Anda di halaman 1dari 2

Kajian Filologi Naskah : Carita Kina Kyai Poleng

Gamaliel Ardy Pramudya


Fakultas Bahasa Dan Seni
Universitas Negeri Semarang
gamaardy113@students.unnes.ac.id

Latar Belakang

Naskah kuno atau dalam bahasa Inggris disebut manuscript dan dalam bahasa Belanda disebut
handscript. Manuskrip adalah tulisan tangan asli yang berumur minimal 50 tahun dan punya arti penting
bagi peradaban, sejarah, kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Menurut Wirayanti (2011), naskah kuno
adalah hasil tulisan yang berisi informasi mengenai budaya bangsa yang mempunyai nilai
penting bagi kebudayaan nasional, sejarah dan ilmu pengetahuan. Naskah kuno banyak bercerita
mengenai tingkah laku, kebiasaan dan budaya masyarakat daerah. Naskah terdiri dari kumpulan
helaian lembaran kertas. Naskah kuno mampu memberi informasi mengenai berbagai aspek kehidupan
masyarakat masa lampau seperti politik, ekonomi, sosial budaya, pengobatan tradisional, tabir gempa atau
gejala alam, fisikologi manusia, dan sebagainya. Informasi awal terkait dengan hal ini dapat ditemukan
dalam kandungan naskah untuk dipelajari oleh semua orang. Naskah-naskah itu penting, baik secara
akademis maupun sosial budaya. Naskah tersebut merupakan identitas, kebanggaan dan warisan budaya
yang berharga. Secara sosial budaya, naskah memuat nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan
sekarang, sehingga menjadi sebuah tanggung jawab telah berada di pundak kita untuk mengungkap
‘mutiara’ yang terkandung di dalamnya. Naskah kuno, di samping sebagai dokumentasi budaya juga bisa
dijadikan objek pengajaran untuk mengambil nilai-nilai dan kandungan di dalamnya. Nilai-nilai tersebut
sangat dibutuhkan dalam merelevansikan nilai kebaikan yang ada di masa lampau untuk diterapkan hari
ini. Keberadaan Naskah kuno sebagai salah satu warisan kebudayaan, secara nyata memberikan bukti
catatan tentang kebudayaan kita masa lalu. Naskah-naskah tersebut menjadi semacam potret jaman yang
menjelaskan berbagai hal tentang masa itu, dengan demikian nilainya sangat penting dan strategis. Oleh
karena itu diperlukan langkah-langkah konkret dalam upaya penyelamatan dan pelestarian naskah-naskah
tersebut. Naskah menjadi salah satu dokumentasi budaya yang tidak hanya memuat nilai-nilai tradisi,
namun naskah kuno adalah media untuk mengamati dan menelaah kebudayaan lain (termasuk
kebudayaan kita).

Naskah Carita Kina Kyai Poleng Naskah kyai poleng ini berwujud prosa jawa dengan
mengangkat cerita daerah pada Jaman dulu. Cerita rakyat atau cerita daerah ialah sebuah cerita yang
menjelaskan kebudayaan rakyat secara turun-temurun dalam bentuk lisan dengan tujuan memberikan
pesan moral. Barone (2011:60) .Membahas apa dan siapa si Kyai poleng ini, berdasarkan cerita di dalam
naskah sosok kyai poleng merupakan sesosok siluman ular yang tinggal di wilayah Brebes pada kala itu.
Didasari rasa senang akan isi cerita naskah ini cukup banyak Masyarakat daerah situ yang bisa
Menyejarahkanya. hal ini akan membantu masyarakat luar untuk mengetahui cerita yang dulunya pernah
terjadi di wilayah brebes ini.Diceritakan juga bahwa cerita pada naskah in,Seorang yang menjadi
pemimpin suatu daerah dulunya harus juga memiliki keturunan darah pemimpin ,Akan tetapi pada cerita
ini justru hanya didasi Rasa cinta yang begitu besar dan tanpa adanya hubungan biologis darah
pemimpin ,nyatanya juga bisa menjadi pemimpin.

Cerita dalam Naskah ini mengkisahkan ada Seorang Raja yang sangat menyayangi Abdinya
layaknya seorang anak sendiri ,sampai di berikanya Jabatan si abdi yang diksihi Raja ini.Namun diakhir
cerita sang raja yang sangat mengasihi abdinya ini berubah menjadi sangat membenci abdinya .Raja yang
tadinya sangat sayang dan peduli kepada andinya ini akhirnya berubah menjadi jengkel dan sudah tidak
peduli.Puncaknya sang Raja jengkel mengetahui sang abdi yang sudah menghianatinya dan akhinya raja
menyabda lalu terjadilah sebuah peristiwa yang mejadikan abdi berubah menjadi sebuah siluman ular.Dan
dipercaya Kyai poleng ini atau Siluman ular ini sekarang keberadaanya di sekitaran sumur dalam kraton
Daerah Brebes. Pada penggalan sekilas cerita ini terdapat peribahasa. Menurut Satjadibrata (1945) dalam
Rosidi (2005:5) paribasa (paripaos) merupakan kata-kata yang disusun menjadi ungkapan ucapan yang
memiliki arti pengalaman hidup atau menjadi petuah. Dirasa cocok untuk menggambarkan peristiwa ini,
yaitu peribahasa jawa Diwenei ati ngrogoh rempela yang berarti ‘Sudah diberi ,namun masih saja merasa
kurang dan meminta yang lebih.Pada masa itu, nyatanya rasa sayang sang Raja tidak di sertai hubungan
timbal balik yang baik oleh si abdi yang dikasihi ini.Merasa Raja menyayangi dia akhirnya sang abdi
yang dulunya dikasihinRaja ini berbuat semaunya dan justru cinderung berhianat kepada Raja

DAFTAR PUSTAKA

Nawangningrum, D., Widodo, S., Suparta, I., & Holil, M. (2004). Kajian terhadap naskah kuna Nusantara
koleksi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia: penyakit dan pengobatan ramuan
tradisional. Makara Human Behavior Studies in Asia, 8(2), 45-53.

Pertiwi, W., & Hamid, P. (1998). Kajian Nilai Budaya Naskah Kuna Mapalina Sawerigading ri Saliweng
Langi. Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Angga, A., & Khaerunnisa, K. (2021). Nilai Edukatif Pada Anak Usia Dini 4-6 Tahun Dalam Cerita Rakyat
Aceh “Si Raja Parkit” karya Novi Kurnia. PROSIDING SAMASTA.

Dhihniyya, K. N. (2023). ANALISIS PENDEKATAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT DUMADINE


MAKAM KI AGENG KURAHAN. DIWANGKARA: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa,
3(1).

Putri, P. A. (2018). Peribahasa sebagai sumber inspirasi penciptaan karya seni lukis (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri Malang).

Anda mungkin juga menyukai