Berdasarkan judul dan latar belakang permasalahan yang diangkat, maka bubjek
penelitian dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru di SMPN 1 Gerung.
Sedangkan yang menjadi objek yang diteliti ialah pelaksanaan supervisi akademik
2. INDIKATOR
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ialah wawancara dan
menjadi fokus penelitian yang nantinya akan dituangkan kedalam butir – butir
d. Pola hubungan antara kepala sekolah dengan guru dalam pelaksanaan supervisi
akademik
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus, oleh karena itu, desain
evaluasi yang dirasa cocok oleh peneliti untuk melakukan pengumpulan data dan
evaluasi terhadap supervisi akademik di SMPN 1 Gerung adalah Model Observasi dan
yang dihadapi selama ini terkait dengan supervisi akademik dan solusi dari kendala
- Model Observasi dilakukan untuk menvalidasi hasil dari wawancara yang dilakukan
dan observasi yang dilakukan. Dokumentasi bisa dengan foto/video proses dan hasil
4. SUMBER DATA
Sumber data dibedakan atas 2 yakni, sumber data primer dimana sumber data ini
diberikan langsung kepada peneliti. Sumber data sekunder adalah sumber data yang
tidak diberikan langsung kepada peneliti, bisa melalui orang lain atau dokumen.
Berdasarkan pemaparan diatas, sumber data yang diberikan ialah dokumen catatan
supervisi akademik kepala sekolah yang selama ini terjadi. Serta sumber data lainya
wawancara yang berisi pertanyaan dari setiap indikator yang telah ditentukan
pengumpulan data berupa observasi untuk menvalidasi hasil wawancara dan juga
mendapatkan informasi tambahan. Dalam kegiatan observasi ini, peneliti tidak berperan
sebagai apapun, hanya sebagai pengamat pasif yang mencatat dan mengamati objek
pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan. Observasi pada penelitian ini berfokus
6. ANALISIS DATA
observasi dan dokumentasi, langkah selanjutnya ialah melakukan analisis data sehingga
data yang sebelumnya masih berupa draft hasil wawancara menjadi sesuatu yang
bernilai informasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif model studi kasus hanya
bisa dilakukan oleh peneliti sendiri karena sebagai instrumen kunci, peneliti yang
penelitian ini. Langkah analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
dimulai dengan membaca seluruh hasil wawancara dan observasi untuk memperoleh
informasi secara umum permasalahan yang diangkat. Selanjutnya, dari informasi umum
yang didapatkan, maka peneliti melakukan kompilasi atau decoding informasi untuk
mendapatkan informasi khusus terkait dengan indikator wawancara yang telah disusun
sebelumnya. Akhirnya, peneliti akan menyusun informasi tersebut sesuai dengan urutan
Lampiran 3
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru (6 orang guru
PNS di SMPN 1 Gerung) berikut dengan observasi dan dokumentasi, didapatkan kesimpulan
yakni :
1. Pelaksanaan supervisi di SMPN 1 Gerung sudah baik. Namun, supervisi yang sering
dilakukan dan periode waktu juga masih belum jelas karena terkendala waktu dan
observasi juga menyesuaikan dengan keadaan, walaupun ada beberapa guru yang
memilih untuk tetap berada di kelas sampai proses pembelajaran selesai, ada pula
akademik jarang dilakukan dan kalaupun dilakukan, biasanya dilakukan oleh guru
senior. Kepala sekolah memberikan mandat kepada guru senior untuk melakukan
supervisi akademik dengan model observasi kelas untuk mengetahui persiapan guru
dalam mengajar. Kendala yang sering dihadapi ialah, karena beberapa guru senior
yang bertugas sebagai supervisor internal kesulitan dalam mengatur waktu karena
kepadatan jam mengajar. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya kerja sama guru
motivasi dan peran kepala sekolah dalam proses supervisi. Untuk proses supervisi
dokumen, kepala sekolah hanya memberikan ceklis yang harus diisi mengenai
Bonding atau Hubungan yang erat antara guru dan kepala sekolah dalam proses
supervisi ini. Feedback dan supervisi lanjutan juga tidak dilakukan. Untuk supervisi
akademik, terlihat bahwa guru kurang mendapatkan manfaat yang lebih dari proses
supervisi akademik ini karena selain karena proses supervisi akademik ini jarang
dilakukan (periode hanya 2 kali setahun), keberlanjutan mengenai hasil feedback dan
refleksipun tidak dilakukan. Supervisor, baik kepala sekolah ataupun guru senior
supervisi kelas, lalu kemudian ikut masuk ke kelas dan memantau jalannya proses
memberikan masukan, RTL atau rencana tindak lanjut dalam hal ini supervisi
lanjutan tidak dilakukan. Sehingga tidak ada pantauan lebih lanjut apakah saran yang
diberikan oleh supervisor sudah dilaksanakan atau tidak, dan impact nya dalam
kelas.
memiliki banyak tanggung jawab lain diluar sekolah baik yang bersifat
administratif ataupun tidak. Hal tersebut membuat kepala sekolah memberikan
supervisi tersebut kurang dari kesan formal karena hubungan antara guru dan
guru (dalam hal ini guru senior) dekat, sehingga, menurut beliau, perbedaan
c. Selain point b, imbas dari pemberian mandat itu juga menyebabkan susahnya
mengatur jadwal supervisi antara guru senior dan guru yang disupervisi. Hal
d. Selain kesibukan dan kesulitan mengatur jadwal, kendala lainnya ialah karena
banyak even nasional ataupun kegiatan non mengajar lainnya yang membuat
proses pembelajaran tidak berjalan lancar. Ruang kelas atau sekolah dipakai
Narasumber : Bu Guru A
Aktifitas : Wawancara
Rencana wawancara dilakukan pada hari Senin, saat keluar main yakni pada pukul
10.10 WITA. Proses wawancara dimulai dengan penyampaian tema atau topik dari
menggunakan rekaman suara yang diselipi dengan pengambilan dokumentasi beberapa buah
dilaksanakan hanya sekali setiap semester ini memang dilakukan secara terjadwal, namun
sering kali waktu dari supervisi akademik ini bergeser dari seharusnya dikarenakan beberapa
alasan, kesibukan merupakan alasan yang paling besar. Periode dalam melakukan supervisi
dikelas dilakukan dalam 1 jam pelajaran dengan mencakup 3 proses, yakni pembukaan,
proses penyampaiaan materi, dan penutup. Dikarenakan proses supervisi ini dilakukan oleh
guru senior yang merupakan mandat dari kepala sekolah, maka hubungan antara guru dan
guru senior terkesan lebih santai daripada dengan pemimpin. Selain itu, bu A juga
menuturkan beberapa kendala yang ia rasakan selama proses supervisi. Walaupun bukan
masalah yang berarti, namun jadwal yang berantakan merupakan kendala dalam
terselenggaranya proses supervisi yang terorganisir. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan
masalah tersebut, bu A merasakan perlu dilakukan penjadwalan yang lebih baik, dan bila
jadwal tersebut sewaktu – waktu berubah karena ada kegiatan lain, tim perlu melakukan re-
perkebangan kepribadian yang dilakukan oleh kepala sekolah atau guru senior, dan guru A
menjelaskan bahwa tidak adanya bimbingan yang dimaksud. Hal serupa dijawab oleh bu A
saat peneliti menanyakan mengenai tindakan refleksi dan observasi lanjutan. Menurut bu A,
selama beliau bergabung di SMPN 1 Gerung ini, tidak pernah dilaksanakan atau dilakukan
A, Penyusunan laporan supervisi akademik sangat diperlukan sebagai bentuk arsip dan
dokumentasi kegiatan supervisi bila sewaktu – waktu dibutuhkan. Selain itu, dengan adanya
pelaporan supervisi, maka akan membantu guru untuk memanajemen kegiatan sekolah dan
membantu guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dikelas kedepannya. Oleh
karena itu, penyusunan laporan supervisi membutuhkan kerjasama antara guru yang
disupervisi, dengan supervisor. Hal – hal yang merupakan bagian dari laporan mulai dari
perencanaan kegiatan supervisi, teknis supervisi akademik yang akan dilakukan, skenerio
d. Aktifitas : Wawancara
sekolah karena hambatan waktu yang dimiliki baik narasumber dan juga peneliti. Wawancara
dilakukan pada pukul 13.30, dengan berlokasi di Lab Bahasa di SMPN 1 Gerung. Dengan
panduan wawancara yang sama, peneliti menyakan beberapa hal sesuai dengan topik yang
diangkat. Sebelumnya, narasumber sudah diinformasi sehari sebelumnya mulai dari izin
melakukan wawancara dan ketersediaan menjadi narasumber, topik yang akan dibahas dan