Metamorf
Metamorf
MUH. ALLIFKA
D111 21 1062
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
petrologi umum ini dengan baik. Laporan ini berisi tentang uraian hasil deskripsi
mengenai batuan metamorf. Tujuan dari penulisan laporan acara keempat ini adalah
sebagai salah satu syarat untuk melulusi mata kuliah Petrologi Umum. Selain itu,
laporan ini juga bertujuan untuk menambahkan informasi tentang batuan dalam
Dalam penulisan laporan ini, menyadari bahwa laporan praktikum ini masih
jauh dari kata sempurna. Sehingga penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata semoga laporan praktikum ini
Indonesia umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ………………………………………………………………………………..……...
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................2
iii
4.3 Stasiun 03...........................................................................................34
BAB V PENUTUP.............................................................................................44
5.1 Kesimpulan.........................................................................................44
5.2 Saran.................................................................................................44
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Siklus batuan (Noor, 2012)................................................................................5
2.3 Gradien Medan Metamorf Untuk Beberapa Area Metamorf (Winter, 2014)...........11
3.2 Lup................................................................................................................26
3.3 kamera..........................................................................................................26
v
3.5 ATK...............................................................................................................27
4.1 Sekis..............................................................................................................32
4.2 Muskovit........................................................................................................33
4.3 Gneiss............................................................................................................34
4.4 Kuarsit...........................................................................................................35
4.5 Filit................................................................................................................36
4.6 Sekis..............................................................................................................37
4.7 Serpentinit.....................................................................................................38
4.8 Filit................................................................................................................39
4.9 Amfibolit........................................................................................................40
4.10 Sekis............................................................................................................41
4.11 Kuarsit.........................................................................................................42
4.12 Filit..............................................................................................................43
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo (bumi) dan logos (ilmu). Jadi
geologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bumi, meliputi proses-
proses yang berlangsung atau dinamika, dan pengaruhnya terhadap Bumi itu sendiri.
Secara lebih terperinci, geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari material
penyusun kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama dan atau setelah
pembentukannya, serta makhluk hidup yang pernah ada atau hidup di bumi (Rusman,
2016). Secara etimologis kata petrologi berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari
dua kata yaitu petra atau petro yang berarti batuan dan logos yang berarti ilmu.
Petrologi adalah studi tentang batuan, asal mula kejadiannya, keterdapatannya, serta
tentang mineral atau biasa disebut mineralogi dan bentuk-bentuk kristal dari mineral
Batuan adalah bahan yang paling umum dan berlimpah di Bumi. Bagi seorang
yang suka perjalan dan penasaran, variasinya tampaknya hampir tak ada habisnya.
Ketika sebuah batu diperiksa dengan cermat, biasanya ditemukan itu biasanya terdiri
dari kristal yang lebih kecil yang disebut mineral. Mineral adalah senyawa kimia (atau
terkadang tunggal elemen), masing-masing dengan komposisi dan fisiknya sendiri. Biji-
bijian atau kristal mungkin secara mikroskopis kecil atau mudah dilihat dengan mata
mineralogi dan kimia, serta struktur batuan. Metamorfisme biasanya dikaitkan dengan
1
suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga mempengaruhi batuan di dalam kerak dan
mantel bumi. Istilah metasomatisme digunakan jika modifikasi komposisi curah batuan
merupakan proses metamorf yang dominan. Batuan metamorf adalah batuan yang
Di dunia ini ada banyak batuan metamorf yang memiliki kenampakan yang
hampir sama sehingga ada kemungkinan salah mengira pada saat meneliti batuan,
karena hal itu praktikum kali ini dilakukan sehingga praktikan dapat mendeskripsikan
batuan metamorf dengan cara meniliti tekstur dan struktur dari batuan metamorf dan
juga dapat dengan tepat mengetahui jenis batuan metamorf yang sedang di teliti pada
1.2 Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang, maka tujuan yang ingin dicapai pada pada
Manfaat dari pratikum kali ini adalah agar praktikan mampu memahami dan
dapat menentukan nama batuan metamorf berdasarkan sifat fisik batuan serta tekstur
2
1.4 Ruang Lingkup
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, dimana praktikum kali ini kita akan membahas
tentang materi batuan metamorf. Praktikum acara 5 membahas batuan beku dilakukan
3
BAB II
BATUAN METAMORF
Magma merupakan asal mula dari terbentuknya semua batuan dan mineral.
Suhu magma dibagian teratas antara 700°C - 1200°C. Hal ini bisa diketahui bila terjadi
letusan gunung berapi yang mengeluarkan lava yang berasal dari dalam litosfera.
Magma tidaklah hanya berupa benda yang cair pijar yang ada didalam tubuh bumi,
tetapi secara tidak langsung di dalam magma itu sendiri terjadi proses pencairan.
Proses pembekuan yang terjadi di dalam dapur magma, dimulai dari bagian atas ke
arah bawah, sebab pendinginannya dimulai dari bagian atas (Kusmiyarti, 2016).
Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu membentuk
kulit bumi, dan batuan adalah semua material yang membentuk kulit bumi yang dibagi
atas batuan yang terkonsolidasi (consolidated rock). Batuan yang tidak terkonsolidasi
(unconsolidated rock). Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang
berbeda, tidak mempunyai komposisi kimia tetap. Tetapi, batuan tidak sama dengan
tanah. Tanah dikenal sebagai material yang mobile, rapuh dan letaknya dekat dengan
Batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu batuan beku,
dilakukan oleh para ahli geologi terhadap batuan, menyimpulkan bahwa antara ketiga
kelompok tersebut terdapat hubungan yang erat satu dengan lainnya, dan batuan
beku dianggap sebagai nenek moyang dari batuan lainnya. Dari sejarah pembentukan
Bumi, diperoleh gambaran bahwa pada awalnya seluruh bagian luar dari Bumi ini
terdiri dari batuan beku. Dengan perjalanan waktu serta perubahan keadaan, maka
4
terjadilah perubahan-perubahan yang disertai dengan pembentukan kelompok-
kelompok batuan yang lainnya. Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke
kelompok lainnya, merupakan suatu siklus yang dinamakan siklus batuan (Noor, 2012).
suhu dan tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya ( protolith), baik itu batuan
beku, sedimen, dan batuan metamorf itu sendiri (Winter, 2001; Best, 2003). Batuan
metamorf merupakan salah satu jenis batuan yang keterdapatannya terbatas pada
suatu daerah dengan kondisi geologi tertentu, seperti sabuk pegunungan, batas
kontinen, dan daerah-daerah tektonik aktif. Keterdapatannya yang sangat terbatas dan
proses pembentukannya yang sangat kompleks menjadikan batuan ini dijadikan salah
satu media oleh para ahli geologi, khususnya ahli petrologi untuk mempelajari
5
Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengembangkan sifat mineralogi
geologis yang mengubah komposisi mineralogi dan kimia, serta struktur batuan.
Metamorfisme biasanya dikaitkan dengan suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga
mempengaruhi batuan di dalam kerak dan mantel bumi. Proses ini didorong oleh
perubahan kondisi fisik dan/atau kimia sebagai respons terhadap dinamika geologi
skala besar. Akibatnya, itu melekat dalam istilah, bahwa metamorfosis selalu terkait
dengan keadaan prekursor di mana batuan memiliki atribut mineralogi dan struktural
pada suhu dan tekanan tinggi pada dasarnya terkait dengan reaksi kimia dalam
batuan. Metamorfisme tidak termasuk, menurut definisi, proses serupa yang terjadi di
Batuan-batuan yang terletak jauh di bawah perut bumi berada dalam kondisi
lingkungan dengan temperatur dan tekanan tinggi yang dapat melelehkan batuan yang
berlangsung dalam keadaan padat (solid state) ini dapat terjadi melalui rekristalisasi
unsur ataupun keduanya. Proses perubahan yang terjadi dalam keadaan padat ini
variabel, seperti komposisi batuan asal, temperatur, tekanan (pressure), adanya cairan
kimia yang reaktif dan ada-tidaknya tekanan (stress) yang merubah bentuk (Iskandar,
2018).
6
Metamorfisme adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan transformasi
batuan menjadi jenis baru dengan rekristalisasi konstituennya; istilah ini berasal dari
bahasa Yunani meta, setelah (menandakan perubahan), dan morphe, bentuk. Batuan
asli dapat berupa batuan beku, sedimen atau yang telah bermetamorfosis dan
perubahan yang terjadi di dalamnya diakibatkan oleh penambahan panas atau operasi
tekanan. Panas dan tekanan adalah agen metamorfisme yang memberikan energi pada
sebagai mineral baru yang komposisi dan kisi kristalnya berada dalam keseimbangan
dengan kondisi yang ada. Proses semacam itu mengubah, atau mengubah batuan, dan
dapat memaksakan tekstur metamorfik yang mungkin sama sekali berbeda dari tekstur
didefinisikan terutama ketika komposisi dan orientasi mineral baru mencerminkan suhu
metamorfosis dan arah stres yang berlaku, dapat di pada gambar 2.2 (Blyth, 1984).
perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar, hanya kekompakkan pada
7
karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi perubahan yang sangat
batuan selama proses metamorfisme harus tetap dalam keadaan padat. Apabila
sampai mencapai titik lebur batuan maka proses tersebut bukan lagi proses
Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan
(P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme dan berlangsung
pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya. Proses
metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan asalnya,
baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan atau
temperatur akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga
kimia batuan. Oleh karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan
batuan metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya (TPMKGU, 2017).
Secara umum, ketika batuan atau lelehan diangkut atau terpapar pada kondisi
yang tidak seperti saat awalnya terbentuk, mereka bereaksi sebagai respons terhadap
kondisi baru tersebut (kecuali faktor kinetik menghalanginya). Dua contoh yang relatif
sederhana di atas terjadi pada suhu lebih dari 1000°C. Kisaran luas kondisi antara
ekstrem ini (mewakili kristalisasi beku dan pelapukan permukaan) adalah bidang
metamorfisme. Jika basal kita telah terpapar pada beberapa kondisi tekanan dan suhu
8
kumpulan fase yang berbeda yang mencerminkan kesetimbangan pada kondisi
atau komposisi mineral dan struktur mikro suatu batuan, terutama dalam keadaan
padat. Proses ini terutama disebabkan oleh penyesuaian batuan terhadap kondisi fisik
yang berbeda dari kondisi awal batuan tersebut terbentuk juga berbeda dari kondisi
fisik yang biasanya terjadi di permukaan bumi dan di zona diagenesis. Proses ini dapat
terjadi bersamaan dengan pelelehan parsial dan mungkin juga melibatkan perubahan
struktur batuan. Metamorfime biasanya terkait dengan peningkatan suhu dan tekanan;
sehingga mempengaruhi batuan di dalam kerak dan mantel bumi. Proses ini didorong
oleh perubahan kondisi fisik dan atau kimia sebagai respons terhadap dinamika geologi
dikaitkan dengan keadaan prekursor di mana batuan memiliki mineralogi dan struktural
lain. Proses metamorfik, dan transformasi mineral dalam batuan pada suhu dan
tekanan tinggi pada dasarnya terkait dengan reaksi kimia dalam batuan. Metamorfisme
tidak termasuk, menurut definisi, proses serupa yang terjadi di dekat permukaan bumi
seperti pelapukan, sementasi, dan diagenesis. Transisi ke proses beku terjadi secara
karakteristik mineralogi dan strukturalnya melalui proses metamorf (Bucher dan Frey,
2002).
pekerja juga tidak setuju pada kategori yang berkaitan dengan pendekatan tunggal.
9
Salah satu pendekatan adalah untuk mengklasifikasikan metamorfisme berdasarkan
agen utama atau proses yang terlibat. Jadi hasil metamorfisme termal ketika
pada sabuk erogenik. Untuk ketiga tipe klasik ini, seseorang dapat menambahkan
metasomatisme, karena infiltrasi dan alterasi yang ditingkatkan cairan adalah proses
yang berbeda dari ketiga di atas. Meskipun pendekatan ini bermanfaat untuk
berkonsentrasi pada proses langsung dan menghindari bias apa pun untuk pengaturan
lapangan, saya pikir ini sedikit antiseptik untuk kebutuhan kita dalam pengantar
metamorfisme. Pada tahap ini, saya lebih memilih untuk mengingat pengaturan tipikal,
karena mereka membuat kita tetap sadar akan sistem Bumi yang sebenarnya. Oleh
karena itu, saya mengusulkan agar kita tetap berpegang pada klasifikasi yang lebih
2014):
khas, geotermal benua secara signifikan lebih rendah daripada yang samudera
(sebagian besar disebabkan oleh litosfer benua yang lebih tebal, yang
Peningkatan suhu memiliki beberapa efek pada batuan sedimen atau vulkanik.
10
biasanya bertindak untuk mengurangi ukuran butir. Clays, tufa, sedimen klastik
berbutir halus, dan beberapa endapan kimia tersusun dari butiran yang sangat
Kedua, batuan yang dipanaskan pada akhirnya dapat mencapai suhu di mana
mineral tertentu tidak lagi stabil atau sekelompok mineral tidak lagi stabil
kumpulan mineral, akan terjadi reaksi yang mengkonsumsi mineral yang tidak
stabil dan menghasilkan mineral baru yang stabil di bawah kondisi yang baru
dicapai (selama tidak ada faktor kinetik yang mencegahnya). Situasi analog
dalam petrologi beku adalah bahwa lelehan digantikan oleh beberapa kumpulan
2. Tekanan
dan biasa disebut tekanan litostatik atau tekanan pengekang. Hubungan antara
11
Gambar 2.3 Gradien Medan Metamorf Untuk Beberapa Area Metamorf (Winter, 2014).
Meskipun gradien panas bumi mungkin merupakan perkiraan yang baik untuk
gradien jangka panjang, atau kondisi mapan, ini dapat terganggu dalam
beberapa cara. Misalnya, gradien panas bumi di zona subduksi sangat rendah.
Gradien yang lebih tinggi dari rata-rata dapat disebabkan oleh intrusi batuan
beku, plume atau hotspot, perluasan kerak, delaminasi mantel litosfer, subduksi
pada perkiraan suhu dan tekanan untuk batuan yang tersingkap di permukaan
tertinggi.
3. Tekanan Deviatorik
merupakan tekanan yang tidak sama di berbagai arah sehingga batu akan
12
dipecahkan menjadi tiga komponen tegangan yang saling tegak lurus.
menjadi tiga jenis konseptual utama, yaitu tegangan, kompresi, dan geser.
4. Fluida
hidro seperti mika, amfibol, dll., terdapat dalam batuan metamorf yang
terbentuk pada suhu tinggi. Seperti yang kita keteahui, fluida pada batuan
dalam beberapa bentuk atau mineral ini akan pecah, turun, dan mengalami
mineral saat reaksi metamorf berlangsung, mereka harus ada sebagai fluida di
dalam batuan meskipun hanya untuk waktu yang singkat sebelum dikeluarkan.
fluida pada batuan metamorf yang diawetkan di banyak batuan sebagai inklusi
cairan, biasanya dalam urat kuarsa susu atau dalam butiran mineral matriks
13
Metamorfisme batuan selalu dikaitkan dengan proses dan perubahan.
Metamorfisme pengerjaan ulang batuan di kerak dan mantel bumi. Efek khas dari
1. Mineral dan kumpulan mineral yang semula tidak ada dalam batuan dapat
2. Kelimpahan relatif mineral dalam batuan dapat berubah secara sistematis dan
yang terjadi di kerak bumi. Jenis yang paling umum adalah metamorfisme regional,
1. Metamorfisme Regional
14
Metamorfisme regional adalah metamorfisme pada tingkat regional. Biasanya
2. Metamorfisme Kontak
atas kerak. Ini adalah metamorfisme kontak panas di batuan pedesaan yang
berdekatan dengan intrusi. Pada tingkat kerak tinggi, batuan yang telah
3. Metamorfisme Burial
dan tekanan juga meningkat karena aliran panas regional. Kajian tentang efek
kunci untuk memahami asal mula minyak bumi, tetapi jika cekungan cukup
deformasi.
15
4. Metamorfisme Dinamis
dengan kondisi suhu dan tekanan di mana mereka sekarang berada. Sebagian
besar kerak granit mengandung kumpulan yang seimbang pada suhu 600 °C
atau lebih. Meskipun batuan sekarang mungkin berada pada kedalaman yang
lebih dangkal dan suhu yang lebih rendah, sebagian besar daerah tidak akan
5. Metamorfisme Hidrotermal
pembentuk batuan asli, seperti feldspar, piroksen, dan amfibol, untuk membuat
16
Saat membahas tentang batuan metamorf, banyak penggunaan istilah tekstur
dan mikrostruktur yang kurang lebih sinonim untuk menggambarkan bentuk dan
susunan butiran di dalam batuan. Tekstur secara khusus berkaitan dengan kasus
orientasi, dan susunan spasial kristal yang dihasilkan tergantung dari kondisi tekanan
dan suhu sebagai variabel dalam proses metamorfisme. Tekstur metamorf dapat
1. Palimsest
Tekstur utama batuan asli kadang-kadang ditemukan ada yang dikenal sebagai
tekstur palimpsest. Kami menggunakan istilah ' blastic' atau 'blast' sebagai sufiks
matriks berbutir halus atau massa dasar. Kehadiran tekstur ini dianggap
17
Gambar 2.7 Tekstur Blastoporfiri (Sharma, 2016).
18
2. Tekstur Porphyroclastic, tekstur yang terbentuk karena deformasi pada batuan
metamorf, mineral yang lebih lunak dihancurkan dan membentuk massa dasar
sementara mineral yang tahan terfragmentasi dan tampak lebih besar dari
mineral di sekitarnya (fenokris). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.9.
tanah berbutir halus atau dikelilingi oleh mineral berbutir halus maka tekstur
seperti itu disebut tekstur porfiroblastik dan butiran mineral besar disebut
19
4. Tekstur granoblastik, tekstur yang berkembang pada batuan metamorf seperti
dan membentuk mosaik butir mineral hasil rekristalisasi (lihat Gambar 2.11).
seperti cordierite atau scapolite terjadi dalam hubungan dengan kuarsa yang
terdistribusi secara acak dan mineral lainnya, maka tekstur yang berkembang
8. Nematoblastik, bentuk menjarum dan sejajar. Untuk jelasnya dapat dilihat pada
20
2.6 Struktur Batuan Metamorf
Struktur mengacu pada fitur yang terlihat pada skala sampel tangan atau lebih
besar, seperti lapisan dalam endapan piroklastik dari gunung berapi yang eksplosif,
sambungan kolumnar dalam aliran lava, atau bongkahan batuan dinding asing dalam
intrusi magmatik. Ahli geologi tektonik dan struktural juga menyebut lipatan pada
1. Foliasi
sering dijumpai:
pipih dan sangat luas. Struktur slaty memiliki paralelisme yang kuat dalam
foliasi mineral lempung berbutir halus dan mineral platy seperti mika
memberikan belahan yang kuat. Contonya dapat dilihat pada gambar 2.13.
21
B. Schistosity, perlapisan mineral-mineral yang menerus dan berselang-seling
orientasi yang disukai dari serpihan mika besar. Tekstur ini ditemukan pada
sekis mika, sekis klorit, dan sekis hornblende. Untuk jelasnya, dapat dilihat
22
D. Gneissic, perlapisan dari mineral-mineral yang membentuk jalur terputus-
berwarna terang ke mineral berbutir kasar seperti kuarsa dan feldspar dan
2. Non-foliasi
2.17).
23
Gambar 2.17 Tekstur Kataklastik (Kemendikbud, 2015).
sekian halus.
relatif sama besar dan tidak memiliki orientasi terentu, lihat gambar 2.18).
garnet, kalsit, dolomt dan lain lain. Mineral dengan bentuk pipih atau linier
marmer, granulit dan lain lainnya. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 2.19.
24
Gambar 2.19 Struktur Granulose (Kemendikbud, 2015).
1. Gneiss, digunakan sebagai bahan bangunan, baik sebagai batu kasar maupun
sebagai lempengan yang dipoles. Gneiss juga banyak digunakan dalam bentuk
lempengan untuk trotoar jalan atau sebagai blok yang menutupi tangga atau
petak bunga.
2. Marmer, merupakan batuan yang memiliki corak yang indah sehingga sering
Batu marmer juga sering digunakan sebagai batu nisan (Nandi, 2010).
4. Serpentinit, dikaitkan dengan deposit penting tembaga, besi, nikel, asbes, batu
pot, bedak, dll. Ketika dipecah menjadi lempengan tipis, itu digunakan dalam
25
5. Batusabak sering juga disebut sebagai batu tulis karena memiliki kegunaan
sebagai bahan pembuatan alat tulis. Sabak biasa digunakan sebagai sirap untuk
26
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum kali ini membutuhkan berbagai alat dan bahan untuk mempermudah
jalannya praktikum, Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini
3.1.1 Alat
27
2. Lup
3. Kamera
28
Pembanding sampel berfungsi untuk membandingkan ukuran asli dengan
5. ATK
ATK digunakan untuk mencatat data hasil pengamatan dan sketsa batuan.
29
Pensil warna digunakan untuk mewarnai sketsa batuan
7. Larutan HCl
Larutan HCl berfungsi sebagai pereaksi untuk melihat reaksi batuan terhadap
sifat asam.
3.1.2 Bahan
30
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Sampel Batuan
2. Lembar Deskripsi
3. Kertas HVS
31
Kertas HVS berfungsi sebagai tempat membuat laporan sementara.
32
Gambar 3.12 Menentukan Nama Sampel Batuan
33
BAB IV
4.1 Stasiun 01
Berdasarkan hasil deskripsi pada batuan metamorf dengan nomor sampel M-01
didapatkan warna segar hitam dengan warna lapuk abu-abu. Jenis metamorfosa
deskripsi yang telah didapatkan, maka nama dari batuan ini adalah Sekis. Batuan ini
terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang terpendam pada tempat
yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari semua jejak-
jejak asli batuan (termasuk kandungan fosil) dan bentuk struktur lapisan
(seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang karena mineral-mineral mengalami
proses migrasi dan kristalisasi ulang. Batu sekis ini memiliki fungsi sebagai sumber
mika yang utama. Mika ini merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan
34
Gambar 4.1 Sekis
4.2 Stasiun 02
Berdasarkan hasil deskripsi pada batuan metamorf dengan nomor sampel M-03
kami mendapatkan keterangan warna segar abu-abu dengan warna lapuk coklat.
nama dari batuan ini adalah Muskovit. Batuan ini terbentuk dari proses metamorfosa
regional. Muskovit adalah mika yang paling umum, yang ditemukan di granit,
pegmatit, gneis, dan sekis. Sebagai batuan metamorfisme regional atau sebagai
35
mineral sekunder yang dihasilkan dari alterasi topaz, felspar, kyanit, dll. Batuan ini
lembarannya mempunyai sifat sebagai isolator yang sangat baik. Selain itu sifat dari
kilapnya menyebabkan mineral ini sering dipakai sebagai bahan campuran pada cat,
4.3 Stasiun 03
36
Berdasarkan hasil deskripsi pada batuan metamorf dengan nomor sampel M-02
kami mendapatkan keterangan warna segar abu-abu dengan warna lapuk coklat.
bertekstur granoblastik. Berdasarkan deskripsi yang telah didapatkan, maka nama dari
batuan ini adalah Gneiss. Batuan ini terbentuk dari proses metamorfisme regional atau
dalam batuan gneiss direkristalisasi dengan suhu atau temperatur dan tekanan yang
tinggi, oleh karena itu batuan gneiss dikategorikan sebagai batuan metamorf
berkualitas tinggi dan sulit pecah. Batuan gneiss ini biasanya digunakan untuk pondasi
37
Gambar 4.3 Gneiss
4.4 Stasiun 04
Berdasarkan hasil deskripsi pada batuan metamorf dengan nomor sampel M-08
kami mendapatkan keterangan warna segar putih dengan warna lapuk coklat.
memiliki jenis metamorfosa kontak. Strukturnya adalah non foliasi- hornfelsik dan
maka nama dari batuan ini adalah Kuarsit. Batuan kuarsit ini terbentuk dari
38
metamorfosa kontak yang batu asalnya dadlah batupasir yang berubah menjadi
kuarsit melalui pemanasan dan tekanan yang biasanya terkait dengan kompresi
tektonikdalam sabuk orogenik. Batuan ini sering kali digunakan sebagai bahan
pembuatan bola refraktori, bahan penggosok, untuk industri gelas, keramik, bahan
4.5 Stasiun 05
39
Berdasarkan hasil deskripsi pada batuan metamorf dengan nomor sampel M-07
kami mendapatkan keterangan warna segar coklat kemerahan dengan warna lapuk
coklat. memiliki jenis metamorfosa regional. Strukturnya adalah foliasi- phylitik dan
maka nama dari batuan ini adalah Filit. Suatu batuan metamorphic berbutir halus yang
terbentuk pada temperatur dan tekanan lebih tinggi disbandingkan dengan slate, tetapi
pada temperatur dan tekanan yang lebih rendah dibanding dengan sekis. Batuan ini
sering digunakan sebagai bahan isolator/isolasi elektrik dan bahan bangunan. Batu filit
merupakan bahan isolator yang baik dan tahan terhadap api. Sebagai bahan
bangunan, biasanya batu filitik di gunakan sebagai bahan interior dan eksterior untuk
40
Gambar 4.5 Filit
4.6 Stasiun 06
Berdasarkan hasil deskripsi pada batuan metamorf dengan nomor sampel M-04
didapatkan warna segar abu-abu dengan warna lapuk coklat. Memiliki jenis
Berdasarkan deskripsi yang telah didapatkan, maka nama dari batuan ini adalah Sekis.
Batuan ini terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang terpendam
pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari
semua jejak-jejak asli batuan (termasuk kandungan fosil) dan bentuk struktur lapisan
41
(seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang karena mineral-mineral mengalami
proses migrasi dan kristalisasi ulang. Batu sekis ini memiliki fungsi sebagai sumber
mika yang utama. Mika ini merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan
4.7 Stasiun 07
Berdasarkan hasil deskripsi pada batuan metamorf dengan nomor sampel M-12
kami mendapatkan keterangan warna segar hijau dengan warna lapuk coklat. memiliki
jenis metamorfosa kontak. Strukturnya adalah non foliasi- liniasi dan bertekstur
42
kristaloblastik-nematoblastik. Berdasarkan deskripsi yang telah didapatkan, maka nama
dari batuan ini adalah Serpentinit. Batuan Serpentinit merupakan batuan metamorf
yang terbentuk dari mineral serpentin akibat perubahan basalt dasar laut yang
bertekanan tinggi pada temperatur rendah. Mineral serpentin tergolong dalam kelas
mineral Silikat yaitu Phyllosilicates, serpentinit berasal dari alterasi batuan peridotit
yang kaya akan mineral olivin dan piroksen. Batuan Serpentinit sering digunakan untuk
43
4.8 Stasiun 08
Berdasarkan hasil deskripsi pada batuan metamorf dengan nomor sampel M-05
kami mendapatkan keterangan warna segar abu-abu dengan warna lapuk coklat.
memiliki jenis metamorfosa regional. Strukturnya adalah foliasi- phylitik dan bertekstur
dari batuan ini adalah Filit. Suatu batuan metamorf berbutir halus yang terbentuk pada
temperatur dan tekanan lebih tinggi disbandingkan dengan slate, tetapi pada
temperatur dan tekanan yang lebih rendah dibanding dengan sekis. Batuan ini sering
digunakan sebagai bahan isolator/isolasi elektrik dan bahan bangunan. Batu filit
merupakan bahan isolator yang baik dan tahan terhadap api. Sebagai bahan
bangunan, biasanya batu filitik di gunakan sebagai bahan interior dan eksterior untuk
44
Gambar 4.8 Filit
4.9 Stasiun 09
Berdasarkan hasil deskripsi pada batuan metamorf dengan nomor sampel M-09
kami mendapatkan keterangan warna segar hitam dengan warna coklat kemerahan,
memiliki jenis metamorfosa kontak. Strukturnya adalah non foliasi- hornfelsik dan
maka nama dari batuan ini adalah Amfibolit. Amfibolit adalah batuan metamorf yang
berisi amfibol, terutama spesies hornblende dan aktinolit, serta plagioklas. Batuan
plutonik beku holokristalin yang terdiri terutama dari amfibol hornblende disebut
45
hornblendit, yang biasanya batuan kumulat kristal. Batuan dengan > 90% amfibol
yang memiliki massa dasar felspar mungkin sebuah lamprofir. Amphibolit adalah
batuan metamorf berbutir kasar yang membentuk oleh metamorfosis batuan beku
mafik seperti basalt dan gabro atau dari metamorfosis batuan sedimen seperti napal
atau graywacke
4.10 Stasiun 10
Berdasarkan hasil deskripsi pada batuan metamorf dengan nomor sampel M-06
didapatkan warna segar abu-abu dengan warna lapuk coklat. Memiliki jenis
46
metamorfosa regional. Strukturnya adalah foliasi- schistose dan bertekstur granoblastik.
Berdasarkan deskripsi yang telah didapatkan, maka nama dari batuan ini adalah Sekis.
Batuan ini terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang terpendam
pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari
semua jejak-jejak asli batuan (termasuk kandungan fosil) dan bentuk struktur lapisan
(seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang karena mineral-mineral mengalami
proses migrasi dan kristalisasi ulang. Batu sekis ini memiliki fungsi sebagai sumber
mika yang utama. Mika ini merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan
47
Gambar 4.10 Sekis
4.11 Stasiun 11
Berdasarkan hasil deskripsi pada batuan metamorf dengan nomor sampel M-08
kami mendapatkan keterangan warna segar putih kekuningan dengan warna lapuk
coklat. memiliki jenis metamorfosa kontak. Strukturnya adalah non foliasi- hornfelsik
didapatkan, maka nama dari batuan ini adalah Kuarsit. Batuan kuarsit ini terbentuk
dari metamorfosa kontak yang batu asalnya dadlah batupasir yang berubah menjadi
kuarsit melalui pemanasan dan tekanan yang biasanya terkait dengan kompresi
48
tektonikdalam sabuk orogenik. Batuan ini sering kali digunakan sebagai bahan
pembuatan bola refraktori, bahan penggosok, untuk industri gelas, keramik, bahan
4.12 Stasiun 12
Berdasarkan hasil deskripsi batuan metamorf dengan nomor sampel M-07 kami
mendapatkan keterangan warna segar hitam dengan warna lapuk coklat. memiliki jenis
49
nematoblastik. Berdasarkan deskripsi yang telah didapatkan, maka nama dari batuan
ini adalah Filit. Suatu batuan metamorf berbutir halus yang terbentuk pada temperatur
dan tekanan lebih tinggi disbandingkan dengan slate, tetapi pada temperatur dan
tekanan yang lebih rendah dibanding dengan sekis. Batuan ini sering digunakan
sebagai bahan isolator/isolasi elektrik dan bahan bangunan. Batu filit merupakan
bahan isolator yang baik dan tahan terhadap api. Sebagai bahan bangunan, biasanya
batu filitik di gunakan sebagai bahan interior dan eksterior untuk lantai dan dinding
50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
mengidentifikas batuan metamorf serta sifat fisik yang dimilikinya. Pada praktikum ini
terbatas pada suatu daerah dengan kondisi geologi tertentu, seperti sabuk
sangat kompleks menjadikan batuan ini dijadikan salah satu media oleh para
2. Berdasarkan deskripsi tekstur dan struktur pada beberapa sampel batuan pada
praktikum kali ini kami mendapatkan 7 nama sampel batuan, yang mana
sebagai berikut; Sekis yang terdapat pada nomor sampel M-01, M-04 dan M-06,
gneiss yang terdapat pada nomor sampel M-02, muskovit yang terdapat pada
nomor sampel M-03, filit yang terdapat pada nomor sampel M-05, M-07 dan M-
10, kuarsit yang terdapat pada nomor sampel M-08 dan M-11, amfibolit yang
terdapat pada nomor sampel M-09, dan terakhir serpentinit yang terdapat pada
5.2 Saran
51
Diharapkan praktikan dapat lebih aktif lagi dalam praktikum serta membaca
modul dengan baik sebelum waktu praktikum dimulai. Praktikan juga diharap dapat
praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh pembawa acara agar tidak
52
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Best, M. G., 2003. Igneous And Metamorphic Petrology. Melbourne: Blackwell Science
Ltd. pp. 14.
Blyth, f., & freitas, m. d. 1984. a geology for engineers 7th edition . oxford: elsevier
butterworth-heinemann. pp. 133.
Bonewitz, R. L., 2012. Nature Guide Rocks and Minerals. New York: Dorling Kindersley.
pp. 287.
Cowan, R. J., Searle, M. P. & Waters, D. J., 2015. Structure of the metamorphic sole to
the Oman Ophiolite, Sumeini Window and Wadi Tayyin: implications for
ophiolite obduction processes. Geological Society, Volume 392, pp. 155 - 175.
Jessop, K., Daczko, . N. R. & Piazolo, S., 2019. Metamorphism in the New England
Orogen, Eastern Australia. Australian Journal of Earth Sciences, pp. 1 - 26.
Kusmiyarti, T. B., 2016. Buku Ajar Agrogeologi dan Lingkungan. Denpasar: Universitas
Undayana. pp. 44
Lutgens, f. k., & tarbuck, e. j. 2012. essentials of geology. new jersey: pearson
education, inc. pp. 21.
Martin, P., George, H. & Joseph, P., 1978. Simon and Schuster's Guide to Rocks and
Minerals. New York: Simon and Schuster's. pp. 352, 354, 356, 360, 371.
Nandi, 2010. Handouts Geologi Lingkungan (GG405). Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia. pp. 13.
Noor, D., 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Pakuan University Press. pp. 96.
Noor, D., 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Pakuan University Press. pp. 65 - 66, 109.
Rai. Made Astawa, Suseno Kramadibrata, Ridho K. Wattimena, 2014, Mekanika Batuan.
Institut Teknologi Bandung. pp. 6.
Resky, M. 2021. Studi Petrologi Dan Geokimia Batuan Metamorf Daerah Tahi Ite
Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara .
Universitas Hasanuddin. pp. 32 - 33.
Rusman, M. K., 2016. Geologi Dasar (Basic of Geology) . Universitas Halu Oleo.
Kendari. pp. 1.
Winter, J. D., 2014. Principles of Igneous and Metamorphic Petrology. Second ed. New
York: Pearson. 468 – 471.
Zuhdi, M., 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi. Mataram: Duta Pustaka Ilmu. pp. 33.