Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KASUS AIRBNB
Dosen pengampu mata kuliah : Muzdalifah, S.E.,M.Ak.

Mata Kuliah : Ekonomi Bisnis Digital


Oleh Kelompok 2 :
1. Nurfadila 921421135
2. Sabrina Aliya Liputo 921422032
3. Fitriya Nohu 921422014
4. Fadila Rahmawaty Biahimo 921422030
5. Rifkah Abdullah 921422029

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah dengan berjudul
“KASUS AIRBNB”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada Dosen Pengajar mata kuliah

Ekonomi bisnis digita ibu, Muzdalifah, S.E.,M.Ak. dimana atas bimbingan beliau kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah dengan
judul “KASUS AIRBNB” ini dapat menjadikan sumber referensi serta penambah wawasan
bagi kita semua.

Gorontalo, April 2022


BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang
Aibnb merupakan sebuah model bisnis berbagi kamar atau penyewaan tempat
tinggal peer to peer. Bisnis ini diusung oleh Brian Chesky, Joe Gebbia, dan Nathan
Blecharczyk pada tahun 2008. Awalnya Brian Chesky dan temannya hanya
menyewakan apartemen kepada tamu untuk kebaktian lokal. Untuk mengakomodasi
para tamu, mereka menggunakan kasur udara dan menyebutnya sebagai "Air Bed &
Breakfast", yang mana sebutan ini akhirnya disingkat menjadi Airbnb. Sejak saat itu
hingga 2018 Airbnb telah telah berkembang ke lebih dari 190 negara dengan lebih
dari 4 juta properti dengan valuasi total sekitar $US 31 milliar. Airbnb adalah pelopor
model bisnis yang tidak banyak memilikitangible asset,melainkan Airbnb hanya
menjadi media yang mempertemukan pemilik aset dengan penyewanya. Keuntungan
yang diambil oleh Airbnb berasal dari biaya komisi yang ditarik dari para pemilik
properti. Biaya operasi juga tidak menjadi tanggungan Airbnb, sebab biaya tersebut
telah ditanggug oleh pemilik properti. Biaya komisi yang diambil sebesar 11%
perkamar, dengan penghasilan sebesar $6 juta pada 2010 dan diperkirakan akan
menghasilkan $1.2 miliar pada tahun 2017 dengan pertumbuhan yang sangat tinggi
hingga tahun 2013.
Di tengah isu resesi, Airbnb justru sukses mencatatkan pertumbuhan pendapatan
hingga USD 1,8 miliar (Rp26,54 triliun) pada kuartal pertama (Q1) 2023. Pionir marketplace
penginapan yang menawarkan berbagai pengalaman menginap itu juga berhasil memecahkan
rekor jumlah pemesanan tertinggi dengan lebih dari 120 juta pemesanan pada triwulan
pertama. Namun terlepas dari kesuksesannya saat ini, Airbnb mungkin telah bangkrut jika
tidak berusaha memahami kebutuhan penggunanya dengan tepat.Sejak berdiri pada 2008,
Airbnb memang terus mencatatkan pertumbuhan positif. Pada 2020, ketika perusahaan
pertama kali melantai di bursa saham, Airbnb melakukan penawaran umum perdana dengan
harga USD 146 (Rp1,4 juta) per saham. Angka ini dua kali dari harga IPO yang membuat
nilai perusahaan melejit hingga lebih dari USD 100 miliar (Rp1,017 triliun).CNBC mencatat,
nilai Airbnb kala itu bahkan membuatnya berhasil mengalahkan valuasi Marriot dan Hilton,
dua perusahaan hotel ternama asal Amerika Serikat. Bahkan jika valuasi kedua perusahaan itu
digabungkan, nilainya masih kalah dari valuasi Airbnb.
BAB II
Pembahasan

Kisah kesuksesan Airbnb mungkin tidak akan pernah kita dengar saat ini jika sang
founder memilih keluar dari zona nyaman.Bagaimana tidak, Airbnb hampir bangkrut hanya
dalam waktu satu tahun setelah perusahaan rintisan itu resmi berdiri. Pada 2009, Airbnb
hanya mampu menghasilkan pendapatan mingguan sebesar USD 200 (Rp2,1 juta). Artinya,
perusahaan sama sekali tidak tumbuh dan justru mencatatkan kerugian yang besar. Dengan
grafik pertumbuhan yang datar, Airbnb juga kesulitan mencari modal untuk keberlanjutan
usaha. Merespon masalah ini, Airbnb mencoba menganalisa mengapa orang-orang masih saja
skeptis melakukan pemesanan akomodasi secara daring melalui layanan mereka. Layaknya
startup pada umumnya, Airbnb lantas berupaya menyelesaikan masalah ini dengan
menganalisa situs Airbnb. Mereka kemudian menemukan kesamaan di antara penyedia
akomodasi, yakni kualitas foto yang buruk. Hipotesis itulah yang kemudian membawa
Airbnb mengambil langkah yang tak banyak diambil startup. Alih-alih menyelesaikan
masalah secara teknis, Airbnb justru mengirim karyawannya untuk terjun langsung ke
lapangan untuk menguji hipotesis yang dimiliki. Tim beranggotakan tiga orang itu lantas
mengunjungi dan berbicara langsung dengan tuan rumah mitra Airbnb di New York, Amerika
Serikat, untuk mengetahui kendala sebenarnya. Dari pertemuan itu, mereka menyadari bahwa
mayoritas tuan rumah menggunakan ponsel mereka untuk mengambil gambar kamar atau
rumah yang disewakan. Saat itulah tim menawarkan untuk mengganti semua gamber dengan
foto baru yang lebih berkualitas.
Langkah yang diambil Airbnb saat itu cenderung kontroversial. Pasalnya, lebih banyak startup
bekerja dan menyelesaikan masalah berdasarkan data. Tak sedikit pendiri startup berasal dari
latar belakang engineering, yang membuat mereka lebih fokus menghabiskan waktu di
belakang komputer dan menciptakan coding atau algoritma canggih untuk menyelesaikan
masalah pelanggan. Meskipun Airbnb digerakkan oleh data, mereka tidak membiarkan data
mendorong mereka. Airbnb justru mengambil langkah lain dengan membangun hipotesis
kreatif, mengujinya terhadap pengguna, menerapkan perubahan, meninjau bagaimana
dampaknya terhadap bisnis, lalu mengulangi proses tersebut. Siapa sangka cara itu justru
berhasil dan mengubah model bisnis Airbnb. Seminggu setelah mengganti foto akomodasi
dengan yang lebih berkualitas, pendapatan mingguan Airbnb meningkat dua kali lipat menjadi
USD 400 (Rp4,2 juta) per minggu. Ini adalah peningkatan keuangan pertama yang dilihat
perusahaan dalam lebih dari delapan bulan. Dalam wawancaranya bersama media First
Round, Joe Gebbia yang merupakan co-founder Airbnb menekankan bahwa memperbarui
foto membuktikan bahwa coding saja tidak dapat menyelesaikan setiap masalah yang dimiliki
pelanggan. Meskipun komputer sangat kuat, Gebbia menilai menemui pelanggan di dunia
nyata merupakan cara terbaik untuk mengatasi masalah bisnis dan
menghasilkan solusi cerdas.

BAB III
Penutup

a. Solusi dan penyelesaian

Design Thinking Membantu Airbnb Selesaikan Masalah Bisnis

Airbnb adalah contoh menarik tentang bagaimana design thinking membantu bisnis
memecahkan masalah. Keuntungan ini tak lain berasal dari kemampuan design thinking untuk
memecahkan masalah berdasarkan wawasan atau pemahaman mendalam mengenai pengguna
mereka.Dalam kasus Airbnb, mereka melibatkan pengguna selama proses pemecahan
masalah. Mereka berinteraksi langsung dengan pengguna untuk mengetahui masalah dan rasa
frustasi mereka. Airbnb kemudian mencoba menghasilkan solusi berdasarkan masalah ini
dengan berempati atas apa yang sebenarnya diinginkan pengguna, yakni foto berkualitas yang
mampu menggambarkan kondisi akomodasi dengan akurat.Pendekatan design thinking
sendiri mencakup tiga langkah utama, yang termasuk mengidentifikasi masalah dengan
berempati, mengumpulkan ide dan membuat serta menguji prototype. Sebagai pengadopsi
awal pendekatan design thinking di Indonesia, Innovesia meyakini bahwa inti dari proses ini
adalah mengonfirmasi pengalaman dan kebutuhan pengguna. Dengan proses yang iteratif,
Innovesia percaya design thinking mampu membawa bisnis untuk memahami pengguna lebih
baik dalam rangka memecahkan masalah.

b. Kesimpulan

ketika mengadopsi design thinking untuk memecahkan masalah terkait produk atau layanan,
perusahaan akan dituntun mengidentifikasi masalah dengan memahami pengguna. Dengan
begitu, perusahaan akan memiliki gagasan untuk meningkatkan kepuasan pengguna, dan
menghasilkan solusi yang dapat diuji. Alhasil, solusi yang dihasilkan tak akan sia-sia.Melihat
kesuksesan pemecahan masalah melalui design thinking, Airbnb hingga kini terus
meningkatkan kualitas bisnisnya berdasarkan feedback atau umpan balik
dari pengguna mereka
Daftar pustaka

Likedin.com. 3 juli 2023. Inovesia-investing in innovation. Hampir bangkrut, design


thingking bantu Airbnb pecahka masalah stagnasi bisnis. Diakses pada 22 september
2023, dari Hampir Bangkrut, Design Thinking Bantu Airbnb Pecahkan Masalah
Stagnasi Bisnis (linkedin.com)

Kawanpendi.wordpress.com. Belajar dari Kisah Sukses Air BnB : Bagaimana Desain


Mengubah Airbnb Dari Startup Yang Gagal Menjadi Bisnis Bernilai Milyaran Dollar.
Diakses pada 22 september 2023, dari Belajar dari Kisah Sukses Air BnB :
Bagaimana Desain Mengubah Airbnb Dari Startup Yang Gagal Menjadi Bisnis
Bernilai Milyaran Dollar (wordpress.com)

Anda mungkin juga menyukai