Anda di halaman 1dari 3

CIRCLE TIME ( C-TIME ) Ke-7 JENJANG 8 SMP RJ

Tahun Ajaran 2023/2024

BAGAIMANA BERIMAN KEPADA QADLA DAN QADAR ALLAH SWT


Tujuan:

1. Peserta didik mengerti dan memahami rukun iman ke-enam .


2. Peserta didik mengerti dan memahami qadla’ dan qadar Allah SWT.
3. Peserta didik mengerti dan memahami serta meyakini ketetapan Allah SWT.

Alokasi Waktu

Langkah Uraian Waktu

Pembukaan Murabbi membuka C-Time dan memandu do’a ( alfatihah + 2’


doa’ hendak belajar ALQ)
Sapa Murabbi menyapa dan menanyakan kabar serta ibadah 5
selama sepekan (ibadah Yaumiyyah-Usbu’iyah) dan
menyerahkan kepada MC (Siswa)
Murajaah MC memandu siswa/i untuk TILAWAH (membaca QS. Al- 20
/Tilawah Qashash ayat 44 – 50)

INTI MC mempersilahkan petugas kultum untuk berkultum 10

Diskusi Murabbi memandu peserta C Time untuk memberikan 20


penguatan materi sesuai dengan materi yang telah disiapkan
(Materi Beriman)
Penutup Murabbi menyimpulkan materi dan menutupnya dengan do’a 3’
WAKTU 60’

Rangkuman Materi :
Iman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini seorang muslim. Keimanan
ini dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah SWT telah menetapkan takdir manusia, baik itu ketentuan yang
buruk maupun yang baik.

Ketentuan mengenai iman terhadap qada dan qadar ini tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW. Waktu itu,
seorang laki-laki bertanya tentang iman kepada beliau. Rasulullah SAW menjawab: "Iman adalah, engkau
beriman kepada Allah; malaikat-Nya; kitab-kitab; para rasul-Nya; hari akhir; dan beriman kepada takdir Allah
yang baik dan yang buruk [qada dan qadar]," (H.R. Muslim).

Meski tampak serupa, sebenarnya qada dan qadar memiliki perbedaan dalam ketentuan takdir yang sudah
ditetapkan Allah SWT, adapun perbedannya sebagai berikut: Pertama, qada merupakan takdir atau ketetapan
yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali. Takdir dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan
sebelum Dia menciptakan semesta berdasarkan firman-Nya dalam surah Al-Hadid ayat 22: “Tiadalah sesuatu
bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz]
dahulu sebelum kejadiannya,” (QS. Al-Hadid [57]: 22). Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap
segala sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi. Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Allah
SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan
bumi," (H.R. Muslim).

Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang
memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun
takdir yang buruk. Jika qada itu ketetapan yang belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan yang
sudah ditentukan sebelumnya itu. Contoh Perilaku dari Iman kepada Qada dan Qadar Iman kepada qada dan
qadar, selain dilakukan dalam hati, juga terjewantah dalam perilaku sehari-hari.

Berikut perilaku-perilaku yang dapat diterapkan sebagai buah dari keimanan kepada qada dan qadar. Jika
seseorang memahami konsep qada dan qadar, maka ia tidak akan pasrah pada takdir, namun terus berikhtiar
jika ingin meraih tujuan dan keinginannya. Allah tidak akan menyalahi hukum-Nya, Dia berlaku dengan adil dan
sesuai dengan ketetapan yang maha bijaksana. Karena itulah, seorang muslim tidak mengeluh dan menyalahkan
keadaan yang menimpanya, sesulit apa pun itu.

Tidak boleh sombong jika sudah mencapai suatu prestasi atau pencapaian. Segala hal yang terjadi karena
campur tangan dan izin Allah SWT. Tidak boleh putus asa, serta senantiasa berprasangka baik pada Allah SWT.
Berusaha menyusun usaha dan strategi, khususnya, dalam hal pekerjaan sehingga hasilnya efektif dan efisien.
Jika memperoleh rezeki, seorang muslim patut bersyukur. Sementara itu, jika mengalami musibah, ia bersabar.

APAKAH LGBT ADALAH TAKDIR ALLAH? Setiap manusia diberi akal dan usaha untuk mengenali dan
menghindari keburukan. Juga diberi kitab suci sebagai pedoman dan utusan sebagai suri tauladan. Sehingga
manusia tidak bisa beralasan dengan sudah takdir atas perbuatan yang dilakukannya. Sebagaimana kalian
menangkap pencuri lalu ditanyai alasannya maka ia jawab karena sudah menjadi takdirnya menjadi pencuri, itu
tidak lah dibenarkan. Karena tegas agama melarang mencuri, dan dia punya pilihan untuk terus mencuri atau
bekerja halal.

Tapi banyak yang ingin yang enak-enak saja sehingga tidak peduli apakah halal atau haram. Maka iapun juga
harus menerima takdir Allah berupa hukuman di dunia ataupun di akhirat akibat perbuatannya itu. Allah SWT
adalah tuhan yang Maha adil, Dia tidak akan mentakdirkan seseorang lahir dalam keadaan waria, lalu Dia
melarang kewariaan.

Dia juga tidak akan mentakdirkan seseorang dilahirkan dengan kecenderungan homoseksual atau lesbian, lalu
Dia melarang perilaku terlarang itu. Maka statemen kalangan waria dan barisan pendukungnya bahwa
kewariaan adalah urusan takdir nyata keliru. Sebab tidak ada orang yang lahir dalam keadaan waria.
Lingkunganlah yang membentuk seseorang menjadi waria. Sebagaimana tidak ada orang yang lahir dalam
keadaan kafir, tetapi orang tua dan lingkungan yang kemudian membuat anak itu murtad, kafir dan keluar dari
keIslamannya.

Jadi yang benar barangkali memang takdir bahwa seseorang dilahirkan di lingkungan yang mendidiknya
menjadi waria. Tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa Allah SWT telah mentakdirkannya menjadi waria. Sama
saja dengan kasus anak pelacur yang ditumbuhkan di lingkungan prostitusi, apakah Allah SWT telah
mentakdirkan dia menjadi wanita penghibur? Tentu saja tidak, bukan? Karena tidak ada wanita yang lahir
langsung jadi pelacur.

Dan kewariaan adalah saudara kembar pelacuran. Lingkungan yang salah dan jahiliyah telah menumbuhkan
seseorang menjadi waria. Dan lingkungan seperti ini yang harus dilenyapkan dalam kehidupan masyarakat
muslim yang beradab.

Kita harus sepakat bahwa kehidupan homoseksual dan waria adalah sesuatu yang bukan takdir, oleh karena itu
harus dihindari dan dilenyapkan. Tentu bukan memerangi para waria, melainkan melenyapkan pola pikir yang
menganggap bahwa kewariaan adalah wajar.

KESIMPULAN:

1. Menjadi laki-laki atau perempuyan adalah taqdir qadar ALLAH yaitu hak preogratif Allah SWT, sehingga
kewajiban kita adalah menerima amanah menjadi laki-laki atau perempuan. Mengkhianati bahkan merubah
taqdir hak dan kewajiban menjadi seorang laki-laki, bahkan saling mencintai sesama sejenis adalah dosa besar.

2. Sunnatullah dan hukum Allah adalah membentuk keluarga dan saling mencintai bertujuan untuk
melestarikan manusia, tetapi budaya Gay bisa jadi akan membuat manusia punah karena tidak mungkin terjadi
perkembangan biakan manusia kecuali antara laki-laki dan perempuan.

3. Al-Qur’an berisikan banyak kisah diantaranya kisah kaum Nabi Luth merupakan bukti bahwa gay adalah
kelainan dan penyakit sosial. Ketika hukum manusia tidak bisa menghalangi nya maka kuasa Allah SWT
bertindak dengan kehendak-Nya.

Anda mungkin juga menyukai