08JAN
Sejak lahir, tanpa disadari, kita sudah menerima pendidikan dari orang tua tentang banyak hal. Orang
tua merupakan guru pertama bagi kita untuk bertanya-tanya hal kecil hingga yang besar. Seiring
berjalannya waktu, definisi pendidikan pun meluas. Kita tidak hanya mengenal dalam lingkungan
keluarga, namun mencapai lingkungan masyarakat, bahkan lingkungan Negara. Pendidikan merupakan
hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan memegang unsur penting untuk
membentuk pola pikir, akhlak, dan perilaku manusia agar sesuai dengan norma-norma yang ada, seperti
norma adat, agama, budaya, dan lain-lain.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU Sisdiknas).
Menurut UNESCO pendidikan itu sekarang adalah untuk mempersiapkan manusia bagi suatu tipe
masyarakat yang masih belum ada. Konsep system pendidikan mungkin saja berubah sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan pengalihan nilai-nilai kebudayaan (transfer of culture value). Konsep
pendidikan saat ini tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang harus sesuai dengan tuntutan
kebutuhan pendidikan masa lalu,sekarang,dan masa datang.
Dari beberapa definisi pendidikan di atas, pada dasarnya pengertian pendidikan yang dikemukakan
memiliki kesamaan yaitu usaha sadar, terencana, sistematis, berlangsung terus-menerus, dan menuju
kedewasaan.
Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok
orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu.
Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan –perbedaa hal ini disebabkan karena para ahli
meninjau pengertian dari sudut yang berbeda- beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi,
benda, kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari
pada prinsipnya definisi- definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama.
Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli yakni menurut Wardoyo (1980:41) memberikan definisi
sebagai berikut pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan perencanaan
,pengorganisasian pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola”
mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk mengali dan memanfaatkan segala potensi
yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan
sebelumnya.
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan adalah suatu
rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan,pengorganisasian,penggerakan dan pengawasan yang
bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditentukan.
Pengelolaan pendidikan berasal dari kata manajemen, sedangkan istilah manajemen sama artinya
dengan administrasi ( Oteng Sutisna:1983). Dapat diartikan pengelolaan pendidikan sebagai supaya
untuk menerapkan kaidah-kaidah adiministrasi dalam bidang pendidikan.
• Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.
Pembatasan yang terakhir merumuskan perencanaan merupakan penetapan pada tindakan apa yang
harus dilakukan? Apakah sebab tindakan itu harus dikerjakan? Dimanakah tindakan itu harus
dikerjakan? Kapankah tindakan itu harus dikerjakan? Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu?
Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
• Pengorganisasian (Organizing)
Oganisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerjasama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai
sasaran specific atau sejumlah sasaran. Dalam sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin,
pekerjaan pemimpin meliputi beberapa kegiatan yaitu mengambil keputusan, mengadakan komunikasi
agar ada saling pengertian antara atsan dan bawahan, memberi semangat, inspirasi dan dorongan
kepada bawahan agar supaya mereka melaksanakan apa yang diperintahkan.
• Pengarahan (Directing )
Pengarahan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran,
perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas
dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
•Pengawasan
Pengawasan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha pemantauan kinerja agar
supaya kinerja tersebut terarah dan tidak melenceng dari aturan yang sudah ditetapkan dan
pemantauan berfungsi sebagai media agar kinerja tersebut terarah dan tersampaikan secara tepat.
• Pengembangan
Pengembangan adalah fungsi pengelolaan yang harus dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu
pengelolaan, dengan adanya pengembangan pengelolaan akan berjalan sesuai dan melebihi target yang
akan diperoleh.
Tanpa suatu program yang baik sulit kiranya tujuan pendidikan akan tercapai. Oleh karena itu,
pengelolaan harus disusun guna memenuhi tuntutan, kebutuhan, harapan dan penentuan arah
kebijakan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Pengelolaan kerja SMP merupakan penjabaran
tugas dan pelaksanaan kebijakan Depdiknas yang di sesuaikan dengan kondisi obyektif. Dalam
pelaksanaannya setiap kegiatan mengacu pada pengelolaan yang ada sehingga proses dan pelaksanaan
aktifitas di sekolah lebih terukur, terpantau dan terkendali.
Pengelolaan pendidikan berfungsi sebagai acuan bagi sekolah dalam mengukur, mengevaluasi dan
merevisi kegiatan-kegiatan yang di anggap perlu. Selain itu pengelolaan pendidikan bertujuan sebagai
upaya sekolah dalam mendukung dan menjabarkan wajib belajar 9 tahun.
Ruang lingkup pengelolaan pendidikan merupakan upaya untuk menggali, memupuk, menggerakan dan
mempertahankan sumber daya pendidikan secara seimbang dan berkesinambungan demi tercapainya
tujuan melalui sistem kerja sama. Adapun bidang garapan antara lain:
Pengelolaan Kurikulum.
Pengelolaan Kesiswaan.
Pengelolaan Ketenagaan.
Pengelolaan Keuangan.
Pengelolaan BP/BK.
Pengelolan Laboratorium.
Pengelolaan Perpustakaan.
Kehadiran Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 ini merupakan salah satu tuntutn dari
UU No.20 Tahun 2003 yang mngisayartkan adanya standardisasi pendidikan di Indonesia. Ketentuan
tersebut berdasarkan Pasal 35 ayat (4), Pasal 36 ayat (4), Pasal 37 ayat (3), Pasal 42 ayat (3), Pasal 43
ayat (2), Pasal 59 ayat (3), Pasal 60 ayat (4), dan Pasal 61 ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003.
Oleh karena itu, PP ini hadir untuk memenuhi Amanat UU tersebut. Selain itu, UUD 1945 pun sudah
mengisayaratkan adanay satu sistem pendidikan yang bisa mencerdasakan kehidupan bangsa.
Dalam PP ini, terkandung 17 Bab dan 97 Pasal. Secara keseluruhan, semuanya mengatur tentang
delapan standar nasional pendidikan (SNP) yang harus dilaksanakan oleh setiap lembaga pendidikan di
Indonesia. Secara garis besar, kedelapan standar pendidikan diatur dalam PP ini, namun secara rinci,
setiap standar memiliki peraturan tersendiri.
Secara garis besar, peraturan ini hanya memuat dua pasal. Selebihnya, penejelasan dari permen ini ada
pada bagaian lampiran. Dalam lampiran permen ini ada enam poin penting yang arus diperhatikan oleh
setiap satuan pendidikan dasar dan menengah. Enam poin tersebut aalah :
1. Perencanaan Program
4. Kepemimpinan Sekolah/Madrasah
6. Penilaiaan Khusus
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, Peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 mengatur tentang
standar nasioanl pendidikan yang ada di Indonesia. Delapan standar tersebut diatur secara garis besar
dalam PP ini, namun penjelasannya dijabarkan oleh peraturan lain.
1. Standar isi
Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Secara lebih rinci,
standar isi diatur dalam Permendiknas No. 22 th 2006
2. Standar Proses
Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran
pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi. Secara lebih rinci lagi, standar ini
diatur dalam Permendiknas No. 41 th 2007
Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Secara lebih rinci lagi, peraturan tentang standar kompetensi lulusan diatur dalam
Permendiknas No. 23 Tahun 2006.
Standar Pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik
maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Secara lebih rinci, peraturan yang terkait dengan
standar ini adalah Permendiknas No. 16 th 2007, Permendiknas No. 13 th 2007, Permendiknas No. 12
th 2007
5. Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan adalah standar dalam mengelola pendidikan dalam satu lembaga pendidikan.
Dalam standar ini, pendidikan dikelola oleh satuan pendidikan, pemerintah daerah, dan pemerintah.
Dalam PP ini Dikdasmen menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Sedangkan Pendidikan tinggi (PT)
menerapkan otonomi perguruan tinggi yang dalam batas-batas yang diatur dalam ketentuan perundang-
undangan yang berlaku memberikan kebebasan dan mendorong kemandirian.
Secara lebih rincinya lagi peraturan ini diatur dalam Permendiknas No. 19 th 2007, dan dipertegas lagi
secara menyeluruh untuk setiap satuan pendidikan oleh PP No.17 tahun 2010.
Standar sarana dan Prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi. Secara lebih rinci, standar ini diatur dalam Permendiknas No. 24 th 2007.
7. Standar Pembiayaan
Standar Pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasiional satuan
pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Sedangkanlebih rinci lagi, standar pembiayaan diatur dalam
Permendiknas No. Th 2008.
Standar Penilaian Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Secara lebih rinci, standar ini diatur dalam
Permendiknas No. 20 th. 2007.
1. Perencanaan Program
Perencanaan program dalam pengelolaan pendidikan meliputi : Pembuatan Visi, Misi, Tujuan, dan
rencana Kerja.
Visi sekolah/madrasah:
Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun
waktu tertentu. Visi adalah pernyataan yang diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses
manajemen saat ini yang menjangkau masa yang akan datang (Akdon, 2006:94). Hax dan Majluf dalam
Akdon (2006:95) menyatakan bahwa visi adalah pernyataan yang merupakan sarana untuk:
Bagi sekolah Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa
datang. Imajinasi ke depan seperti itu akan selalu diwarnai oleh peluang dan tantangan yang diyakini
akan terjadi di masa datang. Dalam menentukan visi tersebut, sekolah harus memperhatikan
perkembangan dan tantangan masa depan.
Visi sekolah menurut Permendiknas No 19 Tahun 2007 arus memenuhi kritria sebagai berikut :
1. dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan pada masa yang akan datang;
2. mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan;
3. dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang
berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional;
4. diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah dengan
memperhatikan masukan komite sekolah/madrasah;
6. ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di
masyarakat.
Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan di masa datang (Akdon, 2006: 97). Pernyataan misi mencerminkan tentang penjelasan
produk atau pelayanan yang ditawarkan.
Misi merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi merupakan penjabaran visi
dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk
mewujudkan visi. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang
dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.
1. memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional;
4. menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh
sekolah/madrasah;
5. memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program sekolah/madrasah;
7. dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite
sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah;
Tujuan menggambarkan arahan yang jelas bagi sekolah. Perumusan tujuan akan strategi/perlakuan,
arah kebijakan dan program suatu sekolah. Oleh karena itu perumusan tujuan harus memberikan
ukuran lebih spesifik dan akuntabel.
Perumusan tujuan menurut Permendiknas no.19 Tahun 2007 harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan);
2) mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan
masyarakat;
3) mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah/madrasah dan
Pemerintah;
4) mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite
sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah;
5) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan.
Program merupakan implementasi dari visi, misi dan tujuan. Program yang dimaksudkan dalam makalah
ini adalah program operasional. Program operasional didefinisikan sebagai kumpulan kegiatan yang
dihimpun dalam satu kelompok yang sama secara sendiri-sndiri atau bersama-sama untuk mencapai
tujuan dan sasaran (Kdon, 2006:135). Program merupakan kumpulan kegiatan nyata, sistematis dan
terpadu, dilaksanakan oleh satu instansi pemerintah atau lebih ataupun dalam rangka kerja sama
dengan masyarakat atau yang merupakan partisipasi aktif masyarakat guna mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.
Perumusan program kerja sekolah berdasarkan atas perumusan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan
kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam merumuskan program kerja sekolah, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan:
a. Sekolah/Madrasah membuat:
1) rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun
waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen
yang mendukung peningkatan mutu lulusan;
2) rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah.
2) dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.
c. Rencana kerja empat tahun dan tahunan disesuaikan dengan persetujuan rapat dewan pendidik dan
pertimbangan komite sekolah/madrasah.
d. Rencana kerja tahunan dijadikan dasar pengelolaan sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
1) kesiswaan;
8) rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu.
2. Pelaksanan Program
Pelaksanaan rencana kerja/kegiatan sekolah dilaksanakan berdasarkan rencna kerja tahunan oleh
penanggung jawab kegiatan. Berikut ini beberapa pelaksanaan kegiatan sekolah yang dilaksanakan
berdasarkan bidang garapannya, meliputi:
Bidang Kesiswaan
1. Menetapkan kebijakan program secara terttulis mengenai pengelolaan sarana dan prasarana.
3. Menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan
dan kurikulum.
Menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional yang mengacu pada standar
pembiayaan.
– Menciptakan suasana, iklim, dan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk pembelajaran yang
efisien dalam prosedur pelaksanaan.
Sekolah menjalin kemitraan dan kerja sama dengan masyarakatt dan lembaga lain untuk mendukung
program pelaksanaan kegiatan sekolah dalam rangka pengelolaan pendidikan.
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan bahwa semua
kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk
mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian
tujuan (Robbins 1997).
Sekolah harus objektif, bertanggung jawab dan berkelanjutan dalam melakukan pengawasan.
Pengawasan meliputi pemantauan, supervise, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan.
Pemantauan dilakukan oleh komite sekolah, sedangkan supervise dilakukan secara teratur dilakukan
oleh kepala sekolah . guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya kepada kepala
sekolah.
Setiap pihak yang menerima laporan hasil pengawasan harus menindaklanjuti setiap laporan yang
diterimanya dan menggunakan hasil pemantauan atau pengawasan tersebut untuk memperbaiki kinerja
sekolah dan sebagai sarana pendidikan.
Program Evaluasi
Jenis-Jenis Evaluasi:
a. Evaluasi diri adalah evaluasi yang dilakukan pihak sekolah untuk menilai kinerja sekolah itu sendiri.
Pihak sekolah menetapkan prioritas indicator untuk mengukur, menilai kinerja dan melakukan perbaikan
dalam rangka pelaksaaan Standar Nasional Pendidikan. Evaluasi diri atau evaluasi sekolah dilakukan
secara periodic berdasarkan pada data dan informasi yang sahih
b. Evaluasi dan pengembangan KTSP adalah proses yang dilakukan secara komprehensif dan flexible agar
bisa menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutakhir danbersifat menyeluruh
yang artinya melibatkan semua pihak
c. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga pendidik meliputi kesesuaian penugasan dengan
keahlian, keseimbangan beban kerja dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksaan
tugas. Evaluasi harus emperhatikan pencapaian prestasi dan perubahan perubahan peserta didik
Akreditasi sekolah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga yang
berwenang untuk menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah/madrasah berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan secara obyektif, adil, transparan,
dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional
Pendidikan.
d. Kepemimpinan Sekolah
Secara umum kepemiminan dapat dirumuskan sebagai berikut. “Kepemimpinan berarti kemauan dan
kesiapan yang dimiliki oleh seseorang ubtuk dapat memengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakan, mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh
tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat menbantu tercapainya suatu tujuan tertentu ang
telah ditetapkan.
Fungsi Pemimpin
Fungsi utama pemmpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara
lain:
a) Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh rasa
kebebasan.
b) Pemimpin membatu kelompok untuk menorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan
rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
c) Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok
dalam menganalisis situasi untuk kemudian mentapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
d) Pemimpin bertanggung jawb dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin
member kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggung
jawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan beran menilai
hasilnya secara jujur dan objektif.
4. Membuat rencana kerja strategis dan rencan kerja tahunan untuk pelaksanaan peningkatan
mutu
7. Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua peserta didikdan
masyarakat
8. Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidikan dan tenaga kependidikan dengan
menggunakan sistem pemberian penghargaan atas prestasi dan sangsi atas pelanggaran
peraturan dank kode etik
11. Melaksanakan dan merumuskan program supervise, serta memanfaatkan hasil supervise untuk
meningkatkan kinerja sekolah dan madrasah
13. Member teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuaidengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya
14. Memfasilitasi pengembanga, penyebarluasan dan pelaksanaan visi pembelajaran yang
dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh komunitas sekolah/madrasah
15. Membantu, membina dan mempertahankan lingkungan sekolah / madrasah dan progam
pembelajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional
para guru dan tenaga kependidikan
16. Menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah/madrasah untuk
menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat efisien dan efektif
17. Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dan komite sekolah /
madrasah menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam dan memobilisasi
sumber daya masyrakat
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 merupakan salah satu penjabaran dari pelaksanaan Peraturan
Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan terutama berkaitan dengan
satandar pengelolaan pendidikan yang seharusnya dilaksanakan oleh satuan pendidikan dasar dan
menengah yang berada di wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia.
Bila dilihat pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada saat ini masih kurangnya sumber daya manusia
(SDM) yang diharapkan mampu menjabarkan Permendiknas No.19 tahun 2007. Sebagai contoh jika
dilihat dari aspek kurikulum, pola penerapan KTSP terbentur pada masih minimnya kualitas guru dan
sekolah, sarana dan prasarana pendukung. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberikan
kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), baik di atas
kertas maupun di depan kelas. Salah satu penyebabnya antara lain masih rendahnya kualifikasi
akademik tenaga pendidik dan kependidikan. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Badan Penelitian dan
Pengembangan Depdiknas pada tahun 2004, bahwa dari 2,7 juta guru menunjukkan bahwa
ketidaksesuaian ijasah yang mengajar di jenjang pendidikan dasar dan menengah menunjukkan
kecenderungan yang kurang mengembirakan, jika mengacu pada persyaratan yang ada. Guru SD
tercatat 66,11% yang tidak memiliki ijasah sesuai ketentuan, guru SMP 39,99% , dan guru SMA sebanyak
34,08%. Selain itu tercatat secara umum terdapat 15,21% guru pada berbagai jenjang pendidikan dasar
dan menengah yang mengajar tidak sesuai dengan kompetensinya. Hasil survey Human Development
Indeks (HDI) sebanyak 60% guru SD, 40% guru SMP, 43% guru SMA, dan 34% guru SMK belum
memenuhi standarisasi mutu pendidikan nasional. Lebih mengkhawatirkan lagi bila 17,2% guru di
Indonesia mengajar bukan pada bidang keahliannya (Toharudin, Oktober 2005 dalam Muhyi,Dindin MZ,
2007).
Untuk menangani permasalahan tersebut, perlu diambil langkah-langkah kebijaksanaan baik mengenai
implementasi Permendiknas No.19 tahun 2007. Langkah-langkah kebijaksanaan yang ditempuh antara
lain sebagai berikut:
4. Meningkatkan kesejahteraan bagi para pelaksana pendidikan agar berfungsi sesuai tugas dan
tanggung jawabnya.
5. Menciptakan kondisi yang kondusif yang dapat memberikan kemungkinan para pelaksana
pendidikan menjalankan tugasnya secara kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam kandungan PP No.19 tahun 2005, bahwa standar pengelolaan
pendidikan dipertegas oleh beberapa peraturan, salah satunya adalah PP No.17 tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. PP ini mengatur secara luas tentang pengelolaan
pendidkan, sedangkan dalam Permendiknas No.19 Tahun 2007 hanya mengatur teknis pengelolaan oleh
atuan pendidikan dasar dan menengah saja.
Oleh karena itu, secara peraturan PP ini tidak menghapus peraturan sebelumnya, namun lebih
mempertegas penyelenggaraan peraturan yang sudah dibentuk sebelumnya.
Kesimpulan
Pengelolaan pendidikan merupakan usaha tersencana dalam mengelola seluruh sumber daya
pendidikan oleh beberapa orang dalam satu system pendidikan untuk mncapai tujuan pendidikan baik
secara makro atau mikro. Pengelolaan pendidikan merupakan hal yang penting dalam sebuah
pengelolaan lembaga pendidikan.
Baik buruknya satu lembaga pendidikan bisa dinilai dari proses pengelolaan pendidiokan, sehingga tidak
heran jika ada yang memandang kesuksesan suatu lembaga pendidikan tergantung pada
administrasi/pengelolaannya.
Menurut Permendiknas no.19 tahun 2007 ada enam hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan
pendidikan yang dilaksanakan di satuan pendidikan dasar dan menengah. Enam hal tersebut yaitu :
Perencanaan program, pelaksanaan program, pengawasan dan evaluasi program, Kepemimpinan
sekolah, Sistem informasi manajemen, dan penilaian khusus. Badan yang berhak menilai dan memantau
standar pengelolaan ini adalah Badan Standardisasi Nasioanl Pendidikan (BSNP).
Implementasi dari permendiknas ini tentunya memerlukan pengawasan serta pembinaan yang efektif
dari berbagai pihak. Sehingga cita-cita standardisasi pengelolaan pendidkan di Indonesia bisa tercapai.
Saat ini standardisasi yang diharapkan baru sekedar harapan, pada kenyataannya memang belum semua
lembaga bisa melaksanakan peraturan ini secara baik dan benar. Oleh karena itu perlu pengawasan dan
penbinaan dari berbagai pihak.
Solusi dari pemerataan standardisasi ini bisa melalui intensnya pembinaan dari pemerintah dan juga
pihak-pihak yang peduli terhadap kemajuan pendidikan Indonesia. Keikutsertaan para ahli dalam bidang
administrasi dan manajemen pendidikan bisa menjadi salah satu solusi yang bisa ditempuh untuk
kemajuan pengeloaan pendidikan, karena pada dasarnya keilmuan administrasi/manajemen pendidikan
mempelajari pengelolaan pendidikan baik secara makro, maupun mikro.
Saran
Dari makalah kecil yang kami susun ini, bisa diambil saran/rekomendasi sebagai berikut :
1. Bagi para pengambil kebijakan untuk lebih mengawasi dan memberikan pembinaan lebih dalam
implementasi dari sebuah produk hukum pendidikan. Sehingga maksud yang diharapkan bisa
tercapai.
2. Bagi pelaksana lembaga pendidikan untuk terus meningkatkan kemampuan konsep dan praktis
secara ilmiah dalam pengelolaan pendidikan.
3. Bagi para ahli administrasi/manajemen pendidikan, baik mahasiswa ataupun tenaga ahli, untuk
ikut serta dalam pendampingan dan bimbingan dalam pengelolaan pendidikan.
Referensi:
http://srihendrawati.blogspot.com/2010/05/analisis-swot-permendiknas-no19-tahun.html
Depdiknas. 2006. Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta:
Permendiknas No.24 tahun 2006
Depdiknas. 2007. Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
Jakarta: Permendiknas No. 19 tahun 2007
Muhyi,Dindin MZ (2007), Jurnal: Pendidikan di Indonesia Harus Berlandaskan Jati Diri Bangsa, Bandung:
Al Mizan
Sularto,St. Praksis Pendidikan Minus Visi, Catatan atas ”Bongkar Pasang” Kurikulum, Sebuah Opini.
Jakarta–2005. www. ntt-online.org.
Tilaar. 2009. Kekuasaan dan Pendidikan Nasional dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Anatomiestreetsoldier.wordpress.com/2010/06/26/pengelolaan-pendidikan/