E-Learning
Implementasi Redesain
Sistem Perencanaan dan
Penganggaran (RSPP)
Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
POKOK BAHASAN
1
Latar Belakang Redesign Sistem Perencanaan dan
Penganggaran (RSPP)
2
Tujuan dan Manfaat Redesain Program Kegiatan, Keluaran
(Output)
2
1. Latar Belakang Redesign Sistem Penganggaran (RSP)
1945-2003 Reformasi Reformasi Tantangan
Pengelolaan Keuangan Negara Penganggaran I
menggunakan ketentuan
Penganggaran II
❖ Spending
perundang-undangan yang
disusun pada masa Better)
pemerintahan kolonial Hindia ⮚ Terbitnya 3 UU Bidang Keuangan
⮚ Penguatan Penerapan ❖ Money
Belanda, (berdasarkan Aturan Negara
PBB Follow
Peralihan Undang-Undang Dasar - UU No 17 Tahun 2003
⮚ Reformulasi KPJM Program
1945, yaitu Indische - UU No. 15 Tahun 2004
⮚ Format Baru RKA-K/L
Comptabiliteitswet/ICW) - UU No. 1 Tahun 2004 ❖ Value For
⮚ 3 Pillar Peganggaran ⮚ Monev Penganggaran
▪ Unified Budget ⮚ Reward Punishment Money
Satuan Anggaran ▪ Performance Base Budgeting ⮚ Standar Biaya ❖ Zero Base
Rutin / Pembangunan (PBB) ⮚ Sinergi Perencanaan
▪ Kerangka Pengeluaran Jangka Budgetting
Menengah (KPJM)
Penganggaran
Pera Keppres 42 Tahun 2002 PP 21 Tahun 2004 tentang PP 90 Tahun 2010 tentang
turan Pedoman Pelaksanaan APBN Penyusunan RKAKL Penyusunan RKAKL
EVALUASI
PP 17 Tahun 2017 ttg Sinkronisasi
Perencanaan dan Pemganggaran
Doku
men DIP, DIK,DIKS RKAKL/DIPA RKAKL/DIPA
Redesain Sitem
SatuDJA penganggaran
Sistem
KRISNA
IT RP-DIK/S LK-DIP RKAKL/DIPA RenjaKL 3
1. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Penganggaran
Program belanja pusat dan daerah saat ini tidak sinkron sehingga
capaian kinerjanya tidak optimal.
Perencanaan
Penganggaran
Program yang digunakan dalam dokumen Perencanaan dan dokumen
penganggaran berbeda, sehingga sulit dikonsolidasikan.
4
TUJUAN DAN MANFAAT REDESAIN
PROGRAM KEGIATAN, KELUARAN
(OUTPUT)
5
1. Tujuan dan Manfaat Redesain Sistem Penganggaran
Tujuan Manfaat
1. Implementasi kebijakan money follow program; 1. Adanya hubungan yang jelas antara
2. Memperkuat penerapan anggaran berbasis kinerja; program, kegiatan, output dan
3. Meningkatkan konvergensi program dan kegiatan outcome.
antar Kementerian/Lembaga 2. Meningkatkan Sinergi antar Unit Kerja
4. Keselarasan rumusan program dan kegiatan antara Eselon I atau antar K/L dalam
dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran; mencapai sasaran pembangunan.
5. Informasi kinerja yang mudah dipahami oleh publik; 3. Meningkatkan efisiensi belanja
6. Mendorong K/L menerapkan value for money dalam 4. Integrasi Sistem IT perencanaan dan
proses perencanaan dan penganggaran serta penganggaran.
pelaksanaannya; 5. Efisieni organisasi
7. Sinkronisasi Rumusan Program Belanja K/L dengan 6. Eksekutif Summary, Reporting DIPA
Belanja Daerah. untuk keperluan manajerial/informasi
8. Menyelaraskan Visi Misi Presiden, Fokus Pimpinan KL dalam mengambil
Pembangunan (arahan Presiden), serta 7 Agenda Keptusan serta untuk Informasi
Pembangunan, Tusi K/L dan Daerah; Publik/Masyarakat yang lebih
9. Rumusan nomenklatur Program, Kegiatan, Keluaran Informatif (mudah dipahami)
(Output) yang mencerminkan “real work” (konkret) 6
Spending Better Fokus Mendukung
Program Pemulihan
Mendukung percepatan pemulihan ekonomi dan sosial, di tengah ruang fiskal yang masih relatif terbatas
(Efisiensi Birokrasi, Fokus pada program prioritas, Berbasis hasil dan Antisipatif)
ZERO BASED
BUDGETING
Quality control tehadap Program
Prioritas
⮚Program Teknis Spesifik K/L : merupakan program yang hanya ada pada K/L tertentu dan tidak terdapat pada
K/L lain, dlm rangka melaksanakan 7 program Pembangunan dan Prioritas Nasional (84 Program pada 86 K/L)
⮚Program Teknis Lintas K/L adalah 17 program yang digunakan lebih dari satu K/L
⮚Secara Keseluruhan Program adalah 102
(1 Program Generik + 17 Program Teknis Lintas K/L + 84 Program Teknis Spesifik K/L)
9
2. Redesain Kegiatan
Prinsip Perumusan Kegiatan Jenis Kegiatan
Kegiatan Generik : merupakan kegiatan yang digunakan oleh
Kegiatan tidak disusun dengan nomenklatur yang identik beberapa unit-unit Eselon II/Eselon I yang memiliki karakteristik
dengan Unit Kerja Eselon II (dua) atau Satuan Kerja vertikal dari sejenis sebagai unit pendukung, seperti Sekretariat Jenderal,
Kementerian/Lembaga, namun lebih mencerminkan aktivitas Inspektorat Jenderal, Badan Diklat, dan kesekretariatan Direktorat
yang dilaksanakan oleh unit untuk menghasilkan keluaran Jenderal /Sekretariat Jenderal/Inspektorat Jenderal/Badan yang
dalam rangka mendukung terwujudnya sasaran. Kegiatan dapat memiliki Program Dukungan Manajemen
bersifat lintas Unit Kerja Eselon II (dua) dalam Unit Kerja Eselon
I (satu) yang sama atau lintas Unit Kerja Eselon I (satu) dalam
Kegiatan Teknis terdiri dari 2 : Teknis Lintas dan Teknis spesifik.
Kementerian/Lembaga yang sama.
Kegiatan Teknis Lintas adalah kegiatan antar Eselon II dalam satu unit
eselon I atau Lintas Unit Eselon I dalam 1 K/L
Redesain kegiatan untuk menghindari Tumpang tindih
Kegiatan Teknis Spesifik adalah Kegiatan Spesifik Eselon II.
(duplikasi) Kegiatan antar Kementerian/Lembaga serta
banyaknya Kegiatan yang tidak mencerminkan tugas dan Urgensi Redesain Kegiatan :
fungsi Kementerian/Lembaga a) Diperlukannya rumusan kegiatan lintas, untuk sinergi pelaksanaan kegiatan
yang mempunyai keterkaitan yang kuat antar kegiatan yang yang
dilaksanakan oleh beberapa unit kerja;
b) Diperlukannya pemetaan Kegiatan yang dilakukan oleh satu unit kerja
Sejalan dengan adanya Program Lintas, maka kegiatan merupakan bagian dari suatu siklus/proses yang saling berurutan (sequence)
dapat diimplentasikan secara lintas mencerminkan c) Terdapat kegiatan yang serupa/sejenis yang dilaksanakan oleh beberapa unit
Kegiatan sebagai suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh kerja
Kementerian/Lembaga untuk menghasilkan Keluaran d) Memudahkan penilaian akuntabilitas kinerja dan anggaran atas pelaksanaan
kegiatan
(Output) dalam rangka mendukung terwujudnya sasaran
pembangunan
Kementerian/Lembaga yang melaksanakan Kegiatan Lintas (dalam
satu Unit Kerja Eselon I yang sama) memastikan akuntabilitas kinerja
dari masing-masing Unit Kerja Pelaksana terhadap kegiatan lintas
dengan menyusun Sasaran Kegiatan dan/atau Indikator Kinerja
Kegiatan yang berbeda untuk masing-masing Unit Kerja Pelaksana
10
2. Redesain Keluaran
Keluaran (Output) mencerminkan “real work” atau “eye catching”,
Keluaran/ merupakan produk akhir dari pelaksaan kegiatan. Rumusan
Urgensi Redesain Output
Output ouput dibedakan menjadi 2 : Klasifikasi Rincian
Perlunya pengelompokan output yang dihasilkan oleh K/L
Output/KRO dan Rincian Output/RO. .
(baik berupa barang/jasa) dalam mendukung pencapaian
outcome.
Klasifikasi Rincian Output (KRO) adalah Perlu adanya standar output sehingga dapat dibandingkan
Klasifikasi kelompok/kumpulan produk akhir yang dihasilkan tingkat efisiensinya.
pemerintah baik berupa barang (barang
Rincian
infrastruktur/barang non-infrastruktur) atau jasa (jasa
Output regulasi/non regulasi) untuk mencapai sasaran kegiatan
KRO dan satuannya merupakan referensi standar
dalam rangka mendukung kinerja pembangunan. yang telah ditentukan dan ditetapkan sehingga
Kementerian/ Lembaga tidak dapat mengubah
Klasifikasi Rincian Output (KRO) merupakan nomenklatur KRO
clustering atas Rincian Output (RO) sejenis dan
memiliki satuan yang sama atau beragam.
• Rincian Output (RO) adalah produk akhir yang dihasilkan RO merupakan Keluaran (Output) Riil atau produk
pemerintah baik berupa (barang infrastruktur/barang non-
infrastruktur) atau jasa (jasa regulasi/non regulasi) untuk
akhir yang dihasilkan oleh Kementerian/Lembaga
mencapai sasaran kegiatan dalam rangka mendukung kinerja yang bersifat unik dan spesifik sehingga
Rincian pembangunan Nomenklatur RO dapat berbeda antar
• RO adalah barang/jasa riil (produk akhir) yang Kementerian/Lembaga
Output dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan suatu unit/satker.
• Dalam hal ini, RO harus dibuat secara rinci disertai
dengan jumlah (volume) barang/jasa riil yang
dihasilkan, sehingga memudahkan proses costing
untuk penyusunan anggaran.
• Dalam rangka simplifikasi struktur anggaran, satu KRO 11
dibatasi maksimal sebanyak 35 RO.
2. Redesain Keluaran
KEGIATAN
KLASIFIKASI RINCIAN
RINCIAN
OUTPUT/KRO
OUTPUT
/RO
1. Penyederhanaan,
1. Merumuskan kembali Output, Suboutput, Komponen pengelompokan (klasifikasi)
Eksisting yang masih relevan serta mengakomodir Project untuk kebutuhan konsumsi
Prioritas/Major Project, dengan Indkator yang terukur..
publik dan pengambil
2. Mencerminkan Keluaran (Output) yang dihasilkan melalui kebijakan.
pelaksanaan Kegiatan yang sesuai Tugas dan Fungsi, dan
dapat digunakan untuk memitigasi tumpeng tindih 2. Dengan Klasifikasi secara
output antar Unit Kerja dan antar K/L, cepat dapat mengetahui
output yang dihasilkan oleh
4. Meningkatkan Value for Money dengan melihat
KOMPONEN suatu K/L maupun
sumberdaya/input dari masing2 output yang dihasilkan
oleh beberapa unit kerja (baik di dalam KL maupun antar perbandingan antar K/L.
KL) yang beradaa dalam satu kelompok (KRO) yang sama.
5. Mengetahui output riil (RO) yang dapat dijabarkan sampai
dengan lokus/fokus secara detail, yang dapat mendorong
SUBKOMPONEN
perencanaan/penganggaraan lebih matang serta dapat
dibandingkan dengan belanja daerah (DAK Fisik)
2. Desain Kegiatan - KRO – RO
RO AAA
Barang - KRO1
RO AAB
Infrastruktur - KRO2
RO AAC
KRO
RO ABA
Barang Non - KRO3
RO ABB
Infrastruktur - KRO4 RO ABC
Kegiatan
RO BAA
- KRO5
Jasa Regulasi RO BAB
- KRO6
RO BAC
KRO Detail
RO BBA - Komponen
Jasa Non -KRO7 - Sub Komponen
RO BBB
Regulasi -KRO8
RO BBC
Klasifikasi Rincian Output (KRO)
merupakan merupakan Rincian Output (RO)
clustering/kumpulan atas Rincian merupakan Produk Akhir
Output (RO) sejenis dan memiliki satuan Spesifik K/L berupa
yang sama (beragam dicantumkan dlm barang/jasa
indikator).
3. Implementasi Redesain Sistem Perencanaan
dan Penganggaran…(1) Implementasi RSPP
Catatan:
Program tidak lagi mencerminkan tusi Unit Program didesain terdiri atas:
REDESAIN PROGRAM
17
4.Isu-isu Strategis
Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran… (2)
19