Anda di halaman 1dari 44

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sekolah adalah tempat untuk melakukan transpor ilmu dari pendidik kepada
peserta didik, yaitu dengan cara belajar. Pendidikan di saat sekarang ini sangatlah
perlu, karena zaman sekaran telah berubah dari zaman sebelumnya.
Di dalam sekolah ini, terdapat sebuah kurikulum, yang mana kurikulum itu
digunakan agar pendidik ataupun peserta didik dapat lebih kreatif, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar kita semua mengetahui
apa-apa saja yang digunakan pada pendidikan pada zaman sekarang ini.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana dasar hukum pengelolaan pendidikan ?
b. Bagaimana wawasan dasar pengelolaan pendidikan ?
c. Bagaimana pengelolaan satuan pendidikan ?

C. Tujuan Masalah
a. Mengetahui dasar hukum pengelolaan pendidikan
b. Mengetahui wawasan dasar pengelolaan pendidikan
c. Mengatahui pengelolaan pendidikan

BAB II
Dasar Hukum Pengelolaan Pendidikan

1. Pendidikan Menurut Undang Undang Dasar 1945


Pasal pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang Undang Dasar
1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan 32. Pasal 31 mengatur tentang pendidikan
kewajiban pemerintah membiayai wajib belajar 9 tahun di SD dan SMP, anggaran
pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD, dan sistem pendidikan nasional.
Sedangkan pasal 32 mengatur tentang kebudayaan.
2. Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
4. Undang-Undang yang berkaitan dengan kependidikan :
* Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badang
Hukum Pendidikan
* Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan.
* PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
* Permendiknas No.5 tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana
Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan tahun 2006, termasuk pemberian
Block Grant/Subsidi Sekolah
* Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
* Permendiknas No.23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
* Permendiknas No.24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Mendiknas
No.22 tahun 2006 dan Peraturan Mendiknas No.23 tahun 2006
5. Yang berhubungan dengan Peraturan Kepegawaian :
* PP No.47 tahun 2005 tentang PNS yang menduduki Jabatan Rangkap.
* PP No.48 tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi CPNS.
*Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No.21 tahun 2005 tentang
Pedoman Pendataan dan Pengolahan Tenaga Honorer.

BAB III
Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan
A. Pengertian Pengelolaan Pendidikan
Menurut M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ
dan Jusuf Udaya (1995), manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan–tujuan
organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan
(planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan
(controlling).
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), pendidikan
adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses,
perbuatan dan cara mendidik).
Pengelolaan pendidikan adalah suatu proses perubahan sikap dan perilaku
seseorang atau kelompok dengan melakukan kegiatan planning, organizing, leading,
dan controlling.

B. Fungsi-fungsi Manajemen

Ada 4 fungsi utama manajemen :

a. Perencanaan ( planning )
Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi
untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi.
Perencanaan merupakan awal dari segalanya, apabila tidak ada perancanaan
maka fungsi manajemen lainnya tidak akan terlaksana. Rencana ada dua yaitu
rencana formal dan informal. Rencana formal yaitu rencana yang tertulis dan
merupakan persetujuan dari organisasi atau kelompok, sedangkan rencana
informal yaitu rencana yag tidak tergabung dengan organisasi dan bahkan tidak
tertulis.

Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :

Menetapkan tujuan dan target bisnis


Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.

b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian yaitu proses dimana kita melakukan suatu strategi dan cara
yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur
organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan yang kondusif, dan
dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara
efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.

Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian :


Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan
menetapkan prosedur yang diperlukan
Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan
dan tanggungjawab
Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia/tenaga kerja
Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat

c. Fungsi Pengarahan dan Implementasi


Pengarahan dan implementasi merupakan proses memotivasi anggota agar
melakukan sesuatu dengan tekun dan bertanggungjawab dengan penuh kesadaran
yang tinggi.

Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi

Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian


motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan
Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan

d. Fungsi Pengawasan dan Pengendalian


Pengawasan dan pengendalian dilakukan untuk memantau atau memastikan
semua berjalan dengan lancar dengan target yang diharapkan, walaupun ada
beberapa atau sedikit yang meleset dari yang direncanakan.

Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian

 Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai


dengan indikator yang telah ditetapkan
 Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin
ditemukan
 Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait
dengan pencapaian tujuan dan target bisnis

BAB IV
PENGELOLAAN SATUAN PENDIDIKAN

1. Kepemimpinan Sekolah
Pendapat Hersey dan Blanchard : “kepemimipinan adalah proses
mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam
situasi tertentu”.( proses unutk mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan tujuan).
Pendapat Overton : “leadership is ability to get work done with and through
others whilegaining tehir confidence and cooperation”. (kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan dengan dan melalui orang
lain sementara mendapatkan kepercayaan diri dan kerja sama).

Kepemimpinan sekolah dalam reformasi pendidikan telah berubah dengan


cepat dengan gerakan reformasi. Kepemimpinan sekolah pada tahun 1960-an dan
1970-an difokuskan pada peningkatan metode pengajaran, desain kurikulum, alat
bantu belajar dan fasilitas dan input sumber daya khususnya di beberapa negara barat
maju. Tapi, perubahan ini gagal dilaksanakan karena hasil belajar siswa tetap seperti
sebelumnya.
Tahun 1980-an terjadi perubahan kebijakan pendidikan, dimana perubahan ini
meningkatkan didtem dan majemen sekolah, yang membuat masalah kepemimpinan
sekolah diperhatikan dikalangan pendidik, peneliti, dan pembuat kebijakan. Sejak
akhir tahun 1980-an, ada sembilan kecenderungan reformasi pendidikan yang tren
setelah ledakan reformasi sekolah dikawasan asia-pacilic dan bagian lainnya. Yang
membuat perubahan di lingkungan pendidikan, yaitu :
 Membangun kembali visi nasional yang maju dan tujuan pendidikan
 Rektrukturisasi sistem pendidikan pada tingkat yang berbeda
 Privatisasi dan diversifikasi pendidikan
 Meningkatkan keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan
dan manajemen
 Menjamin kualitas pendidikan, standar dan akuntabilitas
 Peningkatan dan desentralisasi manajemen dan berbasis sekolah
 Meningkatkan kualitas guru danpengembangan profesional berkelanjutan
seumur hidup dari para guru dan kepala sekolah
 Penggunaan teknologi informasi dalam belajar mengajar dan menerapkan
teknologi baru dalam manajemen
 Terjadinya pergeseran paradigma dalam belajar, mengajar, dan
pendidikan.
Perubahan ini menjadi tantangan bagi kontek pimpinan sekolah danperlunya
pergeseran paradigma dalam kepemimpinan sekolah (Cheng. 1996a 1-2; Cheng
1999a: Cheng dan Towsend 2000).

Beberapa sifat pemimpin yang berguna dan dapat dipertimbangkan


(Samsudin, 2006:293-294):

(1) keinginan untuk menerima tanggung jawab,

(2) kemampuan untuk perceptive,

(3) kemampuan untuk bersikap objektif,

(4) kemampuan untuk menentukan prioritas, dan

(5) kemampuan untuk berkomunikasi.

Sifat kepemimpinan kepala sekolah menurut Ardiansyah adalah:

(1) kemampuan sebagai pengawas,

(2) kecerdasan,

(3) inisiatif,

(4) energi jasmaniah dan mental,

(5) kesadaran akan tujuan dan arah,

(6) stabilitas emosi,

(7) obyektif,

(8) ketegasan dalam mengambil keputusan,

(9) keterampilan berkomunikasi,

(10) keterampilan mengajar,

(11) keterampilan sosial, dan

(12) pengetahuan tentang relasi insan

Menurut Mulyasa (2005:109), pada hakikatnya kepala sekolah sebagai


administrator harus lebih mengutamakan tugas, agar tugas-tugas yang diberikan
kepada setiap tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di
samping berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan
kemanusiaan dengan para stafnya agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan baik
dan tetap merasa senang melakukan tugas.
Kepala sekolah umumnya menggabungkan pembagian tugas dengan hubungan
manusiawi. Dimana pembagian tugas dan hubungan manusiawi berakitan erat,
denganmemberikan tugas kepada tenaga pendidik maka terjalinlah hubungan
manuasiawi.

Keterlibatan kepala sekolah adalah untuk memberikan motivasi, upaya dan


kreativitas siswa serta guru. Pemimpin sekolah harus membangun visi dan tujuan
yang baru dan mempertimbangkan perubahan dalam tujuan, isi, proses, dan praktek
sekolah. Tantangan untuk para pemimpin sekolah yaitu mampu memfasilitasi
perubahan teknologi dan budaya yang efektif.

Dalam hal ini pimpinan sekolah dituntut dapat menguasai semua yang ada
disekolah, salah satunya yaitu mendorong guru untuk meningkatkan kualitas
akademik dan profesional sebagai guru. Pimpinan harus memiliki orientasi tugas dan
orientasi perilaku.

 Orientasi tugas, memiliki vitalitas yang tinggi, agresif dalam penampilan,


percaya diri yang tinggi, persuasif dan dominan. Ordway Tead (1963),
George R.Terry (1964) dan Keith David (1972).
 Orientasi perilaku, menemukan cara untuk mengklasifikasikan seseorang
yang dapat memfasilitasi pemahaman kepemimipinan.

Pemimpin sekolah tidak hanya harus memperhatikan kepentingan konstituen


internal tetapi juga untuk kepentingan konstituen eksternal. Arah kepemimpinan ini
sering disebut sebagai kepemimpinan lingkungan atau kepemimpinan strategis
(Caldwell & Spinks, 1992; Cheng, 2000a, Goldring & Rallis, 1993).

Kepemimpinan sekolah terdiri dari 5 dimensi yang penting :


Human Leadership : pimpinan harus dapat mendukung, mendorong serta
berpatisipasi dalam komitmen.
Structural Leadership : pimpinan harus dapat berpikir jernih, logis, dan logis
dalam mengembangkan tujuan dan kebijakan.
Political Leadership : pimpinan harus dapat membangun aliansi dan dukungan
serta menyelesaikan konflik secara persuasif dan efektif.
Cultural Leadesrship : pimpinan sekolah adalah seseorang yang inspiratif dan
karismatik dalam membangunbudaya sekolah.
Educational Leadership : pimpinan sekolah mendorong pengembangan
profesional serta peningkatan pengajaran dan memahami masalah pendidikan
serta dapat memberikan pendapat profesional dan bimbingan untuk
permasalahan sekolah.
Pimpinan sekolah mendorong pengembangan profesional serta peningkatan
pengajaran dan memahami masalah pendidikan serta dapat memberikan pendapat
profesional dan bimbingan untuk permasalahan sekolah.
Sebagai pimpinan berkebudayaan, para pemimpin sekolah yang inspirasional dan
karismatik membangun budaya sekolah dengan memperbahurui misi, nilai-nilai dan
norma-norma individu atau kelompok, yaitu dengan melakukan:
To environmental analysis
 memberikan perhatian kepada anggota terhadap perubahan internal dan eksternal
yang mempengaruhi sekolah.
 Membantu anggota untuk memahami pentingnya analisis lingkungan untuk
pengembangan sekolah.
 Membantu anggota untuk memahami perubahan di lingkungan sekolah.
 Fokus pada kekuatan sekolah, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk semua
anggota.
 Panduan analisis lingkungan terhadap arah yang berarti bagi pengembangan
sekolah.
 memastikan bahwa analisis lingkungan adalah sangat mungkin tercapai dan
terkejar oleh sekolah.
To planning and structuring
 Fokus pada apa yang terpenting untuk masa depan sekolah berdasarkan temuan
dari analisis lingkungan.
 Mewujudkan masa depan sekolah dengan keunikannya dan mendorong anggota
untuk mengejar keunggulan sekolah.
 Membantu anggota dalam mewujudkan misi sekolah, tujuan dan komitmen
dalam aktualisasi perencanaan dan penataan
 Meningkatkan kesadaran tentang tujuan sekolah dan demi kepentingan
pengembangan sekolah dalam proses perencanaan dan penataan.
To staffing and directing
 Memperjelas arti dari pertumbuhan profesional dan pengembangan sekolah
dalam mewujudkan masa depan sekolah.
 Bertindak sebagai teladan bagi anggota dengan menunjukkan etika dan moral
yang baik.
 Memastikan staf dan mengarahkan sebagai proses penting bagi pengembangan
sekolah yang berbudaya.
 Memastikan proses pengarahan staf secara konsisten atas misi sekolah dan
tujuannya.
To monitoring and evaluating
 Memperjelas pentingnya monitoring dan evaluasi untuk pengembangan sekolah
saat ini dan masa yang akan datang.
 Menekankan nilai pembelajaran dan pengembangan yang berkesinambungan
dan melekat dalam proses monitoring dan evaluasi.
 Fokus terhadap anggota atas apa yang penting untuk perkembangan sekolah
dalam kegiatan yang berbeda terhadap jaminan kualitas di sekolah.
 Memandu kegiatan pemantauan dan penilaian menuju arah yang bermakna bagi
perkembangan individu, kelompok dan sekolah.

Rensis Likert dalam Manullang (2005:159), memakai empat klasifikasi sistem


manajemen atau pola-pola kepemimpinan yang dapat dirangkaikan dengan Rangkaian
Perilaku Kepemimpinan dari Tannenbaum dan Schmidt. Yaitu: (1) Otoriter
Pemerasan, (2) Otoriter Pemurah, (3) Konsultatif, dan (4) Partisipatif.

2. Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas Kurikulum 2013 berbeda dengan pengelolaan kelas
kurikulum 2006. Pengelolaan kelas kurikulum 2006 berbasis teacher centred
learning, sedangkan Pengelolaan kelas kurikulum 2013 haruslah berbasis student
centred learning sesuai dengan kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa.
Pengelolaan kelas Kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa harus mampu menjaga
proses pembelajaran berpusat pada siswa yang dinamis dan variatif agar
tetap kondusif untuk proses belajar. Pengelolaan kelas yang sangat penting ini harus
direncanakan dengan baik.

Pengelolaan Kelas adalah seni dalam mengoptimalkan sumber daya kelas


demi terciptanya proses pembelajaran berpusat pada siswa yang efektif dan efisien
yang banyak menerapkan pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif baik
untuk tingkat SD SMP SMA maupun SMK. Pengelolaan kelas pada Pembelajaran
Kurikulum 2013 juga diartikan sebagai upaya pendidik untuk menciptakan dan
mengendalikan kondisi belajar yang kondusif serta memulihkannya apabila terjadi
gangguan dan/atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
secara optimal (Depdiknas, 2008).
Pergertian pengelolaan kelas diatas dapat diperjelas sebagai berikut :

1. pengelolaan kelas berisi upaya-upaya yang dilakukan guru


2. pengelolaan kelas harus punya kekuatan menciptakan ketertiban diantara komunitas
3. pengelolaan kelas harus punya kekuatan menjaga ketertiban proses belajar
4. pengelolaan kelas harus mengikat kepada anggota komunitas kelas
5. pengelolaan kelas memiliki strategi jitu untuk menjaga proses belajar yang kondusif
6. pengelolaan kelas memiliki sistem pemulihan terhadap gangguan
7. pengelolaan kelas harus punya sistem penguat yang menjaga tingginya kondusifitas
kondisi belajar

Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

(a) guru sebagai demonstrator,

(b) guru sebagai pengelola kelas,

(c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan

(d) guru sebagai evaluator.

Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas


yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi
tercapainya tujuan pengajaran.

Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991:22) “Pengelolaan kelas adalah


upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta
mengembang tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan”.

Sedangkan menurut Usman (2003:97) “Pengelolaan kelas yang efektif


merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif”.

Tujuan pegelolaan kelas yaitu untuk menciptakan suasana belajar mengajar


yang kondusif. Tetapi ada tujuan yang lebih khususnya yaitu pengelolaan kelas harus
mampu menciptakan kondisi yang kondusif bagi siswa untuk secara aktif belajar
membangun pengetahuan, keterampilan dan sikap yang positif dan bermakna bagi
dirinya. Guru juga harus mampu menciptakan suasana yang kondusif agar
pembelajaran berjalan dengan lancar.
PENGELOLAAN KELAS KURIKULUM 2013 MENURUT STANDAR
(Permendikbud No. 65 Tahun 2013)

1. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik sesuai dengan tujuan dan
karakteristik proses pembelajaran.
2. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar
dengan baik oleh peserta didik.
3. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta
didik.
4. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar
peserta didik.
5. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran.
6. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
7. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat.
8. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
9. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata
pelajaran; dan
10. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.

Pengelolaan Kelas dan Aktifitas siswa pada pembelajaran berpusat pada siswa
seperti Pembelajaran Kurikulum 2013 SMK-SMA-SMP-SD dapat direncanakan
mengacu pada dua langkah utama perencanaan pengelolaan kelas yaitu (1)
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan (2) menerapkan teknik
pengelolaan kelas. Dua langkah utama perencanaan pengelolaan kelas tersebut adalah
teknik perencanaan pengelolaan kelas yang dikembangkan dalam pelatihan Master
Trainer Pedagogy Program.

Berdasar pada hasil dan materi pelatihan Master Trainer Pedagogy Program
pada modul pengelolaan kelas dan aktifitas siswa (classroom management plan) kita
perlu melakukan perencanaan yang baik (menterjemahkan) terhadap beberapa butir
pengelolaan kelas dalam standar proses yang belum bersifat operasional. Butir
pengelolaan kelas pada standar proses dan urgensi penjelasan dan strategi lebih lanjut
adalah sebagai berikut:

1. Butir pengelolaan kelas no. 1 “Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta
didik sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.” memerlukan
perencanaan strategi pengelolaan kelas lanjutan
2. Butir pengelolaan kelas no. 2 “Volume dan intonasi suara guru dalam proses
pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.” cukup jelas/tidak
memerlukan perencanaan strategi pengelolaan kelas lanjutan
3. Butir pengelolaan kelas no. 3 “Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan
mudah dimengerti oleh peserta didik.” cukup jelas/tidak memerlukan perencanaan
strategi pengelolaan kelas lanjutan
4. Butir pengelolaan kelas no. 4 “Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan
dan kemampuan belajar peserta didik.” memerlukan perencanaan strategi pengelolaan
kelas lanjutan
5. Butir pengelolaan kelas no. 5 “Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan,
kenyamanan, dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.”
memerlukan perencanaan strategi pengelolaan kelas lanjutan
6. Butir pengelolaan kelas no. 6 “Guru memberikan penguatan dan umpan balik
terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.” memerlukan perencanaan strategi pengelolaan kelas lanjutan
7. Butir pengelolaan kelas no. 7 “Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat.” memerlukan perencanaan strategi
pengelolaan kelas lanjutan
8. Butir pengelolaan kelas no. 8 “Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.” cukup
jelas/tidak memerlukan perencanaan strategi pengelolaan kelas lanjutan
9. Butir pengelolaan kelas no. 9 “Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada
peserta didik silabus mata pelajaran.” cukup jelas/tidak memerlukan perencanaan
strategi pengelolaan kelas lanjutan
10. Butir pengelolaan kelas no. 10 “Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran
sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.” cukup jelas/tidak memerlukan perencanaan
strategi pengelolaan kelas lanjutan.

Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b)
guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru
sebagai valuator.

a) Guru Sebagai Demonstrator

Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada
orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa
tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru.
Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang
dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator
dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh bagi peserta didik.

b) Guru Sebagai Evaluator


Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena
setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun
kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi. Tingkat
pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :

- Mengetahui - Mengerti - Mengaplikasikan - Analisis - Sintesis (analisis dalam


berbagai sudut) - Evaluasi

Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga
hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari
kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang paling penting dalam
melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif, kognitif dan
psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi dan
proses evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus terbuka

c) Guru Sebagai Pengelola Kelas

Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan


karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan.
Guru Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi
yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai
pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa sumber
pembelajaran Memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam
memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan reaward Mengawasi
segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran

d) Guru Sebagai Fasilitator

Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga
media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai sember
belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai beberapa
kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik harus pandai
dalam merancang media untuk membantu siswa agar mudah memahami pelajaran.
Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah hal yang pokok yang
harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap dengan
mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran didalam kelas sangat banyak sekali
macamnya misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.

Tugas utama guru adalah menciptakan suasana didalam kelas agar terjadi
interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik
dan bersungguh-sungguh. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang
turut menentukan berhasil tidaknya pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan
intruksional, sangat bergantung kepada kemampuan mengatur kelas. Untuk
menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi
belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan
terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai.
Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif, misalnya :

o Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap pelajaran.

o Pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran dikelas agar tercipta suasana


yang menggairahkan dalam belajar.

o Pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan


kebutuhan siswa itu sendiri.

Lingkungan belajar yang kondusif dalam pengelolaan kelas dapat dibangun


melalui 3 (tiga) langkah, yaitu:

 Menggali harapan Siswa dan Guru pada penerapan pengelolaan kelas


 Menetapkan Peraturan Induk pada Pengelolaan Kelas
 Menetapkan Prosedur dan Rutinitas Pengelolaan Kelas

3. Pengelolaan Peserta Didik

Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan dalam arti
sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada
tanggung jawab pendidik (Yusrina, 2006).

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, sebagaimana yang dikutip oleh Murip Yahya (2008 : 113), dijelaskan
bahwa yang dimaksud peserta didik adalah “anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu”.

Pengelolaan peserta didik menurut Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto


(1982) adalah merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang
berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai
dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga.

Pengelolaan peserta didik secara operasional dapat dipergunakan untuk membantu


kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses
pendidikan di sekolah.
Rekrutmen Siswa Baru

Setiap tahun ajaran baru, sekolah disibukkan oleh penerimaan siswa yang baru.
Sebelum kegiatan ini dimulai, pengelola lembaga terlebih dahulu membentuk panitia yang
terdiri dari :

Ketua : Kepala Sekolah

Sekertaris : Salah seorang guru

Bendahara : Bendahara Sekolah

Seksi Pendaftaran : Maksimum 3 (tiga) orang guru

Tugas dari panitia adalah mengadakan pendaftaran calon siswa, seleksi, pendaftaran
kembali siswa yang diterima dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan penerimaan
calon siswa baru kepada pengelola lembaga didik. Rekrutmen ini mencakup:

1. Iklan (open house), open house biasanya dilakukan untuk memperkenalkan sekolah
serta sistem pembelajaran disekolah juga meliputi sarana dan prasarana. Ketika open house
berlangsung biasanya sekolah juga menyediakan formulir pendaftaran.

2. Pendaftaran, ini dilakukan untuk mengisi formulir pendaftaran.

3. Syarat-syarat pendaftaran diperlukan untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan


dengan kondisi peserta didik, seperti:

a). Akte kelahiran anak

b). Formulir data anak yang meliputi, data wali murid , kalau memungkinkan data
orang –orang yang tinggal serumah dengan anak baik itu keluarga maupun pengasuh

c). Riwayat kesehatan anak, imunisasi, riwayat alergi makanan atau obat, dan lain-
lain.

4. Seleksi (placement test), hal ini biasanya dilakukan ketika daya tampung kelas terbatas.

5. Pengumuman/ daftar ulang, ini dilakukan untuk mengumumkan hasil placement test
serta daftar ulang digunakan untuk kepastian siswa yang masuk, biasanya
dengan membayar uang sarana dan prasarana sekolah.

6. Masa Orientasi Siswa(MOS), sebelum peserta didik mengikuti pelajaran pada sekolah
yang baru diadakan masa orientasi. Adapun tujuan diadakannya orientasi bagi calon peserta
didik antara lain adalah :

a. Memperkenalkan nama-nama tempat di sekolah dan di kelas, kegunaan masing


masing tempat, serta pengenalan peraturan dan tata tertib sekolah
b. Mengenalkan peserta didik dengan orang-orang yang berada di lingkungan sekolah
berserta tugasnya masing-masing.

c. Peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah.

d. Peserta didik dapat aktif dalam kegiatan sekolah,

e. Agar calon peserta didik merasa betah di sekolah, semua warga sekolah yang lama
harus bersikap ramah kepada calon peserta didik dan selalu siap membantu apabila
diperlukan.

Suharsimi Arikunto memberikan langkah-langkah penerimaan siswa baruyang secara


garis besar dapat ditentukan sebagai berikut:

1. Menentukan panitia.
2. Menentukan syarat-syarat penerimaan.
3. Mengadakan pengumuman, menyiapkan soal-soal tesuntuk seleksi dan menyiapkan
tempatnya.
4. Melaksanakan penyarinagan melalui tes tertulis maupun lisan.
5. Mengadakan pengumuman penerimaan.
6. Mendaftar kembali calon siswa yang diterima.
7. Melaporkan hasil pekerjaaan kepada kepala sekolah.

Penempatan Siswa Baru

Menurut William A. Jeager yang diperhatikan dalam pengelompokkan belajar yaitu:

1. Fungsi integrasi yaitu dalam pengelompokkan siswa menurut umur, jenis


kelamin, dan sebagainya.

2. Fungsi perbedaan, yaitu dalam pengelompokkan siswa berdasarkan pada


perbedaan individu, misalnya: bakat, kemampuan, minat dan sebagainya.

Dasar Penempatan

1. Freinship Grouping : Penempatan berdasarkan kesukaan memilih teman.


2. Achievement Grouping : Penempatan campuran yang prestasi tinggi dan rendah.
3. Aptitude Grouping : Penempatan berdasarkan bakat, minat dan kemampuan.
4. Attention Intres Grouping : Penempatan berdasarkan perhatian dan minat.
5. Inteligensi Grouping : Penempatan berdasarkan hasil tes intelgensi.

Peranan guru dalam pelayanan peserta didik:

a. Kehadiran peserta didik dan masalah-masalahnya

b. Penerimaan, orientasi, klasifikasi dan petunjuk bgi peserta didik baru tentang
kelas dan tata tertib sekolah

c. Evaluasi dann pelaporan perkembangan peserta didik


d. Program bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus

e. Pengendalian disiplin peserta didik

f. Program bimbingan dan penyuluhan

g. Program kesehatan dan keamanan

h. Penyesuaian pribadi, sosial dan emosional peserta didik

i. Pelayanan diarahkan kepada :

1) Perkembangan kreativitas, bakat dan minat anak;

2) Keikutsertaan dalam memiliki sekolah sebagai lembaga pendidikan di


mata mereka memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan secara
langsung melalui proses belajar mengajar.

3) Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri bahwa dirinya memiliki
potensi positif yang dapat dikembangkan.

4) Pembentukan moral dan etika sebagai peserta didik, dan

5) Kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kesulitan belajar

j. Pelayanan yang memperhatikan kebutuhan peserta didik

1. Penyesuaian bidang-bidang studi yang akan dipelajari;


2. Penyesuaian situasi sekolah sebagai lembaga yang membina pada proses
pendidikan.
3. Identifikasi terhadap pribadi
4. Kesulitan dalam mencerna materi pendidikan
5. Memilih bakat, minat dan kegemaran
6. Membantu menelaah situasi pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi
7. Memberikan gambaran situasi pendidikan secara terpadu
8. Menentukan langkah apa yang harus ditempuh jika menemukan kesulitan
belajar
9. Kesukaran penyesuaian diri dengan lingkungan, dan
10. Identifikasi hambatan fisik,mental dan emosi.

Disiplin kelas (dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:10) adalah keadaan
tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tata
tertib yang telah ditetapkan.
Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan
tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan
harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau
memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah.
Satu keuntungan lain dari adanya disiplin adalah siswa belajar hidup dengan
pembiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan
siswa akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada
siswa dalam batas-batas kemampuannya.

4. Pengelolaan Kurikulum
Pengelolaan kurikulum merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga
pendidikan dan sumberdaya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Kurikulum itu sendiri hal yang sangat menetutukan kebehasilan kegiatan
belajar mengajar secara maksimal, sehingga perlu adanya pengelolaan yang meliputi:
1. kegiatan perencaan;
2. kegiatan pelaksanaan dan;
3. kegiatan penilaian.
Pengertian administrasi secara luas menurut Syaiful Sagala adalah:
“Rangkaian kegiatan bersama sekelompok manusia secara sistematis untuk
menjalankan roda suatu usaha atau misi organisasi agar dapat terlaksana dengan suatu
tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Wayong yang dikutip The Liang Gie (1992:15) mengemukakan bahwa
administrasi adalah “kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan suatu usaha.
Kegiatan itu bersifat merencanakan, mengorganisir dan memimpin”.
Di dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP), dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak
mewarnai teori – teori dan praktik pendidikan ( Saylor Alexander & Lewis, 1981).
Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta
pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien
demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Pasal 1 butir 19 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum nasional yang bersifat minimal pada dasarnya dapat
dimodifikasi untuk melayani kebutuhan siswa yang memiliki kecerdasan dan
kemampuan luar biasa.
Namun, pada kenyataannya masih terdapat dua kendala yaitu :
1) Sekolah menjalankan kurikulum nasional yang bersifat minimal tanpa mengolah
dan memodifikasi kurikulum guna melayani kebutuhan peserta didik tertentu yang
berhak memperoleh pendidikan khusus.
2) ketentuan yang ada belum mengakomodir kebutuhan peserta didik yang berhak
memperoleh pendidikan khusus.

Prinsip-prinsip perencanaan kurikulum:


a. Perencanaan krikulum berkenaan dengan pengalaman-pengalaman para siswa.
b.Perencanaan kurikulum dibuat berdasarkan berbagai keputusan tentang konten dan
proses.
c. Perencanaan kurikulum mengandung keputusan-keputusan tentang berbagai isu
yang aktual.
d. Perencanaan kurikulum melibatkan banyak kelompok.
e. Perencanaan kurikulum dilaksanakan pada berbagai tingkatan.
f. Perencanaan kurikulum adalah sebuah proses yang berkelanjutan.

Sifat perencanaan kurikulum


a. bersifat komprehensif artinya kurikulum tersebut mempunyai arti yang luas dan
menyelurah, bukan sebatas pada jadwal pelajaran saja.
b. Integratif artinya satu kesatuan yang utuh.
c. Realistik artinya terlihat jelas atau kurikulum disusun sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
d. Humanistik artinya kurikulum disusun untuk kepentingan kemanusian baik bagi
peserta didik maupun bagi masyarakat.
e. Futuralistik artinya kurikulum sebagai pandangan yang mendorong pendidikan yang
mengarah ke masa depan.
f. Mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai dengan standar nasional.
g. Berderisifikasi.
h. Bersifat desentralistik artinya kurikulum bersifat merata artinya kurikulum tidak
hanya disusun oleh pusat saja tapi juga pemerintah daerah hingga guru pun diberi
wewenang untuk menyusun kurikulum.

Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum adalah penerapan program kurikulum yang telah
dikembangkan yang kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan
dengan menyesuaikan terhadap situasi dilapangan.
Prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum:
a. Perolehan kesempatan yang sama
b. Berpusat pada anak
c. Pendekatan dan kemitraan
d. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum:


a. Kararakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup bahan ajar, tujuan fungsi, sifat,
dll.
b. Strtegi pelaksanaan, strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kurikulum. Seperti diskusi
profesi, seminar, penataran dan lain-lain.
c. Karakteristik penggunaan yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, serta nilai dan sikap
guru terhadap kurikulum dalam pembelajaran.

Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkat :


a. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah
Kepala sekolah bertanggungjawab untuk melaksanakan kurikulum dilingkungan
sekolah yang ia pimpin. Kewajiban kepala sekolah antara lain menyusun rencana
tahunan, menyusun jadwal perencanaan kegiatan, memimpin rapat dan membawa
notula rapat, membuat statistikdan menyusun laporan-laporan.
b. Melaksanakan kurikulum tingkat kelas
Pada pelaksanaan ini yang berperan besar adalah guru yang eliputi jenis kegiatan
administrasi yaitu:
1. Kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar, tugas guru terdiri dari
 Menyusun rencana pelaksanaan program
 Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran
 Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan siswa.
 Pengisian buku laporan pribadi siswa.
2. Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar ketentuan kurikulum
yang berlaku, besifat pedagogis dan menunjang pendidikan dalam rangka
menunjang ketercapaian sekolah.
3. Pembimbing dalam kegiatan belajar, tujuan utama pembimbingan yang diberikan
guru adalah untuk mengembangkan semua kemampuan siswa agar siswa berhasil
mengembangkan hidupnya. Bimbingan seorang guru berupa bantuan untuk
menyelesaikan masalah peserta didik sehingga peserta didik dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri dan mampu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya.
Penilaian kurikulum
Penilaian kurikulum adalah proses pembuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat
kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan untuk membuat keputusan
mengenai suatu kurikulum.
Prinsip-prinsip penilaian kurikulum :
a. Setiap program penilaian kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan secara jelas.
b. Berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersumber dari data yang nyata dan akurat.
c. Mencakup semua dimensi yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum.
d. Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan
e. Efisien dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga dan peralatan yang menjadi sarana
penunjang
f. Berkesinambungan
Ruang lingkup yang dikaji dalam penilaian kurikulum adalah:
a. Tersedianya dan kelengkapan komponen kurikulum.
b. Pemahaman buku kurikulum.
c. Pelaksanaan kurikulum sekolah.
d. Pemanfaatan sarana penunjang.

Perbaikan kurikulum
Inti dari Perbaikan kurikulum adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang
dapat disoroti dari dua aspek, proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan pada
efisiensi pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk melihat
pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).

Chamberlain telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam perbaikan:


(1) mengidentfikasi masalah sebenarnya sebagai tuntutan untuk mengetahui tujuan,
(2) mengumpulkan fakta atau informasi tambahan,
(3) mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan diharapkan,
(4) memilih pemecahan sebagai percobaan,
(5) merencanakan tindakan yang dikehendaki untuk melaksanakan penyelesaian,
(6) melakukan solusi percobaan,
(7) evaluasi.

Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah


sebagai berikut:

1) Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum harus sangat
diperhatikan. Output (peserta didik) harus menjadi pertimbangan agar sesuai dengan
rumusan tujuan pengelolaan kurikulum.
2) Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang
menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya agar
dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
3) Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal,
maka perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terkait.
4) Efiktivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan
dengan pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan manajemen kurikulum dapat
memberikan manfaat dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
5) Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah ditetapkan.

Aspek Utama Kurikulum


Dalam garis besarnya ada dua anggapan yang berbeda-beda,yaitu:
1) Karena sekolah didirikan oleh dan ditengah-tengah masyarakat, untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, maka program pengajarannya harus mementingkan keadaan,
latar belakang dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
2) Karena usaha pendidikan adalah mendidik individu, maka kurikulum harus disusun
berdasarkan keadaan, sifat dan kebutuhan-kebutuhan individu

5. Pengelolaan Tenaga Personalia


Menurut UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, tenaga kependidikan adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. menurut PP No.2 Tahun 1992, tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang menabdikan diri secara langsung dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Tenaga kependidikan menurut PP No.38 Tahun 1992, meliputi :
1) Tenaga Kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelolaan satuan
pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, dan pengembang di bidang pendidikan,
pusatkawan, laboran, teknisi, sember belajar, dan penguji.
2) Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebuatan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
3) Pengelolaan Satuan Pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rector,
dan satuan pendidikan di luar sekolah.
Tenaga kependidikan merupakan unsur pemting dalam pelaksanaan pendidikan
di satuan pendidikan karena diadakan dan dikembangkan untuk menyelenggarakan
pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan bagi para peserta didik.
Manajemen tenaga kependidikan adalah rangkaian kegiatan menata tentang
kependidikan mulai dari merencanakan, membina, hingga pemutusan hubungan kerja
agar dapat menyelenggarakan pelaksanaan pendidikan secara efektif dan efisien.
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup : 1)
perencanaan pegawai, 2) pengadaan pegawai, 3) pembinaan dan pengembangan
pegawai, 4) penempatan dan penugasan pegawai, 5) promosi dan mutasi, 6)
pemberhentian pegawai, 7) kompensasi, 8) penilaian pegawai.
Ada beberapa metode atau pendekatan yang digunakan untuk meramalkan kebutuhan
tenaga pegawai menurut manulang (2000:30), diantaranya:
a. Metode status quo
Metode ini menganggap bahwa persediaan pegawai yang ada sudah cukup untuk satu
masa tertentu karena perbandingan pegawai tetap dan tidak berubah. Perencanaan tenaga
kerja hanya mencangkup langkah-langkah untuk mengganti beberapa orang baik yang
dipromosikan maupun keluar dengan berbagai alas an.
b. Metode petunjuk praktis
Digunakan sebagai dasar untuk meramalkan kebutuhan akan tenaga pegawai.
c. Metode peramalan unit
Ramalan tenaga kerja berdasarkan masukan dari unit-unit pelaksana tentang jenis dan
frekuensi pekerjaan yang dilakukan disetiap unit.
d. Metode Delphi

6. Pengelolaan Sarana dan Prasarana


Menurut E. Mulyasa “sarana peandidiakn adalah peralatan dan perlengkapan
yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar seperti ; gedung, ruangan kelas, meja, kursi, serta alat-alat
dan media pembelajaran”.

UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 “Pendidikan adalah usaha sadar untuk


menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan
bagi peranannya di masa yang akan datang”.

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang secara langsung dan


menunjang proses pendidi-kan, khususnya proses belajar mengajar, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan yang
efektif dan efisien.
Menurut Syahril (2005, 2) “prasarana adalah barang atau benda yang secara
tidak langsung dapat berfungsi sebagai penunjang dalam pelaksanaan kegiatan, dalam
pelaksanaan pendidikan unsure tesebut dapat berbentuk seperti tam,an sekolah,
gedung, ruangan, halaman sekolah, WC, kafetaria, dan sebagainya”.

Prasarana penddikan adalah tempat atau barang yang digunakan secara tidak
langsung untuk proses pembelajaran.

Menurut Burhanuddin ruang lingkup sarana prasarana ditinjau dala 3 aspek :


a. Ditinjau dari habis tidaknya
b. Ditinjau dari bergerak tidaknya
c. Ditinjau dari hubungan dengan proses pembelajaran.

Tujuan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan


pelayanan secara profesional di bidang sarana prasarana pendidikan dalam rangka
terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Agar program
pendidikan bisa tercapai dengan baik ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Prinsip-prinsip yang
dimaksud adalah:

1. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu bahwa sarana prasarana pendidikan di sekolah


harus selalu dalam kondisi siap pakai bilamana akan di dayagunakan untuk
pencapaian tujuan proses belajar mengajar.
2. Prinsip efisiensi, yaitu bahwa pengadaan sarana prasarana pendidikan di sekolah
harus dilakukan melalui perencanaan yang seksama dan pemakaiannya juga harus
dengan hati-hati sehingga mengurangi pemborosan.
3. Prinsip administratif, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah harus selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi dan
petunjuk teknis yang diberlakukan oleh yang berwenang.
4. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu bahwa manajemen sarana prasarana
pendidikan di sekolah harus di serahkan kepada personel sekolah yang mampu
bertanggungjawab. Apabila melibatkan banyak personel sekolah dalam
manajemennya maka perlu adanya konsep tugas dan tanggung jawab yang jelas
untuk setiap personel sekolah.
5. Prinsip Kekohesifan, yaitu bahwa manajemen sarana prasarana pendidikan di
sekolah harus diwujudkan dalam bentuk proses kerja yang sangat kompak.

PENGADAAN dan PENDISTRIBUSIAN SARANA PRASARANA

Pengadaan .Untuk mengadakan perencanaan kebutuhan alat pelajaran,


berikut tahap-tahap yang terlebih dahulu harus diperhatikan:

1. Guru-guru bidang studi mengadakan analisis terhadap materi pelajaran yang


membutuhkan media dalam penyampaiannya. Dari analisis ini dapat di daftar
media apa saja yang dibutuhkan.
2. Apabila kebutuhan yang diajukan oleh guru-guru ternyata melampaui daya beli
atau daya pembuatan, maka diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap
alat-alat yang pengadaannya mendesak. Kebutuhan lain dapat dipenuhi di lain
kesempatan.
3. Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah ada. Alat yang telah
ada perlu ditinjau kembali lalu di re-inventarisasi. Alat yang perlu diubah atau
diperbaiki disendirikan untuk diserahkan kepada orang yang akan memperbaiki.
4. Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran atau media yang masih dapat
dimanfaatkan dengan baik, baik yang memerlukan reparasi maupun yang tidak.
5. Mencari dana (bila belum ada). Kegiatan dalam tahap ini adalah mengadakan
sebuah perencanaan bagaimana caranya memperoleh dana, baik dari dana rutin
maupun dana non rutin. Jika suatu sekolah sudah mengajukan usul kepada
pemerintah dan sko-nya sudah keluar, maka prosedur ini tinggal menyelesaikan
pengadaan macam alat atau media yang sudah dibutuhkan sesuai dengan besarnya
pembiayaan yang disetujui.
6. Menunjuk seseorang (bagian pembekalan) untuk melaksanakan pengadaan alat.
Penunjukan ini sebaiknya mngingat beberapa hal: keahlian, kelincahan
berkomunikasi, kejujuran, dan sebagainya dan tidak hanya satu orang.

Dalam perencanaan perlengkapan dan perabot sekolah. Depdiknas


mengelompokannya menjadi barang-barang yang habis dipakai barang-barang yang
tak habis dipakai. Untuk perencanaannya adalah sebagai berikut (Depdiknas,1980):

a) Barang yang habis dipakai, direncanakan dengan urutan sebagai berikut:

1. Menyusun daftar perlengkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari rencana


kegiatan sekolah tiap bulan.
2. Menyusun perkiraan biaya yang diperlukan untuk pengadaan barang tersebut tiap
bulan.
3. Menyusun rencana pengadaan barang tersebut menjadi rencana triwulan dan
kemudian menjadi rencana tahunan.

b) Barang tak habis pakai, direncanakan dengan urutan sebagai berikut:

1. Menganalisis dan menyusun keperluan perlengkapan sesuai dengan rencana


kegiatan sekolah serta memperhatikan perlengkapan yang direncanakan dengan
memperhatikan perlengkapan yang masih ada dan masih dapat dipakai.
2. Memperkirakan biaya perlengkapan yang direncanakan dengan memperhatikan
standar yang telah dilakuakan
3. Menetapkan skala prioritas menurut dan yang tersedia, urgensi kebutuhan dan
menyusun rencana pengadaan tahunan.

Penditribusian atau penyaluran perlengkapan merupakan kegiatan


pemindahan barang dan tanggung jawab penyimpanan kepada unit-unit atau orang-
orang yang membutuhkan barang itu. Dalam prosesnya ada 3 hal yang harus di
perhatikan yaitu ketepatan barang yang di sampaikan, baik jumlah maupun jenisnya;
ketepatan sasaran penyampaiannya, ketepatan kondisi barang yang di salurkan. Ada 3
langkah yang dilakukan oleh bagian penanggung jawab penyimpanan atau
penyaluran, yaitu :
a. Penyusunan alokasi barang;
b. Pengiriman barang;
c. Penyerahan barang.
Barang yang telah di terima di investarisasikan oleh panitia pengadaan, setelah
kebenaranmya di periksa berdasarkan daftar yang ada perlu surat pengantar, tidak
berarti semua personil sekolah bisa menggunakan secara bebas. Barang-barang
tersebut perlu di atur lebih lanjut untuk memudahkan pengawasan dan pertanggung
jawaban. Apabila pendistribusiannya tidak di atur dengan sebaik, pengelolaan
perlengkapan sekolah akan mengalami kesulitan dalam membuat laporan pertanggung
jawabannya.

Berikut salah satu contoh kartu inventarisasi untuk alat.

Nama alat : Gelas Ukuran

Ukuran : 100 cc

Harga satuan : Rp 1.750,-

Tabel 3.1.

Tanggal Jumlah Rusak Tambahan Keterangan


5-09-2005 6 buah - - Dibeli dari Toko Merah
9-09-2005 5 buah 1 buah - Dipecahkan siswa kelas II
16-09-2005 8 buah - 3 buah Sumbangan dari BP3
20-09-2005 10 buah - 2 buah Sumbangan dari pabrik
“alco”

Ada 2 sistem pendistribusian barang yang dapat di tempuh oleh pengelola


perlengkapan sekolah, yaitu sistem langsung dan sistem tidak langsung. Dengan
menggunakan sistem pendistribusian langsung, berarti barang-barang yang sudah di
terima dan di inventarisasikan langsung di salurkan pada bagian-bagian yang
membutuhkan tanpa melalui proses penyimpanan terlebih dahulu. Jika menggunakan
sistem pendistribusian tidak langsung berarti barang-barang yang sudah di terima dan
sudah di inventaris-sasikan tidak secara langsung di salurkan, melainkan harus di
simpan terlebih dahulu di gudang penyimpanan dengam teratur. Hal ini biasanya di
gunakan apabila barang-barang yang lalu ternyata masih tersisa.
Ada beberapa asas pendistribusian yang perlu di perhatikan agar dikatakan
berjalan efektif,yaitu :
1. Asas ketepatan
2. Asas kecepatan
3. Asas keamanan
4. Asas ekonomi

PENATAAN SARANA PRASARANA

Beberapa teknis yang berkenaan dengan bagaimana menata sarana prasarana pendidikan:

1. Dalam penataan ruang dan bangunan sekolah, ruang yang dibangun bagi suatu
lembaga pendidikan atau sekolah, hendaknya dipertimbangkan hubungan antara
satu ruang dengan ruang yang lainnya. Hubungan antara ruang-ruang yang
dibutuhkan dengan pengaturan letaknya tergantung kepada kurikulum yang
berlaku dan hal ini akan memberikan pengaruh terhadap penyusunan jadwal
pelajaran.
2. Penataan perabot sekolah mencakup pengaturan barang-barang yang
dipergunakan oleh sekolah, sehingga menimbulkan kesan kontribusi yang baik
pada kegiatan pendidikan. Dalam mengatur perabot sekolah hendaknya
diperhatikan macam dan bentuk perabot itu sendiri. Apakah perabot tunggal atau
ganda, individual atau klasikal, hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan
perabot sekolah antara lain:
1. Perbandingan antara luas lantai dan ukuran perabot yang akan dipakai
dalam ruangan tersebut
2. Kelonggaran jarak dan dinding kiri-kanan
3. Jarak satu perabot dengan perabot lainnya
4. Jarak deret perabot (meja-kursi) terdepan dengan papan tulis
5. Jarak deret perabot (meja-kursi) paling belakang dengan tembok batas
6. Arah menghadapnya perabot
7. Kesesuaian dan keseimbangan
8. Penataan perlengkapan Sekolah

PENGHAPUSAN BARANG

Beberapa syarat barang-barang dapat dihapus atau diganti dari daftar inventaris, yaitu:

1. Dalam keadaan rusak berat yang dipastikan sudah tidak dapat diperbaiki dan
dipergunakan lagi.
2. Kalau dapat diperbaiki, biaya yang dikeluarkan sangat besar atau hampir
menyerupai membeli barang baru yang menyebabkan pemborosan uang negara.
3. Penyusutan diluar kekuasaan pengurus barang misalnya biaya bahan kimia.
4. Tidak sesuai dengan kebutuhan masa kini, misalnya OHP dihanti dengan
LCD/Projector.
5. Barang-barang yang jika disimpan lama akan rusak dan tidak dapat dipakai lagi.
6. Ada penurunan efektivitas kerja, misalnya dengan mesin tulis yang baru sebuah
konsep dapat diselesaikan dalam waktu 5 hari, sementara dengan mesin tulis yang
lama dan hampir rusak sebuah konsep harus diselesaikan dalam waktu 10 hari.
7. Dicuri, dibakar, diselewengkan, musnah akibat bencana alam dan lain sebagainya.
Begitu pula sarana prasarana yang tidak berhubungan langsung dengan proses
pembelajaran, yang berasal dari negara juga idak serta-merta dapat dihapus begitu
saja melainkan ada tata cara tertentu dalam melakukan penghapusan barang. Tahap-
tahap penghapusan/penyingkiran barang tersebut sebagai berikut:

a) Pemilihan barang yang akan dihapuskan dilakukan setiap tahun bersamaan


dengan waktu memperkirakan kebutuhan.

b) Memperhitungkan faktor-faktor penghapusan di tinjau dari segi nilai uang.

c) Membuat surat pemberitahuan kepada atasan.

d) Melaksanakan penghapusan dengan cara mengadakan lelangan, menghibahkan


kepada Badan Orang Lain, atau membakar dengan disaksikan oleh atasan.

e) Membuat berita acara pelaksanaan penghapusan.

7. Pengelolaan Keuangan Pendidikan


Menurut Depdiknas (2000) bahwa manajemen keuangan merupakan tindakan
pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan,
pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan Dengan demikian, manajemen
keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan
sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan
pertanggung-jawaban keuangan sekolah. Sumber keuangan dan pembiayaan pada
suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu:
1. Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang bersifat
umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan;
2. Orang tua atau peserta didik;

3. Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.

Menurut Jones (1985), pengelolaan keuangan meliputi:

1. Perencanaan financial, yaitu kegiatan mengkoordinir semua sumber daya


yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematik tanpa
efek samping yang merugikan.

2. Pelaksanaan (implementation involves accounting), yaitu kegiatan


berdasarkan rencana yang telah dibuat.

3. Evaluasi, yaitu proses penilaian terhadap pencapaian tujuan.

Tujuan pengelolaan keuangan adalah:


1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah.
2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.

Komponen utama manajemen keuangan meliputi:

1. Prosedur anggaran;
2. Prosedur akuntansi keuangan;
3. Pembelajaran, pergudangan dan prosedur pendistribusian;
4. Prosedur investasi;
5. Prosedur pemeriksaan.

Dalam pelaksanaannya manajemen keuangan ini menganut azas pemisahan


tugas antara fungsi otorisator, ordonator dan bendaharawan. Otorisator ( kepala
sekolah ) adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang
mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang
berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala
tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Adapun
bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan
dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan
uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.

Tugas manajer keuangan antara lain:

1. Manajemen untuk perencanaan perkiraan.


2. Manajemen memusatkan perhatian pada keputusan investasi dan pembiayaannya
3. Manajemen kerjasama dengan pihak lain
4. Penggunaan keuangan dan mencari sumber dananya
Seorang manajer keuangan harus mempunyai pikiran yang kreatif dan
dinamin. Hal ini penting karena pengelolaan yang dilakukan oleh seorang manajer
keuangan berhubungan dengan masalah keuangan yang sangat penting dalam
penyelenggaraan kegiatan sekolah. Adapun yang harus dimiliki oleh seorang manajer
keuangan yaitu strategi keuangan. Strategi tersebut antara lain:
1. Strategic Planning
Berpedoman keterkaitan antara tekanan internal dan kebutuhan ekternal yang
datang dari luar. Terkandung unsur analisis kebutuhan, proyeksi, peramalan,
ekonomin dan financial.
2. Strategic Management
Upaya mengelolah proses perubahan, seperti: perencanaan, strategis, struktur
organisasi, kontrol, strategis dan kebutuhan primer.
3. Strategic Thinking
Sebagai kerangka dasar untuk merumuskan tujuan dan hasil secara
berkesinambungan.

Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan

1. Transparasi
Adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu
keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan
pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mengetahuinya.
2. Akuntabilitas
Kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas performansinya
dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung
jawabnya
3. Efektivitas
Garner(2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya
efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil
yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga. Effectiveness ”characterized by
qualitative outcomes”.
4. Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan
keluaran (out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga,
pikiran, waktu, biaya.
MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH

1. Manajemen Pembayaran SPP


Dasar hukum penyusutan SPP adalah keputusan bersama tiga menteri yaitu:

 Menteri P&K (No.0257/K/1974)


 Menteri dalam negeri (No.221 Tahun 1974)
 Menteri keuangan (No. Kep. 1606/MK/II/1974) tertanggal: 20 Nopember 1974

SPP digunakan untuk membantu pembinaan pendidikan yaitu membantu


penyelengaraan sekolah, kesejahteraan personel, perbaikan sarana dan kegiatan supervisi.
(pasal 12)
Yang dimaksud penyelenggaraan sekolah ialah:
- Pengadaan alat atau bahan manajemen
- Pengadaan alat atau bahan pelajaran
- Penyelenggaraan ulangan, evaluasi belajar, kartu pribadi, rapor dan STTB
- Pengadaan perpustakaan sekolah
- Prakarya dan pelajaran praktek
Kedudukan kepala sekolah dalam pengelolaan SPP adalah bendaharawan khusus yang
bertanggungjawab dalam penerimaan, penyetoran dan penggunaan dana yang telah
ditentukan terutama dan penyelenggaraan sekolah. ( pasal 18 )

2. Manajemen Keuangan Yang Berasal Dari Negara (Pemerintah)


Keuangan dari Negara meliputi pembayaran gaji pegawai atau guru dan
belanja barang. untuk pertanggungjawaban uang tersebut diperlukan beberapa format
sebagi berikut:
a. Lager gaji (daftar permintaan gaji)
b. Buku catatan SPMU (Surat Perintah Mengambil Uang)

3. Lain-lain
Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga wajib mengetahui dengan jelas
berapa gaji bersih yang diterima oleh anak buahnya, usaha pembinaan kesejahteraan
pegawai kiranya perlu diperhatikan data tersebut. Karena adanya koperasi yang ada di
sekolah dan lain sebagainya.
Maka penyusunannya hendaknya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menginventarisasi rencana yang akan dilaksanakan
b) Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya
c) Menentukan program kerja dan rincian program
d) Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program
e) Menghitung dana yang dibutuhkan
f) Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana.

SUMBER KEUANGAN :

1. Dana dari Pemerintah


2. Dana dari Orang Tua Siswa
3. Dana dari Masyarakat
4. Dana dari Alumni
5. Dana dari Peserta Kegiatan
6. Dana dari Kegiatan Wirausaha Sekolah

Proses pengelolaan keuangan di sekolah meliputi:

1. Perencanaan anggaran
2. Strategi mencari sumber dana sekolah
3. Penggunaan keuangan sekolah
4. Pengawasan dan evaluasi anggaran
5. Pertanggung jawaban

Menurut Lipham (1985), ada empat fase penyusunan anggaran antara lain:

1. Merencanakan anggaran
2. Mempersiapkan anggaran
3. Mengelola pelaksanaan anggaran
4. Menilai pelaksanaan anggaran

Anggaran mempunyai fungsi:

1. Sebagai alat penaksir


2. Sebagai alat otorisasi
3. Sebagai alat efisiensi

Pemasukan dan pengeluaran keuangan sekolah diatur dalam Rancangan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Ada beberapa hal yang
berhubungan dengan penyusunan RAPBS, antara lain:

1. Penerimaan
2. Penggunaan
3. Pertanggungjawaban
Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)

Prinsip Penyusunan RAPBS, antara lain:

1. RAPBS harus benar-benar difokuskan pada peningkatan pembelajaran murid


secara jujur, bertanggung jawab, dan transparan.
2. RAPBS harus ditulis dalam bahasa yang sederhana dan jelas, dan dipajang di
tempat terbuka di sekolah.
3. Dalam menyusun RAPBS, sekolah sebaiknya secara saksama memprioritaskan
pembelanjaan dana sejalan dengan rencana pengembangan sekolah.
4. Proses Penyusunan RAPBS meliputi:
1. Menggunakan tujuan jangka menengah dan tujuan jangka pendek yang
ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah,
2. Menghimpun, merangkum, dan mengelompokkan isu-isu dan masalah
utama ke dalam berbagai bidang yang luas cakupannya,
3. Menyelesaikan analisis kebutuhan,
4. Memprioritaskan kebutuhan,
5. Mengonsultasikan rencana aksi yang ditunjukkan / dipaparkan dalam
rencana pengembangan sekolah,
6. Mengidentifikasi dan memperhitungkan seluruh sumber pemasukan,
7. Menggambarkan rincian (waktu, biaya, orang yang bertanggung jawab,
pelaporan, dsb) dan
8. Mengawasi serta memantau kegiatan dari tahap perencanaan menuju tahap
penerapan hingga evaluasi.

Pengelolaan Keuangan Sekolah yang Efektif

1. Merancang suatu program sekolah yang ideal untuk mencapai tujuan yang diinginkan
pada tahun pelajaran yang bersangkutan.
2. Melakukan inventarisasi semua kegiatan dan menghitung perkiraan kebutuhan dana
penunjang.
3. Melakukan peninjauan ulang atas program awal berdasarkan kemungkinan
tersedianya dana pendukung yang dapat dihimpun.
4. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun pelajaran yang
bersangkutan.
5. Melakukan perhitungan rinci pemanfaatan dana yang tersedia untuk masing-masing
kegiatan (Depdiknas, 2000 : 178 – 179)
6. Menuangkan perhitungan-perhitungan rinci tersebut ke dalam suatu format yang telah
disepakati untuk digunakan oleh setiap sekolah.
7. Pengesahan dokumen RAPBS oleh instansi yang berwenang.

Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah

Secara khusus, pengendalian anggaran terdiri dari serangkaian kegiatan


pemeriksaan dan persetujuan untuk memastikan bahwa:

1. Dana dibelanjakan sesuai rencana,


2. Ada kelonggaran dalam penganggaran untuk pembayaran pajak,
3. Pembelanjaan dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
4. Dana tidak dihabiskan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak disetujui atau diberikan
kepada pihak penerima tanpa persetujuan.

Hasil analisis kebutuhan secara logis diklasifikasikan ke dalam kelompok staf,


materi kurikulum, barang, jasa, pemeliharaan bangunan, dsb. Pengelola anggaran sekolah
diharapkan membelanjakan uang sesuai alokasi dana yang direncanakan. Setiap
perubahan anggaran harus disetujui oleh komite sekolah bila memang harus ada
perubahan dalam tahun berjalan.

8. Pengelolaan Humas

Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi dengan


tujuan meningkatkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktik
pendidikan serta berupaya dalam memperbaiki sekolah (Soetopo dan Soemanto; 1992
dalam Suhardan dkk; 2009).

Humas dalam pendidikan adalah rangkaian pengelolaan yang berkaitan


dengan kegiatan hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat (orang tua murid)
yang dmaksudkan untuk menunjang proses belajar mengajar di lembaga pendidikan
bersangkutan. (Anggoro, 2001)

Manajemen humas adalah suatu proses dalam menangani perencanaan,


pengorganisasian, mengkomunikasikan serta pengkoordinasian yang secara serius dan
rasional dalam upaya pencapaian tujuan bersama dari organisasi atau lembaga yang
diwakilinya. Dan untuk merealisasikan itu semua banyak hal yang harus dilakukan
oleh humas dalam suatu lembaga pendidikan (Nasution, 2006).

Tugas pokok hubungan sekolah dengan masyarakat dalam pendidikan antara lain:

1. Memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan kepada masyarakat


atau pihak-pihak lain yang membutuhkannya.

2. Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung


memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukannya.

3. Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan


informasi yang akan disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada
saat tertentu.

4. Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang


masalah pendidikan.
5. Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan dan kerja
sama.

6. Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan untuk kemajuan


pelaksanaan pendidikan (Suryosubroto: 2004).

Tujuan Hubungan Sekolah dan Masyarakat (orang tua murid)


a) Untuk mengembangkan pengertian masyarakat (orang tua murid) tentang tujuan
dan kegiatan pendidikan di sekolah.
b) Untuk memperlihatkan bahwa rumah dan sekolah bekerja sama dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan anak disekolah.
c) Untuk membari fasilitas pertukaran informasi antara orang tua dan guru yang
kemudian mempunyai dampak terhadap pemecahan pendidikan anak.
d) Perolehan opini masyarakat tentang sekolah dijadikan perencanaan untuk
pertemuan dengan orang tua dalam rangka untuk kebutuhan murid-murid
e) Untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak (Indrafachrudi:
1994).

Jenis Hubungan Sekolah dan Masyarakat

a) Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja sama dalam hal mendidik murid
b) Hubungan kultural, yaitu usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang
memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat
tempat sekolah itu berada.
c) Hubungan institusional, yaitu hubungan kerja sama antara sekolah dengan lembaga-
lembaga atau instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah.

Teknik-teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (orang tua murid)

a. Teknik tertulis, : Buku kecil pada permulaan tahun ajaran, pamflet, berita
kegiatan murid, Catatan berita gembira, Buku kecil tentang cara membimbing
anak.
b. Teknik lisan, : Kunjungan rumah, Panggilan orang tua, pertemuan.
c. Teknik peragaan, : Seperti seminar
d. Teknik elektronik.
9. Supervisi Pendidikan

Dilihat dari sudut pandang etimologi supervisi berasal dari kata super dan
vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara
etimologis,supervisi adalah penglihatan dari atas.

Supervisi adalah kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan


meningkatkan proses dan prestasi pendidikan. Atau bantuan yang diberikan kepada
guru dan seluruh staf untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik.

Fungsi supervisi

a. Secara umum fungsi supervisi pendidikan adalah salah satu mekanisme untuk
meningkatkan kemampuan provesional dalam upaya mewujudkan proses belajar
peserta didik yang lebih baik melalui mengajar yang lebih baik pula.

Ø Fungsi utama ialah membantu sekolah sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa.
Ø Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat
bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka
menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori kemajuan
masyarakat.

b. Secara khusus berfungsi pula untuk mengoordinasi semua usaha sekolah, memperluas
pengalaman guru, mendorong usaha-usaha pembelajaran kreatif, memberikan
penilaian secara terus menerus, dan memberikan pengetahuan serta keterampilan
kapada guru.

TUJUAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto (40-41), tujuan dari supervisi


pendidikan secara nasional antara lain:
Ø Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan.
Ø Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
Ø Membantu guru dalam menggunakan alat pengajaran modern, metode-metode, dan
sumber-sumber pengalaman belajar.
Ø Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu
sendiri.
Ø Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan
tugas yang diperolehnya.
Ø Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam
pembinaan sekolah.

Prinsip Supervisi Pendidikan

Menurut Soewadji Lazaruth (1988: 33), hendaknya bertumpu pada prinsip supervisi
sebagai berikut:

Ø Supervisi yang bersifat konstruktif


Ø Supervisi yang bersifat realistis
Ø Supervisi yang bersifat demokratis
Ø Supervisi yang bersifat objektif

10. Sistem Informasi Pendidikan dan Ketatausahaan

SISTEM INFORMASI
Sanders (1973) mengemukakan tiga elemen dasar kegiatan kemanusiaan,
yakni : informasi, energy, dan material. Informasi adalah juga substansi dari seluruh
aktivitas intelektual manusia. Maka berkaitan dengan itu pula informasi bukan hanya
dibutuhkan bagi penyelenggara pendidikan tetapi sebagai bagian esensial dari
pendidikan itu sendiri.
Ada lima hal yang dapat memberikan tekanan terhadap tuntutan pengembangan
informasi bagi organisasi-organisasi social seperti halnya organisasi kependidikan.
(sanders. 1973)
1. Peningkatan volume pekerjaan tulis menulis.
2. Permintaan ketepatan waktu.
3. Permintaan kualitas.
4. Tekanan dari perubahan lingkungan luar.
5. Biaya.

Sistem Informasi manajemen (Gordon B. Davis (1974)), yaitu sebuah sistem


manusia/mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi
operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Prinsip
umum dalam sistem informasi :

a. Mempunyai tujuan;
b. Berdasarkan kepada perencanaan yang matang;
c. Berorientasi pada kepentingan managemen;
d. Menganut sistem terbuka;
e. Mengutamakan kualitas informasi;
f. Menganut prinsip-prinsip dan sentralisasi dan desentralisasi

TATA USAHA

Istilah Tata Usaha sebagai maksud dari administrasi yang berasal dari bahasa
Belanda, “administratie” (Liang Gie, 1977), Paul Mahieu dalam bukunya “De
Administratie Organisatie der Onderneming”, merumuskan dalam administrative
sebagai pendidikan catatan keterangn-keterangan secara tertulis agar kelak dapat
dipergunakan. (Priata dkk, 1977).

Fungsi utama tata usaha sekolah adalah memberikan layanan administratif


bagi beroperasinya sistem persekolahan.

Klasifikasi Pekerjaan Petugas Tata Usaha Sekolah


1. Pencatat surat ,
2. Pengarah surat,
3. Piñata Arsip (Arsiparis),
4. Petugas Tata Usaha Pengolah
5. Pengolah/Pemimpin Pengolah
6. Pelaksana (sebagai pengolah) yang ditunjuk oleh pemimpin pengolah

Mekanisme Pengumpulan Data Persekolahan


Untuk sekolah dasar, jenis data yang harus dicatat meliputi :
1) Nomor Statiskit Sekolah
2) Identitas yang mencakup nama, alamat status, tahun pendirian, dan waktu
penyelenggaraan sekolah.
3) Murid dan kelas yang mengikuti EBTA/UAS taun ajaran yang lalu, pengiriman
murid tingkat satu, murid baru tingkat satu menurut umur, tingkat, dan jenis
kelamin, murid menurut agama, murid mengulang, dan kelas menurut tingkat.
4) Kepala Sekolah, guru, dan pegawai lainnya menurut status kepegawaian, jenis
kelamin, ijizah tertinggi, jabatan/penugasan.

Untuk sekolah menengah, jenis data harus dicatat meliputi :


1) Nomor Statistik Sekolah
2) Identitas sekolah, SK status sekolah, kurikulum, waktu penyelenggaraan, dan
tempat penyelenggaraan praktek.
3) Identitas penyelenggaraan sekolah swasta mencakup nama
yayasan/penyelenggara, alamat, dan akte pendirian.
4) Kelas dan murid yang mencakup penerimaan murid baru tingkat I menurut asal
sekolah, banyak kelas dan murid menurut program studi/jurusan/tingkat, murid
mengulang menrut tingkat, murid agama dan tingkat, murid menurut tingkat dan
tahun kelahiran, murid putus sekolah selama tahun ajaran.
5) EBTA/UAS than ….. : kewenangan menyelengarakan EBTA/UAS, SK Kanwil
untuk kewenangan. Lulusan menurut jenis kelamin, dan rata-rata NEM/SKHUN
tiap lulusan menurut jurusan.
6) Pegawai yang meliputi guru termasuk kepala sekolah, tenaga bukan guru yang
tidak merangkap sebagai guru tetap dan tidak tetap.
7) Fasilitas meliputi banyak ruang menrut status kepemilikan, keadaan dan luasnya,
luas tanah/persil yang dikuasai sekolah menurut status kepemilikan dan
pengurusan, rata-rat biaya pemakaian tiap bulan dari listrik, telepon, PDAM dan
gas, banyak perlengkapan sekolah.

11. Pengawasan dan Penilaian Satuan Pendidikan


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 serta PP No. 74 tahun 2008 Pasal 54 ayat 8
pengawas terdiri dari pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau
pengawas kelompok mata pelajaran melaksanakan pembimbingan dan pelatihan
profesional guru dan pengawasan, adalah landasan hukum yang terbaru yang
menegaskan keberadaan pejabat fungsional pengawas.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 118 Tahun 1996


(disempurnakan dengan keputusan nomor 091/2001) dan keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan nomor 020/U/1998 (disempurnakan dengan keputusan
nomor 097/U/2001) serta Keputusan menteri Pendidikan No. 12 Tahun 2007
menetapkan pengawas sebagai pejabat fungsional yang permanen sampai saat ini.

Tugas pokok pengawas sekolah adalah melakukan pembinaan dan penilaian


dengan melaksanakan fungsi supervisi. Tiga kegiatan yang dilaksankan pengawas :

 Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah,


kinerja guru dan kinerja seluruh staf sekolah.
 Melakukan Evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta
pengembangannnya,
 Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah
secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah.

Menurut Ofsted 2003 Tugas pengawas mencakup: (1) inspecting


(mensupervisi), (2) advising (memberi advis atau nasehat), (3) monitoring
(memantau), (4) reporting (membuat laporan), (5) coordinating (mengkoordinir)
dan (6) performing leadership dalam arti memimpin dalam melaksanakan kelima
tugas pokok tersebut.

Ada empat kelompok tugas pengawas sekolah yaitu :

(1). Merencanakan penilaian yang dilengkapi dengan instrumennya;


(2). Melaksanakan penilaian sesuai dengan kaidah-kaidah penilaian;
(3). Mengolah hasil penilaian dengan teknik-teknik pengolahan yang ilmiah;
(4). Memanfaatkan hasil penilaian untuk berbagai keperluan.

Dalam melaksanakan fungsi supervisi akademis, pengawas berperan sebagai :

 Meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan di


sekolah binaannya
 Sebagai inovator dan pelopor
 Pemberi konsultasi atau konsultan
 Konselor untuk kepala sekolah dan guru lainnya
 Pemberi motivasi

Beberapa kewenangan yang ada pada pengawas adalah kewenangan untuk:

1. Bersama pihak sekolah yang dibinanya, menentukan program peningkatan mutu


pendidikan di sekolah binaannya.
2. Menyusun program kerja/agenda kerja kepengawasan pada sekolah binaannya dan
membicarakannya dengan kepala sekolah yang bersangkutan,
3. Menentukan metode kerja untuk pencapaian hasil optimal berdasarkan program
kerja yang telah disusun.
4. Menetapkan kinerja sekolah, kepala sekolah dan guru serta tenaga kependidikan
guna peningkatan kualitas diri dan layanan pengawas.

Hak yang seharusnya diperoleh pengawas sekolah yang profesional adalah :

1. Menerima gaji sebagai pegawai negeri sipil sesuai dengan pangkat dan
golongannya,
2. Memperoleh tunjangan fungsional sesuai dengan jabatan pengawas yang
dimilikinya,
3. Memperoleh biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas-tugas
kepengawasan seperti; transportasi, akomodasi dan biaya untuk kegiatan
kepengawasan.
4. Memperoleh tunjangan profesi pengawas setelah memiliki sertifikasi pengawas.
5. Menerima subsidi dan insentif untuk menunjang pelaksanaan tugas dan
pengembangan profesi pengawas.
6. Memperoleh tunjangan khusus bagi pengawas yang bertugas di daerah terpencil,
rawan kerusuhan dan atau daerah bencana alam.

Semua biaya untuk pengawasanitu didapatkan atau ditanggung oleh


pemerintah pusat dan daerah.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan

Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengubah perilaku seseorang melalui


pengajaran dan pendidikan. Dalam pendidikan ini harus adanya pengelolaan, dimana
pengelolaan ini mempunyai tahap-tahap agar pendidikan berjalan dengan baik. Pengelolaan
penddikan memiliki fungsi yaitu adanya Planning, Organizing, Leading, dan Controlling.
Fungsi-fungsi ini dapat diterapkan pada slaah satu organisasi di sekolah yaitu OSIS. Dalam
pendidikan semua yang bersangkutan sama pendidikan mempuyai pengelolaan, karena
pengelolaan merupakan langkah awal dalam semuanya.
DAFTAR BACAAN
http://tugasskuu.blogspot.com/2014/02/smt-3-konsep-dasar-pengelolaan.html

http://study-elearning.blogspot.com/2011/12/manajemen-tenaga-
personalkependidikan.html

http://mutiaralumpur.blogspot.com/2009/12/pengertian-dan-fungsi-manajemen.html

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/22/pengelolaan-peserta-didik/

http://aridlowi.blogspot.com/2009/12/pengelolaan-kurikulum.html

http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/makalah-pengelolaan-kelas.html

http://syamsuddincoy.blogspot.com/2012/02/kepemimpinan-sekolah.html

https://zukhrufarisma.wordpress.com/2012/05/18/kepemimpinan-sekolah-efektif/

https://vickyindiarto.wordpress.com/2010/10/10/fungsi-fungsi-manajemen

http://info-pendidikan-terbaru.blogspot.com/2013/07/pengertian-fungsi-tujuan-dan-prinsip.html

http://irwandi12131012.blogspot.com/2014/06/sistem-informasi-manajemen.html

http://derintaiyooaijoo.blogspot.com/2011/06/pengelolaan-sarana-dan-
prasarana.html

http://dikda.sulteng.go.id/v2/index.php/2013-04-17-21-46-38/artikel-pendidikan/24-pengawas-
sekolah-satuan-pendidikan

https://belajarmanagement1.wordpress.com/penerapan-fungsi-manajemen-dalam-kegiatan-
sekolah-di-bidang-osis/

http://mooza-alkaz.blogspot.com/2013/01/makalah-manajemen-keuangan-pendidikan.html

http://cor-amorem.blogspot.com/2010/01/manajemen-humas.html

Anda mungkin juga menyukai