Anda di halaman 1dari 5

Strategic Management Case Review

Airbnb in 2016

Dosen Pengampu:
Ertambang Nahartyo, Dr., M.Sc., CMA., Ak., CA.

disusun oleh:
Alfi Nur Azmi 18/436744/PEK/24268
Anandhita Azhari Putri 18/436748/PEK/24272
Dwi Admaja Sebriansah 18/436778/PEK/24307
Gasi Dhias 18/436791/PEK/24315
Priska Arista Windiasti 18/436837/PEK/24361

Magister Manajemen
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2019

A. Rangkuman Kasus
Saat ini bisnis model dari industri hotel dan pariwisata mulai berubah. Dari yang
semula untuk memasuki industri ini seseorang harus memiliki modal yang besar atau aset
yang besar, namun sekarang siapapun dapat memasuki industri ini. Salah satu pionir dari
model bisnis ini adalah Airbnb. Dengan sistem “room sharing”, Airbnb bekerjasama
dengan pemilik properti yang ingin menyewakan kamar yang kosong kepada calon
konsumen melalui marketplace di internet. Airbnb host secara bisnis diuntungkan
dibanding dengan pemilik hotel atau tempat penginapan yang memiliki aset bangunan
karena mereka tidak terkena pajak dari pemerintah dan juga regulasi yang ketat. Model
bisnis ini dinamakan dengan “sharing economy” yang nyatanya dapat mengancam bisnis
model dengan prinsip kepemilikan.
Airbnb adalah perusahaan teknologi, bukan merupakan perusahaan properti real
estate. Model bisnis ini beroperasi dengan konsep perusahaan startup sebagai media
penghubung antara pemilik aset dan calon konsumen. Perusahaan startup tersebut akan
membebankan biaya transaksi antara pemilik aset dan pelanggan sebagai keuntungan dari
perusahaan. Airbnb dapat menekan biaya operasional seminimal mungkin dan tidak sebesar
hotel, motel, atau hostel, sehingga dapat menjadi pesaing yang kuat dari pebisnis properti
real estate. Setiap tahunnya revenue Airbnb selalu tumbuh, dari awal berdiri (2010) sebesar
$6 juta hingga diprediksi pada tahun 2017 revenue Airbnb mencapai $1,2 milyar.
CEO Airbnb percaya bahwa user Airbnb menginginkan sebuah komunitas dan
hubungan yang lebih dekat dengan host. Selain itu, sebuah studi menunjukkan bahwa
ketika seseorang telah menggunakan jasa Airbnb, preferensi mereka terhadap akomodasi
tradisional (brick and mortar) sangat berkurang. Menanggapi peristiwa ini, beberapa hotel
ternama mulai bereaksi, contohnya seperti Hilton. Kini Hilton mempertimbangkan untuk
membangun penginapan dengan harga yang lebih terjangkau berupa hostel. Seorang
pengusaha di Jepang membangun perumahan kecil untuk memenuhi permintaan dari
konsumen Airbnb, karena harga hotel dan penginapan di Jepang telah terlampau tinggi.
Untuk sistem kredibilitasnya, Airbnb menggunakan peer-to-peer rating system.
Sistem ini mengijinkan kedua belah pihak, baik host (pemilik properti) dan user (penyewa
properti) saling memberi rating dan feedback. Kedua pihak diuntungkan, user dapat
memilih properti mana yang terbaik, dan host dapat memilih user mana yang boleh
menyewa propertinya.
Permasalahan muncul ketika Airbnb memiliki peraturan yang tidak sama dengan
penginapan-penginapan lokal dan global. Bisnis Airbnb tidak diatur oleh regulasi
pemerintah, berbeda dengan para pesaingnya (hotel, hostel dan motel). Yang mana

1
sejatinya regulasi tersebut dapat melindungi konsumen, seperti standarisasi bangunan agar
tidak mencelakakan konsumen, hingga peraturan pelarangan diskriminasi (pernah terjadi
host menolak user karena alasan diskriminasi). Beberapa kejadian lain yang merugikan
host, seperti beberapa host yang harus mengusir user karena user tersebut tidak mau pergi
dari rumah host. Bahkan ada juga rumah host hancur berantakan karena user mengadakan
pesta.

B. Analisis Kasus
Airbnb merupakan bisnis yang bergerak di bidang jasa perhotelan dimana core
benefit dari layanan yang ditawarkan adalah menyediakan tempat istirahat bagi para
pelanggannya. Sumber daya yang dibutuhkan berbentuk tangible maupun intangible, yang
mana tangible diwujudkan dalam bentuk kamar atau tempat tidur yang disediakan untuk
konsumen, teknologi yang digunakan. Intangible diwujudkan dalam bentuk layanan yang
ditawarkan oleh pemilik kamar yang disewa oleh pelanggannya yang mana hal ini akan
dirasakan langsung oleh pelanggan saat ia menggunakan layanannya (inseparability).
● Analisis SWOT untuk Airbnb
Strengths :
➔ Dengan bisnis model yang dimiliki, membuat Airbnb dapat menyediakan layanan
dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh
hotel pada umumnya.
➔ Airbnb sudah tersebar di 192 negara dan 34000 kota sehingga merupakan brand
yang sudah mendunia.
➔ Bisnis yang ditawarkan mempunyai potensi untuk tumbuh cepat dan luas.
➔ Konsumen dapat berkomunikasi secara langsung (via chat) dengan host untuk
menanyakan detail properti yang akan disewa.

Weaknesses:
➔ Airbnb melanggar aturan di beberapa negara yang ditunjukkan dengan adanya
hukum yang mengatur bahwa hotel ataupun guest house tidak diijinkan ditempatkan
di rumah penduduk.
➔ Semua kualitas layanan yang diberikan tergantung dari host. Jika host tidak
mematuhi standar layanan yang sudah ditetapkan oleh Airbnb, maka akan membuat
citra buruk bagi perusahaan tersebut.

2
➔ Banyak kasus di Airbnb bahwa lokasi yang tertera di aplikasi tidak sesuai dengan
kenyataan di lapangan, dan pula lokasinya sulit untuk dijangkau.
➔ Pembayaran Airbnb hanya dapat dilakukan dengan menggunakan kartu kredit.
Opportunities:
➔ Selama beberapa tahun terakhir pengguna internet selalu bertambah. Hal inilah
yang bisa dijadikan peluang bagi Airbnb untuk mengembangkan bisnisnya karena
bisnis mereka berdasarkan pada aplikasi.
➔ Banyak selebriti ataupun pemain yang terkenal memasukkan properti mereka dalam
daftar untuk disewakan.
➔ Airbnb mempunyai banyak kesempatan untuk melebarkan sayap bisnisnya seperti
travel, tour guide serta rental mobil.
➔ Dibandingkan memesan hotel dengan harga yang relatif mahal, maka dengan
Airbnb akan cenderung lebih murah dan dapat merasakan interaksi langsung dari
host sehingga ada rasa kekeluargaan.
Threats:
➔ Dengan Airbnb yang bergerak di 192 negara membuat perusahaan harus mengikuti
aturan lokal yang dimiliki oleh masing masing negara dan memberikan himbauan
pada host dan user untuk memenuhi aturan yang ditetapkan.
➔ Mulai banyak bermunculan aplikasi atau jasa layanan lain yang bergerak dalam
bidang yang sama dengan Airbnb.

C. Kesimpulan
Berdasarkan analisis SWOT pada Airbnb, dari tiga indikator tentang seberapa baik
strategi perusahaan bekerja, yaitu:
1. Perusahaan mencapai tujuan keuangan dan strategis yang telah direncanakan
sebelumnya
2. Kinerja keuangannya di atas rata-rata industri perhotelan
3. Mempunyai pelanggan dan mendapatkan pangsa pasar yang prospektif
Maka dapat diketahui bahwa Airbnb mampu mencapai tujuan strategis yang
dinyatakan seperti: peningkatan rekan bisnis secara keseluruhan yang menawarkan
akomodasi dan pelanggan yang menggunakan Airbnb untuk memesan akomodasi. Selain
mampu bersaing dengan pesaing, Airbnb juga memiliki model bisnis yang baik secara
domestik maupun internasional belum memiliki regulasi untuk mengatur model bisnis

3
“sharing economy” seperti Airbnb, yang mengakibatkan Airbnb menjadi lebih efisien dan
efektif dibandingkan dengan pesaing yang sudah memiliki regulasi.
Airbnb memiliki competitive assets dan sumber daya yang kuat dengan model
bisnis “sharing economy”. Partner dari Airbnb (host) yang semakin lama semakin
meningkat jumlahnya adalah contoh dari kemampuan relationships pada intangible
resources-nya. Selain itu, tangible resources yang tidak dimiliki oleh pesaing adalah
technological assets yang selalu berinovasi seperti penggunaan aplikasi dalam smartphone
dan inovasi teknologi lainnya yang didukung oleh organizational resources seperti sistem
IT, sistem komunikasi dan sistem kontrol yang sistematis.

D. Rekomendasi
Dalam meningkatkan posisi kompetitif perusahaan, Airbnb memerlukan peningkatan
dalam standarisasi keamanan produk atau layanan yang dijual. Dengan terstandarnya layanan
seperti keamanan dan jaminan keselamatan akan berdampak pada peningkatan daya kompetitif
perusahaan yaitu brand image. Selain itu, untuk menyikapi regulasi dari pemerintah,
perusahaan harus bersikap kooperatif dengan melobi dan mengadvokasi undang-undang atau
kebijakan baru yang sekiranya tidak menghambat dalam peningkatan daya kompetitif
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai