Anda di halaman 1dari 2

Alyssa Anindya Putri

1705618041
UTS Manajemen Merk

1. Dari studi kasus diatas, Airbnb sudah masuk kedalam Brand Awareness tingkat
Recall. Seperti yang disampaikan pada studi kasus diatas “in just eight years Airbnb
has built a global network of more than 2 million listings and 60 million guests
throughout 34,000 cities in 191 countries. It has also built a market value of more
than $25 billion.” Ini menandakan bahwa brand awareness mereka cukup tinggi,
yakni pada tingkat Recall. Karena dari data diatas, dapat dilihat bahwa dalam 8
tahun, ada 60 juta tamu yang menggunakan jasa ini. Artinya brand recognition
mereka cukup luas dan brand preference mereka cukup tinggi. Image mereka juga
cukup kuat, yakni menyajikan penginapan yang “feels-like-home”, walaupun pada
awalnya Airbnb sempat diragukan karena resikonya yang cukup tinggi. Namun
Airbnb mampu meyakinkan customernya dengan memberikan hospitality yang baik,
dan customer service yang memuaskan. Apa yang ditawarkan oleh Airbnb bukanlah
tempat yang murah untuk tidur ketika sedang berlibur, namun lebih kepada
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman tersendiri seperti, bertemu dengan
penduduk setempat, pengalaman pasar, dan menemukan tempat-tempat baru yang
belum banyak di eksplor oleh turis lain.1

2. Dari literature yang saya baca, threats dari Airbnb berada pada tingkat “in the
middle” Menurut apa yang saya baca, ini terbagi menjadi 2. Yakni adalah Industri
Hotel, dan Government Regulations/Laws. Seperti apa yang dikatakan pada studi
kasus diatas “Airbnb still finds itself battling for legitimacy. Some cities do not allow
the rental of personal property for any duration less than 30 days.”, ini merupakan
threats bagi Airbnb, karena setiap negara memiliki regulasi atau petraturan yang
berbeda beda. Dan dari sisi Industri Hotel, “there are many travelers who might
prefer the Airbnb experience but still have concerns about staying with strangers.
Airbnb is rising to these challenges with idealistic fervor.” Masih banyak calon
pelanggan yang memikirkan resiko dari Airbnb ini sehingga lebih memilih untuk
menyewa Hotel yang mereka anggap lebih aman. Namun terlepas dari itu, Airbnb
tetap menyajikan experience yang berbeda dari kebanyakan hotel biasa.

3. Dari studi kasus diatas, Airbnb cukup jauh dalam marketingnya. Di experiental
marketing, Airbnb memastikan bahwa customer mendapatkan experience seautentik
dan seunik mungkin, dengan cara “Airbnb influences hosts to follow certain
guidelines toward creating the best guest experience possible”. Sedangkan pada
relationship marketing, Airbnb mampu meng-influence para host untuk menyajikan
hospitality yang baik bagi para customernya. Seperti pick-up bandara, atau bahkan
tawaran tour keliling kota. Hal ini otomatis membangun relationship antara
pelanggan dengan hostnya. Dalam permission marketing, setelah customer login
akun, maka akan mendapatkan email persetujuan untuk mendapatkan penawaran
khusus seperti promo, itinerary email, dan destination email—email yang berisikan
rekomendasi tujuan tujuan destinasi.1

4. Karena Airbnb menggunakan platform media social dan merupakan online-based


company, yang dapat saya rekomendasikan kepada Airbnb untuk meningkatkan
brand equity nya adalah dengan mengadakan promosi melalui iklan ataupun melalui
celebrity endorsement. Dengan melalui celebrity endorsement, kita dapat
mendapatkan exposure yang besar dikarenakan para celebrity biasanya meng-
influence banyak orang.

SUMBER JAWABAN

Studi Kasus Airbnb:Making Hospitality Authentic, diakses pada 20 Oktober 2020

Alsaad, Tam. 2019. Airbnb’s Growth Strategy: How they attract and retain 150 million users.
Diakses dari https://www.growthmanifesto.com/airbnb-growth-strategy pada 20 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai