Anda di halaman 1dari 57

TEKNIK PENGELASAN

OKSI ASETILENA (OAW)


Kelas XI-Semester 3

KELAS XI / FASE F

Disusun : INSANUL HAMDI, S.Pd

DINAS PENDIDIKAN POVINSI SUMATERA BARAT


SMKN 2 PAYAKUMBUH
2023-2024
ANALISIS MINGGU EFEKTIF

Satuan Pendidikan : SMK N 2 PAYAKUMBUH


Bidang Keahlian : Teknologi Manufaktur & Rekayasa
Program Keahlian : Teknik Pengelasan
Mata Pelajaran : Pengelasan OAW
Kelas/Semester : XI/1 (Ganjil)
Tahun Pelajaran : 2023/2024

SEMESTER GANJIL

BULAN SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU JUMLAH


JULI 2022 2 2 2 2 2 1 11
AGUSTUS 2022 5 5 4 4 4 4 26
SEPTEMBER 2022 3 3 3 4 4 3 20
OKTOBER 2022 5 4 4 4 4 4 25
NOPEMBER 2022 4 5 5 4 4 4 26
DESEMBER 2022 - - - 1 1 1 3
19 19 18 19 19 17 111

CATATAN:

1. Perhitungan Hari Efektif


a. Mata Pelajaran : Pengelasan OAW.
b. Jumlah Pertemuan/Minggu : 1 Pertemuan
c. Total Hari Efektif (Minimal) : 18 Pertemuan

2. Pendistribusian Jam Mengajar Non Tatap Muka


Jenis Kegiatan Frekuensi
a. PENILAIAN Tengah Semester 2 Pertemuan (2 Minggu)
b. Cadangan 2 Pertemuan
Total 4 Pertemuan

3. Perhitungan Jam Mengajar


a. Total Jam Pelajaran Hari Efektif 18 Pertemuan
b. Total Jam Pelajaran Non Tatap Muka 4 Pertemuan
c. Total Jam Pelajaran untuk Tatap Muka 18 Pertemuan
d. Jumlah Kegiatan Belajar Mengajar pada semester Ganjil 72 Jam Pelajaran
Payakumbuh Juli 2023
Mengetahui,
Kepala SMK N 2 Payakumbuh Guru Mata Pelajaran

Drs. D A L I U S INSANUL HAMD I, S.Pd


NIP.19650701B199003 1 006 NIP.19790927 200604 1 005
ANALISIS PROGRAM SEMESTER

Satuan Pendidikan : SMK N 2 PAYAKUMBUH


Kompetensi Keahlian : Teknologi Manufaktur & Rekayasa
Mata Pelajaran : TEKNIK PEMESINAN FRAIS
Kelas/Semester : XI/1 (Ganjil)
Tahun Pelajaran : 2023/2024

ALOKASI
CAPAIAN WAKTU
TUJUAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN

Pada akhir fase F, peserta Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik
didik mampu mengidentifikasi diharapkan dapat membekali diri dengan dasar-dasar
peralatan OAW. pengetahuan, keterampilan dan karakter (hard skills dan 8 JP
soft skills) yang meliputi bagian-bagian peralatan las
OAW

Pada akhir fase F, peserta Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik
didik mampu diharapkan dapat membekali diri dengan dasar-dasar
mengidentifikasi Bahan Las pengetahuan, keterampilan dan karakter (hard skills dan 8 JP
SEMESTER GANJIL

dan Bahan Pengisi OAW, soft skills) yang meliputi macam-macam bahan dan
bahan pengisi OAW

Pada akhir fase F, peserta Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik
didik mampu mempraktekkan diharapkan dapat membekali diri dengan dasar-dasar
Pengelasan Pelat ke pelat pengetahuan, keterampilan dan karakter (hard skills dan
56 JP
pada baja karbon posisi di soft skills) yang meliputi Pengelasan Pelat ke pelat pada
bawah tangan sesuai dengan baja karbon posisi di bawah tangan sesuai dengan acuan
acuan WPS WPS
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN

ELEMEN : PENGELASAN OAW

1. Mengidentifikasi peralatan OAW, Bahan Las, Bahan Pengisi OAW, Pengelasan


Pelat ke pelat pada baja karbon posisi di bawah tangan sesuai dengan acuan WPS.

CAPAIAN PEMBELAJARAN MAPEL

Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengidentifikasi peralatan OAW, Bahan Las,
Bahan Pengisi OAW, Pengelasan Pelat ke pelat pada baja karbon posisi di bawah
tangan sesuai dengan acuan WPS.

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, diharapkan dapat membekali peserta didik
dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan karakter (hard skills dan soft skills)
yang meliputi:
1. Mengidentifikasi peralatan OAW
2. Mengidentifikasi Bahan Las dan Bahan Pengisi OAW
3. Menyiapkan mesin Las OAW

SEMESTER 1

ELEMEN : PENGELASAN OAW

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengi dentifikasi spesifikasi mesin OAW dan elektroda
SMAW, menyiapkan mesin OAW, menyiapkan bahan las, melaksanakan pengelasan pelat ke
pelat pada baja karbon posisi di bawah tangan sesuai dengan acuan WPS

MATERI Modul JP
K1. Mengidentifikasi peralatan OAW 1 8
K3. Mengidentifikasi Bahan Las dan Bahan Pengisi OAW 1 8
K4. Melaksanakan pengelasan pelat ke pelat pada baja karbon 1 56
posisi bawah tangan, sesuai dengan acuan WPS
Total Jam Pelajaran 72 JP
MODUL AJAR TEKNIK PENGELASAN OAW KELAS XI

Penyusun : Insanul Hamdi, S.Pd


Asal Sekolah : SMK Negeri 2 Payakumbuh
Program Keahlian : Teknik Pengelasan
Durasi : 4 JP (180 menit)

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengidentifikasi peralatan OAW, Bahan Las, Bahan
Pengisi OAW, Pengelasan Pelat ke pelat pada baja karbon posisi di bawah tangan sesuai dengan
acuan WPS

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti proses pembelajaran, diharapkan dapat membekali peserta didik


dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan karakter (hard skills dan soft skills)
yang meliputi:
1. Mengidentifikasi peralatan OAW
2. Mengidentifikasi Bahan Las dan bahan pengisi
3. Melaksanakan pengelasan pelat ke pelat pada baja karbon posisi bawah tangan,
sesuai dengan acuan WPS

KATA KUNCI

Las Oxy Asetilin (OAW), Welding Procedur Spesification (WPS)

A. Dimensi Pancasila :
Peserta didik akan menumbuhkan sikap beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,dan berakhlak Mulia bernalar kritis, kreatif, gotong royong dan mandiri dalam
menyelesaikan masalah
B. Model pembelajaaran :
Model pembelajaran yang digunakan kombinasi antara Discovery learning dan Project
base learning
C. Kegiatan pembelajaran Utama ;
Kegiatan dilakukan secara individu, maupun berkelompok
D. Jenis Asesmen
Asesment diagnostic dan formatif (essay)
E. Metode
Observasi, Tanya jawab, ceramah, diskusi, presentasi, laporan, eksperimen terbimbing
dan penugasan.
F. Perangkat ajar ini dapat digunakan guru untuk mengajar:
1. Teknik Pengelasan
2. Teknik Fabrikasi Logam dan Manufaktur
G. Kelengkapan perangkat ajar:
Lembar kegiatan, rubrik penilaian.
PERTEMUAN 1-2

TEKNIK PENGELASAN OXY ASETILIN (OAW)

DESKRIPSI UMUM

Peserta didik akan dapat memahami dan membuat teks informasi, mendeskripsikan kejadian dan
fenomena, melaporkan percobaan, menyajikan dan mengevaluasi data,memberikan penjelasan, dan
menyajikan opini atau klaim sesuai dengan lingkup bidang keahliannya.

CATATAN UNTUK GURU.


Modul ajar ini akan menjadi materi prasyarat dan berlanjut pada materi berikutnya, dengan
menerapkan pembelajaran berbasis proyek.
Tujuan Pembelajaran
Mengidentifikasi Spesifikasi mesin OAW dan Bahan pengisi
Pemahaman Bermakna
Teknik pengelasan OAW merupakan salah satu jenis proses pengelasan yang sangat
berperan penting dalam teknologi pengelasan.
Pertanyaan Pemantik
Apakah kamu pernah mendengar istilah OAW?
Proses pengelasan OAW yang bagaimana yang sering kamu jumpai?
Persiapan Pembelajaran
Guru melakukan asesmen diagnostic (Non Kognitif dan Kognitif)
Guru menyusun langkah-langkah pembelajaran
Guru menyiapkan Media pembelajaran
KEGIATAN PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN

1. Peserta didik dan guru memulai dengan berdoa bersama.


2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan guru.
3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan
diterapkan dalam pembelajaran .
4. Peserta didik mendengarkan penjelasan gugur tentang manfaat penguasan
kompetensi dasar ini sebagai modal untuk menguasai pasangan kompetensi dasar
lainnya yang tercakup dalam mata pelajaran Pengelasan OAW yang wajib dikuasi
peserta didik.
5. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik:
a. Apakah kamu tahu proses bagaimana sebuah kapal laut dibuat?
b. Apakah kamu pernah mendengar istilah OAW?
KEGIATAN INTI
Stimulasi (Mengamati, Menanya)

1. Guru menayangkan Gambar peralatan las OAW secara singkat


2. Pesertadidik menyimak dan memperhatikan penjelasan guru tentang ruang
lingkup materi
3. Peserta didik mengamati kajian konsep ruang lingkup materi yang dipelajari.Guru
mengkondisikan situasi belajar untuk membiasakan peserta didi mengajukan
pertanyaan terkait materi secara aktif
4. Peserta didik menanya tentang ruang lingkup materi yang dipelajari.

Pengolahan Data (Mengumpulkan Informasi)

1. Guru mengkondisikan peserta didik untuk berkelompok berdiskusi terkait materi


melalui: benda konkrit, dokumen, buku sumber, atau hasil eksperimen
2. Peserta didik mengumpulkan data yang dipertanyakan dan menentukan sumber
(melalui benda konkrit, dokumen, buku, eksperimen) untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan tentang ruang lingkup materi yang dipelajari
3. Peserta didik membuat rangkuman hasil diskusi tentang materi yang dipelajari
4. Guru membantu siswa membuat laporan hasil diskusi kelompok

Verfikasi / Pembuktian (Menalar)

1. Guru meminta peserta didik untuk menyampaikan / presentase hasil diskusi


2. Siswa menyampaikan / presentasi hasil diskusi
3. Guru dan peserta didik kelompok lain memperhatikan dan memberi tanggapan

Generalisasi (Mengkomunikasikan)

1. Guru meminta Siswa membuat kesimpulan/ laporan/ presentasi


2. Siswa membuat kesimpulan/ laporan/ presentasi

Penutup
1. Peserta didik menanyakan hal-hal yang masih ragu dan melaksanakan evaluasi
2. Guru membantu peserta didik untuk menjelaskan hal-hal yang diragukan sehingga
informasi menjadi benar dan tidak terjadi kesalah pahaman terhadap materi.
3. Peserta didik menyimpulkan materi di bawah bimbingan guru
4. Guru melaksanakan penilaian pengetahuan melalui tes tertulis dengan waktu
maksimal 60 menit.
5. Guru mengakhiri pelajaran dan memberikan pesan untuk selalu belajar dan
memperkaya pengetahuan

Strategi Asesmen
Tes Tertulis, Diskusi dan Wawancara
Refleksi
- Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran ?
- Apakah semua peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran?
- Apa saja kesulitan peserta didik yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran?
- Apakah peserta didik yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan
baik?
- Apa level pencapaian rata-rata peserta didik dalam kegiatan pembelajaran ini?
- Apakah seluruh peserta didik dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran?
- Apa strategi agar seluruh siswa dapat menuntaskan kompetensi?

Daftar Pustaka
Pengelasan Plat dengan Menggunakan Las Oxy Asetilin (OAW, Kemendikbut Direktorat Jenderal Guru dan T
Teknik Las OAW untuk SMK, Kemendikbud Republik Indonesia, 2013
Remidial dan Pengayaan
- Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang memiliki nilai diatas rata-rata untuk
mendapatkan tambahan materi dan pengetahuan.
- Remidial diberikan kepada peserta didik yang memiliki nilai dibawah rata-rata untuk
mendapatkan ulang penjelasan terkait materi yang dibahas.

Lampiran
1. TUGAS
A. Asesmen Tertulis
1. Tuliskan nama delapan komponen yang termasuk dalam kelompok peralatan utama
las oksi asetilen.
2. Tuliskan empat fungsi regulator las oksi asetilena
3. Uraikan perbedaan antara regulator oksigen dan regulator asetilena.!
4. Tuliskan nama alat bantu yang perlu dipersiapkan sebelum
melaksanakan kegiatan praktek las oksi asetilena
5. Tuliskan minimum tiga alasan memilih ukuran mulut pembakar/tip.!
6. Tuliskan fungsi ekonomiser.!

B. Kunci Jawaban
1. Peralatan utama las oksi asetilena :

a. Silinder oksigen
b. Silinder Asetilena/generator asetilena
c. Selang gas oksigen dan asetilena
d. Regulator/manometer oksigen
e. Regulator/manometer asetilena
f. Brander las atau pembakar las
g. Tip atau mulut pembakar
h. Ekonomiser
2. Empat fungsi regulator :
a. Untuk mengetahui tekanan isi silinder
b. Untuk menurunkan tekanan isi menjadi tekanan kerja
c. Untuk mengetahui tekanan kerja
d. Untuk menjaga tekanan kerja agar tetap konstan.

3. Perbedaan antara regulator oksigen dan regulator asetilena terdapat pada :


a. Tekanan isi botol oksigen 200 sd. 350 kg/cm² dan tekanan kerja antara
20 sd. 30 kg/cm²
b. Tekanan isi botol asetilena 20 sd. 35 kg/cm² dan tekanan kerja antara 2
sd. 3,5 kg/cm²
c. Regulator oksigen berulir kanan.

d. Regulator asetilena berulir kiri dan pada mur penyambung ada tanda
coakan.
4. Alat bantu yang perlu dipersiapkan pada saat pengelasan adalah:
a. Smittang
b. Sikat baja
c. Palu pena
d. Jarum pembersih tip
5. Tiga alasan memilih tip/pembakar las
a. Tebal bahan yang akan dilas
b. Jenis bahan yang akan dilas
c. Proses pengelasan
6. Fungsi ekonomiser adalah sebagai berikut :
a. Untuk menghemat waktu

b. Untuk menghemat gas, terutama dalam pengelasan yang terhenti–henti


c. Memadamkan nyala pembakar, jika pembakar diletakkan pada kait.
2. MATERI KEGIATAN PEMBELAJARAN
1 : Peralatan Pengelasan Pada Proses Las Oksi Asetilin (SMAW)

Peralatan Utama
1) Silinder Gas
Silinder gas adalah botol baja yang dapat digunakan untuk menyimpan
dan mengangkut gas. Isi gas di dalam silinder bermacam-macam mulai
dari : 3500 liter, 5000 liter, 6000 liter, 7000 liter, dan seluruhnya. Pada
bagian atas silinder terdapat keran/katup untuk mengisi dan mengeluarkan
gas seperti pada gambar 2.02 dan 2.03.

Mur Roda

Mur sumbat

Sumbat

Badan

Sumbat
Ulir keluar

Ulir ke botol

Gambar 2.02. Katup Gas Asetilena


Sumbat
dudukan

Mur pengaman
Oksigen
keluar

Sekat
pengaman
Ulir kesilinder
Oksigen masuk

Gambar 2.03. Katup Gas Oksigen

Bila silinder sedang tidak digunakan, hendaknya katup ditutup


dengan tutup baja, dengan cara memasukkan pada katup kemudian diputar
ke kanan. Hal ini dimaksudkan agar katup tersebut tetap bersih dan
aman. Pada dinding silinder biasanya terdapat label yang menyatakan
jenis gas, tanggal pengisian dan tahun
pemeriksaan. Didalam peralatan las oksi Asetilena terdapat dua
silinder, yaitu silinder oksigen dan silinder asetilena .

a) Silinder oksigen
Silinder oksigen dibuat sesuai dengan keperluan, yaitu

menyimpan oksigen dengan tekan maksimum 150 kg/cm2 (2200 psi).


Silinder ini dilengkapi dengan alat pengaman berupa keping yang
terdapat pada katup silinder lihat gambar 2.04. Isi oksingen
di dalam silinder dapat dihitung dengan mengalikan volume
silinder dengan tekanan didalamnya. Misalnya volume silinder 40 liter

dan tekan di dalam 150 kg/cm2 maka isi oksigen adalah : 40 x 150 =
6000 liter
Pada keran/katup silinder terdapat ulir penghubung antara silider
dengan regulator. Cara menghubungkannya ialah dengan
memasukkan baut penghubung regulator pada katup silinder,
kemudian diputar kearah kanan atau searah jarum jam karena
ulirnya adalah ulir kanan.

Gambar 2.04. Silinder Oksigen

Keselamatan Kerja untuk Silinder Oksigen

Oksigen itu sendiri tidak dapat menyala dan meledak. Walaupun


demikian oksigen akan menyebabkan bahan terbakar dengan tidak
terkehendaki.
Secara umum hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani oksigen
adalah :
Jangan mengoperasikan alat pneumatik dengan oksigen.
Jangan menggunakan oksigen untuk pengecatan dengan spray.
Jangan menggunakan oksigen sebagai pengganti udara yang
dimanfaatkan.

Jangan menghembus pipa, bejana atau tangki dengan oksigen


Jangan menggunakan oksigen untuk penyegaran udara,
membersihkan asap dalam ruang tertentu atau mendinginkan diri Anda
pada cuaca yang panas

Untuk hal tersebut, maka silinder oksigen harus ditangani secara baik, agar
tidak menimbulkan bahaya-bahaya yang tidak diingini.
Adapun teknik-teknik penanganan silinder oksigen adalah sebagai
berikut :

Tangani silinder dengan hati-hati,


tidak boleh terbentur, kena nyala api
maupun benda panas.
Silinder harus selalu dalam keadaan
tegak dan terikat dengan baik agar
tidak jatuh.

Apabila silinder tidak memungkan


berdiri tegak dapat juga direbahkan,
tetapi manometer harus disebelah
atas

Panas matahari tidak boleh


langsung memanasi silinder, maka
silinder dapat dilindungi dengan
papan
Ganjal dengan aman
Silinder-silinder tidak boleh
tergeletak tanpa ganjal yang baik

b) Silinder Asetilena
Di dalam silinder asetilena berisi bahan berpori (misalnya asbes, kapas,
dan sutra). Bahan berpori ini berfungsi menyerap aseton dan aseton
digunakan untuk menyimpan gas asetilena.
Aseton adalah suatu zat dimana asetilena dapat larut dengan baik di
bawah pengaruh tekanan asetilena pada silinder sebesar
17.5 kg/cm2 (250 psi). Silinder asetilena di lengkapi dengan
sumbat pengaman yang terdapat pada temperatur lebih kurang
100/C. Apabila karena suatu sebab silinder menjadi panas, sumbat
pengaman akan melebur dan akan memberikan jalan keluar bagi
gas asetilena. Silinder asetilena harus disimpan dalam posisi
berdiri tegak, baik dalam keadaan terisi maupun kosong, pada posisi
tidur cairan aseton di dalam silinder akan dapat menyumbat lubang-
lubang pada kutub silinder. Bila terjadi kebocoran pada keran
silinder maka keran tersebut dapat dikeraskan dengan menggunakan
kunci yang ukurannya sesuai, jika masih bocor bawalah keluar
ruangan dan diamkan pada tempat terbuka. Pada katup/keran
silinder terdapat mur untuk menghubungkan keran dengan
regulator. Ulir pada silinder asetilena ini adalah ulir kiri. Untuk
mengeraskannya diputar ke kiri atau berlawanan arah jarum jam, lihat
gambar 2.05 berikut :
Sungkup logam Katup baja logam
Fiker asbes Sumbat pengaman
logam Asbes halus

Sumbat pengaman

Gambar 2.05. Silinder Asetilena

Menghitung isi asetilena dalam silinder


Jumlah aseton yang terdapat di dalam silinder adalah 40 % dari isi
silinder dan setiap 1 liter aseton pada tekanan minimal 15 kg/cm2 dapat
menyimpan asetilena sebanyak 360 liter. Misal isi silinder asetilena 50
liter, maka jumlah gas Asetilena di dalam silinder
tersebut adalah :

40
x 50 x 360 = 7200
100

Keselamatan Kerja untuk Silinder Asetilin

Jangan mencoba memindahkan asetilin dari satu silinder ke silinder


yang lain.

Asetilin dilarutkan dalam cairan aseton didalam silinder.


Selalu tinggalkan kunci silinder pada slinder apabila sedang
digunakan

Sumbat pengaman silinder mencair pada 100° C, simpan silinder pada


tempat dingin, ventilasi yang baik dan tempat yang terlindung

Las oksi asetilin adalah cukup aman bila Anda menggunakan peralatan
yang wajar dan bekerja sesuai dengan prosedur. Adapun teknik-teknik
penanganan silinder asetilin adalah sebagai berikut :

Simpan silinder-silinder asetilin


ditempat yang dingin, jauh dari panas
maupun terik matahari
Jangan dicampurkan dengan silinder-
silinder oksigen
Nyala lampu gudang penyimpanan
harus redup
Dilarang merokok / menyalakan api
didekat silinder-silinder asetilin
Pisahkan silinder-silinder yang kosong
dan yang penuh

Bersihkan tempat kerja dari segala


kotoran, bebas dari bahan yang
mudah terbakar, dan tidak licin
Didalam memindahkan siilinder-
silinder memerlukan penanganan yang
teliti.
Hindari silinder-silinder dari
terjatuh maupun terbentur secara
keras.

Jangan berdiri didepan manometer


ketika membuka katup silinder
Hindarkan pemakaian regulator yang
rusak.

Tutup katup silinder bila tidak


dipergunakan . Jika terjadi gas bocor
ketika katup ditutup :
1. Pindahkan silinder ketempat yang
jauh dari motor listrik atau sumber
panas terbuka.
2. Jauhkan merokok atau percikan
api
3. Jika terjadi kebocoran disekeliling
spindle, kencangkan baut mur
hingga tidak terjadi kebocoran
4. Laporkan kepada penjual jika
silinder tetap bocor

PERHATIAN :
Gas asetilin dan bahan gas lainnya
sangat mudah terbakar bila bercampur
dengan oksigen atau udara.
Kebocoran berarti mengundang
bahaya kebakaran.
2) Regulator
Regulator atau alat pengaturan tekanan, gambar 2.06 dan 2.07
berfungsi untuk :
a) Mengetahui tekanan isi silinder,
b) Menurunkan tekanan isi menjadi tekanan kerja c)
Mengetahui tekanan kerja.
d) Menjaga tekanan kerja agar tetap (konstan) meskipun tekanan isi
beruba-ubah.

Manometer kerja Manometer isi

Gambar 2.06. Manometer

Gambar 2.07. Regulator


Pada regulator terdapat dua buah alat penunjuk terhadap tekanan atau
biasa disebut manometer, yaitu :
a) Manometer tekanan isi silinder dan manometer tekanan kerja.
b) Manometer tekanan isi mempunyai skala lebih besar bila
dibandingkan dengan manometer tekanan kerja.
Prinsip kerja regulator lihat gambar 2.07, dijelaskan sebagai berikut :
a) Setelah katup botol dibuka, gas tekanan tinggi dari botol masuk
kedalam ruang A melalui pipa (a).
b) Tekanannya (P1) dapat terbaca pada manometer (G0.
c) Oleh dorongan sekerup penyetel tekanan (F), maka kelep ©
terbuka oleh gaya pegas (E). gas masuk keruang (B)
d) Ruang (B) dan (S) dipisahkan oleh diafragma (D).
e) Bila gaya pada ruang (B) sedikit melebihi gaya dari ruang (S)
(termasuk gaya pegas) maka diafragma turun dan katup (C)
menutup lubang.
f) Bila gas dikeluarkan melalui brander maka gaya pada ruang B
lebih kecil dari gaya pada ruang S.
g) Pada saat itu katup C terangkat oleh gaya pegas. Gas masuk ke ruang B
sampai terjadi lagi keseimbangan gaya pada diafragma.

Perbedaan antara regulator asetilena dan oksigen yang paling utama adalah:
a) Regulator asetilena berulir kiri .
b) Pada waktu mengikat, putar ulirnya ke arah kiri atau berlawanan
dengan arah jarum, sedangkan untuk membuka diputar ke arah kanan
atau searah dengan jarum jam.
c) Reguator oksingen berulir kanan, pada waktu mengikat putaran ulirnya
ke arah kanan atau searah dengan jarum jam, sedangkan
untuk membuka diputar ke arah kiri atau berlawanan dengan arah jarum
jam.
d) Perbedaan lainnya :
(1) Tekanan pada manometer
(a) Regulator asetilena

Tekanan isi botol 20 s.d. 35 kg/cm2 atau yang senilai

Tekanan kerja 2 s.d. 3,5 kg/cm2 atau yang senilai


(b) Regulator oksigen

Tekanan kerja 200 s.d 350 kg/cm2

Tekanan kerja 20 s.d. 30 kg/cm2 atau yang senilai


(2) Warna bak manometer (tidak mutlak)
Regulator oksigen: terdapat tulisan oksigen warna bak
biru/hitam/abu-abu
Regulator asetilena: terdapat tulisan Asetilena warna bak
merah.
a) Macam regulator
(1) Regulator satu tingkat.
(2) Regulator dua tingkat

Keselamatan Kerja untuk Regulator

Regulator terpasang di masing-masing tabung oksigen untuk mengatur


keluarnya gas dari dalam tabung menuju pembakar melalui selang.
Regulator memiliki dua buah manometer untuk mengetahui tekanan isi gas di
dalam tabung yang disebut manometer tekanan isi. Manometer tekanan kerja
untuk melihat tekanan kerja yang dipakai mengelas. Tindakan pengamanan
alat ini meliputi : tangan atau sarung tangan harus dibersihkan dari
minyak atau pelumas sebelum memegang regulator. Saat memasang
regulator, bagian yang harus dipegang adalah badan regulator bukan pada
manometernya. Katup regulator harus dalam keadaan tertutup saat akan
membuka kran tabung. Cara
membuka katup regulator dilakukan dengan memutar baut pengatur searah
dengan jarum jam hingga terbuka.

Putar baut pengatur tekanan kerja secara perlahan saat mengatur tekanan
kerja agar tidak merusak membran manometer. Saat
dilakukan pengaturan tekanan kerja pada regulator, posisi badan berdiri
di samping. Regulator yang rusak harus segera diganti untuk pemakaian
selanjutnya.

3) Slang las.
Fungsi slang las adalah untuk mengalirkan gas dari silinder ke
pembakaran. Slang las dibuat dari karet yang berlapis-lapis dan diperkuat
oleh serat-serat bahan tahan panas seperti pada gambar
2.08. Sedangkan sifat slang las adalah sebagai berikut :
a) Kuat

(1) Slang Asetilena harus tahan terhadap tekanan 10 kg/cm2

(2) Slang oksigen harus tahan terhadap tekanan 20 kg/cm2


b) Tahan api/panas
c) Lemas/tidak kaku/fleksibel d)
Berwarna
(1) Slang oksigen mempunyai warna hitam/biru/hijau
(2) Slang asetilena mempunyai warna merah.

Gambar 2.08. Slang Las


e) Ukuran slang las
Besarnya diameter dalam slang las bermacam-macam dan
ukuran yang paling banyak digunakan ialah 3/16 “ dan 5/16”.
Dalam dunia perdagangan slang oksigen dan asetilena ada yang berdiri
sendiri dan ada pula yang diikat menjadi satu (twin hose). Slang las
jenis kedua ini lebih enak dipakai karena mudah digulung dan tidak
terpuntir.
Dalam penggunaannya, slang las tidak dibenarkan dipertukarkan. Untuk
menyalurkan gas oksigen pakailah slang yang berwarna merah.
Dengan perbedaan warna ini dapat dihindarkan kekeliruan pada waktu
pemasangan slang.
Bentuk alat penyambung slang dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Nipel (alat penyambung) pada kedua ujung siang dibuat
berlainan. Nipel oksigen berbentuk setengah bulat, sedangkan Nipel
asetilena berbentuk tirus seperti pada gambar 2.09
b) Mur pengikat untuk oksigen mempunyai ulir kanan, sedangkan untuk
asetilena ulir kiri seperti pada gambar 2.10.
c) Mur pengikat untuk oksigen berbentuk segi enam rata dan mur
pengikat asetilena berbentuk segi enam ditakik.

Nipel tipe ulir Nipel tipe tekan


Gambar 2.09. Nipel
Mur Pengikat Mur Pengikat
untuk oksigen untuk Asetilena
Gambar 2.10. Mur Pengikat

Keselamatan Kerja Selang Las.

Selang las menghubungkan tabung gas dengan pembakar las untuk


mengalirkan gas oksigen dan asetilena. Selang gas oksigen
berwarna hitam atau biru dan selang asetilena berwarna merah atau oranye.
Prosedur keselamatan kerja menggunakan selang las adalah selang
las tidak boleh terkilir dan terjepit saat dipakai. Selang tidak boleh
bersentuhan dengan nyala api bunga api, benda panas, benda tajam, dan
segala jenis minyak atau pelumas.

Pemeriksaan selang secara berkala dilakukan agar tidak terjadi


kebocoran, hangus, dan sambungan longgar. Jangan menggunakan kawat,
plastic, atau isolasi yang menutup kebocoran. Bagian yang bocor harus
dipotong dan disambung kembali menggunakan alat
penyambung, pengikat atau penjepit khusus selang. Gulung selang dengan
rapi setelah menggunakannya.
Tata cara yang tepat dalam menggunakan peralatan las oksi asetilena
sangat menguntungkan efisiensi peralatan dan memberi rasa aman bagi
operator las oksi asetilena akan mengurangi resiko kecelakaan kerja.
4) Pembakar las
Fungsi pembakar las (burner) pada alas oksi asetilena adalah a)
Mencampur gas oksigen dan gas asetilena
b) Mengatur pengeluaran gas
c) Menghasilkan nyala api

Pembakar las bila dilihat dari cara pencampuran gas dibagi menjadi 2 (dua)
jenis, dapat dilihat pada gambar 2.11 dan 2.12 berikut, yaitu :
a) Pembakar las tekanan rendah (type injector)
b) Pembakar las tekanan rata (type mixer)

Gambar 2.11 Pembakar Las Tekanan Rata.


Gambar 2.12 Pembakar Las Tekanan Rendah

Prinsip kerja pembakar las adalah sebagai berikut : Gas oksigen dan gas
asetilena dapat bercampur secara homogen dalam pembakar bila katup
oksigen dan katup asetilena dibuka. Pada keadaan ini gas campuran akan
keluar melalui pembakar dan dapat dinyalakan untuk keperluan pengelasan.
Katup oksigen pembakar mempunyai tanda warna hitam atau biru
sedangkan katup asetilena berwarna merah. Nyala api oksigen dengan
asetilena mempunyai temperatur paling tinggi bila dibandingkan dengan
nyala api oksigen dengan bahan bakar gas lainnya (lihat tabel 01)

Tabel 01. Nilai Pembakaran Campuran Gas dan Oksigen

BAHAN BAKAR TEMPERATUR (0C)


Asetilena 3150
Hydrogen 2660
Propane 2526
MPP 2927
Propilena 2900
Natural gas 2358

Pada umumnya sebuah pembakar dilengkapi dengan suatu set


tip/mulut pembakar. Masing-masing mulut pembakar digunakan untuk
mengelas bahan yang tebalnya berbeda (lihat tabel 2). Untuk memilih ukuran
mulut pembakar perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Tebal bahan yang akan dilas b)
Jenis bahan yang akan dilas c)
Proses pengelasan
Seperti halnya pembakar las, mulut pembakar inipun ada dua macam yaitu
mulut pembakar “mixer” dan “injector”. Penggunaan ukuran tip
berdasarkan tebal bahan, hanya berlaku untuk las cair baja lunak lihat
gambar 2.13.

Tabel 02. Penggunaan Ukuran Tip

TIPE INJECTOR TIPE MIXER


TEBAL BAHAN TEBAL BAHAN
UKURAN TIP UKURAN TIP
(mm) (mm)
1 0,5-1 8 0,5-2,0
2 1-2 10 2-4
3 2-4 12 4-6
4 4-6 15 6-9
5 6-9 20 9 -15
6 14-20
7 20-30

Gambar 2.13 Tip/Mulut Pembakar


a) Pembakar tekanan rendah
Pada pembakar tipe ini tekanan kerja oksigen lebih besar dari pada
tekanan kerja asetiilin misalnya :
(1) Tekanan kerja oksigen 1,5 kg/cm2 s.d. 2,5 kg/cm

(2) Tekanan kerja Asetilena 0,3 kg/cm2 s.d. 0,5 kg/cm


Maka oksigen yang masuk ke dalam pembakar dengan tekanan yang
lebih besar akan menarik gas asetilena ke dalam pipa pencampur
yang kemudian keduanya bercampur dan siap dibakar. Pembakaran tipe
ini biasanya digunakan untuk gas asetilena dari generator.
b) Pembakar tekanan rata
Pembakar tekanan rata digunakan untuk pengelasan dengan
konsumsi gas tekanan tinggi atau sedang. Pada pembakar tipe ini tekanan
oksigen dan asetilena sama besarnya yaitu antara 0,5 s.d.

0.7 kg/cm2 atau 50 s.d 70 kpa. Kedua gas tersebut masuk ke dalam
pencampur dan bercampur, kemudian kelura melalui pipa pencampur
dan menuju ke mulut pembakar. Pembakar las tipe ini biasanya
digunakan untuk gas asetilena dari silinder.
Perbedaan antara pembakar tekanan rendah dan pembakar
tekanan rata adalah sebagai berikut (lihat tabel 03) :

Tabel 03 Perbedaan pembakar tekanan rendah dan


tekanan rata

PEMBAKAR TEKANAN RENDAH PEMBAKAR TEKANAN RATA


Digunakan untuk gas Asetilena Digunakan untuk gas
dari generator Asetilena dari silinder
Tertera nomor mulut, kapasitas dan Hanya tertera nomor mulut
tekanan kerja oksigen
Keselamatan Kerja untuk Pembakar (Brander)
Pembakar digunakan untuk mencampur gas oksigen dan asitilena dengan
perbandingan tertentu sesuai keperluan kerja. Pembakar tediri dari dua
macam yaitu pembakar pengelasan biasa dan pembakar
pemotongan prosedur untuk keselamatan kerja
menggunakan pembakar adalah pembakar tidak boleh disentuh oleh tangan
atau sarung tangan yang terkena minyak atau pelumas.

Tidak diperkenankan menggunakan mulut pembakar untuk


mencungkil atau memukul karena kerusakan pada mulut pembakar dapat
menyebabkan nyala balik. Bersihkan mulut pembakar dari kotoran
yang menyumbat secara berkala menggunakan alat
pembersih khusus tip. Mulut pembakar harus dibersihkan dari kotoran
dengan menggunakan sikat baja lunak sambil membuka kran tabung
oksigen. Mematikan api yang menyala dari pembakar apabila tidak
dipakai. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, simpan dan
rawatlah pembakar dengan benar dan teratur.

5) Ekonomiser
Ekonomiser pada pengelasan seperti gambar 2.14 memiliki
beberapa fungsi sebagai berikut :
a) menghemat waktu
b) menghemat gas, terutama dalam pengelasan yang terhenti –
henti
c) memadamkan nyala pembakar, jika pembakar diletakkan pada kait.
d) mencegah terjadinya nyala balik.
Bagian-bagian utama dari ekonomiser adalah sebagai berikut :
1. alat penyala
2. keran penyala
3. kait pembakar
4. slang oksigen dari regulator
5. slang asetilena dari regulator
6. slang oksigen ke pembakar
7. slang asetilena ke pembakar

2 4

3 6 7

Gambar 2.14 Ekonomiser

Prinsip kerja ekonomiser adalah sebagai berikut:


a) Buka keran penyala, maka gas asetilena (tanpa O2) akan keluar dari
alat penyala
b) bila pembakar diangkat dari kait, katup yang menyalurkan gas dari
regulator ke pembakar akan terbuka.
c) sebaliknya bila pembakar diletakkan pada kait, katup akan
menutup dan nyala akan padam.

6) Jarum Pembersih
Selama proses pengelasan, adakalanya saluran gas pada mulut
pembakar tersumbat. Untuk itu diperlukan alat pembersih. Dengan
menggunakan jarum pembersih diharapkan lubang pada mulut
pembakar tidak bertambah lebar. Mulut pembakar yang bersih
akan menghasilkan pekerjaan yang baik.
Gambar 2.15 Jarum Pembersih

Satu set jarum pembersih terdiri dari bermacam-macam ukuran, untuk


ukuran diameter lubang mulut pembakar yang berbeda-beda seperti pada
gambar gambar 2.15. Cara menggunakannya adalah sebagai berikut:
a) Carilah jarum pembersih yang diameternya sesuai dengan
diameter lubang mulut pembakar.
b) Tusukan jarum pembersih pada lubang yang tersumbat hingga bersih
seperti pada gambar gambar 2.16.
c) Untuk membersihkan ujung mulut pembakar gunakanlah kikir yang
ada pada jarum pembersih.

Gambar 2.16 Cara membersihkan mulut pembakar

7) Korek Api Las


Fungsi korek api las adalah untuk menyalakan campuran oksigen dan
asetilena yang keluar dari mulut pembakar. Hal ini dapat
dilakukan dengan satu tangan saja.

51
Prinsip kerja korek api las adalah dengan menggoreskan batu korek
api pada permukaan yang keras dan kasar, sehingga didapatkan
bunga api yang dapat digunakan untuk membakar campuran gas
yang keluar dari mulut pembakar. Bila batu korek api habis, bisa diganti
dengan batu korek api yang baru.
Bentuk korek api las ada bermacam-macam sebagai contoh, selain
bentuk korek yang biasa dipakai dibengkel juga bentuk
korek api seperti pada gambar 2.17 sebagai berikut :

Gambar 2.17 Korek Api Las


b. Peralatan Bantu
1) Penjepit
Penggunaan penjepit pada pengelasan sangat bermanfaat, gunanya adalah
untuk menjepit benda pekerjaan yang panas akibat
pengelasan.
Dalam pengelasan bukan hanya terdapat benda-benda berbentuk datar
saja, namun ada benda benda yang berbentuk bulat. Hal ini
memerlukan bentuk mulut penjepit yang berbeda seperti dilihat pada
gambar 2.18.

Gambar 2.18 Tang Penjepit

52
Bentuk mulut penjepit ada 3 macam yaitu :
a) mulut bulat, berfungsi untuk menjepit benda-benda yang bulat
b) mulut datar, berfungsi untuk menjepit benda-benda yang
berbentuk datar
c) mulut serigala, berfungsi untuk benda datar maupun bentuk lainnya,
karena daya cengkramnya lebih kuat dibandingkan
dengan dua jenis penjepit di atas.

2) Sikat baja
Fungsi sikat baja adalah untuk membersihkan kotoran yang terdapat pada
permukaan benda kerja. Kotoran yang berada di permukaan benda kerja
adalah karat, lapisan oksida dan terak yang dihasilkan dari pengelasan.Sikat
baja terbuat dari kayu dan kawat baja seperti pada gambar 2.19.

Gambar 2.19 Sikat baja

3) Alat Pembuatan Kampuh


Untuk membuat kampuh pada umumnya dilakukan dengan cara:
Mengikir
Menggerinda
Mengampuh dengan nyala gas secara otomatis dan manual
Lampiran
1. TUGAS
A. Asesmen Tertulis
1. Sebutkan macam-macam jenis sambungan yang dapat digunakan pada pengelasan
berdasarkan metode pengelasan!
2. Sebutkan macam-macam jenis kampuh las yang dapat dibuat pada penggunaan
sambungan tumpul !
3. Jelaskan alasan penggunaan kampuh las pada pengelasan pelat tebal dengan
menggunakan sambungan tumpul !
4. Berapa jarak ideal gap pada pengelasan menggunakan kampuh las !
5. Berapakah ukuran sudut kampuh – V yang harus dibuat !
6. Sebutkan fungsi las ikat pada pengikatan sambungan las !
7. Berapakah ukuran las ikat yang harus di buat pada bagian ujung bahan yang
disambung !
8. Berapakah ukuran jarak las ikat yang harus di buat pada bahan yang disambung,
apabila bahan yang digunakan di atas 3 mm !
B Kunci Jawaban
1. Sambungan-sambungan kampuh las dapat juga diklasifikasikan berdasarkan metode
pengelasan, antara lain las tumpul, las sudut, las tepi, las lubang, dan lain-lain.
2. Kampuh V, kampuh X, kampuh U, kampuh J, kampuh K
3. Untuk menjamin mutu hasil pengelasan, kekuatan pengelasan
4. Root gap 2 mm
5. Sudut kampuh V 30° - 35°
6. Untuk menghindari terjadinya perubahan bentuk
7. Panjang las catat antara 15 -30 mm atau tiga sampai empat kali tebal bahan las
8. Ukuran las ikat untuk tebal pelat 3 mm = 9mm – 12 mm
1. MATERI
Persiapan Material untuk Pengelasan

Dalam melakukan pengelasan, hal yang penting harus dilakukan sebelumnya


adalah persiapan-persiapan untuk mendukung kelancaran dan keselamatan dalam pelaksanaan
pengelasan tersebut. Mutu dan hasil pengelasan disamping tergantung dari pengerjaan hasil
lasnya juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan pengelasan. Kelancaran
dan efektivitas hasil pengelasan juga ditentukan oleh persiapan pelaksanaan pengelasan,
karena itu diperlukan persiapan yang matang, tersedianya peralatan / perlengkapan dan
mudah dijangkau perlengkapan disekitar tempat kerja las. Karena itu persiapan pengelasan harus
mendapat perhatian dan pengawasan dalam pelaksanaan pengerjaan pengelasan. Persiapan
tersebut antara lain terdiri dari :

1. Persiapan secara teoritis

Untuk menghasilkan sambungan las yang baik, maka sebagai pelaksana pengelasan
secara teoritis harus sudah diketahui atau dipahami hal-hal sebagai benikut yaitu antara lain:

a. Pengertian dasar pengelasan yang baik. Misalnya: Mengetahui berbagai jenis kampuh
las dan segala ukurannya, mengetahui cara pengaturan arus pada setiap alur las dan
segala akibatnyadapat memilih elektroda sesusi dengan maksud dan tujuan dari
pengelasan.
b. Pengertian tentang segi-segi keselamatan kerja sehubungan dengan pelaksanaan
pengelasan. Misalnya: segi-segi yang menyangkut keselamatan manusia
dan langkah- langkah pence- gahan kecelakaan dan hal-hal lain yang perlu untuk
menjamin cara pengelasan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Segi- segi
keselamatan yang menyangkut manusia disini adalah termasuk resiko
pelaksanaan pengelasan yang membahayakan masyarakat umum.
c. Pengertian secukupnya cara membaca gambarkonstruksi, membuat sketsa,
mengukur konstruksi dan sebagainya.
d. Pengertian/pengetahuan tentang ilmu bahan. Misalnya: penyam- bungan yang benar
antara dua bahan yang berbeda, mengetahui jenis-jenis elektroda sesusi dengan
penggunaannya, pergerakan bahan akibat panas (up-setting) dan penghapusan tegangan
sisa (residual stress).

2. Persiapan secara praktis


a. Persiapan secara praktis yang dimaksud adalah persiapan-persiapan yang harus
dilakukan sebelum pelaksanaan / praktik las dilakukan. Persiapan praktis ini antara lain
adalah persiapan peralatan, yang meliputi alat-alat baku (utama), alat-alat keselamatan
dan alat-alat bantu (tidak pokok).
b. Alat-alat baku, misalnya: Mesin las (transformer dan generator), tangkai / pemegang
elektroda, penjepit benda kerja, kabel las dan elektroda las.
c. Alat-alat keselamatan/perlengkapan kerja personal, misalnya: topeng las dengan kaca
hitam nomor 10 - 12, sarung tangan las, pelindung dada / apron dari kulit, katel pak
dengan leher yang dapat ditutup, tempat elektroda, palu, palu terak, sikat baja, kapur las,
waterpas, sikat baja, tang las.
d. Alat-alat keselamatan umum, seperti blower (untuk menghisap asap las), alat
pemadam kebakaran, tabir air (water screen), lampu sorot, alat pelindung nyala dan
lain-lain.
e. Alat-alat bantu lainnya, seperti gerinda listrik dan sumber listriknya, botol
oksigen, botol acetylene, dongkrak pipa, tang pengukur arus, pengatur arus dan lain-
lainnya.

Semua peralatan yang dipersiapkan tersebut di atas harus diperiksa terlebih dahulu
dengan teliti dan hati-hati, sehingga kita sudah merasa yakin bahwa semua peralatan dalam
kondisi sebaik-baiknya dan siap untuk digunakan. Seperti pemeriksaan kabel-kabel las
listrik dan sambungan-sambungan kabel las. Kabel las tidak boleh bocor, karena kabel yang
bocor bila menempel pada logam dapat menimbulkan loncatan busur listrik. Loncatan busur
listrik ditempat yang tidak bergeser akan mencairkan metal ditempat loncatan busur listrik
tersebut berada dan lama-kelamaan dapat menembus metal tersebut. Begitu juga
sambungan-sambungan kabel las harus dalam kondisi sebaik-baiknya sehingga
tidakmenimbulkan kebocoran busur listrik yang membahayakan. Persiapan selanjutnya
berupa pembersihan tempat kerja, pengaturan peralatan-peralatan sedemikian rupa sehingga
memudahkan pelaksanaan pengelasan. Tidak kalah pentingnya adalah pemeriksaan daerah
tempat bekerja. Apakah daerah tempat bekeria benar-benar sudah aman dari berbagai
kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat pelaksanaan pengelasan seperti bahaya
kebakaran misalnya, harus benar-benar diperhatikan juga oleh pihak instruktor/pengawas
maupun pelaksana pengelasan.Setelah semua persiapan tersebut di atas siap untuk dilaksanakan,
maka kampuh las dibersihkan dari berbagai jenis kotoran, seperti karat, cat, air, garam dan lain-
lain, sebab kampuh yang kotor menyebabkan pengelasan tidak sempurna, bahan yang dilas tidak
dapat menyatu dengan baik.

3. Persiapan Kampuh Las


Pembuatan persiapan las dapat di lakukan dengan beberapa teknik,tergantung bentuk
sambungan dan kampuh las yang akan dikerjakan. Teknik yang biasa dilakukan dalam
membuat persiapan las , khususnya untuk sambungan tumpul dilakukan dengan mesin
atau alat pemotong oksi asetilen (brander potong). Mesin pemotong oksi asetilen lurus
(Straight Cutting Machine) dipakai untuk pemotongan pelat, terutama untuk kampuh-
kampuh las yang di bevel, seperti kampuh V atau X, sedang untuk membuat persiapan pada
pipa dapat dipakai Mesin pemotong oksi asetilen lingkaran ( brander potong). Namun untuk
keperluan sambungan sudut yang tidak memerlukan kampuh las dapat digunakan mesin potong
pelat (guletin) berkemampuan besar, seperti Hidrolic Shearing Machine. Adapun pada
sambungan tumpul perlu persiapan yang lebih teliti, karena tiap kampuh las mempunyai
ketentuan-ketentuan tersendiri, kecuali kampuh I yang tidak memerlukan persiapan kampuh
las, sehingga cukup dipotong lurus saja.
a. Kampuh - V dan X ( Single Vee dan Double Vee )
Untuk membuat kampuh - V dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Potong sisi pelat dengan sudut ( bevel ) antara 30 - 35 dengan menggunakan
pemotong oksi asetilen lurus (Straight Cutting Machine).

Gambar. 1.1 Kampuh V Gambar 1.2 . Kampu X


 Buat "root face" selebar 1 - 3 mm secara merata dengan menggunakan mesin
gerinda dan/atau kikir rata. Kesamaan tebal/lebar permukaan "root face" akan
menentukan hasil penetrasi pada akar (root)

Gambar 1. 3 Root face kampuh V Gambar 1.4 Root face kampu X

Kampuh U dan J.
Pembuatan kampuh U dan J dapat dilakukan dengan dua cara :
- Melanjutkan pembuatan kampuh V (Single Vee) dengan mesin gerinda sehingga menjadi
kampuh U atau J.
- Dibuat dengan menggunakan teknik "gas gouging", kemudian dilanjutkan dengan gerinda
dan /atau kikir.
Setelah dilakukan persiapan kampuh las, baru dirakit (dilas catat) sesuai dengan
bentuksambungan yang dikerjakan.
Las Catat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan las catat (tack weld) adalah
sebagai berikut :
- Bahan las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah terbakar dan karat
- Pada sambungan sudut cukup di las catat pada kedua ujung sepanjang penampang
sambungan ( tebal bahan tersebut ).
- Bila dilakukan pengelasan sambungan sudut ( T ) pada kedua sisi, maka konstruksi
sambungan harus 900 terhadap bidang datarnya. Bila hanya satu sisi saja, maka sudut
perakitannya adalah 30 - 50 menjauhi sisi tegak sambungan, yakni untuk mengantisipasi
tegangan penyusutan / distorsi setelah pengelasan.
Gambar 1.5 Las catat pada sambungan Fillet (sudut)

Gambar 1.6 Las catat pada sambungan Fillet Sudut/T) dilas dua sisi

Gambar 1.7 Las Catat pada sambungan T di las satu sisi

Pada sambungan tumpul kampuh V, X, U atau J perlu dilas catat pada beberapa tempat,
tergantung panjang benda kerja. Untuk panjang benda kerja yang standar untuk uji profesi las
(300 mm) dilakukan tiga las catat, yaitu kedua ujung dan tengah dengan panjang las catat
antara 15 -30 mm atau tiga sampai empat kali tebal bahan las. Sedang untuk panjang benda
kerja dibawah atau sama dengan 150 mm dapat dilas catat pada kedua ujung saja.

Gambar 1.8 Las catat pada sambungan tumpul (butt joint ) kampuh V
Bentuk Sambungan Las

Disaat pembuatan produk-produk pengelasan, penting untuk merencanakan material


pengelasan dan sambungan-sambungan las secara hati-hati agar hasilnya sesuai dengan
yang diharapkan, menampilkan fungsi-fungsi model perencanaan. Disaat merancang sebuah
sambungan las, tentukan rencana-rencana tersebut didalam format gambar. Retak-retak pada
struktur las disebabkan karena material, prosedur pengelasan dan rencana yang kurang baik,
dsb. Dari penyebab- penyebab tersebut, rencana yang kurang baik menyebabkan hampir 50%
keretakan. Perencanaan yang kurang baik yang menyebabkan retak, dapat disebabkan
perhitungan kekuatan yang salah (perhitungan penentuan muatan dan tegangan), dan rencana
struktur yang tidak tepat (jenis sambungan yang tidak tepat, garis bentuk yang terputus, dan
material yang tidak tepat), dsb. Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan dan yang harus diperhatikan ketika merancang sambungan. Yang harus
diperhatikan ketika merancang/mendisain sambungan las :

1. Agar diantisipasi bahwa tegangan sisa dapat mempercepat retak rapuh, pilihlah
material yang memiliki sifat mampu las dan kekuatan takik yang baik, gunakan
disain yang mudah untuk dilas dan lakukan pengurangan teganga.
2. Untuk menghasilkan sambungan dengan deformasi kecil dan tegangan sisa
minimum, kurangi jumlah titik las dan jumlah endapan las.
3. Minimalkan bending momen pada tiap-tiap daerah las.
4. Hindari disain sambungan las dimana terjadi konsentrasi garis las, berdekatan satu
sama lain atau berpotongan satu sama lain.
5. Untuk mencegah konsentrasi tegangan, hindari struktur yang
terpotong/terputus,perubahantajam pada bentuk-bentuk tertentu, dan takik-takik.
6. Pilihlah metode pemeriksaan dan kriteria cacat las yang dapat diterima, karena cacat
las menyebabkan konsentrasi tegangan
Sambungan las yang baik atau buruk berdasarkan bending momen

Sambungan las tumpul antara dua logam yang berbeda ketebalan


a. Sambungan Las
Pembuatan struktur las meliputi proses pemotongan material sesuai ukuran,
melengkungkannya, dan menyambungnya satu sama lain. Tiap-tiap daerah yang
disambung disebut "sambungan". Terdapat beberapa variasi sambungan las
sebagai pilihan berdasarkan ketebalan dan kualitas material, metode
pengelasan, bentuk struktur dsb. Berdasarkan bentuknya, sambungan las
diklasifikasikan antara lain sambungan tumpul, sambungan dengan penguat tunggal,
sambungan dengan penguat ganda, sambungan tumpang, sambungan T,
sambungan sudut, sambungan tepi, sambungan kampuh melebar dan sambungan
bentuk silang. Sambungan-sambungan kampuh las dapat juga diklasifikasikan
berdasarkan metode pengelasan, antara lain las tumpul, las sudut, las tepi, las lubang,
dan lain-lain.
Sambungan las

b. Macam-macam las

Pengelasan sudut digunakan untuk mengelas sudut dari sambungan T atau sambungan
tumpang. Las sudut pada sambungan T membutuhkan persiapan kampuh alur
tunggal atau alur ganda jika diperlukan penetrasi yang lengkap. Las sudut dapat
diklasifikasikan menurut bentuk las, antara lain las terputus-putus, las menerus, las rantai
dan las berselang-seling

Macam-macam las sudut

Rangkuman

Persiapan Pengelasan

a. Sambungan Tumpul (butt joint)

Macam-macam bentuk kampuh pada sambungan tumpul adalah :

 Kampuh I tertutup dan terbuka


 Kampuh V dan ½ V
 Kampuh X dan ½ X atau K
 Kampuh U dan ½ U atau J
 Sambungan pinggir atau sambungan tepi
 Sambungan tumpang

d. Sambungan sudut (fillet joint)

Selain bentuk kampuh yang digunakan pada pengelasan juga diperlukan ukuran-ukuran
kemiringan dan ukuran kaki lasan yang harus di buat untuk memungkinkan kampuh yang
dibuat sesuai dengan tebal bahan serta standar yang berlakukarena dengan ukuran
kampuh yang dibuat disesuaikan dengan ukuran standar maka diharapkan hasil lasan
yang didapat akan sempurna. Sebelum melakukan pengelasan dengan menggunakan
sambungan las terlebih dahulu dilakukan pengikatan terhadap bahan yang dilas dengan
menggunakan pengikat berupaklem atau dengan menggunakan las ikat, pengikatan dengan
klem atau las ikat sangat penting digunakan untuk mempertahankan bentuk sambungan
yang di buat juga digunakan untuk menghindarkan bahan yang dilas dari perubahan bentuk
yang besar pada benda kerja waktu dilakukan pengelasan, penggunaan las ikat pada
persiapan sambungan harus memperhatikan jenis bahan, tebal bahan yang akan di las dan
kemungkinan perubahan bentuk yang terjadi akibat proses pengelasan serta bentuk
konstruksi sambungan serta kondisi pengelasan yang akan dilakukan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada penggunaan las ikat sebagai pengikatan
sambungan sebelum di lakukan pengelasan, yaitu
• Ukuran las ikat.
• Jarak las ikat.

Tes Formatif
1. Sebutkan macam-macam jenis sambungan yang dapat digunakan pada pengelasan !
2. Sebutkan macam-macam jenis kampuh las yang dapat dibuat pada penggunaan
sambungan tumpul !
3. Jelaskan alasan penggunaan kampuh las pada pengelasan pelat tebal dengan
menggunakan sambungan tumpul !
4. Berapa jarak ideal gap pada pengelasan menggunakan kampuh las !
5. Berapakah ukuran sudut kampuh – V yang harus dibuat !
6. Sebutkan fungsi las ikat pada pengikatan sambungan las !
7. Berapakah ukuran las ikat yang harus di buat pada bagian ujung bahan yang
disambung !
8. Berapakah ukuran jarak las ikat yang harus di buat pada bahan yang disambung,
apabila bahan yang digunakan di atas 3 mm !

Tugas
1. Persiapan Sambungan T
Tujuan
Setelah mempelajari dan berlatih dengan tugas ini, siswa diharapkan mampu membuat
persiapan sambungan sudut (T) pada pelat 8 mm menggunakan peralatan potong gas
dengan memenuhi kriteria:
 Hasil potongan rata dan lurus
 Ukuran 70 x 200 x 8 mm
 Distorsi maksimum 5°
 Panjang las ikat 10 – 15 mm pada tiga tempat dan jarak simetris
 Konstruksi sambungan siku dan simetris dengan penyimpangan maksimum 5°.

Alat dan Bahan


Alat

 Seperangkat alat potong las oksi asetilen ( Straight Cutting Machine )


 Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja pemotongan dengan oksi asetilen dan las
busur manual
 Satu set alat bantu las busur manual
Bahan
 Pelat baja lunak tebal 10mm
 Satu set gas asetilin dan oksigen
 Elektroda AWS-E 6013 Ø 3,2mm
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Gunakan kacamata pengaman yang sesuai (shade 4 - 5 untuk pemotongan dan shade 10
- 11 untuk pengelasan).
2. Rapihkan sisi-sisi tajam pelat dengan grinda atau kikir.
3. Pakailah pakaian kerja yang aman dan sesuai.
4. Gantilah kaca filter jika sudah rusak.
5. Hati-hati dengan benda panas hasil pemotongan
Persiapan Bahan

Persiapan Sambungan
Langkah kerja.

1. Siapkan peralatan potong gas dan bahan (pelat baja lunak 10 mm).
2. Lukis garis potong sesuai gambar kerja.
3. Tempatkan mesin potong gas di atas pelat yang akan dipotong, dan atur posisi tip potong
tegak lurus terhadap pelat.
4. Lakukan pemotongan sejumlah 2 buah (satu set sambungan T), sesuai ukuran yang
ditentukan pada gambar kerja.
5. Rapikan sisi potongan dengan menggunakan pahat (jika perlu) gerinda dan/atau
kikir.
6. Rakit dan las catat sambungan menggunakan elektroda E 6013 (Rutile) dengan
konstruksi tegak lurus satu sama lain.
7. Serahkan benda kerja pada pembimbing untuk diperiksa.

Persiapan Las Sambungan Tumpul Kampuh V

Tujuan

Setelah mempelajari dan berlatih dengan tugas ini, siswa diharapkan mampu
membuat persiapan sambungan tumpul kampuh V pada pelat 10 mm dengan
menggunakan peralatan potong gas oksi asetilen dengan memenuhi kriterai :
 Hasil potongan rata dan lurus
 Ukuran 100 x 300 x 10 mm
 Sudul bevel 30° - 35°
 Root face dan root gap 2mm, rata dan sama
 Distorsi maksimum 5
 Panjang las catat 15 - 20mm pada tiga tempat dan jarak simetris
 Konstruksi sambungan rata dengan selisih maksimum 1mm

Alat dan Bahan


Alat
 Seperangkat alat potong las oksi asetilen ( Straight Cutting Machine )
 Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja pemotongan dengan oksi
asetilen dan las busur manual
 Satu set alat bantu las busur manual

Bahan
 Pelat baja lunak tebal 10mm
 Satu set gas asetilin dan oksigen
 Elektroda AWS-E 6010/11 3,2mm

Keselamatan dan Kesehatan Kerja


 Gunakan kacamata yang sesuai (shade 4 - 5 untuk pemotongan dan shade
10 - 11 untuk pengelasan).
 Rapihkan sisi-sisi tajam pelat dengan grinda atau kikir.
 Pakailah pakaian kerja yang aman dan sesuai.
 Gantilah kaca filter jika sudah rusak.
 Hati-hati dengan benda panas hasil pemotongan.
Gambar Kerja
- Persiapan Bahan

- Persiapan Sambungan
Langkah kerja.
1. Siapkan peralatan las potong gas oksi asetilen dan bahan (pelat baja lunak 10 mm ).
2. Lukis garis potong sesuai gambar kerja.
3. Tempatkan mesin potong gas di atas pelat yang akan dipotong, dan atur posisi tip potong
30° - 35° terhadap pelat.
4. Lakukan pemotongan sejumlah 2 buah (satu set sambungan tumpul), sesuai ukuran yang
ditentukan pada gambar kerja.
5. Periksa hasil pemotongan, apakah sesuai dengan gambar kerja.
6. Gunakan mal sudut untuk memeriksa sudut potongan.
7. Rapikan sisi potongan dengan menggunakan pahat (jika perlu) gerinda dan atau kikir.
8. Rakit dan las catat sambungan menggunakan elektroda E6010/11 (Cellulose) dengan
konstruksi kemiringan antara 3° - 5° dari permukaan rata 3° - 5°
9. Bersihkan dan dinginkan benda kerja .
10. Ulangi pekerjaan jika belum mencapai kriteria yang ditetapkan.
Lembar Kerja Peserta didik

Nama Pekerjaan :
Nama Peserta :
Lama Pengerjaan : Mulai tanggal…………pukul………………
Selesai tanggal ……….. pukul………………

NO ASPEK URAIAN

1. K3

2. Peralatan kerja

3. Mesin las

4. elektroda

5. amper yang digunakan

6. Posisi pelat

7. Celah/gap

8. Gambar susunan
Kriteria

Lebar jalur las relatif


Penggunaan alat K3

Rigi las rata / rapi/

Skor Komponen
Persiapan Kerja

Paraf Peserta
Sikap Kerja

Kebersihan
sama
No

lurus
Nama Peserta
10 10 10 30 30 10 B / Bobot
S S H S H S H S H S H
M M M M M M
4 4 4 4 4 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Keterangan:
 Bobot ditentukan sesuai karakteristik komponen keahlian, jumlah bobot 100
 NK = Nilai Komponen,
 SK = Skor Komponen,
 SM = Skor Maksimum,
 NK (Nilai Komponen) = Skor Komponen dibagi skor Maksimum dikalikan Bobot.
SK
NK = x Bobot
SM
 NPK (Nilai Praktik Kejuruan) = Jumlah dari Nilai Komponen ( ∑ NK )
 Jenis komponen penilaian (persiapan, proses, hasil, sikap kerja, dan waktu) disesuaikan dengan karakter program
keahlian.
 Dapat dinyatakan “mencapai kompetensi”, jika nilai praktek ≥ 70

RUBRIK PEDOMAN PENILAIAN UJIAN


PRAKTIK KEJURUAN

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


Kompetensi Keahlian :Teknik Pengelasan
Alokasi Waktu : 5 X 45 MENIT
Bentuk Soal : Penugasan Perorangan

No. Komponen/Subkomponen Kriteria Skor


1 Persiapan kerja
Persiapan alat Peralatan lengkap dan 4
penyimpanan tertata dengan rapih
Peralatan lengkap dan 3
penyimpanan kurang tertata
dengan rapih
Peralatan lengkap dan 2
penyimpanan tidak tertata dengan
rapih
Peralatan tidak lengkap 1
Persiapan bahan Bahan praktek disiapkan dengan benar sesuai prosedur
standar
Bahan praktek tidak disiapkan
dengan benar sesuai prosedur
standar
Bahan praktek disiapkan dengan
benar kurang sesuai prosedur
standar
Bahan praktek tidak lengkap

2 Penggunaan alat K3 Peralatan K3 lengkap digunakan dengan benar


Peralatan K3 lengkap digunakan kurang benar
Peralatan K3 lengkap tidak digunakan
Peralatan tidak lengkap tidak digunakan

3 Sikap kerja Penggunaan alat dan K3 baik dan cermat


Penggunaan alatdan K3 kurang baik dan cermat
Penggunaan alat K3 kurang dan kurang cermat.
Penggunaan alat dan K3 tidak baik dan tidak cermat.

4 Rigi las 100% rata dan halus


90% rata dan halus
80% rata dan halus
Kurang dari 80% rata dan halus

5 Lebar jalur las Lebar jalur las 5,5 s.d 7,0 mm


Lebar jalur las 7,1 s.d 8,0 mm
Lebar jalur las 8,1 s.d 9 mm
Lebar jalur las lebih besar dari 9mm

6 Kebersihan Bebas dari percikan dan kotoran lain


Ada percikan maks 2 buah
Ada percikan maks 4 buah
Ada percikan lebih dari 4 buah

Lembar Kerja Peserta Didik

Laporan praktek membuat rigi-rigi las.


Nama peserta :
Kelas :
Lama Pengerjaan : Mulai tanggal ………….. pukul ……………
Selesai tanggal ………… pukul …………….

I. Bahan
- (Sebutkan bahan yang digunakan termasuk elektrodaberapa
banyaknya…………………………………………………….……
- ……………………………………………………………………....
- ………………………………………………………………………
- dst

II. Peralatan
1. (Sebutksn peralatan kerja yang digunakan)
2. …………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………
4. …………………………………………………………………………
5. …………………………………………………………………………
6. dst

III. Keselamatan kerja


1. (sebutkan peralatan keselamatan yang digunakan( ………………..
2. …………………………………………………………………………..…
3. ……………………………………………………………………………..
4. ………………………………………………………………………………
5. ……………………………………………………………………………….
6. dst

Cara kerja / tahapan pekerjaan 81


1. (uraikan tahapan pekerjaan yang dilakukan) …………………………….
2. ………………………………………………………………………………...
3. ……………………………………………………………………………...…
4. ……………………………………………………………………………...…
5. Dst

IV. Gambar Kerja

Kriteria Keterangan

Lebar jalur las relatif


Penggunaan alat K3

Jalur las rata / rapi/


N= Nilai
Persiapan Kerja

B=Bobot

Jumlah Hasil

Paraf Peserta
Sikap Kerja

Kebersihan

Nilai Akhir
H=Hasil
No (BxN)

sama
lurus
Nama Peserta
10 10 10 30 30 10 ΣB ΣH B / Bobot
ΣB
N H N H N H N H N H N H
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
RUBRIK PEDOMAN PENILAIAN UJIAN
PRAKTIK KEJURUAN

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


Kompetensi Keahlian :Teknik Pengelasan
Alokasi Waktu : 5 X 45 MENIT
Bentuk Soal : Penugasan Perorangan

No. Komponen/Subkomponen Kriteria Skor


1 Persiapan kerja
Peralatan lengkap dan
penyimpanan tertata dengan rapih
Peralatan lengkap dan
penyimpanan kurang tertata
dengan rapih
Peralatan lengkap dan
penyimpanan tidak tertata dengan
rapih
Peralatan tidak lengkap
2 Penggunaan alat K3

3 Sikap kerja

Anda mungkin juga menyukai