Anda di halaman 1dari 39

Rancangan Peraturan Menteri Keuangan

(RPMK)
tentang Perencanaan Anggaran,
Pelaksanaan Anggaran, dan Pelaporan
dan Pertanggungjawaban Anggaran

Direktorat Sistem Penganggaran


Direktorat Jenderal Anggaran
Mei 2023
1
OUTLINE:
I. Pendahuluan
II. Tindak Lanjut Amanat PP Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Penyusunan RKA
III. Substansi RPMK
a. Perencanaan Anggaran K/L dan BUN
b. Standar Biaya
c. Revisi Anggaran
d. Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
e. Akuntansi dan Pelaporan
f. Pengendalian dan Pemantauan serta Evaluasi Kinerja Anggaran
g. Pemberian Penghargaan dan/atau Pengenaan Sanksi kepada K/L

2
I. Pendahuluan

3
KONSEPSI OMNIBUS LAW : REFORMASI REGULASI
Latar Belakang Outcome
1. Terciptanya tata kelola pelaksanaan anggaran
Materi Muatan yang lebih baik (menghilangkan tumpang tindih
Baru antar PMK).
1.Peraturan terkait perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan dan 2. Menciptakan belanja negara yang lebih efektif
pertanggungjawaban anggaran diatur Mengubah dan efisien (kualitas perencanaan dan belanja
Materi Muatan negara).
dalam lebih dari 20-an PMK.
3. Modernisasi pelaksanaan anggaran dengan
2.Perlunya penyesuaian pengaturan Mencabut tetap menjaga good governance/akuntabilitas.
ketentuan teknis, sebagai tindak lanjut peraturan 4. Tercapainya target output dan outcome belanja
ditetapkannya PP Nomor 6 tahun 2023 pemerintah melalui monev yang terintegrasi.
tentang Penyusunan RKA.
3.Kebutuhan untuk penyempurnaan regulasi
agar proses bisnis sesuai dengan dinamika Output
belanja pemerintah dan perkembangan
teknologi informasi.
Omnibus Law sebagai strategi reformasi & simplifikasi regulasi
4.Kebutuhan untuk simplifikasi tata kelola agar penataan dilakukan secara sekaligus menjadi 1 PMK, meliputi
keuangan untuk menciptakan efisiensi dan kluster perencanaan, pelaksanaan, pelaporan &
efektivitas dalam perencanaan, pertanggungjawaban anggaran.
pelaksanaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban anggaran.
4
II. Tindak Lanjut Amanat PP Nomor 6 Tahun 2023
tentang Penyusunan RKA

5
PROSES PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN PELAKSANAAN ANGGARAN

T–2 T–1 T

Menggunakan SAKTI
Nota Keuangan dihasilkan
• Renja KL T dihasilkan dari RKAKL T-1 • Rancangan RKP
• KPJM T dihasilkan dari RKAKL T-1 + • Finalisasi Renja-KL dari aplikasi RKAKL
formula dari aplikasi KPJM • Pembicaraan
• RKP T masih menggunakan KRISNA pendahuluan dengan
DPR Menghasilkan RKA KL
T+1/2/3, KPJM Closing
Pengguliran untuk
T+1/2/3, RENJA T+1 31 Des
angka dasar RKA K/L - Perpres RKP
dalam bentuk - SB Pagu Anggaran
Rancangan Awal Renja

NOV DES JAN FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGS SEPT OKT NOV DES JAN MAR MEI JUL SEP NOV DES
Penyusunan
RKAKL SBPA Penyesuaian Pelaksanaan Anggaran,
Pembahasan RKAKL RKAKL sesuai
dalam rangka Pagu hasil
Penyusunan Revisi Anggaran,
Anggaran (NK) pembahasan
Renja-KL Pembahasan DPR
(termasuk Updating DPR
KPJM T/ Renja) Monitoring dan Evaluasi
RKA KL T Review Baseline SB Pagu • Finalisasi RKA K/L
berbasis RKA K/L dan Indikatif T & DIPA T Pelaporan dan pertanggung jawaban
New Inisiatives berbasis Nota • Perpres Rincian
RKP (Bappenas dan DJA) Keuangan • Updating Renja

Dasar Reviu baseline dalam Penyusunan RKAKL Penyesuaian RKA hasil bahas Pelaksanaan Anggaran Monev Kinerja Pelaporan dan
Hukum penyusunan SBPI • PP90/2010 & PP 17/2017 DPR • PMK 132/2021 Anggaran KL/BUN Pertanggungjawaban
terkait • PP90/2010 & PP • PMK 208/2019 • PP90/2010 & PP 17/2017 • PMK 114/2021 • PMK 22/2021 PMK
17/2017 • PMK 71/2013 • PMK 208/2019 • PMK 190/2012 • PMK 204/2021 215/PMK.05/2016
• SKB Kemenkeu • PMK 91/2020 • PMK 199/2021 • PMK 2/2021
Bappenas • PMK 127/2020
• PMK 71/2013
TINDAK LANJUT AMANAT PP NOMOR 6 TAHUN 2023
TENTANG PENYUSUNAN RKA

Beberapa hal yang diamanatkan dalam PP Nomor 6 Tahun 2023 untuk dituangkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan adalah sebagai berikut:

Implementasi Prinsip Penggunaan KAJM sebagai Sistem Informasi dalam Muatan Informasi yang
Belanja Berkualitas dalam acuan dalam penyusunan rangka terdapat dalam Struktur
penyusunan RKA RKA dan PM Penyusunan RKA dokumen RKA

Penajaman Program, Sinkronisasi Tata Cara Penyusunan Tata Cara


Kegiatan, Keluaran setelah Belanja Pemerintah Pusat dan Penelaahan RKA-K/L Pengesahan DIPA
proses penyusunan Renja dan TKD

7
SISTEMATIKA DALAM DRAFT RPMK OMNIBUS

Bab I KETENTUAN UMUM Bab VI TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN
Bab II PENDEKATAN PENYUSUNAN RKA
Bagian I DIPA
Bagian I Pedoman Penyusunan RKA dan Klasifikasi Anggaran
Bagian II Pejabat Perbendaharaan Negara
Bagian II Kaidah Penganggaran Dalam Penyusunan RKA
Bagian III Menteri Keuangan Selaku BUN
Bagian III Standar Biaya
Bagian IV Pejabat Fungsional di Bidang Pengawasan Keuangan Negara
Bagian V Komitmen
Bab III TATA CARA PENYUSUNAN RKA-K/L
Bagian VI Pengajuan Tagihan Kepada Negara
Bagian I Pra Penyusunan RKA-K/L
Bagian VII Pengujuan dan Penyelesaian Tagihan
Bagian II Penyusunan RKA-K/L Berdasarkan Pagu Anggaran
Bagian VII Pengawasan dan Pengendalian Internal
Bagian III Penelitian dan Reviu RKA-K/L
Bagian IX Tanda Tangan Elektronik
Bagian IV Penelaahan RKA-K/L
Bagian X Tata Cara Pembayaran atas Beban Bagian Anggaran Bendahara Umum
Bagian V Penyesuaian RKA-K/L berdasarkan Alokasi Anggaran
Bagian VI Tata Cara Penyusunan dan Pengesahan DIPA K/L
Bab VII AKUNTANSI DAN PELAPORAN
Bagian I Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
Bab IV TATA CARA PENYUSUNAN RKA-BUN
Bagian II Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SABUN)
Bagian I Indikasi Kebutuhan Dana BUN
Bagian III Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Bagian II Penyusunan RKA-BUN Berdasarkan Pagu Anggaran
Bagian IV Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Bagian III Reviu RKA Satker BUN
Bagian V Reviu dan Pernyataan Tanggung Jawab
Bagian IV Penyusunan RKA-BUN
Bagian V Penelaahan RKA-BUN
Bab VIII PENGENDALIAN DAN PEMANTAUAN SERTA EVALUASI KINERJA
Bagian VI Penyesuaian RKA-BUN
ANGGARAN
Bagian VII Koordinator PPA BUN
Bagian I Pengendalian dan Pemantauan
Bagian VIII Tata Cara Penyusunan dan Pengesahan DIPA BUN
Bagian II Evaluasi Kinerja Anggaran
Bagian IX Penggunaan dan Pengalokasian BA BUN pada TA Berjalan
Bagian III Data dan Informasi
Bab V REVISI ANGGARAN
Bab IX PEMBERIAN PENGHARGAAN DAN/ATAU PENGENAAN SANKSI
Bagian I Kewenangan Revisi Anggaran
KEPADA K/L
Bagian II Tema Revisi Anggaran
Bab X KETENTUAN LAIN-LAIN
Bagian III Pergeseran Anggaran pada BA BUN
Bab XI KETENTUAN PENUTUP
Bagian IV Mekanisme Revisi Anggaran
Bagian V Batas Akhir Penerimaan Usulan dan Penyampaian Pengesahan Revisi Terdiri dari 11 Bab, 269 Pasal 8
Anggaran
III. Substansi RPMK
a. Perencanaan Anggaran K/L dan BUN
b. Standar Biaya
c. Revisi Anggaran
d. Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
e. Akuntansi dan Pelaporan
f. Pengendalian dan Pemantauan serta Evaluasi Kinerja Anggaran
g. Pemberian Penghargaan dan/atau Pengenaan Sanksi kepada K/L

9
HAL-HAL BARU DAN PENYEMPURNAAN KETENTUAN
DALAM RPMK

01 PROGRAM BUN
Dapat menggunakan Program K/L pada penyusunan RKA BUN, atau
Program tersendiri, dan penambahan lokus pada tahap perencanaan/
pelaksanaan melalui proses revisi

02 RANCANGAN RKA-K/L
Penambahan Penyusunan Rancangan RKA K/L
pada tahapan pagu indikatif

03 REVIU RKA-K/L
Penambahan pertimbangan prinsip risiko pada pelaksanaan
Reviu APIP atas RKA K/L

04 KAIDAH-KAIDAH PENGANGGARAN
Penyempurnaan kaidah-kaidah penganggaran saat
penyusunan RKA
HAL-HAL BARU DAN PENYEMPURNAAN KETENTUAN
DALAM RPMK

Beberapa hal baru yang diatur dalam RPMK adalah sebagai berikut:

1. PROGRAM BUN 3. REVIU RKA-K/L


• Program pada RKA BUN dapat menggunakan Reviu APIP mempertimbangkan prinsip risiko
Program K/L yang sesuai dengan jenis alokasinya Terdapat kriteria bagaimana risiko dinilai:
• Program tersendiri (apabila tidak ada Program K/L 1. area kegiatan termasuk Prioritas Nasional, major
project, dan proyek strategis lainnya berdasarkan
yang relevan)
RPJMN dan RKP;
• Penambahan lokus pada struktur RKA BUN yang
2. belanja modal dengan nilai material dan berisiko
dapat dilakukan pada tahap perencanaan, maupun tinggi berdasarkan hasil analisis risiko APIP K/L;
pelaksanaan 3. tugas atau fungsi baru di organisasi yang
2. RANCANGAN RKA-K/L bersangkutan;
4. berpotensi dan/atau pernah menjadi temuan
• RKA K/L sudah dimulai disusun sejak fase pagu pemeriksaan BPK yang dapat mempengaruhi
indikatif secara bottom up, yang kemudian akan simpulan/opini; atau
disandingkan dengan rancangan Renja secara top 5. rekomendasi khusus untuk dilakukan reviu
down berdasarkan hasil penelitian RKA K/L oleh
• RKA K/L pada fase ini pada dasarnya untuk Sekretariat Jenderal/Sekretariat Utama/
memanfaatkan proses “prepopulated RKAKL” yang Sekretariat c.q. Biro Perencanaan/Unit
disusun berdasarkan KPJM yang sudah ditetapkan Perencanaan Kementerian/Lembaga
11
PENYEMPURNAAN KETENTUAN DALAM RPMK

4. KAIDAH-KAIDAH PENGANGGARAN
Penyusunan RKA memperhatikan kaidah penganggaran yang meliputi:
• Prinsip Belanja Berkualitas; • Pengalokasian anggaran untuk pelaksanaan:
• Pemenuhan alokasi dasar; a. Dekonsentrasi dan tugas pembantuan;
• Pembatasan alokasi untuk belanja tertentu;
• Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang b. Bantuan Pemerintah;
didanai dari sumber dana tertentu; c. Bantuan sosial; dan
• Penandaan anggaran (budget tagging); d. Kontrak tahun jamak; dan
• Penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran;
• Sinkronisasi antara belanja pemerintah pusat e. Kerjasama Pemerintah dan badan usaha
dan transfer ke daerah; melalui pembayaran ketersediaan
layanan/Availabity Payment (KPBU-AP);
• Kebijakan penganggaran yang ditetapkan pada
tahun berkenaan; • Standar biaya.
• Pengalokasian anggaran yang akan diserahkan
menjadi penyertaan modal negara pada Badan
Usaha Milik Negara;
III. Substansi RPMK
a. Perencanaan Anggaran K/L dan BUN
b. Standar Biaya
c. Revisi Anggaran
d. Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
e. Akuntansi dan Pelaporan
f. Pengendalian dan Pemantauan serta Evaluasi Kinerja Anggaran
g. Pemberian Penghargaan dan/atau Pengenaan Sanksi kepada K/L

13
POKOK PERUBAHAN TERKAIT STANDAR BIAYA (1)

Sebelum Sesudah
1 Definisi SB, SBM, SBK dan SSB 1 Penajaman definisi
2 Standar biaya: SBM dan SBK 2 Standar Biaya: SBM, SBK, dan SSB
Fungsi SBM: batas tertinggi atau estimasi Sifat SBM: batas tertinggi atau dapat dilampaui
3 3
Belum ada jenis SBM yang diatur SBM meliputi:
4 4
a. satuan biaya honorarium;
b. satuan biaya fasilitas;
c. satuan biaya perjalanan dinas;
d. satuan biaya pemeliharaan;
e. satuan biaya barang dan jasa; dan
f. satuan biaya bantuan.
5 Belum ada ketentuan yang menginformasikan 5
kelompok satuan biaya dalam SBM SBM disusun dengan menggunakan pendekatan:
a. job evaluation point factor;
b. replacement cost;
c. benchmarking;
d. overtime payment;
e. survei; dan/atau
6 Penggunaan SBML dikecualikan terhadap satuan 6 f. pendekatan lainnya sesuai kebutuhan.
biaya yang menambah penghasilan dan/atau
fasilitas bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan Penggunaan satuan biaya yang tidak diatur dalam SBM,
non pegawai negeri yang dipekerjakan dalam dikecualikan terhadap satuan biaya yang menambah penghasilan
rangka melaksanakan tugas rutin K/L dan/atau fasilitas bagi pejabat negara, anggota POLRI/TNI, ASN
dan non ASN yang dipekerjakan dalam rangka melaksanakan
tugas rutin K/L
14
POKOK PERUBAHAN TERKAIT STANDAR BIAYA (2)

Sebelum Sesudah
7 Satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas yang dapat
7 Tidak ada kriteria khusus atas SBML yang
diusulkan menjadi SBML, antara lain untuk:
menambah penghasilan dan/atau fasilitas a. honorarium bagi pejabat negara, anggota TNI/POLRI, ASN atas
pelaksanaan tugas tertentu yang membutuhkan upaya yang lebih
besar;
b. honorarium bagi non ASN yang ditugaskan atas amanat Undang-
undang/Peraturan Pemerintah/Peraturan Presiden dan yang hak
keuangannya belum diatur; dan/atau
c. fasilitas tambahan bagi pejabat negara, anggota TNI/POLRI, ASN,
dan non ASN, yang diamanatkan dalam Undang-undang/Peraturan
Pemerintah/Peraturan Presiden.
Satuan biaya bagi satker BLU berupa: 8
8 Penggunaan standar biaya yang dapat ditetapkan oleh pimpinan BLU,
a. Satuan biaya yang menambah penghasilan dikecualikan untuk satuan biaya berupa:
dan/atau fasilitas di luar komponen a. satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas di luar
remunerasi bagi dewan pengawas, pejabat komponen remunerasi bagi dewan pengawas, pejabat pengelola,
pengelola, dan pegawai satker BLU; dan dan pegawai Satker badan layanan umum;
b. Satuan biaya perjadin DN & LN, b. satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas bagi
mengacu pada ketentuan SBM. ASN yang melaksanakan tugas tambahan pada satker BLU; dan
9 c. satuan biaya perjalanan dinas dalam negeri dan luar negeri.
9
SBK berfungsi sebagai batas tertinggi dan SBK bersifat batas tertinggi
estimasi 10
10 Dalam hal K/L membutuhkan besaran biaya yang melebihi besaran SBK
Perubahan besaran SBK, mengikuti prosedur yang telah ditetapkan Menteri Keuangan, harus mendapat persetujuan
revisi anggaran dari Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran.
Perubahan besaran yang telah mendapat persetujuan Menkeu c.q. DJA,
dapat ditindaklanjuti oleh K/L dengan mengacu ketentuan revisi anggaran.
15
III. Substansi RPMK
a. Perencanaan Anggaran K/L dan BUN
b. Standar Biaya
c. Revisi Anggaran
d. Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
e. Akuntansi dan Pelaporan
f. Pengendalian dan Pemantauan serta Evaluasi Kinerja Anggaran
g. Pemberian Penghargaan dan/atau Pengenaan Sanksi kepada K/L

16
KETENTUAN BARU TATA CARA REVISI ANGGARAN K/L DAN BA BUN

3. Mekanisme Revisi Anggaran antar K/L


4. Mekanisme Revisi Anggaran BA K/L ke BA BUN
5. Mekanisme Pergeseran Anggaran Antar Subbagian Dalam
BA BUN Melalui SPP BA BUN
6. Mekanisme Pergeseran Anggaran Antar Subbagian Dalam
1. PNBP Otorita Ibu Kota Nusantara BA BUN Melalui Penerbitan Surat Menteri Keuangan
Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari
perhitungan PNBP tahun anggaran sebelumnya yang belum
digunakan pada Otorita Ibu Kota Nusantara, bersifat
menambah alokasi anggaran sumber dana PNBP tahun 7. Pemenuhan kebutuhan kurang bayar
anggaran berjalan. pada belanja subsidi
Masukan baru hasil rekomendasi BPK atas Pelaksanaan Subsidi Pupuk,
yaitu : Pemerintah agar memanfaatkan proyeksi atas alokasi subsidi yang
tidak terserap pada tahun berjalan untuk digunakan sebagai pemenuhan
2. Sisa Klaim Asuransi BMN TA Sebelumnya kurang bayar subsidi
Sisa klaim asuransi BMN tahun anggaran sebelumnya,
Kementerian/Lembaga dapat memanfaatkan sisa klaim
asuransi BMN tersebut pada tahun berjalan setelah 8. SBSN Otorita Ibu Kota Nusantara
mendapatkan konfirmasi dari Direktorat PNBP KL atau Mengakomodasi pengaturan terkait pengalokasian belanja K/L atau Otorita
Direktorat PNBP SDA dan KND. Ibu Kota Nusantara untuk pendanaan proyek/kegiatan APBN yang
bersumber dari penerbitan SBSN dalam hal untuk proyek/kegiatan baru di
tahun anggaran berjalan, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (1) PP
Nomor 17 Tahun 2022 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Anggaran
dalam rangka Persiapan, Pembangunan, dan Pemindahan Ibu Kota Negara
serta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara.

17
KETENTUAN BARU TATA CARA REVISI ANGGARAN K/L DAN BA BUN

9. Penyesuaian Belanja Negara & Kebijakan


Pemerintah Lainnya
✓ Kebijakan Penyesuaian Belanja Negara merupakan
kebijakan pemerintah yang diatur dalam Undang-undang
Automatic adjustment dilakukan dengan::
mengenai APBN tahun anggaran berkenaan, berupa:
a. meminta Kementerian/Lembaga melakukan
a. Automatic Adjustment;
pencadangan anggaran dalam jumlah tertentu dan
b. pergeseran anggaran berupa realokasi blokir
menyampaikan usulan pencadangan kepada
anggaran dari BA K/L ke BA BUN Belanja Lainnya;
Menteri Keuangan.
c. pemotongan anggaran Belanja Negara; atau
b. Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal
d. penyesuaian pagu.
Anggaran melakukan pemblokiran DIPA
Kementerian/Lembaga secara otomatis melalui
✓ Kebijakan Pemerintah lainnya adalah kebijakan
sistem informasi.
penganggaran sebagai tindak lanjut antara lain dari
a. kebijakan hasil pengendalian dan pemantauan yang
❑ Dalam hal K/L tidak menyampaikan usulan, Menteri
dilakukan oleh Menteri Keuangan terhadap belanja
Keuangan c.q DJA melakukan pemblokiran DIPA
Kementerian/Lembaga dan belanja BA BUN;
K/L secara otomatis melalui sistem.
b. peraturan perundang-perundangan; dan/atau
❑ Pemblokiran DIPA secara mandiri dapat dilakukan
c. direktif Presiden.
pada saat DIPA ditetapkan atau pada saat tahun
Kebijakan Pemerintah lainnya dilakukan melalui:
anggaran berjalan dan dengan mempertimbangkan
• pencadangan atau pemblokiran anggaran; dan/atau
hasil pengendalian dan pemantauan.
• pergeseran anggaran

18
KETENTUAN BARU TATA CARA REVISI ANGGARAN K/L
DAN BA BUN
10. Pelimpahan Kewenangan Revisi ke K/L
Dalam rangka menyederhanakan proses bisnis serta memberikan kewenangan yang lebih besar ke KL namun
tetap berpedoman pada ketentuan yang berlaku. Jenis revisi yang dialihkan kewenangannya yaitu:
KEWENANGAN
JENIS REVISI
SEMULA MENJADI

1. Pemenuhan Belanja Operasional, termasuk penyelesaian pagu minus Belanja Pegawai


DJA/Dit. PA/ KANWIL
Operasional

2. Pemenuhan Kebutuhan Selisih Kurs Dit. PA/ KANWIL

3. Pemanfaatan Sisa Anggaran Kontraktual dan/atau Swakelola Dit. PA/ KANWIL

4. Ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya sebagian atau seluruh fungsi
Dit. PA/ KANWIL
matematis Sistem Aplikasi

5. Ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi KANWIL K/L

6. Ralat cara penarikan pinjaman/hibah luar negeri dan/atau pinjaman/hibah dalam negeri,
KANWIL
termasuk Pemberian Pinjaman, pinjaman yang diterushibahkan, dan/atau Penerusan Hibah

7. Ralat cara penarikan SBSN KANWIL


8. Ralat nomor register pembiayaan kegiatan/proyek SBSN KANWIL
9. Ralat nomor register pinjaman dan/atau hibah luar negeri KANWIL

Dit. PA/ KANWIL


10. Penyelesaian Tunggakan
DJA DJPB
19
PENYEMPURNAAN KETENTUAN TATA CARA REVISI
ANGGARAN K/L DAN BA BUN

MEKANISME REVISI TAMBAHAN ANGGARAN DARI BA BUN


KE BA KL
01 ✓ Penyederhanaan proses bisnis dari sisi administrasi dan aplikasi
sehingga norma waktu penyelesaian usulan tambahan anggaran BA
BUN dapat dicapai dengan lebih efisien.
✓ Mekanisme cost sharing dimaksudkan agar K/L dapat melakukan
efisiensi/optimalisasi anggaran pada DIPA nya terlebih dahulu.

02 PENGEMBALIAN ANGGARAN KE BA BUN


PENGELOLAAN BELANJA LAINNYA YANG BERASAL
DARI SP SABA
Ketentuan dan mekanisme
03 KETENTUAN TERKAIT INKRACHT (pada lampiran)
Disesuaikan dengan draft pengganti PMK 80/PMK.01/2015
tentang Pelaksanaan Putusan Hukum

04 KETENTUAN BATAS WAKTU PENYERAHAN DOKUMEN


PENDUKUNG DALAM MEKANISME REVISI ANGGARAN DI DJA
Memberikan kepastian dan ketepatan waktu penyelesaian proses revisi anggaran
PENYEDERHANAAN PROSES BISNIS
MEKANISME PERGESERAN BA BUN KE BA K/L
Mitra K/L, Unit
Pendukung PPA BUN,
Mitra PPA BUN, dan K/L Mitra K/L
Penelaahan (rapat Unit Pendukung PPA DJA • Penetapan revisi DIPA
bersama) BUN • Penerbitan SP SABA K/L atas pergeseran
• Menyusun penilaian (1 hari kerja) anggaran dari BA BUN
K/L Pengusul akhir DJA selaku • Penyampaian SP Belanja Lainnya ke BA
• Menyampaikan Pemimpin PPA BUN SABA kepada K/L K/L berdasarkan SP
kekurangan dokumen kepada Menkeu (2 hari dengan tembusan SABA
pendukung (2 hari kerja kerja setelah ND kepada Mitra K/L (1 hari) kerja
setelah penelaahan) penilaian awal diterima) pengusul

Usulan diterima melalui SELESAI


sistem informasi
1 2 4 5 6 6
3

Mitra K/L Mitra K/L Pemimpin PPA BUN


• Menyampaikan penilaian awal • Persetujuan Menkeu diterima K/L Dihapuskan/
• Setelah surat usulan didisposisi
oleh Dirjen Anggaran, berdasarkan BAP kepada Dirjen • Menyampaikan revisi
Anggaran untuk mendapatkan
JIKA
DIPA K/L mengenai
ditiadakan untuk
• Ditolak → DJA a.n. Menkeu
JIKA :
rekomendasi (3 hari kerja
mengembalikan usulan pergeseran anggaran dari percepatan proses
setelah penelaahan)
• Dokumen lengkap → Mitra K/L tambahan anggaran kepada K/L
BA BUN Belanja Lainnya penyelesaian Revisi
• Disetujui sebagian →
pengusul menyiapkan dan JIKA : ke BA K/L (1 hari kerja) Anggaran
menyampaikan permintaan
menyampaikan undangan • Ditolak → menyampaikan surat
penyesuaian data dengan
penelaahan kepada Unit penolakan usulan tambahan
menggunakan sistem informasi
Pendukung PPA BUN 999.08, anggaran a.n. Menkeu
dan/atau data dukung lainnya
• Diterima sebagian/seluruhnya
Mitra PPA BUN, dan K/L pengusul kepada K/L
→ Mitra K/L menyampaikan
(3 hari kerja setelah disposisi). • Disetujui seluruhnya →
nota dinas kepada Dir. Abid
• Dokumen tidak lengkap → Mitra Polhukhankam & BA BUN
melanjutkan proses usulan
K/L menyampaikan surat pergeseran anggaran dari BA
selaku Unit Pendukung PPA
BUN Belanja Lainnya ke BA K/L
pemberitahuan agar K/L BUN BA BUN Belanja Lainnya
melengkapi dokumen pendukung dengan dilampiri penilaian awal K/L
(maks 2 hari kerja). dan BAP serta kelengkapan • Memperbaiki dan menyesuaikan
Jika tidak dilengkapi maka data dukung (1 hari kerja data melalui sistem informasi
setelah disposisi atau arahan dan/atau data dukung lainnya (2
dikembalikan/ditolak.
Dirjen Anggaran). hari kerja)

21
III. Substansi RPMK
a. Perencanaan Anggaran K/L dan BUN
b. Standar Biaya
c. Revisi Anggaran
d. Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
e. Akuntansi dan Pelaporan
f. Pengendalian dan Pemantauan serta Evaluasi Kinerja Anggaran
g. Pemberian Penghargaan dan/atau Pengenaan Sanksi kepada K/L

22
INTI PERUBAHAN BAB PELAKSANAAN ANGGARAN

Kelembagaan Pengguna Anggaran dan Kelembagaan BUN


• Simplifikasi pengaturan terkait Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan
• Standardisasi kompetensi dan sertifikasi pejabat perbendaharaan

Komitmen
• Format kontrak tidak diatur rigid
• Penyelarasan norma dengan peraturan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah

Pengajuan dan Penyelesaian Tagihan


• Penegasan UP berupa internet banking, kartu debit, cek/bilyet giro, dan/atau kartu kredit
• Penegasan bahwa penerbitan SPP/SPM dilakukan secara elektronik dan disahkan dengan tanda
tangan elektronik

Mekanisme Pencairan PNBP


Simplifikasi dengan pengabungan redaksi dan perbaikan legal drafting pengaturan penetapan
MP PNBP terpusat dan tidak terpusat

Penyelesaian Tagihan Pada Akhir Tahun Anggaran


Untuk pengadaan alutsista dan/atau pengadaan lainnya yang akan dilanjutkan ke TA berikutnya dapat
dilakukan dengan rekening penampungan/Rekening Dana Cadangan (Rekening Escrow) atas nama MenKeu

Tata Cara Pembayaran atas Beban Bagian Anggaran Bendahara Umum


Negara

23
KELEMBAGAAN PENGGUNA ANGGARAN DAN BUN
Substansi Perubahan:
1. Mendorong simplifikasi Satker baik dari sisi jumlah dan
efektivitas/efisiensi satker dengan standardisasi penetapan satker.
Pengguna 2. Penyempurnaan Pejabat Perbendaharaan (KPA, PPK, PPSPM), dan
Anggaran Bendahara, antara lain:
a. PPK, PPSPM, dan Bendahara diutamakan pejabat fungsional bidang
pengelolaan keuangan APBN.
b. Mekanime pengangkatan pejabat perbendaharaan dari luar satker.
c. Mekanisme pengangkatan PPK lebih dari 1 (satu).
d. Mekanisme terkait pejabat pengganti.
2. Simplifikasi pengaturan terkait Bendahara Pengeluaran dan Bendahara
Kelembagaan Penerimaan.
3. Standardisasi kompetensi dan sertifikasi pejabat perbendaharaan.
4. Standardisasi kompetensi dan sertifikasi Bendahara.

Penegasan tugas, tanggung jawab, dan kewenangan Kuasa BUN Pusat dan
Kuasa BUN Daerah untuk lebih mendorong fungsi BUN dalam pelaksanaan
anggaran antara lain:
1. Dirjen Perbendaharaaan sebagai Kuasa BUN Pusat;
BUN
2. Kepala KPPN sebagai Kuasa BUN Daerah
3. Tanggung jawab dan kewenangan Kuasa BUN Pusat dan Kuasa BUN
Daerah
24
KOMITMEN
Substansi Perubahan:
1. Penegasan bentuk komitmen dalam bentuk:
DIPA a. surat keputusan; dan
b. kontrak untuk pengadaan barang/jasa.
2. Pengaturan pejabat yang berwenang menandatangani komitmen dalam
Menjadi dasar bentuk surat keputusan dan bentuk-bentuk surat keputusan.
untuk 3. Pengaturan lebih lanjut bentuk kontrak sesuai amanat Pasal 28 ayat (7)
Perpres 16/2018 jo Perpres 12/2021.
4. Format kontrak (bukti pembelian, kuitansi, SPK, Surat Perjanjian dan
Komitmen Surat Pesanan) tidak diatur rigid.
5. Batasan nominal pembayaran dengan kontrak berpedoman pada
peraturan perundang-undangan mengenai Pengadaan Barang/Jasa
Dapat berupa Pemerintah.
6. Mengakomodir komitmen dalam bentuk surat pesanan untuk
Ditetapkan oleh pejabat pengadaan barang/jasa secara elektronik melalui toko daring.
yang berwenang 7. Penyampaian data komitmen dengan mendaftarkan komitmen ke KPPN
yang bersifat kontraktual (SPK dan Surat Perjanjian dengan mekanisme
Penetapan pembayaran LS.
Kontrak
Keputusan

25
PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN TAGIHAN (1)

Substansi Perubahan: 3) Penegasan UP dapat dilakukan untuk pembayaran


1. Pengajuan tagihan kepada negara (satker): melalui tunai, internet banking, kartu debit, cek/bilyet
a. Prinsip umum kelengkapan persyaratan pengajuan tagihan; giro, dan/atau kartu kredit.
b. Prinsip pengajuan tagihan yang dapat disampaikan secara 4) Simplifikasi pengaturan besaran UP (paling tinggi 1/12
elektronik. dari pagu DIPA dan paling tinggi 1 M).
2. Mekanisme pembayaran: 5) Penyesuaian besaran pembayaran maksimal dengan UP.
a. Langsung kepada penerima: 6) Fleksibilitas pembayaran dengan UP untuk pembayaran
1) Penegasan pihak yang dapat menerima pembayaran tertentu antara lain kegiatan luar negeri dan intelejen.
2) Dalam kondisi tertentu dapat melalui: 7) Pengaturan TUP pada Kemhan.
a) Bendahara Pengeluaran (honorarium, perjadin, dan 8) Memberikan kewenangan lepada Dirjen
lainnya dengan ijin Kuasa BUN); atau Perbendaharaan, Kepala Kanwil DJPb, dan Kepala KPPN
b) Bank/pos/lembaga keuangan bukan bank (antara lain dalam kondisi tertentu untuk untuk menetapkan
bansos dan banper). kebijakan/memberikan persetujuan pembayaran terkait
3) Penegasan pendaftaran data supplier penerima pembayaran UP.
oleh PPK. 9) Penegasan prinsip-prinsip umum KKP.
b. Uang Persediaan: 10) Pembayaran Tagihan KKP langsung kepada Bank Penerbit
1) Menghilangkan nomenklatur UP Tunai dan UP KKP. KKP.
2) Penegasan UP untuk membayar operasional 11) Penegasan limit KKP paling sedikit 40% dari besaran UP
satker/pengeluaran lain yang tidak dapat melalui LS dengan Satker.
jenis belanja pegawai (akhir tahun), barang, modal dan lain- 12) Pengaturan pengajuan tambahan limit KKP.
lain.

26
PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN TAGIHAN (2)
Substansi Perubahan: e. Pengujian Tagihan dan Penerbitan SPP-TUP:
c. Pengujian tagihan dan penerbitan SPP LS: 1) Penegasam PPK menerbitkan SPP TUP berdasarkan
1) Penegasan pengujian materiil oleh PPK terhadap kebenaran dan persetujuan TUP dari KPPN
kelengkapan tagihan serta antara tagihan dengan barang/jasa yang 2) Penegasan tata cara penggunaan UP mutatis mutandis
diserah terimakan/diselesaikan serta spesifikasi teknis yang dengan tata cara penggunaan TUP
dipersyaratkan dalam komitmen f. Simplifikasi proses bisnis pembayaran tagihan KKP tanpa
2) Pengujian kebenaran dan kelengkapan tagihan oleh PPK dilakukan melalui Bendahara tetapi langsung kepada Bank Penerbit KKP
secara elektronik. g. Pengujian SPP dan Penerbitan SPM
3) Tagihan beserta kelengkapannya yang disampaikan dalam bentuk 1) Penegasan PPSPM melakukan pengujian formal atas
dukumen fisik, pengujian dilakukan secara manual. keabsahan beserta kelengkapan SPP;
4) Penegasan penerbitan SPP LS beserta kelengkapannya oleh PPK. 2) Pengujian oleh PPSPM dilakukan secara elektronik
d. Pengujian Tagihan dan Penerbitan SPP-UP: 3) Simplifikasi dokumen lampiran SPM
1) Satker menyampaian permohonan persetujuan besaran UP per sumber h. Pengujian SPM dan Penerbitan SP2D:
dana kepada KPPN berdasarkan proyeksi kebutuhan UP termasuk untuk ▪ Penegasan KPPN melakukan pengujian secara elektronik
limit KKP atas SPM yang disampaikan dari PPSPM berdasarkan
2) persetujuan besaran UP digunakan sebagai dasar: data/informasi pada sistem aplikasi
3) KPA mengajukan limit KKP ke bank penerbit KKP; dan i. Penegasan bahwa penerbitan SPP/SPM dilakukan secara
4) PPK menerbitkan SPP-UP. elektronik dan disahkan dengan tanda tangan elektronik.
5) Penegasan pengujian materiil oleh PPK dalam rangka pembayaran j. Simplifikasi dan modernisasi kelengkapan dokumen yang
dengan mekanisme UP dibutuhkan dalam proses pembayaran
6) Penegasan uang muka dapat dilakukan secara tunai dan non tunai.
7) Penegasan batas revolving UP (50%) tidak termasuk dalam bentuk limit
KKP
27
PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN TAGIHAN (3)

Substansi Perubahan: 4. Belanja Barang dan Belanja Modal


3. Belanja Pegawai: a. Penegasan komitmen belanja barang dan belanja
a. Penegasan bentuk komitmen belanja pegawai dan mulai modal dapat berupa surat keputusan dan kontrak serta
berlakunya kelengkapan pengajuan pembayaran.
b. Penegasan kelengkapan pengajuan pembayaran belanja pegawai b. Penegasan prinsip-prinsip perjalanan dinas.
berupa daftar perhitungan pembayaran yang disahkan paling c. Simplifikasi dengan pengabungan pengaturan
kurang oleh PPK. perjalanan dinas dalam negeri dan luar negeri.
c. Pengangkatan PPABP oleh KPA dan PBDK oleh Kepala Satker untuk d. Penegasan pembayaran biaya transportasi bukan dari
membantu PPK dalam megelola administrasi belanja pegawai. tempat kedudukan (lokasi satker) pelaksana SPD
d. Penegasan tunjangan kinerja dibayarkan berdasarkan Peraturan dengan pertimbangan efisiensi dan efektifitas.
Presiden mengenai tunjangan kinerja pada masing-masing K/L e. Untuk perjalanan dinas dalam negeri pelaksana SPD
dengan kelengkapan berupa rincian perhitungan dan rekapitulasi dapat diberikan biaya transportasi 50%, dan biaya
pembayaran termasuk perhitungan perpajakan penginapan 30% dari tarif dalam hal tidak diperoleh
e. Penegasan uang makan diberikan kepada Pegawai ASN berdasarkan bukti pengeluaran dan dibayarkan secara lumpsum.
daftar hadir Pegawai ASN pada hari kerja dalam 1 (satu) bulan. f. Pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas dapat
f. Penegasan uang makan tidak diberikan kepada pegawai ASN yang dilakukan dalam bentuk elektronik.
sedang melaksanakan perjalanan dinas dan mendapat uang g. Bantuan Sosial.
harian/uang saku. h. Bantuan Pemerintah.
g. Penegasan uang lembur diberikan berdasarkan surat perintah kerja
lembur dan daftar hadir lembur.

28
Substansi Perubahan:
1. Pengaturan lebih lanjut yang akan diatur dalam Peraturan Dirjen
Perbendaharaan:
a. Penatausahaan, pembukuan, dan pertanggungjawaban Bendahara; (Pic.
Dit. PKN)
b. Persyaratan tagihan, SPP, SPM, dan SP2D; (Pic Dit. PA dan Dit. SITP)
c. Penetapan kebijakan atau pemberian dispensasi terkait UP (Pic Dit. PA);
d. Kartu Kredit Pemerintah (Pic Dit PA/Subdit PA III);
e. Pembayaran belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja
bantuan sosial, dan belanja bantuan pemerintah (Pic. Dit. PA/Subdit PA
II);
f. Rekening Dana Cadangan (pic. Dit. PA/Subdit PA III);
g. Penetapan Maksimum Pencairan PNBP (Pic. Dit. PA/Subdit PA I);
2. Penegasan penggunaan dokumen elektronik dan tanda tangan elektronik
merupakan bukti hukum yang sah.

29
III. Substansi RPMK
a. Perencanaan Anggaran K/L dan BUN
b. Standar Biaya
c. Revisi Anggaran
d. Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
e. Akuntansi dan Pelaporan
f. Pengendalian dan Pemantauan serta Evaluasi Kinerja Anggaran
g. Pemberian Penghargaan dan/atau Pengenaan Sanksi kepada K/L

30
SKEMA PENGATURAN AKUNTANSI & PELAPORAN

terdiri dari 9 Subsistem


SABUN

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Akuntansi & Pelaporan Keuangan


Keuangan Pemerintah Pusat
(SAPP)*
SAI

Akuntansi & Pelaporan BMN


Ruang Lingkup
Akuntansi dan LAPORAN KEUANGAN
Pelaporan PEMERINTAH PUSAT (LKPP) *

Catatan:
REVIU LAPORAN KEUANGAN * • Ketentuan lebih lanjut berpedoman pada
peraturan teknis terkait.
• Klausul Akuntansi dan Pelaporan didesain
secara general, sedangkan pengaturan teknis
merujuk pada ketentuan terkait yang lebih
PERNYATAAN TANGGUNG spesifik.
JAWAB *

31
III. Substansi RPMK
a. Perencanaan Anggaran K/L dan BUN
b. Standar Biaya
c. Revisi Anggaran
d. Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
e. Akuntansi dan Pelaporan
f. Pengendalian dan Pemantauan serta Evaluasi Kinerja Anggaran
g. Pemberian Penghargaan dan/atau Pengenaan Sanksi kepada K/L

32
PENGENDALIAN DAN PEMANTAUAN

1. Ruang Lingkup 5. Tindak Lanjut Revisi Anggaran


a. Belanja K/L Menkeu melakukan penyesuaian belanja
b. Belanja BA BUN K/L & BUN.

2. Subjek
a. Menteri Keuangan sebagai BUN 1.
1. Ketersediaan
Ketersediaan
b. Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai PA Kualitas 2.
2. Relevansi
Relevansi
Informasi 3.
3. Penggunaan KRO-RO
Penggunaan KRO-RO
Perencanaan Kinerja
3. Waktu 4.
4. Leveling
Leveling
Anggaran
a. berkala dan menyeluruh sesuai dengan (Diatur melalui
1.
1. Standar Biaya
Standar Biaya
periode aktivitasnya; dan Perdirjen
Kepatuhan
Anggaran) 2.
2. Pembatasan alokasi
Pembatasan alokasi utk
utk belanja
belanja tertentu
tertentu
b. sepanjang proses dalam siklus Terhadap 3.
3. Pengalokasian utk
Pengalokasian utk sumber
sumber dana
dana tertentu
tertentu
pelaksanaan anggaran setelah Regulasi 4.
4. Budget tagging
Budget tagging
pengesahan dokumen pelaksanaan Perencanaan
Anggaran 5.
5. Hasil sinkronisasi
Hasil sinkronisasi belanja
belanja pusat-daerah
pusat-daerah
anggaran. 6.
6. Kebijakan Penganggaran
Kebijakan Penganggaran tahun
tahun berkenaan
berkenaan
SKEMA
4. Penggunaan 1.
1. Kesiapan pelaksanaan
Kesiapan pelaksanaan anggaran
anggaran
Kualitas
a. memastikan pelaksanaan Program dan pelaksanaan 2.
2. Perkembangan realisasi
Perkembangan realisasi anggaran
anggaran
Kegiatan sesuai dengan yang anggaran 3.
3. Capaian keluaran
Capaian keluaran
direncanakan; Pelaksanaan 4.
4. Kendala yang
Kendala yang dihadapi
dihadapi
b. bahan pertimbangan penyesuaian Anggaran
kebijakan tahun berjalan; (Diatur melalui
c. pengendalian belanja negara; dan Perdirjen Perben) Kepatuhan
Pelaksanaan anggaran dan pengelolaan
Terhadap
d. peningkatan efisiensi dan efektivitas regulasi keuangan yang dilaksanakan secara tertib dan
anggaran belanja. pelaksanaan taat sesuai ketentuan yang berlaku pada
anggaran tingkat Kementerian/Lembaga, unit eselon I,
dan/atau Satker
33
BAGIAN II : EVALUASI KINERJA ANGGARAN

Ruang Lingkup Evaluasi


Efektivitas
(Hubungan Output VS
Kinerja Outcome)
1. Belanja K/L Perencanaan
Tematik

Anggaran
2. Belanja BA BUN (Diatur melalui Penilaian Kinerja
Efisiensi
(Hubungan Input VS
Perdirjen Anggaran) Perencanaan Output)
Anggaran
(EKA-SMART)
Output Penggunaan SKEMA
Reviu Belanja
o Penyusunan tema, sasaran, Pemerintah
Pelaksanaan Reviu/Telaah utk
Hasil Evaluasi
arah kebijakan, dan prioritas Anggaran masukan kebijakan
KInerja pembangunan tahunan yang (Diatur melalui
direncanakan Perdirjen Perben) Telaah Makro Belanja
Pemerintah
o Penyusunan reviu angka Penilaian Kinerja
dasar Pelaksanaan Anggaran
(IKPA)
o Penyusunan alokasi Kualitas Perencanaan
Pelaksanaan Anggaran
anggaran tahun berikutnya
dan/atau penyesuaian
anggaran tahun berkenaan 50% Penilaian Kinerja
Perencanaan Anggaran Kualitas Implementasi
Pelaksanaan Anggaran
Penilaian
Kinerja o Pemberian penghargaan
Anggaran dan/atau pengenaan sanksi 50% Penilaian Kinerja Kualitas Hasil
Pelaksanaan Anggaran Pelaksanaan Anggaran

34
III. Substansi RPMK
a. Perencanaan Anggaran K/L dan BUN
b. Standar Biaya
c. Revisi Anggaran
d. Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
e. Akuntansi dan Pelaporan
f. Pengendalian dan Pemantauan serta Evaluasi Kinerja Anggaran
g. Pemberian Penghargaan dan/atau Pengenaan Sanksi kepada K/L

35
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
PEMBERIAN PENGHARGAAN DAN PENGENAAN SANKSI

Usulan pengembangan
dilatarbelakangi oleh
IS Kemenkeu, adanya
Inpres P3DN, dan
Rekomendasi BPK

Sinkronisasi P3DN PNBP

Sinkronisasi Belanja K/L Inpres 2 Tahun 2022


Direktorat PNBP K/L
dan TKD menjadi isu mengamanatkan
berdasarkan
sentral di Kemenkeu perlunya memberi
rekomendasi BPK
sehingga untuk mendorong penghargaan kepada unit
mengusulkan agar
K/L dalam upaya pemerintah yang
kinerja K/L dalam
sinkronisasi perlu berkontribusi dalam
pengelolaan PNBP
memasukan variabel ini ke peningkatan
masuk ke dalam skema
dalam skema penghargaan penggunaan produk
penghargaan kepada K/L
dan sanksi kepada K/L dalam negeri (P3DN)

36
PENGEMBANGAN VARIABEL DALAM KEBIJAKAN
PENGHARGAAN DAN SANKSI KEPADA K/L

Existing Pengembangan

NILAI
DJA
NILAI SMART SMART
(60%)
DJA NILAI IKPA DJPb

Nilai PPB BKPM


NILAI IKPA
(40%) DJA &
DJPb Sinkronisasi DJPK

P3DN Kemenperin
NILAI KPPB
*bagi K/L tertentu Dit. PNBP
PNBP K/L, DJA

37
SKEMA BARU KEBIJAKAN PENGHARGAAN & SANKSI

Insentif
NKA =
Rekap SMART (50%) + IKPA 3 K/L dengan
(50%) kinerja
pengelolaan
PNBP terbaik

K/L yang memperoleh 3 K/L dengan nilai


NKA > 90 dan bagi K/L Sinkronisasi
yang memiliki tusi PPB Belanja K/L dan
Passing TKD terbaik
memperoleh nilai
Grade
Sangat Baik lolos
menjadi kandidat K/L
yang akan diberi insentif
3 K/L dengan
kinerja Proporsi
Penggunaan
PDN terbesar
38
Terima kasih

Direktorat Sistem Penganggaran

Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan


Jl. Wahidin Raya 1, Gedung Soetikno Slamet Lantai 4
Jakarta Pusat
Telp – 021-3868060
Surel : dsp.dja@kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai