Anda di halaman 1dari 5

B.

HASIL PELAKSANAAN PKL


4. Upaya Tatalaksana Malaria di Puskesmas Kecamatan Cilincing ( Pengobatan standar )
Kebijakan penanggulangan malaria untuk mencapai tujuan eliminasi malaria di
Indonesia diantaranya semua tersangka malaria yang ditemukan secara aktif dan pasif di
fasilitas pelayanan (Fasyankes) harus dilakuka pemeriksaan darah atau konfirmasi dengan
mikroskop atau test cepat Rapid Diagnostik Test (RDT) diikuti dengan pemberian
pengobatan malaria yang sesuai standart. Pemberian pengobatan malaria harus mengikuti
kebijakan nasional pengendalian malaria di Indonesia yaitu dengan ACT (Artemisinin based
Combination Therapy). ACT hanya diberikan kepada tersangka malaria yang hasil
pemeriksaan darah malarianya positif ditambah dengan pemberian primaquin yang disesuaikan
dengan jenis Plasmodiumnya. Melalui diagnosis dan pengobatan yang tepat sesuai standart
maka penderita malaria dapat diobati dan kasus serta penularannya dapat di minimalkan
sehingga tidak menjadi masalah kesehatan. Adapun alur tatalaksana penderita malaria sebagai
berikut :
Alur Tatalaksana Penderita Malaria
Puskesmas Kecamatan Cilincing tidak mempunyai buffer stock Obat Anti Malaria
(OAM) karena kasus malaria per tahunnya sedikit dan bila tersedia di puskesmas obat tidak
terpakai dan expayer. Berdasarkan Esismal puskesmas kecamatan Cilincing kasus tahun 2021
tidak terdapat kasus positif. Sedangkan tahun 2023 terdapat 2 kasus malaria dengan klasifikasi
kasus impor. Jarak antar puskesmas dengan rumah sakit tidak bergitu jauh dan masih bisa
dijangkau. Sehingga obat malaria hanya bisa didapatkan di rumah sakit rujukan pengobatan
malaria. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Nomor 6 Tahun 2022 tentang Mekanisme
Pelayanan Kebutuhan Obat Anti Malaria. Adapun alur pelayanan kebutuhan obat anti malaria
(OAM) bagi fasyankes di Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut :
Puskesmas Kecamatan Cilincing hanya melakukan penemuan kasus secara pasif
selanjutnya pasien yang dinyatakan positif dilakukan tindakan rujukan. Rujukan di Puskesmas
Kecamatan Cilincing di bagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Rujukan internal adalah rujukan antar unit layanan apabila pasien membutuhkan
penanganan lebih lanjut di unit layanan yang lain namun masih dalam gedung Puskesmas.
2. Rujukan eksternal non emergency adalah tindakan petugas mengirim pasien dengan
kondisi stabil ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut yang memiliki sarana dan
tenaga yang lebih kompeten atau lebih lengkap sesuai kebutuhan pasien.
Untuk malaria sendiri termasuk rujukan eksternal non emergency. Dimana apabila
ditemukan pasien positif malaria yang telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium
dilakukan tatalaksana kasus malaria tanpa komplikasi. Dengan di rujuk ke fasyankes penyedia
OAM terdekat dengan menyertakan surat pemintaan obat, resep asli dokter, hasil laboratorium
mikroskopis malaria dan fotokopi KTP atau KK pasien dan didampingi petugas KPLDH
(Ketuk Pintu Layanani Dengan Hati). Selanjutnya pasien yang telah menerima obat malaria
dikembalikan ke puskesmas untuk dilakukan pemantauan minum obat dan follow up
pengobatan.
Selanjutnya pelaporan penggunaan dan logistik dicatat kedalam format pengobatan
malaria atau laporan logistik, kemudian di input oleh Fasyankes Penyedia Layanan OAM ke
Esismal V3 setiap bulan. Monitoring dan evaluasi pengunaan OAM dilakukan Dinas
Kesehatan Provinsi DKI bersama tim Suku Dinas Jakarta Utara secara berjenjang minimal
setiap 3 bulan sekali.
mempunyai surat keputusan Suku Dinas Kesehatan Kota Administarsi Jakarta Utara Nomor
03/2023 tentang Kelompok Kerja Tatalaksana (Diagnosis dan Pengobatan) Malaria Tingkat Kota
Administrasi Jakarta Utara

Anda mungkin juga menyukai