1 0.95 95 55 -"- -"- -"- -"- 5.60 6.00
: SILK
Kerikil-kerikil
7.00 8.00 1 0.34 34 20 -"- -"- -"- -"- 7.50
4.14-7.5 km
Breksi Polimik Coklat
F : Litik Andesit, Pasir
Kasar-Halus
Extremely-Highly we
zthered, Extremly-
weak rock
8.00 9.00 1 1 100 47 76 Tungsten Baik 7.54 - 15.00 m Hitam 100 Pasir halus 7.50 89 NX Baik
Lempung
Coklat,
0.00 1.00 1 0.15 15 - 76 Tungsten Baik Residual, 0.00 89 NX Baik
Pasir
Sedang
Breksi, Litik
1.00 2.00 1 0.25 25 76 Diamond Baik
Andesit
Breksi, Litik
2.00 3.00 1 0.62 62 23 76 Diamond Baik coklat 100 Pasir Halus
Andesit
3.00 4.00 1 0.27 27 0 -"- -"- Breksi coklat Pasir Halus 3.00
1.20-5.32 m
Breksi
Polimik
Coklat Abu-
abu
Litik Andesit
Pair
Ukuran
Sedang
Coklat
7.00 8.00 1 100 100 58 76 Tungsten Baik 5,32 - 10,63 m 100 Pasir halus 6.00 89 NX Baik
kehitaman
Weathered -
Extremelyweak rock
12.00 13.00 1 0.43 48 20 76 Tungsten Baik 10.63-14.80 m coklat 100 Pasir-Halus 10.50 89 NX Baik
Coklat
14.00 15.00 1 0.36 36 44 15.00
Kehitaman
ZN Fragman
Litik Andesit
Tekstur Mori
Pasir Halus-
sedang
14.801-15.40
m
Andesit Abu-
abu
Kehitaman
Fresh Slighly
Weak
3
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L-0
PROJECT : Pemasangan Instrumentasi Bendungan Kali DATE : 15 Desember 2020
Ujung TESTED BY : Asep D.K
LOCATION : Bimbi Desa Rensing Raya, Sakra Barat, Kab. CALCULATED BY : Abdul Majid
Lombok Timur - NTB
CHECKED BY : Cindarto Lie
BOREHOLE : BH-OW-1 SOIL TYPE : Batu Breksi
DEPTH : 5.00 meter
D1 = 48 cm P. casing = 548 cm
D2 = 500 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 100 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 0.5 30 21 100 79 0.23572 2.00E-02
H1 2 1 30 22 79 57 0.32640 2.76E-02
3 1.5 30 19 57 38 0.40547 3.43E-02
D2 4 2 30 19 38 19 0.69315 5.87E-02
H2
Casing
k average 3.52E-02
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L-0
PROJECT : Pemasangan Instrumentasi Bendungan Kali DATE : 16 Desember 2020
Ujung TESTED BY : Asep D.K
LOCATION : Bimbi Desa Rensing Raya, Sakra Barat, Kab. CALCULATED BY : Abdul Majid
Lombok Timur - NTB
CHECKED BY : Cindarto Lie
BOREHOLE : BH-OW-1 SOIL TYPE : Batu Breksi
DEPTH : 10.00 meter
D1 = 13 cm P. casing = 1013 cm
D2 = 1000 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 200 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 0.5 30 20 200 180 0.10536 8.92E-03
H1 2 1 30 19 180 161 0.11155 9.45E-03
3 1.5 30 20 161 141 0.13264 1.12E-02
D2 4 2 30 20 141 121 0.15297 1.30E-02
H2
Casing
k average 1.06E-02
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L-0
PROJECT : Pemasangan Instrumentasi Bendungan Kali DATE : 16 Desember 2020
Ujung TESTED BY : Asep D.K
LOCATION : Bimbi Desa Rensing Raya, Sakra Barat, Kab. CALCULATED BY : Abdul Majid
Lombok Timur - NTB
CHECKED BY : Cindarto Lie
BOREHOLE : BH-OW-1 SOIL TYPE : Batu Breksi
DEPTH : 10.00-15.00 meter
D1 = 50 cm P. casing = 1550 cm
D2 = 1500 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 300 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 0.5 30 19 300 281 0.06543 5.54E-03
H1 2 1 30 18 281 263 0.06620 5.61E-03
3 1.5 30 18 263 245 0.07090 6.00E-03
D2 4 2 30 19 245 226 0.08072 6.84E-03
H2
Casing
k average 6.00E-03
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L‐1
D1 = 98 cm P. casing = 548 cm
D2 = 500 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 100 cm
L= 50 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 0.5 30 21 100 79 0.23572 3.76E-03
H1 2 1 30 21 79 58 0.30900 4.93E-03
3 1.5 30 21 58 37 0.44953 7.18E-03
D2 4 2 30 18 37 19 0.66648 1.06E-02
H2
k average 6.63E-03
Casing
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L‐1
D1 = 63 cm P. casing = 1013 cm
D2 = 1000 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 200 cm
L= 50 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 0.5 30 22 200 178 0.11653 1.86E-03
H1 2 1 30 23 178 155 0.13836 2.21E-03
3 1.5 30 23 155 132 0.16062 2.56E-03
D2 4 2 30 20 132 112 0.16430 2.62E-03
H2
k average 2.31E-03
Casing
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L‐1
H2
k average 1.56E-03
Casing
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L-0
PROJECT : Pemasangan Instrumentasi Bendungan Kali DATE : 18 Desember 2020
Ujung TESTED BY : Asep D.K
LOCATION : Bimbi Desa Rensing Raya, Sakra Barat , Kab. CALCULATED BY : Abdul Majid
Lombok Timur - NTB CHECKED BY : Cindarto Lie
BOREHOLE : BH-OW-2 SOIL TYPE : Batu Breksi
DEPTH : 5.00 meter
D1 = 48 cm P. casing = 548 cm
D2 = 500 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 100 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 0.5 30 17 100 83 0.18633 1.58E-02
H1 2 1 30 16 83 67 0.21415 1.81E-02
3 1.5 30 19 67 48 0.33349 2.82E-02
D2 4 2 30 19 48 29 0.50391 4.27E-02
H2
Casing
k average 2.62E-02
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L-0
PROJECT : Pemasangan Instrumentasi Bendungan Kali DATE : 19 Desember 2020
Ujung TESTED BY : Asep D.K
LOCATION : Bimbi Desa Rensing Raya, Sakra Barat , Kab. CALCULATED BY : Abdul Majid
Lombok Timur - NTB CHECKED BY : Cindarto Lie
BOREHOLE : BH-OW-2 SOIL TYPE : Batu Breksi
DEPTH : 10.00 meter
D1 = 11 cm P. casing = 1011 cm
D2 = 1000 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 200 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 0.5 30 17 200 183 0.08883 7.52E-03
H1 2 1 30 16 183 167 0.09149 7.75E-03
3 1.5 30 17 167 150 0.10736 9.09E-03
D2 4 2 30 15 150 135 0.10536 8.92E-03
H2
Casing
k average 8.32E-03
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L‐1
D1 = 98 cm P. casing = 548 cm
D2 = 500 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 100 cm
L= 50 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 0.5 30 21 100 79 0.23572 3.76E-03
H1 2 1 30 20 79 59 0.29191 4.66E-03
3 1.5 30 20 59 39 0.41398 6.61E-03
D2 4 2 30 19 39 20 0.66783 1.07E-02
H2
k average 6.42E-03
Casing
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L‐1
D1 = 61 cm P. casing = 1011 cm
D2 = 1000 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 200 cm
L= 50 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 0.5 30 26 200 174 0.13926 2.22E-03
H1 2 1 30 27 174 147 0.16862 2.69E-03
3 1.5 30 27 147 120 0.20294 3.24E-03
D2 4 2 30 27 120 93 0.25489 4.07E-03
H2
k average 3.06E-03
Casing
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L-0
PROJECT : Pemasangan Instrumentasi Bendungan Kali DATE : 10 Desember 2020
Ujung TESTED BY : Asep D.K
LOCATION : Bimbi Desa Rensing Raya, Sakra Barat, Kab. CALCULATED BY : Abdul Majid
Lombok Timur - NTB CHECKED BY : Cindarto Lie
BOREHOLE : BH-OW-3 SOIL TYPE : Batu Breksi
DEPTH : 5.00 meter
D1 = 40 cm P. casing = 540 cm
D2 = 500 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 100 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 0.5 30 21 100 79 0.23572 2.00E-02
H1 2 1 30 20 79 59 0.29191 2.47E-02
3 1.5 30 21 59 38 0.43995 3.73E-02
D2 4 2 30 18 38 20 0.64185 5.44E-02
H2
Casing
k average 3.41E-02
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L-0
PROJECT : Pemasangan Instrumentasi Bendungan Kali DATE : 11 Desember 2020
Ujung
TESTED BY : Asep D.K
LOCATION : Bimbi Desa Rensing Raya, Sakra Barat, Kab. CALCULATED BY : Abdul Majid
Lombok Timur - NTB
CHECKED BY : Cindarto Lie
BOREHOLE : BH-OW-3 SOIL TYPE : Batu Breksi
DEPTH : 10.00 meter
D1 = 20 cm P. casing = 1020 cm
D2 = 1000 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 200 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 1 60 9 200 191 0.04604 1.95E-03
H1 2 2 60 13 191 178 0.07049 2.98E-03
3 3 60 19 178 159 0.11288 4.78E-03
D2 4 4 60 24 159 135 0.16363 6.93E-03
H2 5 5 60 27 135 108 0.22314 9.45E-03
Casing
k average 5.22E-03
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L-0
PROJECT : Pemasangan Instrumentasi Bendungan Kali DATE : 12 Desember 2020
Ujung TESTED BY : Asep D.K
LOCATION : Bimbi Desa Rensing Raya, Sakra Barat, Kab. CALCULATED BY : Abdul Majid
Lombok Timur - NTB CHECKED BY : Cindarto Lie
BOREHOLE : BH-OW-3 SOIL TYPE : Batu Breksi
DEPTH : 15.00 meter
D1 = 42 cm P. casing = 1542 cm
D2 = 1500 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 300 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 1 60 17 300 283 0.05834 2.47E-03
H1 2 2 60 21 283 262 0.07710 3.26E-03
3 3 60 26 262 236 0.10451 4.43E-03
D2 4 4 60 30 236 206 0.13596 5.76E-03
H2 5 5 60 33 206 173 0.17458 7.39E-03
Casing
k average 4.66E-03
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L‐1
D1 = 90 cm P. casing = 540 cm
D2 = 500 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 100 cm
L= 50 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 0.5 30 24 100 76 0.27444 4.38E-03
H1 2 1 30 24 76 52 0.37949 6.06E-03
3 1.5 30 25 52 27 0.65541 1.05E-02
D2 4 2 30 25 27 2 2.60269 4.16E-02
H2
k average 1.56E-02
Casing
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L‐1
D1 = 70 cm P. casing = 970 cm
ℎ
D2 = 950 cm
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 200 cm
ℎ L= 50 cm
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 0.5 30 15 200 185 0.07796 1.24E-03
H1 2 1 30 18 185 167 0.10236 1.63E-03
3 1.5 30 22 167 145 0.14126 2.26E-03
D2 4 2 30 25 145 120 0.18924 3.02E-03
H2
k average 2.04E-03
Casing
2R
PERMEABILITY TEST
(Falling Head Test, Hvorslev 1951, BS 5930)
Form L‐1
D1 = 92 cm P. casing = 1542 cm
D2 = 1500 cm
ℎ
MA1 R= 4.45 cm
D1 H1 = 300 cm
L= 50 cm
ℎ
No. t t2 - t1 h H1 H2 Ln H1/H2 k
(minute) (second) (cm) (cm) (cm) (cm/sec)
MA2 0 0 0 0 0 0 0
1 1 60 17 300 283 0.05834 4.66E-04
H1 2 2 60 22 283 261 0.08093 6.46E-04
3 3 60 27 261 234 0.10920 8.72E-04
D2 4 4 60 34 234 200 0.15700 1.25E-03
H2
k average 8.09E-04
Casing
2R
LAMPIRAN D
DATA HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM
4
FORM SUMMARY OF TESTS (FORMULIR RESUME HASIL PENGUJIAN)
gravel (
Wn gn gd Gs sand ( Pasir ) silt ( Lanau ) clay ( Lempung ) WL WP IP Classification j C qu cu
e n Kerikil )
(m) (%) (gr/cm3) (gr/cm3) (gr/cm3) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (klasifikasi) (deg) (kpa) (kg/cm2) (kg/cm2)
33.58
OW - 1 9.20 - 9.50 31.62 1.79 1.36 0.92 0.48 2.62 0.31 14.24 53.88 31.88 46.19 28.31 17.88 ML - - 12,598 6,299
OW - 2 11.60 - 11.90 34.10 1.76 1.32 1.00 0.50 2.63 0.00 13.40 53.12 33.48 51.38 27.89 23.49 CL-ML - - 13,178 6,589
OW - 3 5.50 - 5.80 29.88 1.81 1.39 0.88 0.47 2.61 0.00 12.57 52.21 35.22 51.31 27.90 23.41 CL-ML 36,062 0,0522 - -
OW - 3 10.20 - 10.45 36.17 1.77 1.30 1.02 0.51 2.62 0.30 11.78 52.20 36.02 50.92 27.79 23.13 CL-ML 37,450 0,0337 - -
INDEX PROPERTIES
1 Berat contoh batuan asli / Natural (Air dried) sample of weight Wn 109.33 gr
2 Ukuran contoh / Sample size -
a. tinggi / high h - cm
b. diameter d - cm
c. panjang x lebar / long x wide A - cm2
d. volume V 49.57 cm3
3 Berat contoh jenuh + air + bejana / Heavy of saturated sample + water + canister 1167.25 gr
4 Berat contoh tergantung + air + bejana / Heavy follow the sample of depended + water + canister 1104.98 gr
a. Berat contoh dalam air / Heavy of underwater sample ( 3 - 4 ) Ws 62.27 gr
5 Berat air + bejana / Weight water + canister 1055.41 gr
a. Berat contoh jenuh / Heavy of saturated sample ( 3 - 5 ) Ww 111.84 gr
6 Berat contoh kering / Dry sample of weight Wo 101.85 gr
a. Ww - Wo 9.99 gr
b. Ww - Ws ( V ) 49.57 gr
c. Wo - Ws 39.58 gr
d. Wn - Wo 7.48 gr
-
7 Perhitungan / Calculation -
Wn
a. Natural (Air dried) Density V gn 2.206 gr/cm3
Wn − Wo
b. Natural (Air dried) water content Wo
x100 7.34 %
Ww
c. Saturated density gs 2.256 gr/cm3
V
Ww − Wo
d. Saturated water content Wo x 100 9.81 %
Wo
e. Dry density gd 2.055 gr/cm3
V
Wn − Wo
f. Degree of saturation x 100 74.87 %
Ww − Wo
Ww − Wo
g. Porosity/ porositas Ww − Ws x 100
n 20.15 %
Wo
h. Apparent specific gravity 2.0547
Ww − Ws
Wo
i. True specific gravity Wo − Ws 2.5733
n
j. Void ratio 1− n 0.252
LAMPIRAN E
DOKUMENTASI LAPANGAN
5
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGEBORAN PADA TITIK OBSERVATION WELL
1
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGEBORAN PADA TITIK OBSERVATION WELL
2
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGEBORAN PADA TITIK OBSERVATION WELL
3