Modul Oaw
Modul Oaw
KELAS XI / FASE F
SEMESTER GANJIL
CATATAN:
ALOKASI
CAPAIAN WAKTU
TUJUAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik
didik mampu mengidentifikasi diharapkan dapat membekali diri dengan dasar-dasar
peralatan OAW. pengetahuan, keterampilan dan karakter (hard skills dan 8 JP
soft skills) yang meliputi bagian-bagian peralatan las
OAW
Pada akhir fase F, peserta Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik
didik mampu diharapkan dapat membekali diri dengan dasar-dasar
mengidentifikasi Bahan Las pengetahuan, keterampilan dan karakter (hard skills dan 8 JP
SEMESTER GANJIL
dan Bahan Pengisi OAW, soft skills) yang meliputi macam-macam bahan dan
bahan pengisi OAW
Pada akhir fase F, peserta Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik
didik mampu mempraktekkan diharapkan dapat membekali diri dengan dasar-dasar
Pengelasan Pelat ke pelat pengetahuan, keterampilan dan karakter (hard skills dan
56 JP
pada baja karbon posisi di soft skills) yang meliputi Pengelasan Pelat ke pelat pada
bawah tangan sesuai dengan baja karbon posisi di bawah tangan sesuai dengan acuan
acuan WPS WPS
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengidentifikasi peralatan OAW, Bahan Las,
Bahan Pengisi OAW, Pengelasan Pelat ke pelat pada baja karbon posisi di bawah
tangan sesuai dengan acuan WPS.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, diharapkan dapat membekali peserta didik
dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan karakter (hard skills dan soft skills)
yang meliputi:
1. Mengidentifikasi peralatan OAW
2. Mengidentifikasi Bahan Las dan Bahan Pengisi OAW
3. Menyiapkan mesin Las OAW
SEMESTER 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengi dentifikasi spesifikasi mesin OAW dan elektroda
SMAW, menyiapkan mesin OAW, menyiapkan bahan las, melaksanakan pengelasan pelat ke
pelat pada baja karbon posisi di bawah tangan sesuai dengan acuan WPS
MATERI Modul JP
K1. Mengidentifikasi peralatan OAW 1 8
K3. Mengidentifikasi Bahan Las dan Bahan Pengisi OAW 1 8
K4. Melaksanakan pengelasan pelat ke pelat pada baja karbon 1 56
posisi bawah tangan, sesuai dengan acuan WPS
Total Jam Pelajaran 72 JP
MODUL AJAR TEKNIK PENGELASAN OAW KELAS XI
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengidentifikasi peralatan OAW, Bahan Las, Bahan
Pengisi OAW, Pengelasan Pelat ke pelat pada baja karbon posisi di bawah tangan sesuai dengan
acuan WPS
TUJUAN PEMBELAJARAN
KATA KUNCI
A. Dimensi Pancasila :
Peserta didik akan menumbuhkan sikap beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,dan berakhlak Mulia bernalar kritis, kreatif, gotong royong dan mandiri dalam
menyelesaikan masalah
B. Model pembelajaaran :
Model pembelajaran yang digunakan kombinasi antara Discovery learning dan Project
base learning
C. Kegiatan pembelajaran Utama ;
Kegiatan dilakukan secara individu, maupun berkelompok
D. Jenis Asesmen
Asesment diagnostic dan formatif (essay)
E. Metode
Observasi, Tanya jawab, ceramah, diskusi, presentasi, laporan, eksperimen terbimbing
dan penugasan.
F. Perangkat ajar ini dapat digunakan guru untuk mengajar:
1. Teknik Pengelasan
2. Teknik Fabrikasi Logam dan Manufaktur
G. Kelengkapan perangkat ajar:
Lembar kegiatan, rubrik penilaian.
PERTEMUAN 1-2
DESKRIPSI UMUM
Peserta didik akan dapat memahami dan membuat teks informasi, mendeskripsikan kejadian dan
fenomena, melaporkan percobaan, menyajikan dan mengevaluasi data,memberikan penjelasan, dan
menyajikan opini atau klaim sesuai dengan lingkup bidang keahliannya.
PENDAHULUAN
Generalisasi (Mengkomunikasikan)
Penutup
1. Peserta didik menanyakan hal-hal yang masih ragu dan melaksanakan evaluasi
2. Guru membantu peserta didik untuk menjelaskan hal-hal yang diragukan sehingga
informasi menjadi benar dan tidak terjadi kesalah pahaman terhadap materi.
3. Peserta didik menyimpulkan materi di bawah bimbingan guru
4. Guru melaksanakan penilaian pengetahuan melalui tes tertulis dengan waktu
maksimal 60 menit.
5. Guru mengakhiri pelajaran dan memberikan pesan untuk selalu belajar dan
memperkaya pengetahuan
Strategi Asesmen
Tes Tertulis, Diskusi dan Wawancara
Refleksi
- Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran ?
- Apakah semua peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran?
- Apa saja kesulitan peserta didik yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran?
- Apakah peserta didik yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan
baik?
- Apa level pencapaian rata-rata peserta didik dalam kegiatan pembelajaran ini?
- Apakah seluruh peserta didik dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran?
- Apa strategi agar seluruh siswa dapat menuntaskan kompetensi?
Daftar Pustaka
Pengelasan Plat dengan Menggunakan Las Oxy Asetilin (OAW, Kemendikbut Direktorat Jenderal Guru dan T
Teknik Las OAW untuk SMK, Kemendikbud Republik Indonesia, 2013
Remidial dan Pengayaan
- Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang memiliki nilai diatas rata-rata untuk
mendapatkan tambahan materi dan pengetahuan.
- Remidial diberikan kepada peserta didik yang memiliki nilai dibawah rata-rata untuk
mendapatkan ulang penjelasan terkait materi yang dibahas.
Lampiran
1. TUGAS
A. Asesmen Tertulis
1. Tuliskan nama delapan komponen yang termasuk dalam kelompok peralatan utama
las oksi asetilen.
2. Tuliskan empat fungsi regulator las oksi asetilena
3. Uraikan perbedaan antara regulator oksigen dan regulator asetilena.!
4. Tuliskan nama alat bantu yang perlu dipersiapkan sebelum
melaksanakan kegiatan praktek las oksi asetilena
5. Tuliskan minimum tiga alasan memilih ukuran mulut pembakar/tip.!
6. Tuliskan fungsi ekonomiser.!
B. Kunci Jawaban
1. Peralatan utama las oksi asetilena :
a. Silinder oksigen
b. Silinder Asetilena/generator asetilena
c. Selang gas oksigen dan asetilena
d. Regulator/manometer oksigen
e. Regulator/manometer asetilena
f. Brander las atau pembakar las
g. Tip atau mulut pembakar
h. Ekonomiser
2. Empat fungsi regulator :
a. Untuk mengetahui tekanan isi silinder
b. Untuk menurunkan tekanan isi menjadi tekanan kerja
c. Untuk mengetahui tekanan kerja
d. Untuk menjaga tekanan kerja agar tetap konstan.
d. Regulator asetilena berulir kiri dan pada mur penyambung ada tanda
coakan.
4. Alat bantu yang perlu dipersiapkan pada saat pengelasan adalah:
a. Smittang
b. Sikat baja
c. Palu pena
d. Jarum pembersih tip
5. Tiga alasan memilih tip/pembakar las
a. Tebal bahan yang akan dilas
b. Jenis bahan yang akan dilas
c. Proses pengelasan
6. Fungsi ekonomiser adalah sebagai berikut :
a. Untuk menghemat waktu
Peralatan Utama
1) Silinder Gas
Silinder gas adalah botol baja yang dapat digunakan untuk menyimpan
dan mengangkut gas. Isi gas di dalam silinder bermacam-macam mulai
dari : 3500 liter, 5000 liter, 6000 liter, 7000 liter, dan seluruhnya. Pada
bagian atas silinder terdapat keran/katup untuk mengisi dan mengeluarkan
gas seperti pada gambar 2.02 dan 2.03.
Mur Roda
Mur sumbat
Sumbat
Badan
Sumbat
Ulir keluar
Ulir ke botol
Mur pengaman
Oksigen
keluar
Sekat
pengaman
Ulir kesilinder
Oksigen masuk
a) Silinder oksigen
Silinder oksigen dibuat sesuai dengan keperluan, yaitu
dan tekan di dalam 150 kg/cm2 maka isi oksigen adalah : 40 x 150 =
6000 liter
Pada keran/katup silinder terdapat ulir penghubung antara silider
dengan regulator. Cara menghubungkannya ialah dengan
memasukkan baut penghubung regulator pada katup silinder,
kemudian diputar kearah kanan atau searah jarum jam karena
ulirnya adalah ulir kanan.
Untuk hal tersebut, maka silinder oksigen harus ditangani secara baik, agar
tidak menimbulkan bahaya-bahaya yang tidak diingini.
Adapun teknik-teknik penanganan silinder oksigen adalah sebagai
berikut :
b) Silinder Asetilena
Di dalam silinder asetilena berisi bahan berpori (misalnya asbes, kapas,
dan sutra). Bahan berpori ini berfungsi menyerap aseton dan aseton
digunakan untuk menyimpan gas asetilena.
Aseton adalah suatu zat dimana asetilena dapat larut dengan baik di
bawah pengaruh tekanan asetilena pada silinder sebesar
17.5 kg/cm2 (250 psi). Silinder asetilena di lengkapi dengan
sumbat pengaman yang terdapat pada temperatur lebih kurang
100/C. Apabila karena suatu sebab silinder menjadi panas, sumbat
pengaman akan melebur dan akan memberikan jalan keluar bagi
gas asetilena. Silinder asetilena harus disimpan dalam posisi
berdiri tegak, baik dalam keadaan terisi maupun kosong, pada posisi
tidur cairan aseton di dalam silinder akan dapat menyumbat lubang-
lubang pada kutub silinder. Bila terjadi kebocoran pada keran
silinder maka keran tersebut dapat dikeraskan dengan menggunakan
kunci yang ukurannya sesuai, jika masih bocor bawalah keluar
ruangan dan diamkan pada tempat terbuka. Pada katup/keran
silinder terdapat mur untuk menghubungkan keran dengan
regulator. Ulir pada silinder asetilena ini adalah ulir kiri. Untuk
mengeraskannya diputar ke kiri atau berlawanan arah jarum jam, lihat
gambar 2.05 berikut :
Sungkup logam Katup baja logam
Fiker asbes Sumbat pengaman
logam Asbes halus
Sumbat pengaman
40
x 50 x 360 = 7200
100
Las oksi asetilin adalah cukup aman bila Anda menggunakan peralatan
yang wajar dan bekerja sesuai dengan prosedur. Adapun teknik-teknik
penanganan silinder asetilin adalah sebagai berikut :
PERHATIAN :
Gas asetilin dan bahan gas lainnya
sangat mudah terbakar bila bercampur
dengan oksigen atau udara.
Kebocoran berarti mengundang
bahaya kebakaran.
2) Regulator
Regulator atau alat pengaturan tekanan, gambar 2.06 dan 2.07
berfungsi untuk :
a) Mengetahui tekanan isi silinder,
b) Menurunkan tekanan isi menjadi tekanan kerja c)
Mengetahui tekanan kerja.
d) Menjaga tekanan kerja agar tetap (konstan) meskipun tekanan isi
beruba-ubah.
Perbedaan antara regulator asetilena dan oksigen yang paling utama adalah:
a) Regulator asetilena berulir kiri .
b) Pada waktu mengikat, putar ulirnya ke arah kiri atau berlawanan
dengan arah jarum, sedangkan untuk membuka diputar ke arah kanan
atau searah dengan jarum jam.
c) Reguator oksingen berulir kanan, pada waktu mengikat putaran ulirnya
ke arah kanan atau searah dengan jarum jam, sedangkan
untuk membuka diputar ke arah kiri atau berlawanan dengan arah jarum
jam.
d) Perbedaan lainnya :
(1) Tekanan pada manometer
(a) Regulator asetilena
Putar baut pengatur tekanan kerja secara perlahan saat mengatur tekanan
kerja agar tidak merusak membran manometer. Saat
dilakukan pengaturan tekanan kerja pada regulator, posisi badan berdiri
di samping. Regulator yang rusak harus segera diganti untuk pemakaian
selanjutnya.
3) Slang las.
Fungsi slang las adalah untuk mengalirkan gas dari silinder ke
pembakaran. Slang las dibuat dari karet yang berlapis-lapis dan diperkuat
oleh serat-serat bahan tahan panas seperti pada gambar
2.08. Sedangkan sifat slang las adalah sebagai berikut :
a) Kuat
Pembakar las bila dilihat dari cara pencampuran gas dibagi menjadi 2 (dua)
jenis, dapat dilihat pada gambar 2.11 dan 2.12 berikut, yaitu :
a) Pembakar las tekanan rendah (type injector)
b) Pembakar las tekanan rata (type mixer)
Prinsip kerja pembakar las adalah sebagai berikut : Gas oksigen dan gas
asetilena dapat bercampur secara homogen dalam pembakar bila katup
oksigen dan katup asetilena dibuka. Pada keadaan ini gas campuran akan
keluar melalui pembakar dan dapat dinyalakan untuk keperluan pengelasan.
Katup oksigen pembakar mempunyai tanda warna hitam atau biru
sedangkan katup asetilena berwarna merah. Nyala api oksigen dengan
asetilena mempunyai temperatur paling tinggi bila dibandingkan dengan
nyala api oksigen dengan bahan bakar gas lainnya (lihat tabel 01)
0.7 kg/cm2 atau 50 s.d 70 kpa. Kedua gas tersebut masuk ke dalam
pencampur dan bercampur, kemudian kelura melalui pipa pencampur
dan menuju ke mulut pembakar. Pembakar las tipe ini biasanya
digunakan untuk gas asetilena dari silinder.
Perbedaan antara pembakar tekanan rendah dan pembakar
tekanan rata adalah sebagai berikut (lihat tabel 03) :
5) Ekonomiser
Ekonomiser pada pengelasan seperti gambar 2.14 memiliki
beberapa fungsi sebagai berikut :
a) menghemat waktu
b) menghemat gas, terutama dalam pengelasan yang terhenti –
henti
c) memadamkan nyala pembakar, jika pembakar diletakkan pada kait.
d) mencegah terjadinya nyala balik.
Bagian-bagian utama dari ekonomiser adalah sebagai berikut :
1. alat penyala
2. keran penyala
3. kait pembakar
4. slang oksigen dari regulator
5. slang asetilena dari regulator
6. slang oksigen ke pembakar
7. slang asetilena ke pembakar
2 4
3 6 7
6) Jarum Pembersih
Selama proses pengelasan, adakalanya saluran gas pada mulut
pembakar tersumbat. Untuk itu diperlukan alat pembersih. Dengan
menggunakan jarum pembersih diharapkan lubang pada mulut
pembakar tidak bertambah lebar. Mulut pembakar yang bersih
akan menghasilkan pekerjaan yang baik.
Gambar 2.15 Jarum Pembersih
51
Prinsip kerja korek api las adalah dengan menggoreskan batu korek
api pada permukaan yang keras dan kasar, sehingga didapatkan
bunga api yang dapat digunakan untuk membakar campuran gas
yang keluar dari mulut pembakar. Bila batu korek api habis, bisa diganti
dengan batu korek api yang baru.
Bentuk korek api las ada bermacam-macam sebagai contoh, selain
bentuk korek yang biasa dipakai dibengkel juga bentuk
korek api seperti pada gambar 2.17 sebagai berikut :
52
Bentuk mulut penjepit ada 3 macam yaitu :
a) mulut bulat, berfungsi untuk menjepit benda-benda yang bulat
b) mulut datar, berfungsi untuk menjepit benda-benda yang
berbentuk datar
c) mulut serigala, berfungsi untuk benda datar maupun bentuk lainnya,
karena daya cengkramnya lebih kuat dibandingkan
dengan dua jenis penjepit di atas.
2) Sikat baja
Fungsi sikat baja adalah untuk membersihkan kotoran yang terdapat pada
permukaan benda kerja. Kotoran yang berada di permukaan benda kerja
adalah karat, lapisan oksida dan terak yang dihasilkan dari pengelasan.Sikat
baja terbuat dari kayu dan kawat baja seperti pada gambar 2.19.
Untuk menghasilkan sambungan las yang baik, maka sebagai pelaksana pengelasan
secara teoritis harus sudah diketahui atau dipahami hal-hal sebagai benikut yaitu antara lain:
a. Pengertian dasar pengelasan yang baik. Misalnya: Mengetahui berbagai jenis kampuh
las dan segala ukurannya, mengetahui cara pengaturan arus pada setiap alur las dan
segala akibatnyadapat memilih elektroda sesusi dengan maksud dan tujuan dari
pengelasan.
b. Pengertian tentang segi-segi keselamatan kerja sehubungan dengan pelaksanaan
pengelasan. Misalnya: segi-segi yang menyangkut keselamatan manusia
dan langkah- langkah pence- gahan kecelakaan dan hal-hal lain yang perlu untuk
menjamin cara pengelasan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Segi- segi
keselamatan yang menyangkut manusia disini adalah termasuk resiko
pelaksanaan pengelasan yang membahayakan masyarakat umum.
c. Pengertian secukupnya cara membaca gambarkonstruksi, membuat sketsa,
mengukur konstruksi dan sebagainya.
d. Pengertian/pengetahuan tentang ilmu bahan. Misalnya: penyam- bungan yang benar
antara dua bahan yang berbeda, mengetahui jenis-jenis elektroda sesusi dengan
penggunaannya, pergerakan bahan akibat panas (up-setting) dan penghapusan tegangan
sisa (residual stress).
Semua peralatan yang dipersiapkan tersebut di atas harus diperiksa terlebih dahulu
dengan teliti dan hati-hati, sehingga kita sudah merasa yakin bahwa semua peralatan dalam
kondisi sebaik-baiknya dan siap untuk digunakan. Seperti pemeriksaan kabel-kabel las
listrik dan sambungan-sambungan kabel las. Kabel las tidak boleh bocor, karena kabel yang
bocor bila menempel pada logam dapat menimbulkan loncatan busur listrik. Loncatan busur
listrik ditempat yang tidak bergeser akan mencairkan metal ditempat loncatan busur listrik
tersebut berada dan lama-kelamaan dapat menembus metal tersebut. Begitu juga
sambungan-sambungan kabel las harus dalam kondisi sebaik-baiknya sehingga
tidakmenimbulkan kebocoran busur listrik yang membahayakan. Persiapan selanjutnya
berupa pembersihan tempat kerja, pengaturan peralatan-peralatan sedemikian rupa sehingga
memudahkan pelaksanaan pengelasan. Tidak kalah pentingnya adalah pemeriksaan daerah
tempat bekerja. Apakah daerah tempat bekeria benar-benar sudah aman dari berbagai
kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat pelaksanaan pengelasan seperti bahaya
kebakaran misalnya, harus benar-benar diperhatikan juga oleh pihak instruktor/pengawas
maupun pelaksana pengelasan.Setelah semua persiapan tersebut di atas siap untuk dilaksanakan,
maka kampuh las dibersihkan dari berbagai jenis kotoran, seperti karat, cat, air, garam dan lain-
lain, sebab kampuh yang kotor menyebabkan pengelasan tidak sempurna, bahan yang dilas tidak
dapat menyatu dengan baik.
Kampuh U dan J.
Pembuatan kampuh U dan J dapat dilakukan dengan dua cara :
- Melanjutkan pembuatan kampuh V (Single Vee) dengan mesin gerinda sehingga menjadi
kampuh U atau J.
- Dibuat dengan menggunakan teknik "gas gouging", kemudian dilanjutkan dengan gerinda
dan /atau kikir.
Setelah dilakukan persiapan kampuh las, baru dirakit (dilas catat) sesuai dengan
bentuksambungan yang dikerjakan.
Las Catat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan las catat (tack weld) adalah
sebagai berikut :
- Bahan las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah terbakar dan karat
- Pada sambungan sudut cukup di las catat pada kedua ujung sepanjang penampang
sambungan ( tebal bahan tersebut ).
- Bila dilakukan pengelasan sambungan sudut ( T ) pada kedua sisi, maka konstruksi
sambungan harus 900 terhadap bidang datarnya. Bila hanya satu sisi saja, maka sudut
perakitannya adalah 30 - 50 menjauhi sisi tegak sambungan, yakni untuk mengantisipasi
tegangan penyusutan / distorsi setelah pengelasan.
Gambar 1.5 Las catat pada sambungan Fillet (sudut)
Gambar 1.6 Las catat pada sambungan Fillet Sudut/T) dilas dua sisi
Pada sambungan tumpul kampuh V, X, U atau J perlu dilas catat pada beberapa tempat,
tergantung panjang benda kerja. Untuk panjang benda kerja yang standar untuk uji profesi las
(300 mm) dilakukan tiga las catat, yaitu kedua ujung dan tengah dengan panjang las catat
antara 15 -30 mm atau tiga sampai empat kali tebal bahan las. Sedang untuk panjang benda
kerja dibawah atau sama dengan 150 mm dapat dilas catat pada kedua ujung saja.
Gambar 1.8 Las catat pada sambungan tumpul (butt joint ) kampuh V
Bentuk Sambungan Las
1. Agar diantisipasi bahwa tegangan sisa dapat mempercepat retak rapuh, pilihlah
material yang memiliki sifat mampu las dan kekuatan takik yang baik, gunakan
disain yang mudah untuk dilas dan lakukan pengurangan teganga.
2. Untuk menghasilkan sambungan dengan deformasi kecil dan tegangan sisa
minimum, kurangi jumlah titik las dan jumlah endapan las.
3. Minimalkan bending momen pada tiap-tiap daerah las.
4. Hindari disain sambungan las dimana terjadi konsentrasi garis las, berdekatan satu
sama lain atau berpotongan satu sama lain.
5. Untuk mencegah konsentrasi tegangan, hindari struktur yang
terpotong/terputus,perubahantajam pada bentuk-bentuk tertentu, dan takik-takik.
6. Pilihlah metode pemeriksaan dan kriteria cacat las yang dapat diterima, karena cacat
las menyebabkan konsentrasi tegangan
Sambungan las yang baik atau buruk berdasarkan bending momen
b. Macam-macam las
Pengelasan sudut digunakan untuk mengelas sudut dari sambungan T atau sambungan
tumpang. Las sudut pada sambungan T membutuhkan persiapan kampuh alur
tunggal atau alur ganda jika diperlukan penetrasi yang lengkap. Las sudut dapat
diklasifikasikan menurut bentuk las, antara lain las terputus-putus, las menerus, las rantai
dan las berselang-seling
Rangkuman
Persiapan Pengelasan
Selain bentuk kampuh yang digunakan pada pengelasan juga diperlukan ukuran-ukuran
kemiringan dan ukuran kaki lasan yang harus di buat untuk memungkinkan kampuh yang
dibuat sesuai dengan tebal bahan serta standar yang berlakukarena dengan ukuran
kampuh yang dibuat disesuaikan dengan ukuran standar maka diharapkan hasil lasan
yang didapat akan sempurna. Sebelum melakukan pengelasan dengan menggunakan
sambungan las terlebih dahulu dilakukan pengikatan terhadap bahan yang dilas dengan
menggunakan pengikat berupaklem atau dengan menggunakan las ikat, pengikatan dengan
klem atau las ikat sangat penting digunakan untuk mempertahankan bentuk sambungan
yang di buat juga digunakan untuk menghindarkan bahan yang dilas dari perubahan bentuk
yang besar pada benda kerja waktu dilakukan pengelasan, penggunaan las ikat pada
persiapan sambungan harus memperhatikan jenis bahan, tebal bahan yang akan di las dan
kemungkinan perubahan bentuk yang terjadi akibat proses pengelasan serta bentuk
konstruksi sambungan serta kondisi pengelasan yang akan dilakukan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada penggunaan las ikat sebagai pengikatan
sambungan sebelum di lakukan pengelasan, yaitu
• Ukuran las ikat.
• Jarak las ikat.
Tes Formatif
1. Sebutkan macam-macam jenis sambungan yang dapat digunakan pada pengelasan !
2. Sebutkan macam-macam jenis kampuh las yang dapat dibuat pada penggunaan
sambungan tumpul !
3. Jelaskan alasan penggunaan kampuh las pada pengelasan pelat tebal dengan
menggunakan sambungan tumpul !
4. Berapa jarak ideal gap pada pengelasan menggunakan kampuh las !
5. Berapakah ukuran sudut kampuh – V yang harus dibuat !
6. Sebutkan fungsi las ikat pada pengikatan sambungan las !
7. Berapakah ukuran las ikat yang harus di buat pada bagian ujung bahan yang
disambung !
8. Berapakah ukuran jarak las ikat yang harus di buat pada bahan yang disambung,
apabila bahan yang digunakan di atas 3 mm !
Tugas
1. Persiapan Sambungan T
Tujuan
Setelah mempelajari dan berlatih dengan tugas ini, siswa diharapkan mampu membuat
persiapan sambungan sudut (T) pada pelat 8 mm menggunakan peralatan potong gas
dengan memenuhi kriteria:
Hasil potongan rata dan lurus
Ukuran 70 x 200 x 8 mm
Distorsi maksimum 5°
Panjang las ikat 10 – 15 mm pada tiga tempat dan jarak simetris
Konstruksi sambungan siku dan simetris dengan penyimpangan maksimum 5°.
Persiapan Sambungan
Langkah kerja.
1. Siapkan peralatan potong gas dan bahan (pelat baja lunak 10 mm).
2. Lukis garis potong sesuai gambar kerja.
3. Tempatkan mesin potong gas di atas pelat yang akan dipotong, dan atur posisi tip potong
tegak lurus terhadap pelat.
4. Lakukan pemotongan sejumlah 2 buah (satu set sambungan T), sesuai ukuran yang
ditentukan pada gambar kerja.
5. Rapikan sisi potongan dengan menggunakan pahat (jika perlu) gerinda dan/atau
kikir.
6. Rakit dan las catat sambungan menggunakan elektroda E 6013 (Rutile) dengan
konstruksi tegak lurus satu sama lain.
7. Serahkan benda kerja pada pembimbing untuk diperiksa.
Tujuan
Setelah mempelajari dan berlatih dengan tugas ini, siswa diharapkan mampu
membuat persiapan sambungan tumpul kampuh V pada pelat 10 mm dengan
menggunakan peralatan potong gas oksi asetilen dengan memenuhi kriterai :
Hasil potongan rata dan lurus
Ukuran 100 x 300 x 10 mm
Sudul bevel 30° - 35°
Root face dan root gap 2mm, rata dan sama
Distorsi maksimum 5
Panjang las catat 15 - 20mm pada tiga tempat dan jarak simetris
Konstruksi sambungan rata dengan selisih maksimum 1mm
Bahan
Pelat baja lunak tebal 10mm
Satu set gas asetilin dan oksigen
Elektroda AWS-E 6010/11 3,2mm
- Persiapan Sambungan
Langkah kerja.
1. Siapkan peralatan las potong gas oksi asetilen dan bahan (pelat baja lunak 10 mm ).
2. Lukis garis potong sesuai gambar kerja.
3. Tempatkan mesin potong gas di atas pelat yang akan dipotong, dan atur posisi tip potong
30° - 35° terhadap pelat.
4. Lakukan pemotongan sejumlah 2 buah (satu set sambungan tumpul), sesuai ukuran yang
ditentukan pada gambar kerja.
5. Periksa hasil pemotongan, apakah sesuai dengan gambar kerja.
6. Gunakan mal sudut untuk memeriksa sudut potongan.
7. Rapikan sisi potongan dengan menggunakan pahat (jika perlu) gerinda dan atau kikir.
8. Rakit dan las catat sambungan menggunakan elektroda E6010/11 (Cellulose) dengan
konstruksi kemiringan antara 3° - 5° dari permukaan rata 3° - 5°
9. Bersihkan dan dinginkan benda kerja .
10. Ulangi pekerjaan jika belum mencapai kriteria yang ditetapkan.
Lembar Kerja Peserta didik
Nama Pekerjaan :
Nama Peserta :
Lama Pengerjaan : Mulai tanggal…………pukul………………
Selesai tanggal ……….. pukul………………
NO ASPEK URAIAN
1. K3
2. Peralatan kerja
3. Mesin las
4. elektroda
6. Posisi pelat
7. Celah/gap
8. Gambar susunan
Kriteria
Skor Komponen
Persiapan Kerja
Paraf Peserta
Sikap Kerja
Kebersihan
sama
No
lurus
Nama Peserta
10 10 10 30 30 10 B / Bobot
S S H S H S H S H S H
M M M M M M
4 4 4 4 4 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Keterangan:
Bobot ditentukan sesuai karakteristik komponen keahlian, jumlah bobot 100
NK = Nilai Komponen,
SK = Skor Komponen,
SM = Skor Maksimum,
NK (Nilai Komponen) = Skor Komponen dibagi skor Maksimum dikalikan Bobot.
SK
NK = x Bobot
SM
NPK (Nilai Praktik Kejuruan) = Jumlah dari Nilai Komponen ( ∑ NK )
Jenis komponen penilaian (persiapan, proses, hasil, sikap kerja, dan waktu) disesuaikan dengan karakter program
keahlian.
Dapat dinyatakan “mencapai kompetensi”, jika nilai praktek ≥ 70
I. Bahan
- (Sebutkan bahan yang digunakan termasuk elektrodaberapa
banyaknya…………………………………………………….……
- ……………………………………………………………………....
- ………………………………………………………………………
- dst
II. Peralatan
1. (Sebutksn peralatan kerja yang digunakan)
2. …………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………
4. …………………………………………………………………………
5. …………………………………………………………………………
6. dst
Kriteria Keterangan
B=Bobot
Jumlah Hasil
Paraf Peserta
Sikap Kerja
Kebersihan
Nilai Akhir
H=Hasil
No (BxN)
sama
lurus
Nama Peserta
10 10 10 30 30 10 ΣB ΣH B / Bobot
ΣB
N H N H N H N H N H N H
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
RUBRIK PEDOMAN PENILAIAN UJIAN
PRAKTIK KEJURUAN
3 Sikap kerja