Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGUJIAN SUBSTANTIF
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Auditing 1
Dosen Pengajar: Adang Sudrajat, M. Ak, CA, CPA

Kelompok 4:

Adinda Ayu Bestari 2002020033


Seni Mustari 2002020049
Ane Dwi Triani 2002020039

Leni Andriani 2002020060

Osa Sri Azzahra 2002020061


Nova Santika 2002020066

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“PENGUJIAN SUBSTANTIF dengan baik dan selesai tepat waktu.

Tujuan dari penulisan makalah ini secara umum yaitu untuk menjelaskan secara detail
tentang perancangan pengujian substantif, pengembangan program audit untuk pengujian
substantif, dan pertimbangan khusus dalam perancangan pengujian substantif..

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak


Adang Sudrajat, M.Ak, CA, CPA selaku dosen pengajar mata kuliah Auditing 1 yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan serta kesempatan kepada kami sebagai penyusun untuk
mengembangkan wawasan tentang Pengujian Substantif.

Kami selaku yang menyusun makalah ini menyadari bahwa karya ini tidak sempurna
dari segi konten atau teknologi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sangat diharapkan,
serta kontribusi dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis.

Tasikmalaya, 18 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Makalah 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Perancangan Pengujian Substantif 3
2.2 Pengembangan Program Audit untuk Pengujian Substantif 5
2.3 Pertimbangan Khusus dalam Perancangan Pengujian Substantif 7
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengujian substantif menurut Arens dkk. (2011a:472), merupakan


prosedur yang sudah dirancang sedemikian rupa untuk menguji apakah terjadi
salah saji pada laporan keuangan. Dalam pengujian substantif terdapat 3 jenis
pengujian, yaitu pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, dan pengujian
terperinci saldo. Auditor menggunakan pengujian substantif ini untuk mendeteksi
salah saji rupiah yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Selain itu tujuan dari auditor
melakukan pengujian substantif dan pengujian terperinci saldo untuk
mendapatkan bukti yang kompeten.
Keputusan bukti audit untuk pengujian substantif transaksi dan pengujian
terperinci saldo adalah prosedur audit yang dilakukan, jumlah sampel yang akan
diambil, item sampel yang akan diambil, serta waktu pelaksanaan pengujian
tersebut. Hasil dari pengujian substantif tersebut akan dievaluasi untuk
mengetahui apakah terdapat bukti-bukti audit yang terdapat salah saji yang
material. Bukti yang ditemukan oleh auditor harus memiliki keandalan. Menurut
Arens dkk. (2011:153), ada 2 penentu keandalan bukti audit, yaitu ketepatan dan
kecukupan. Menurut SA 500 (2013), ketepatan bukti merupakan pengukuran
terhadap kualitas bahan bukti, yang berarti bukti tersebut relevan dalam
memenuhi tujuan audit untuk saldo akun terkait, sedangkan kecukupan memiliki
arti bahwa bukti pada umumnya dianggap cukup berdasarkan ukuran sampel
yang dipilih oleh auditor. Pada saat bukti dianggap telah memiliki keandalan,
auditor dapat menggunakan bukti tersebut sebagai acuan dalam pembuatan opini
pada laporan audit. Dengan adanya bukti yang andal dan kompeten, dapat
mengurangi risiko auditor dalam memberikan opini.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perancangan pengujian substantif?

2. Bagaimana pengembangan program audit untuk pengujian substantif?

3. Apa pertimbangan khusus dalam perancangan pengujian substantif?

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui tentang perancangan pengujian substantif.

2. Untuk mengetahui pengembangan program audit untuk pengujian substantif.

3. Untuk mengetahui pertimbangan khusus dalam perancangan pengujian

substantif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perancangan Pengujian Substantif


Evaluasi atas Rencana Tingkat Pengujian Substantif
Membandingkan antara tingkat risiko pengendalian sesungguhnya atau akhir dengan
rencana tingkat risiko pengendalian untuk asersi bersangkutan
 jika hasilnya sama: ke tahap perancangan pengujian substantif spesifik (sesuai
dengan rencana tingkat pengujian substantif yang telah ditetapkan)
 jika hasilnya berbeda: tingkat pengujian substantif direvisi, lalu merancang
pengujian substantif spesifik

Perancangan Pengujian Substantif Meliputi penentuan:

1. Sifat, berhubungan dengan jenis dan efektivitas prosedur pengauditan


 risiko deteksi yang dapat diterima rendah, pakai prosedur yang efektif (mahal)
 risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, pakai prosedur yang kurang efektif (lebih
murah)
2. Saat, tingkat risiko deteksi yg dapat diterima mempengaruhi saat pengujian subtantif
 bila risiko deteksi tinggi, pengujian dilakukan beberapa bulan sebelum akhir tahun
 bila risiko deteksi rendah, pengujian dilakukan pada akhir tahun/mendekati tanggal
neraca
3. Luas artinya banyaknya hal (items) atau besarnya sampel yang terhadapnya dilakukan
pengujian atau diterapkan prosedur tertentu
 pengujian substantif untuk konfirmasi 200 piutang dagang > daripada pengujian
substantif untuk konfirmasi 100 piutang dagang
 pengujian substantif akan lebih banyak jika auditor mencocokkan 100 ayat jurnal
daripada pengujian substantif 50 ayat jurnal

Jenis Pengujian Substantif


Jenis Pengujian Substantif Tujuan Keefektifan Biaya
Prosedur analitis Pa Tahap perencanaan: Kurang efektif Tti tidak begitu mahal
Untuk dibandingkan biaya
mengidentifikasi pengujian detil pelaksanaannya.
daerah/tempat yang (tetapi dalam
memiliki risiko salah kondisi tertentu bisa
saji lebih efektif).
Pa Tahap pengujian:
3
Sebagai pengujian
substantive untuk
mendapatkan bukti
tentang asersi
tertentu.
Pengujian detil transaksi Berupa penelusuran Efektifitas tergantung Lebih banyak menyita
(tracing) dan pada prosedur dan waktu dan lebih
pencocokan dokumen yang mahal dibandingkan
(vouching), digunakan. review analitis
bertujuan untuk
menemukan apakah
LK disajikan
understatement atau
overstatement.
Pengujian detil saldo-saldoUntuk mendapatkan Efektifitas tergantung Memakan waktu dan
bukti secara pada prosedur yang biayanya mahal.
langsung tentang digunakan dan tipe
suatu saldo rekening, bukti yang
bukan pada masing- diperoleh
masing pendebetan
atau pengkreditan
yang telah
menghasilkan saldo
tersebut.

Pengujian substantif sebelum tanggal neraca Pertimbangannya:


1. Untuk mengendalikan tambahan risiko audit bahwa salah saji material yang ada
pada saldo rekening pada tanggal neraca tidak akan terdeteksi oleh auditor.

2. Untuk mengurangi biaya pelaksanaan pengujian substantif pada akhir tahun,


sehingga pengujian sebelum tanggal neraca bisa menjadi lebih murah.

4
Contoh efektifitas pengujian detil saldo
Risiko Deteksi Pengujian Detil Saldo-saldo
Tinggi Periksa sekilas (scan) rekonsilisasi bank yang dibuat klien dan
verifikasi ketelitan perhitungan dalam rekonsilisasi.

Moderat Review rekonsilisasi bank yang dibuat klien & verifikasi


bagian-bagian penting rekonsiliasi serta ketelitian perhitungan
dalam rekonsiliasi.

Rendah Buatlah rekonsiliasi bank dengan menggunakan laporan bank


yang diperoleh dari klien dan periksa bagian-bagian penting
rekonsiliasi serta ketelitian perhitungan.

Sangat Rendah Dapatkan laporan bank langsung dari bank, buatlah


rekonsiliasi bank, dan verifikasi semua hal yang direkonsiliasi
serta ketelitian perhitungan.

Ringkasan Hubungan antara Komponen Risiko Audit dengan Sifat, Saat, & Luasnya
Pengujian Substantif

2.1 Pengembangan Program Audit Untuk Pengujian Substantif


Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang guna
menemukan kemungkinan kesalahan moneter secara langsung mempengaruhi kewajaran
penyajian laporan keuangan. Pengujian substantif menghasilkan bukti audit tentang
kewajaran setiap laporan keuangan. Di sisi lain, Pengujian substantif dapat
mengungkapkan kekeliruan atau salah saji moneter dalam pencatatan dan pelaporan
transaksi dan saldo akun. Pengujian substantif mempunyai arti yang hampir sama antara
audit rinci atau audit lanjutan. Pengujian substantif lebih sempit maknanya, yaitu
pengujian untuk menentukan apakah suatu masalah atau penyimpangan benar-benar

5
terjadi atau tidak. Masalah atau penyimpangan tersebut tidak lain adalah firm audit
objectives (FAO). Dalam penyusunan program audit untuk pengujian substantif terdiri
dari tiga tahap, yaitu :
a. Menentukan audit khusus untuk setiap pernyataan yang berkaitan dengan saldo akun.
b. Menentukan prosedur audit dalam pengujian substantif untuk mencapai tujuan audit
khusus yang telah ditetapkan.
c. Menyusun program audit dengan mengelompokkan prosedur audit dalam
pengujian substantif menurut proses audit.
Sifat pengujian substantif mencakup jenis dan efektifitas prosedur audit yang
dilakuan oleh auditor. Jika tingkat resiko deteksi dapat diterima adalah rendah, auditor
harus menggunakan prosedur audit yang lebih efektif, dan biasanya memerlukan biaya
yang lebih tinggi. Apabila tingkat resiko deteksi dapat diterima adalah tinggi, auditor
dapat menggunakan prosedur audit kurang efektif, dan biasanya memerlukan biaya yang
lebih rendah. Auditor dapat menggunakan pengujian substantif berikut ini (Mulyadi,
2002:237) :
1. Prosedur analitik
Prosedur analitik dapat digunakan auditor pada tahap perencanaan audit untuk
mengindentifikasi bidang audit yang memiliki resiko salah saji yang tinggi, tahap
pengujian proses audit sebagai suatu pengujian substantif untuk memperoleh bukti audit
tentang asersi ( representasi manajemen mengenai kewajaran laporan keuangan)
tertentu, tahap pengujian dalam pendekatan terutama substantif.
2. Pengujian terhadap transaksi rinci
Dalam pengujian terhadap transaksi rinci, fokus perhatian auditor adalah
menemukan kemungkinan kekeliruan atau salah saji moneter, bukan penyimpangan dari
pengendalian itern. Pengujian terhadap transaksi rinci terutama berupa prosedur
pengusutan dan pemeriksaan bukti pendukung.
3. Pengujian terhadap saldo rinci
Pengujian terhadap saldo rinci difokuskan untuk memperoleh bukti secara
langsung tentang saldo akun, bukan pendebitan dan pengkreditan secara individual ke
akun tersebut. Dalam pengembangan program audit untuk pengujian substantif kerangka
umum yang dapat dipakai sebagai acuan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan prosedur audit

6
 Pengusutan saldo pos yang tercantum di dalam neraca ke saldo akun yang
bersangkutan di dalam buku besar.
 Penghitungan kembali saldo akun yang bersangkutan di dalam buku besar.
 Pengusutan saldo awal akun yang bersangkutan ke kertas kerja tahun lalu.
 Pengusutan posting pendebitan dan atau pengkreditan akun termasuk ke dalam
jurnal yang bersangkutan.
 Melakukan rekonsiliasi akun kontrol tersebut dalam buku besar ke buku
pembantu yang bersangkutan.

b. Menentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan Pengujian analitik


dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam
menentukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif.
c. Menentukan pengujian terhadap transaksi rinci Pengujian terhadap transaksi rinci
terutama terdiri dari prosedur pengusutan dan pemeriksaan bukti pendukung untuk
membuktikan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban,
penilaian atau alokasi, penyajian dan pengungkapan transaksi atau golongan transaksi.
d. Menentukan pengujian terhadap akun rinci Auditor menentukan berbagai prosedur
audit untuk membuktikan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, hak dan
kewajiban, penilaian atau alokasi, penyajian dan pengungkapan transaksi atau golongan
transaksi.
2.3 Pertimbangan Khusus dalam Perancangan Pengujian Substantif
1) Rekening-Rekening Laba Rugi
Secara tradisional, pengujian terperinci atas saldo akun lebih terfokus pada akun
laporan keuangan neraca (akun riil) daripada akun laporan laba rugi (akun nominal).
Pendekatan ini efisien dan logis karena setiap akun pendapatan dikaitkan dengan satu
atau lebih akun neraca. Semua pernyataan juga berlaku untuk laporan laba rugi, kecuali
untuk pernyataan hak dan kewajiban. Dalam hal ini, pengujian laporan laba rugi lebih
menekankan pada prosedur analitis dan pengujian rincian yang lebih sedikit daripada
pengujian substantif atas neraca.
a. Prosedur Analitis untuk Rekening-Rekening Laba Rugi
Prosedur analitis dapat menjadi alat audit yang sangat efektif untuk memperoleh
bukti saldo laba. Jenis pengujian substantif ini dapat digunakan secara langsung atau
tidak langsung. Pengujian langsung terjadi ketika akun pendapatan atau beban
dibandingkan dengan informasi yang relevan untuk menentukan kewajaran saldo.
7
Pengujian tidak langsung terjadi ketika bukti saldo laba rugi diperoleh dari hasil
prosedur analitis yang diterapkan untuk menguji jumlah input terkait. Dalam keadaan
tertentu, auditor dapat memutuskan untuk menggunakan prosedur analitis hanya untuk
pengujian langsung atas laporan laba rugi tertentu.
 Akun-akun Neraca :
Piutang usaha, persediaan, beban dibayar dimuka, investasi, aktiva tetap, aktiva tak
berwujud, hutang akrual, kewajiban berbunga.
 Akun Laporan Laba Rugi :
Penjualan, harga pokok penjualan, berbagai beban terkait, pendapatan investasi, Beban
penyusutan, beban amortisasi, beban bunga.
b. Pengujian Rincian Laporan Laba Rugi
Jika bukti yang diperoleh dari prosedur analitis dan pengujian terkait rincian akun
neraca tidak mengurangi risiko deteksi ke tingkat rendah yang dapat diterima,
diperlukan pengujian langsung atas rincian tagihan yang berkaitan dengan akun
pendapatan. Ini terjadi ketika :
 Risiko bawaan tinggi, terjadi dalam kasus asersi - asersi yang dipengaruhi oleh
transaksi yang tidak rutin dan pertimbangan serta estimasi manajemen.
 Risiko pengendalian tinggi, keadaan ini dapat terjadi jika pengendalian intern
yang berkaitan dengan transaksi rutin dan tidak rutin tidak efektif, atau auditor
memilih untuk tidak menguji pengendalian intern.
 Prosedur analitis menunjukkan adanya hubungan tidak biasa dan fluktuasi
takdiharapkan.
 Rekening memerlukan analisis. Analisis biasanya diperlukan untuk akun akun
yang membutuhkan pengungkapan khusus dalam laporan laba rugi, berisi
informasi yang diperlukan dalam mempersiapkan SPT pajak dan laporan kepada
instansi yang berwenang.
2) Rekening-Rekening yang Berkaitan dengan Estimasi Akuntansi
Estimasi akuntansi adalah estimasi laporan keuangan, pos, atau komponen dari
suatu akun yang terjadi ketika tidak dapat diukur secara andal. Estimasi akuntansi
memiliki dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan. PSA No. 37,
Audit atas Estimasi Akuntansi (SA 342.07) menyatakan bahwa tujuan auditor dalam
mengevaluasi estimasi akuntansi adalah untuk memperoleh bukti audit kompeten yang
cukup untuk memberikan keyakinan memadai bahwa semua estimasi akuntansi yang
8
material bagi laporan keuangan telah ditetapkan; estimasi akuntansi tersebut masuk akal
dalam kondisi yang bersangkutan; estimasi akuntansi disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku dan diungkapkan secara memadai. Struktur pengendalian
internal perusahaan dapat mengurangi kemungkinan salah saji material yang timbul dari
estimasi akuntansi dan dengan demikian mengurangi ruang lingkup pengujian
substantif.
3) Rekening-Rekening yang Berkaitan dengan Transaski Pihak yang Memiliki Hubungan
Istimewa
Auditor harus mengidentifikasi transaksi dengan pihak berelasi untuk
menyiapkan rencana audit. Tujuan auditor dalam menelaah transaksi terkait adalah
untuk memperoleh bukti tentang tujuan, sifat, dan luas transaksi tersebut serta
pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Ketika menginvestigasi transaksi dengan
pihak-pihak berelasi, auditor tidak diharapkan untuk mengidentifikasi apakah suatu
transaksi tertentu akan terjadi jika pihak-pihak tersebut bukan pihak berelasi dan harga
serta ketentuan pasar mana yang akan digunakan secara wajar.

9
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang guna
menemukan kemungkinan kesalahan moneter secara langsung mempengaruhi kewajaran
penyajian laporan keuangan. Pengujian substantif menghasilkan bukti audit tentang
kewajaran setiap laporan keuangan. Keputusan bukti audit untuk pengujian substantif
transaksi dan pengujian terperinci saldo adalah prosedur audit yang dilakukan, jumlah
sampel yang akan diambil, item sampel yang akan diambil, serta waktu pelaksanaan
pengujian tersebut. Hasil dari pengujian substantif tersebut akan dievaluasi untuk
mengetahui apakah terdapat bukti-bukti audit yang terdapat salah saji yang material.

3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat,
menambah wawasan luas dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca. Apabila ada
kesalahan di makalah ini segala kritik dan saran yang membangun dari teman teman
semua akan diterima dengan ucapan terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Farahaul 2012 Risiko Deteksi dan Perancangan Uji Substantif. (online) (http://farah-
aul.blogspot.com/2012/10/audit-risiko-deteks-dan-perancangan.html. Diakses Pada Tanggal 4
November 2014).

11

Anda mungkin juga menyukai