Kolik Dan Disuria Kelompok 2
Kolik Dan Disuria Kelompok 2
BLOK 14 MODUL 3
KOLIK DAN DISURIA
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul
“Dispepsia” ini tepat pada waktunya. Laporan ini kami susun dari berbagai sumber ilmiah
sebagai hasil dari Diskusi kelompok Kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
terselesaikannya laporan ini, antara lain:
1. Dr. dr. Nataniel Tandirogang, M.Si selaku tutor kelompok 6 yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan Diskusi Kelompok Kecil (DKK)
2. dr. Riries Choiru Pramulia Yudia, M.Kes selaku penanggung jawab modul B14M3
yang berjudul “ Kolik dan Disuria”
3. Teman-teman kelompok 2 yang telah menyumbangkan pemikiran dan tenaganya
sehingga Diskusi Kelompok Kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik, serta
dapat menyelesaikan laporan hasil Diskusi Kelompok Kecil (DKK).
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman angkatan
2021 dan pihak-pihak narasumber yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyelesaikan laporan ini sangat
terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil Diskusi Kelompok Kecil
(DKK) ini.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Manfaat 1
1
SKENARIO 2
A. Step 1 Identifikasi Istilah 2
B. Step 2 Identifikasi Masalah 3
C. Step 3 Analisa Masalah 3
D. Step 4 Kerangka Konsep 5
E. Step 5 Learning Objectives 6
G. Step 7 Sintesis 6
DAFTAR PUSTAKA 34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meskipun sebagian besar masyarakat mungkin pernah mengalami, akan tetapi
istilah kolik disuria mungkin masih tidak umum di telinga banyak masyarakat.
Kolik sendiri merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut seperti obstruksi
usus, atau batu ureter. Sedangkan disuria merupakan gejala nyeri, rasa terbakar,
perih atau gatal pada uretra saat buang air kecil.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah merupakan reaksi inflamasi sel urotelium
yang melapisi saluran kemih. Manifestasi klinis ISK terbagi menjadi ISK atas dan
ISK bawah. Faktor risiko terjadinya ISK dikaitkan dengan umur, gender (wanita
lebih sering), aktivitas keseharian, penyakit yang mendasari, instrumentasi traktus
urinarius dan adanya gangguan berkemih.
Batu saluran kemih (BSK) didefinisikan sebagai pembentukan batu di saluran
kemih yang meliputi batu ginjal, ureter, buli, dan uretra. Pembentukan batu dapat
diklasifikasikan berdasarkan etiologi, yaitu infeksi, non-infeksi, kelainan genetik,
dan obat-obatan. Faktor risiko terjadinya pembentukan batu antara lain, terjadinya
BSK diusia muda, faktor keturunan, batu asam urat, batu akibat infeksi,
hiperparatiroidisme, sindrom metabolik, dan obat-obatan.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi kami ini adalah untuk mengetahui dan
memahami tentang :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi Diare Kronik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, diagnosis, tatalaksana dari :
a. Inflammatory Bowel Disease (IBD)
b. Irritable Bowel Syndrome (IBS)
BAB II
PEMBAHASAN
I. SKENARIO TUTORIAL
Di Instalasi Gawat Darurat sebuah Rumah Sakit tampak seorang bapak dengan usia
sekitar 40 tahun terlihat sangat kesakitan. Dari anamnesis diketahui pasien sedang
mengalami kolik, yang dirasakan pasien sejak dua jam yang lalu dan sempat
menghilang. Dua bulan sebelumnya ada keluhan sering kencing disertai disuria dan
sedikit demam, karena pengobatan yang tidak tuntas keluhan ini masih sering muncul
hingga sekarang. Buang air besar normal. Saat diperiksa oleh dokter didapatkan nyeri
tekan perut kanan tidak terlalu jelas. Didapatkan nyeri ketok di costovertebral angel
kanan. Pada pemeriksaan sedimen urine didapatkan eritrosit urine lebih dari 30 plp ,
leukosit urine 10-15 plp. Pemeriksaan darah lengkap dalam batas normal. Pemeriksaan
kimia darah, ureum 55 mg/dl, serum kreatinin 2,5 mg/dl.
Adanya spasme otot yang terkena sumbatan karena ada batu yang
menyebabkan obstruksi meningkatkan tekanan di pelvis renal, melepaskan
prostaglandin yang menyebabkan laktat yang serabut saraf dan menghasilkan
rasa nyeri, sumbatan > hipoksia > nyeri > mengikuti peristaltik, muncul karena
adanya peran dari otot polos > distensi berdampak pada otot polos > kontraksi >
lumen saluran terditensi > hilang timbul karena kontraksi dan relaksasi, nyeri
dirasakan pada CVA menjalar ke dinding depan abdomen di daerah inguinal
Karena terdapat infeksi, demam > infeksi (reaksi infeksi), disuria >
infeksi pada uretra, menginfeksi secara asending > dari flora normal usus yang
keluar melalui anus dan naik ke uretra, bisa lwt hematogen dan limfogen (naik
ke atas), perempuan lebih sering terkena karena uretra lbh pendek drpd uretra
laki2, demam > reaksi sistem imun, disuria terjadi karena urin terkena mukosa
uretra > diperburuk dgn peristaltik uretra, dan akhirnya ada gatal rasa terbakar
Ginjal kanan mengalami inflamasi karena infeksi, batu ginjal > batu
obstruksi dan iritasi di nefro (nefritis), peradangan dan ginjal oeradangan jika
disentuh mengalami nyeri, di CVA kanan karena obstruksi > obstruksi bergetar
dan nyeri , obstruksi iritasi pd saluran, infeksi sdh naik, CVA kontak nyeri
dibagian belakang > melakukan ketik nyeri di sebelah kanan, nyeri menjalar
kebagian depan bawah iguinal/kemaluan, ada batu ginjal yg gerakan peristaltik
ke bagian distal
• Eritrosit urine >30 plp -› hematuria (normalnya 5-10 plp) (normalnya <5plp,
kerusakan membran glomerulus eritrosit keluar sampai ke urin, jumlah eritrosit
menentuksn luas cedera yang terjadi)
• Leukosit urine 10-15 plp -> leukosituria (normalnya <5 plp) (berkaitan dengan
infeksi dikeluarkan lebih banyak mekanisme kompensasi tubuh melawan
infeksi)
• Serum kreatinin 2,5 mg/dI -> kadar kreatinin tinggi lebih dari normal yang
menandakan adanya gangguan fungi ginjal (normalnya 0,6 - 1,2 mg/dl)
Gejala utama kolik (mengarah ke otot polos yg ada disaluran )dan disuria
(kesulitan buang air kecil) terjadi masalah di saluran, infeksi saluran kemih atau
batu di saluran kemih dan ada gejala tambahan berupa nyeri CVA kanan (+),
ISK pada ginjal pielonefritis, batu di saluran bagian ginjal piokolelitiasis
Terapi non farmako : distraksi atau mengalihkan perhatian klien dari nyeri ,
pemijatan, relaksasi, kompresi, edukasi minum air putih >2L/hari, tidak
menahan kencing, diberikan katerisasi jika pasien kesulitan buang air kecil
(dilakukan kolik berlangsung lama dan tdk ada perubahan setelah diberikan obat
lini pertama)
D. Step 4 Kerangka Konsep
G. Step 7 Sintesis
1. Mahasiswa mampu menjelaskan patomekanisme dari kolik dan disuria
a. Kolik
Kolik ureter atau kolik ginjal adalah nyeri pinggang hebat yang
datangnya mendadak, hilang-timbul (intermitten) yang terjadi akibat
spasme otot polos untuk melawan suatu hambatan. Perasaan nyeri
bermula di daerah pinggang dan dapat menjalar ke seluruh perut, ke
daerah inguinal, testis, atau labium. Penyebab sumbatan pada umumnya
adalah batu, bekuan darah, atau debris yang berasal dari ginjal dan turun
ke ureter.
b. Disuria
Definisi
Epidemiologi
Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru
lahir hingga orang tua. Pada umumnya wanita lebih sering mengalami episode
ISK daripada pria; hal ini karena uretra wanita lebih pendek daripada pria.
Namun pada masa neonatus ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki
(2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi perempuan (0,7%).
Insiden ISK ini pada usia remaja anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8%.
Bakteriuria asimtomatik pada wanita usia 18-40 tahun adalah 5-6% dan angka
itu meningkat menjadi 20% pada wanita usia lanjut.
Etiologi
E coli menyebabkan 70-95% ISK atas dan ISK bawah. Berbagai organisme
bertanggung jawab atas sisa infeksi, termasuk S saprophyticus , spesies Proteus ,
spesies Klebsiella , Enterococcus faecalis, Enterobacteriaceae lain, dan ragi.
Beberapa spesies lebih umum pada sub kelompok tertentu, seperti
Staphylococcus saprophyticus pada wanita muda. Namun, S saprophyticus dapat
menyebabkan sistitis akut pada wanita yang lebih tua dan pada pria muda dan
tidak secara otomatis dianggap sebagai kontaminan dalam kultur urin individu
tersebut.
Patofisiologi
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari
mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berbiak di dalam media
urine. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara: (1) ascending, (2)
hematogen seperti pada penularan M tuberculosis atau S aureus, (3) limfogen,
dan (4) langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah terinfeksi.
Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara
ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal
dari flora normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina,
prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus. Mikroorganisme memasuki
saluran kemih melalui uretra - prostat - vas deferens - testis (pada pria) -
buli-buli – ureter, dan sampai ke ginjal Terjadinya infeksi saluran kemih karena
adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi
(uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan
keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang
menurun atau karena virulensi agent meningkat.
(2) peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas imunitas humoral
maupun imunitas seluler.
Manifestasi Klinis
1. uretritis :
pada pria biasanya ditemukan disuria, adanya duh tubuh, alguria, pruritus
setelah masa inkubasi 2 sampai 14 hari setelah terinfeksi. Pada wanita
biasanya tanpa gejala, namun mungkin didapatkan ketidaknyamanan
pada daerah pinggul atau disuria serta adanya duh vagina
2. sistitis
4. pielonefritis
Diagnosis
Gambaran klinis ISK sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga
menunjukkan gejala yang sangat berat akibat kerusakan pada organ-organ lain.
Pada umumnya infeksi akut yang mengenai organ padat (ginjal, prostat,
epididimis, 19 dan testis) memberikan keluhan yang hebat, sedangkan infeksi
pada organ berongga memberikan keluhan yang lebih ringan. Gejala ISK
obervariasi dan tumpang tindih, meliputi asimptomatik, disuria, polaksuria,
urgensi, nyeri suprapubik, tenesmus, panas sampai menggigi, nyeri
kostovertebral, mual, dan muntah.
Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan urinalisis dan pemeriksaan kultur urine.
Pada urinalisis dicari kemungkinan adanya sel leukosit, eritrosit, ataupun
baktería. Pemeriksaan kultur urine (gold standar) dimaksudkan untuk
menentukan keberadaan kuman, jenis kuman, dan sekaligus menentukan jenis
antibiotika yang cocok untuk membunuh kuman itu.
Sel darah putih (leukosit) dapat diperiksa dengan dipstick maupun secara
mikroskopik. Urine dikatakan mengandung leukosit atau piuria jika secara
mikroskopik didapatkan > 10 leukosit per mm atau terdapat> 5 leukosit
perlapangan pandang besar.
Dikatakan bakteriuria jika didapatkan lebih dari 10 cfu (colony forming unit) per
mL pada pengambilan contoh urine porsi tengah, sedangkan pada pengambilan
contoh urine melalui aspirasi suprapubik dikatakan bakteriuria bermakna jika
didapatkan > 10 cfu per ml.
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk mengungkapkan adanya proses
inflamasi atau infeksi. Didapatkannya leukositosis, peningkatan laju endap
darah, atau didapatkannya sel-sel muda pada sediaan hapusan darah menandakan
adanya proses inflamasi akut. Pada keadaan infeksi berat, perlu diperiksa faal
ginjal, faal hepar, faal hemostasis, elektrolit darah, analisis gas darah, serta
kultur kuman untuk penanganan ISK secara intensif. Pemeriksaan faal ginjal
dapat ditemukan peningkatan ureum dan kreatinin serum.
3. Pencitraan
Pada ISK uncomplicated (sederhana) tidak diperlukan pemeriksaan pencitraan,
tetapi pada ISK complicated (yang rumit) perlu dilakukan pemeriksaan
pencitraan untuk mencari penyebab/sumber terjadinya infeksi.
a. Foto Polos Abdomen.
Pembuatan foto polos berguna untuk mengetahui adanya batu radioopak
pada saluran kemih atau adanya distribusi gas yang abnormal pada
pielonefritis akut. Adanya kekaburan atau hilangnya bayangan garis
psoas dan kelainan dari bayangan bentuk ginjal merupakan petunjuk
adanya abses perirenal atau abses ginjal. Batu kecil atau batu semiopak
kadangkala tidak tampak pada foto ini, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan foto tomografi.
b. PlV
PIV adalah pemeriksaan rutin untuk mengevaluasi pasien yang
menderita ISK complicated. Pemeriksan ini dapat mengungkapkan
adanya pielonefritis akut dan adanya obstruksi saluran kemih; tetapi
pemeriksaan ini sulit untuk mendeteksi adanya hidronefrosis,
pionefrosis, ataupun abses ginjal pada ginjal yang fungsinya sangat jelek.
c. Voiding sistouretrografi.
Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengungkapkan adanya refluks
vesiko-ureter, buli-buli neurogenik, atau divertikulum uretra pada wanita
yang sering menyebabkan infeksi yang sering kambuh.
d. Ultrasonografi.
Ultrasonografi adalah pemeriksaan yang sangat berguna untuk
mengungkapkan adanya hidronefrosis, pionefrosis, ataupun abses pada
perirenal/ginjal. Apalagi pada pasien gagal ginjal yang tidak mungkin
dilakukan pemeriksaan PlV. Pada pasien gemuk, adanya luka operasi,
terpasangnya pipa drainase, atau pembalut luka pasca operasi dapat
menyulitkan pemeriksaan ini.
e. CT scan.
Pemeriksaan ini lebih sensitif dalam mendeteksi penyebab ISK daripada
PIV atau ultrasonografi, tetapi biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan
ini relatif mahal.
Tatalaksana
Prinsip Dasar : intake cairan yang banyak, antibiotik yang adekuat, terapi
simtomatik jika perlu untuk alkalinisasi urin
a. Pielonefritis
Terapi bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih parah dan
pemberian terapi suportif dan antibiotik untuk memperbaiki kondisi pasien.
Antibiotik bersifat Bakterisidal. Secara farmakologis dapat melakukan penetrasi
ke jaringan ginjal. Golongan Obat obatan:
1)AminoglikosidadikombinasikandenganAminopenisilin(ampisilin atau
amoksisilin)
3) Karboksipenislin
4) Sefalosporin
5) Fluoroquinolone
b. Sistitis
1. uncomplicatedSistitis⇒beriterapiantimikrobadosistunggaldan jangka
pendek (1-3 hari)
2) Jika gagal ⇒ beri antimikroba yang dapat membasmi E. Coli; Nitrofurantoin,
Trimetoprim-Sulfametoksazol, atau Ampisilin.
c. Uretritis
Pada GO
d. Urosepsis
1)PemberianAntibiotiksesuaidenganetiologipenyebaburosepsis.
Beri antibiotik yang sensitif terhadap bakteri gram negatif, yaitu golongan
aminoglikosida (gentamisin, tobramisin atau amikasin), golongan ampisillin
(yang dikombinasi dengan asam klavulanat atau sulbaktam), sefalosporin
generasi ketiga, atau golongan fluorokuinolon.
Definisi
Batu saluran kemih (urolitiasis) adalah adanya batu didalam saluran kemih,
mulai dari ginjal hingga uretra. Komposisi batu yang terbentuk dapat terdiri atas
salah satu atau campuran dari asam urat, kalsium oksalat, kalsium fosfat, sistin,
struvit, atau xantin. (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 4)
Epidemiologi
Etiologi
● Hiperkalsiuria
Paling sering, ini adalah temuan idiopatik. Hal ini dapat menjadi
sekunder untuk peningkatan penyerapan kalsium usus, kalsium serum
sirkulasi yang lebih tinggi, penurunan reabsorpsi kalsium ginjal
(kebocoran kalsium ginjal), hipervitaminosis D, hiperparatiroidisme,
beban protein tinggi, atau asidosis sistemik.
● Hyperoxaluria
● Hiperurikosuria
● Batu infeksi
● Hipositraturia
Manifestasi Klinis
Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai
nyeri pada saat kencing atau sering kencing. Batu dengan ukuran kecil
mungkin dapat keluar spontan setelah melalui hambatan pada perbatasan
uretero-pelvik, saat ureter menyilang vasa iliaka, dan saat ureter masuk
ke dalam buli-buli. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat
trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu.
Kadang-kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa
hematuria mikroskopik.
2. Batu buli-buli
Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi antara lain: nyeri
kencing/disuria hingga stranguri, perasaan tidak enak sewaktu kencing,
dan kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan
perubahan posisi tubuh. Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan
(referred pain) pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai
kaki. Pada anak seringkali mengeluh adanya enuresis nokturna, di
samping sering menarik-narik penisnya (pada anak laki-laki) atau
menggosok-gosok vulva (pada anak perempuan).
3. Buli Uretra
Diagnosis
● Anamnesis
● Pemeriksaan Fisik.
Tatalaksana
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang
lebih parah. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu saluran
kemih adalah jika batu telah telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau
harus diambil karena sesuatu indikasi sosial.
Medikamentosa
Endourologi
Bedah Laparoskopi
Bedah terbuka
A. KESIMPULAN
Kolik adalah merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ
berongga yang umumnya disebabkan karena hambatan pasase dalam rongga
tersebut. Nyeri ini timbul oleh karena hipoksia, dirasakan hilang timbul, dapat
disertai mual dan muntah.
Disuria biasanya terjadi ketika urin bersentuhan dengan lapisan mukosa
uretra yang meradang atau teriritasi. Hal ini diperburuk oleh dan berhubungan
dengan kontraksi otot detrusor dan peristaltik uretra, yang kemudian
merangsang nyeri submukosa dan reseptor sensorik yang mengakibatkan nyeri,
gatal, atau sensasi terbakar saat buang air kecil.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah merupakan reaksi inflamasi sel
urotelium yang melapisi saluran kemih. ISK adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin. Manifestasi klinis
ISK terbagi menjadi ISK atas dan ISK bawah.
Batu saluran kemih (BSK) didefinisikan sebagai pembentukan batu di
saluran kemih yang meliputi batu ginjal, ureter, buli, dan uretra. Pembentukan
batu dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, yaitu infeksi, non-infeksi,
kelainan genetik, dan obat-obatan.
B. SARAN
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari
segi diskusi kelompok, maupun dalam penulisan laporan dan sebagainya, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik
sebagai tutor maupun dosen yang memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan
angkatan 2021 dan dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan. Dan kami
berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI jilid II. Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing, 2015