Anda di halaman 1dari 8

CASE STUDY ILMU DAN MANAJEMEN ANEKA TERNAK GANJIL

2023/2024

POTENSI DAN PERAN KOMODITAS ULAT SUTRA YANG


TERDAPAT DI INDONESIA

Dosen Pengampu: Ir. Nur Cholis, M.Si., IPM., ASEAN Eng

Disusun oleh:

Kelompok 1

Vika Putri Apsari 205050101111049

Fatah Nur Abdillah 215050100111080

Frezha Oviunita Ukiko 215050100111135

Putri Yumna Hanifah 215050100111138

Irma Widi Astuti 215050100111146

Amaliyah Hasnur 215050100111166

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2023

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu industri yang hingga kini dapat bertahan dan bahkan terus dikembangkan
dari tahun ke tahun adalah industri tekstil kain sutra. Kain yang berasal dari untaian
benang alami yang dihasilkan dari pemintalan serat kokon ulat sutera nyatanya mampu
menciptakan kain yang memiliki keunggulan meliputi kilauan, kehalusan dan daya tahan
yang baik. Kualitas dan keindahan dari setiap untaian benangnya membuat produk ini
sangat terkenal sejak berabad-abad yang lalu dan sangat diminati oleh masyarakat di
berbagai penjuru dunia untuk dijadikan berbagai produk fashion. Keunggulan tidak
tergantikan dari benang alami ini juga menyebabkannya memiliki daya jual tinggi, harga
fantastis dan dapat bertahan di antara munculnya berbagai jenis kain tekstil lainnya.
Dalam berkembangnya industri tekstil kain sutra tentunya tidak lepas dari peran
peternak dalam pembudidayaan ulat sutra sebagai komponen utama pembentuk kokon
yang nantinya akan dipintal menjadi serat-serat benang. Pembudidayaan ulat sutra dan
pemintalan benang ulat sutra termasuk salah satu usaha yang jarang ditemui namun
nyatanya memiliki peluang ekonomi yang. Dalam pembudidayaan ulat sutera terdapat
serangkaian kegiatan yang perlu diperhatikan mulai dari telur, pembentukan kokon dan
pemintalan benang perlu dilakukan oleh peternak yang ahli dan paham akan metode dan
tata cara pembudidayaan. Meskipun terlihat rumit nyatanya pembudidayaan ini dapat
dilakukan oleh siapa saja. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sutera,
terdapat beberapa daerah yang masyarakatnya menggeluti pekerjaan sebagai peternak
ulat sutra, adapun beberapa wilayah yang masih membudidayakan sutera alam yaitu
Kabupaten Soppeng, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Wajo.
Permintaan produk kain sutera setiap tahun terus mengalami peningkatan namun hal
ini tidak diikuti oleh peningkatan jumlah pembudidayaan ulat sutra yang beberapa tahun
terakhir ini produksi sutera alam terus mengalami penurunan baik di Indonesia maupun
di seluruh dunia. Faktor yang menyebabkan menurunnya produksi dan minat usaha
sutera alam seperti terbatasnya bibit berkualitas, harga jual yang tidak stabil pada
peternak, prosedur pembudidayaan yang panjang dan lain sebagainya. Jika hal ini terus
berlangsung, maka akan berakibat tidak terpenuhinya kebutuhan sutera dari dalam negeri
maupun luar negri. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan minat masyarakat dalam
melakukan usaha pembudidayaan ulat sutra, pemintalan benang maupun pembuatan kain
sutra yang memiliki potensi usaha yang besar dan menguntungkan jika berhasil
dikembangkan oleh masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi pengembangan usaha peternakan ulat sutera di Indonesia?
2. Bagaimana peran sektor peternakan ulat sutera di Indonesia?
3. Mengapa minat masyarakat Indonesia dalam beternak ulat sutra perlu ditingkatkan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui potensi pengembangan usaha peternakan ulat sutera di Indonesia
2. Mengetahui peran sektor peternakan ulat sutera di Indonesia
3. Mengetahui alasan minat masyarakat indonesia dalam beternak ulat sutra perlu
ditinggkatkan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Potensi Komoditas Ulat Sutera di Indonesia


Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha di sektor peternakan
ulat sutera. Kondisi alam Indonesia yang cocok untuk pertumbuhan ulat sutera dan tanaman
murbei sebagai pakannya. Menurut Andadari (2015) bahwa keberhasilan budidaya ulat
sutera tergantung dari faktor pakan, bibit ulat, kondisi tempat pemeliharaan, dan sistem
pemeliharaan.
Menurut Andadari dan Sunarti (2015) bahwa untuk mendapatkan bibit ulat sutera yang
lebih baik, telah dilakukan persilangan dari beberapa ras ulat sutera yang ada (Cina, Jepang
dan tropis). Sampai saat ini telah dikoleksi sebanyak 70 galur yang terdiri dari ras Jepang
dan ras Cina dan telah diseleksi berdasarkan kualitas telur, persentase rasio pupa hidup dan
juga kualitas kokonnya. Persuteraan alam masih terkendala yaitu masih rendahnya produksi
per satuan luas (Santoso, 2012). Penggunaan jenis ulat yang sama untuk pemeliharaan pada
kondisi tempat yang beragam telah menimbulkan produksi kokon yang bervariasi (Andadari
& Kuntadi, 2014). Selama ini bibit ulat sutera komersil yang digunakan untuk berbagai
kondisi lingkungan menggunakan hibrid C301. Sejak tahun 1928 semua bibit komersil ulat
sutera merupakan hasil persilangan antara ras Jepang dengan ras Cina. Pada umumnya, ras
Jepang mempunyai kualitas filamen sutera yang baik sementara ras Cina lebih kuat,
kandungan suteranya tinggi dan umurnya lebih pendek (Kaomini & Andadari, 2009).
Padahal hibrid C301 mempunyai daya tahan yang rendah terhadap perubahan kondisi
lingkungan (Kaomini & Andadari, 2009).
Menurut Soetriono (2022) bahwa kebutuhan benang sutera dari tahun ke tahun
meningkat seiring dengan perkembangan dunia mode fashion, sementara itu produksinya
justru terus menurun. Menurut Frans (2013) bahwa pemanfaatan potensi ulat sutera dunia
masih terbatas pada jenis ulat sutera murbei (Bombyx mori L.) dan belum tergantikan
dengan jenis ulat sutera alam lain. Beberapa spesies ulat sutera liar (wild silkworm) sudah
teridentifikasi potensinya untuk dapat dikembangkan sebagai penghasil devisa negara di
bidang industri tekstil. Salah satu spesies ulat sutera liar yang berpotensi untuk
dikembangkan adalah ulat sutera emas Cricula trifenestrata Helf.
Menurut Fatmasari (2020) bahwa untuk mendapatkan benang sutra yang berkualitas
para peternak bibit ulat sutera di sana membutuhkan bibit yang berkualitas pula sehingga
pemilihan bibit sangat mempengaruhi kualitas benang yang dihasilkan. Pemilihan bibit yang
selama ini dilakukan peternak bibit ulat sutra masih menggunakan cara manual yakni
berdasarkan sampel atau contoh bibit yang dibudidayakan pada masa lalu sehingga hal ini
menimbulkan permasalahan seperti kualitas bibit kurang baik, ketahanan bibit terhadap
penyakit kurang, serta tingkat pertumbuhan bibit yang rendah sebab iklim atau cuaca, lahan
atau lokasi budidaya berbeda sehingga pemilihan bibit harus memperhatikan berbagai
faktor.
Selain itu ada beberapa faktor yang mengurangi minat masyarakat dalam beternak ulat
sutera. seperti permasalahan permodalan dan pemasaran. Dalam jurnalnya (C. Satriawati
dkk 2019) menjelaskan bahwa yang menjadi tantangan peternak dalam beternak sutra adalah
permodalan, manajemen dan pemasaran. market share yang rendah menyebabkan
pemasaran sutera menjadi sulit. market share yang rendah ini disebabkan karena pola
pemasaran rata rata masyarakat yang masih menggunakan cara tradisional. Maka perlulah
pengembangan pada pola pemasaran di pelaku usaha sutera.
Tingginya cost produksi menambah pelik kendala yang dihadapi oleh peternak sutera.
Belum lagi ditambah tata niaga yang kurang hingga manajemen yang dinilai kurang layak
menyebabkan keuntungan yang diterima oleh peternak sutera masih terlalu rendah.
Sehingga banyak peternak yang enggan melanjutkan produksi nya. hal tersebut
menyebabkan produksi sutera dari tahun ke tahun terus naik turun.

2. Peran Komoditas Ulat Sutera di Indonesia


Komoditas ulat sutera memiliki peran penting di Indonesia, baik dari segi ekonomi
maupun sosial. Secara ekonomi, budidaya ulat sutera dapat menjadi sumber pendapatan bagi
masyarakat, terutama di pedesaan. Selain itu, industri sutera juga dapat memberikan
lapangan kerja bagi masyarakat.
Secara sosial, budidaya ulat sutera dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu, budidaya ulat sutera juga dapat membantu menjaga kelestarian
lingkungan, karena tanaman murbei yang merupakan pakan ulat sutera dapat menyerap
karbon dioksida. Berikut adalah beberapa peran komoditas ulat sutera di Indonesia:
a. Sumber pendapatan dan lapangan kerja
Budidaya ulat sutera dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat, terutama di
pedesaan. Petani ulat sutera dapat memperoleh pendapatan dari penjualan kokon ulat
sutera, yang kemudian diolah menjadi benang sutera. Selain itu, industri sutera juga dapat
memberikan lapangan kerja bagi masyarakat, mulai dari pemetik daun murbei,
pemelihara ulat sutera, hingga pengrajin kain sutera.
b. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
Budidaya ulat sutera dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Petani
ulat sutera dapat memperoleh pendapatan tambahan dari budidaya ulat sutera, yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, budidaya ulat sutera
juga dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat.
c. Pelestarian lingkungan
Tanaman murbei yang merupakan pakan ulat sutera dapat menyerap karbon dioksida.
Hal ini dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, budidaya ulat sutera
juga dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah.
Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, Indonesia merupakan produsen sutera ke-9
di dunia. Pada tahun 2022, produksi sutera alam Indonesia mencapai 1.080 ton. Produksi
sutera alam Indonesia tersebar di beberapa provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Pemerintah Indonesia terus berupaya
mengembangkan industri sutera di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
produksi sutera alam Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan petani ulat sutera.

3. Budidaya Ulat Sutera


- Kondisi biofisik
Kondisi biofisik lokasi yang berpengaruh dalam budidaya ulat sutera adalah suhu,
kelembaban nisbi, kualitas udara, aliran udara, dan cahaya. Hal ini sangat penting untuk
menyesuaikan iklim mikro di tempat pemeliharaan, agar cocok dengan pertumbuhan
masing-masing instar ulat sutera, serta dapat memproduksi kokon sebanyak mungkin.
- Kondisi sosial ekonomi masyarakat
Kondisi umum petani dikaji dalam indikator umur, tingkat pendidikan, dan kategori
pekerjaan pokok dan sampingan bagi setiap pelaku budidaya ulat.
- Budidaya tanaman murbey
Budidaya tanaman murbei sangat erat kaitan- nya dengan budidaya ulat sutera, karena
keberha- silan budidaya ulat sutera sangat tergantung pada kualitas murbei sebagai satu-
satunya jenis tanaman pakan bagi ulat sutera. Budidaya murbei memerlukan
penanganan khusus mulai dari pengadaan bibit, penanaman dan pemeliharaan,
pengendalian hama dan penyakit serta pemu- ngutan dan penyimpanan daun.
- Strategi pengembangan usaha ulat sutera
Peningkatan keterampilan dan kewirausa- haan petani dalam budidaya ulat sutera.
Umumnya petani lebih mengandalkan penga- laman dalam usaha budidaya murbei dan
ulat sutera. Sampai saat ini pemelihara ulat sutera umumnya memberikan pakan berupa
jenis-jenis murbei yang tersedia karena cende- rung lebih mementingkan kuantitas
daripada kualitasnya. Padahal hasil penelitian menunjuk- kan bahwa penggunaan jenis
murbei dan ulat sutera unggul atau hasil persilangan dapat mem- pengaruhi rendemen
pemeliharaan dan bobot kokon yang dihasilkan.
Di antara beberapa faktor penyebab kegagal- an yang paling dominan dan sulit
diprediksi dalam budidaya ulat sutera adalah munculnya berbagai penyakit pada saat
pemeliharaan ulat sutera. Bahkan, sering terjadi penyakit tidak muncul pada fase awal
pemeliharaan ulat tetapi muncul pada saat ulat menjelang mengokon yang dapat
dikatakan sebagai periode akhir dalam pemeliharaan ulat sutera. Desinfeksi adalah
sebuah tindakan yang dilakukan dalam pemeliharaan ulat sutera untuk mendapatkan
kondisi yang bebas penyakit . Desinfeksi memiliki peranan penting dalam budidaya
ulat sutera yang bebas patogen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kain dari kokon ulat sutera memiliki keunggulan yang kualitas serta keindahannya
diminati oleh masyarakat, menyebabkannya memiliki daya jual tinggi, harga fantastis dan
dapat bertahan di antara munculnya berbagai jenis kain tekstil lainnya. Dengan semakin
tingginya jumlah permintaan produk kain sutera, maka perlu adanya peningkatan minat
masyarakat dalam melakukan usaha pembudidayaan ulat sutra, pemintalan benang
maupun pembuatan kain sutra yang memiliki potensi usaha yang besar dan
menguntungkan. Kondisi alam Indonesia yang cocok untuk pertumbuhan ulat sutera dan
tanaman murbei sebagai pakannya, sehingga dapat dikatakan Indonesia memiliki potensi
yang besar dalam pengembangan usaha di sektor peternakan ulat sutera. Komoditas ulat
sutera juga memiliki peranannya di Indonesia seperti sebagai sumber pendapatan dan
lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pelestarian lingkungan. Dalam
menjalani usaha peternakan ulat sutera perlu adanya penerapan budidaya seperti kondisi
biofisik, kondisi sosial ekonomi masyarakat, budidaya tanaman murbey, dan strategi
dalam pengembangan usaha ulat sutera.

3.2 Saran
Adapun saran yang diberikan setelah menyusun case study pada mata kuliah Ilmu dan
Manajemen Aneka Ternak ini yaitu dalam menghadapi permasalahan budidaya ulat sutera
perlu diperhatikannya faktor yang mendukung berkembangnya peternakan ulat sutera di
Indonesia yang memberikan peranan penting di Indonesia, serta perlu adanya perbaikan
dari faktor yang menyebabkan kegagalan dalam sektor peternakan ulat sutera di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Andadari, L. dan S. Sunarti. 2015. Kualitas Kokon Hasil Persilangan Antara Ulat Sutera
(Bombyx mory L.) Ras Cina dan Ras Jepang. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 9(1): 43-
51.
Andadari, L. 2016. Pemilihan Jenis Hibrid Ulat Sutera yang Optimal untuk Dikembangkan di
Dataran Tinggi dan/atau Dataran rendah. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 13(1): 13-21.
Fatmasari, F., E. Marlina, dan J. Tumiwa. 2020. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Bibit
Ulat Sutra Berkualitas Berbasis Web Menggunakan Metode Ahp Pada Dinas Kehutanan
Dan Perkebunan Kota Sengkang. In SISITI: Seminar Ilmiah Sistem Informasi dan
Teknologi Informasi. 9(2): 122-130.
Frans, T. M. 2013. Pengaruh Pakan dan Bahan Peluruh Serisin terhadap Filamen Terurai
Kokon Ulat Sutera Emas Cricula trifenestrata Helf. Jurnal Ilmu Kehutanan. 7(2): 123-128.
Maharani, A. D. dan D. B. Zahrosa. 2022. Peningkatan Pengetahuan Pengolahan Produk Usaha
Ulat Sutera (Samia Cynthia Riccini). PAKDEMAS: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat. 2(1): 169-174.
Maru, R., N. Badwi, I. Abbas, S. Sudirman, N. Nurfadillah, M. M. Nur, dan N. F. Basram.
2021. Peluang dan Tantangan Pengembangan Budidaya Ulat Sutera dalam Persprektif
Geografi. La Geografia. 19(2): 202-210.
Nurbaedah, M., dan A. Rizal. 2013. Budidaya ulat sutera di desa sudu . Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman.10(4): 229-239.
Rusdi, R., R. Maru, S. Nyompa, R. Rasyid, A. Arfandi, F. Basram. 2021. Persepsi Dan Respon
Masyarakat Terhadap Budidaya Ulat Sutera Di Kabupatens Soppeng. 486-493.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai