Anda di halaman 1dari 22

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan


Bahasa Arab

Dosen Pengampu:
Abdul Hakim, S.H., M.A.

Disusun Oleh:
Ahmad Faris
(NIM: 23.1.1.0400)

Mu’tasim Billah
(NIM: 23.1.1.0404)

Zawaidul Khoir
(NIM: 23.1.1.0411)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM IMAM SYAFI’I CIANJUR 2023


Abstrak

Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa Arab,
dengan judul Perkembangan Peserta Didik. Makalah ini diawali dengan penuturan
pendahuluan (berisi latar belakan dan rumusan masalah), kemudian pembahasan dan
penutup, makalah ini berisi tentang Perkembangan peserta didik, Individu peserta
didik dan Sebagainya.
Kata Kunci: Perkembangan, Peserta didik, Pendidikan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan
tahun sebelum masehi manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek formal yang
mempersoalkan hakikat manusia maupun objek materiil yang mempersoalkan manusia sebagai apa
adanya manusia dan dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana manusia dikenal sebagai mahluk
yang berfikir atau “Homo Sapiens”, mahluk yang dapat dididik atau “Homo Educandum”, dan
seterusnya. Hal-hal tersebut merupakan pandangan tentang manusia yang dapat digunakan untuk
menetapkan cara pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia tersebut.

Berbagai pandangan tentang manusia membuktikan bahwa manusia adalah mahluk yang
kompleks. Kini bangsa Indonesia telah menganut satu pandangan, bahwa yang diamksud manusia
secara utuh adalah manusia sebagai pribadi tang merupakan pengejawantahan manunggalnya
berbagai ciri atau sifat kodrati manusia yang secara seimbang dari berbagai segi yaitu, (1) individu
dan sosial, (2) jasmani dan rohani, (3) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan tersebut
menandakan keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya, manusia dengan sesama
manusia, manusia dengan alam atau lingkungan sekitarnya, dan manusia dengan Tuhan.

Sekolah adalah lembaga yang akan mempersiapkan peserta didik dengan memberikan
berbagai macam kompetensi dan keterampilan hidup (life skill) yang dibutuhkan dalam
menghadapi era global. Tentunya kita juga memahami bahwa peserta didik yang tidak memiliki
kompetensi dan keterampilan hidup, maka akan sulit untuk beradaptasi, terutama adaptasi dengan
perubahan lingkungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat
penting. 1

Peserta didik merupakan sumberdaya utama dan terpenting dalam proses pendidikan
formal. Tidak ada peserta didik, tidak ada guru. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya,
guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik. Karenanya, kehadiran peserta didik menjadi
keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan menuntut
interaksi antara pendidik dan peserta didik. Tentu saja, optimasi pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik diragukan perwujudannya, tanpa kehadiran guru yang profesional.

Berbagai uraian tentang manusia dan peserta didik di atas perlu kita pahami untuk
mengetahui karakter dari masing-masing peserta didik. Maka dari itu kami menyusun makalah
dengan judul Konsep Dasar Pengembangan Peserta Didik.

1Rudy Irwansyah and others, PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK , CV WIDINA MEDIA UTAMA (Bandung: CV
WIDINA MEDIA UTAMA, 2021).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Definisi Pertumbuhan

Pertumbuhan(growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah


atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu2. Pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang
herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik secara kuantitatif yang menyangkut


peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai
hasil proses pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat pula
diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang
herediter dalam bentuk proses aktif berkesinambungan. Pertumbuhan yang secara umum adalah
proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu berlangsung dalam periode
tertentu.

Hasil pertumbuhan antara lain bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak, seperti
berat, panjang, dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup perubahan yang
semakin sempurna pada sistem jaringan saraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya.
Dengan demikian, pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses perubahan dan pematangan fisik.

Pertumbuhan jasmani berakar pada organisme yang selalu berproses untuk menjadi
besar. Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteliti dengan mengukur berat, panjang, dan lingkaran
seperti lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan dan lain-lain. Dalam
pertumbuhannya, setiap bagian tubuh mempunyai perbedaan tempo kecepatan. Misalnya,
pertumbuhan alat kelamin berlangsung paling lambat pada masa anak-anak tetapi mengalami
percepatan pada masa pubertas. Sebaliknya, pertumbuhan susunan saraf pusat berlangsung pada
akhir masa anak-anak dan berhenti pada masa pubertas.

2 ‘DETEKSI DINI GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK Atien Nur Chamidah’.
2. Definisi Perkembangan

Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi
organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani tersebut sehingga penekanan arti
perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada
kemampuan organ fisiologis.3

Menurut Werner (1957) perkembangan sesuai dengan prinsip orthogenetis, yaitu


perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai pada keadaan
diferensiasi, arikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu bersifat
totalitas pada diri anak. Bahwa bagian-bagian penghayatan totalitas itu lambat laun semakin nyata
dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.

Secara umum perkembangan adalah suatu proses yangf bersifat progesif dan menyebabkan
tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Perkembangan dapat dicapai karena
adanya proses belajar dan proses belajar hanyalah mungkin berhasil bila jika ada kematangan.
Contohnya berkembangnya intelek dan daya pikir seseorang yang sejalan dengan pertumbuhan
syaraf otaknya, berkembangnya kemampuan berbahasa.

Perkembangan berkaitan erat dengan pertumbuhan. Berkat adanya pertumbuhan maka


pada saatnya anak akan mencapai kematangan. Perbedaan antara pertumbuhan dan kematangan,
pertumbuhan menunjukan pertumbuhan biologis yang bersifat kuantitif, seperti bertambah
panjang ukuran tungkai, bertmbang lebarnya lingkar kepala, bertambah beratnya tubuh, dan
semakin sempurnanya ukuran tulang dan jaringan syaraf. Sedangkan kematangan menunjukkan
perubahan biologis yang bersifat kualitatif. Akan tetapi, perubahan kualitatif itu sulit untuk diamati
dan diukur.

3. Persamaan dan perbedaan pertumbuhan dengan perkembangan

Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmaniah
atau fisik dan atau menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru (yang tadinya belum
tampak) dari organisme atau individu.

3 Irwansyah and others.


Perkembangan diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan baik fisik maupun psikis. Perkembangan juga bertalian dengan beberapa
konsep pertumbuhan (growth), kematangan (maturity), dan belajar (learning) serta latihan
(training). Perkembangan individu dapat ditujukan dengan munculnya atau hilangnya, bertambah
atau berkurangnya bagian-bagian, fungsi-fungsi atau sifat-sifat psikofisis, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif, yang sampai batas tertentu dapat diamati dan diukur dengan mempergunakan
teknik dan instrument yang sesuai. Contoh perkembangan proses berpikir, kemampuan berbahasa
dan lain-lain.

• Persamaan :

Keduanya merupakan proses perubahan progresif. Maksudnya berjalan secara bersamaan.


Dan bersifat maju, meningkat dan menjadi lebih baik.

• Perbedaannya :
1. Sifat perubahan :
Pada pertumbuhan perubahan bersifat kuantitatif sedangkan pada perkembangan perubahan
bersifat kualitatif fungsional.

2. Aspek yang berubah:


Pada pertumbuhan yang berubah adalah aspek fisik saja, sedangkan pada perkembangan aspek
yang berubah adalah aspek fisik dan psikis.

4. Pengertian Peserta Didik

Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar
(fitrah) yang perlu dikembangkan.20 Peserta didik merupakan “ Raw Material” (Bahan Mentah)
dalam proses transformasi dan internalisasi, menepati posisi yang sangat penting untuk melihat
signifikasinya dalam menemukan keberhasilan sebuah proses.4

Peserta Didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pembelajaran. Penting anda pahami sebagai guru kelas SD bahwa pemahaman dan
perlakuan terhadap peserta didiksebagai suatu totalitas atau kesatuan.

4 Ramli.M, ‘Pengertian Peserta Didik’, Journal of Japan Society for Bronchology, 1.20 (2015).
5. Hakikat Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan dalam bahasa Inggris disebut dengan development yang mengindi-kasikan


suatu proses yang mengarahkan ke depan serta tidak dapat diulang kembali. Pada proses
perkembangan manusia terjadi suatu perubahan yang perlahan dan tidak dapat untuk diulang.
Perkembangan mengindikasikan suatu perubahan yang bersifat kualitatif. Perkembangan manusia
menekankan pada aspek fungsional, dan tidak ditekankan pada aspek material. Pada dasar nya
perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis.
Perubahan fisik meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi (pembuahan
ovum oleh sperma), dan hasil interaksi proses biologis dan genetika dengan lingkungan. Sedangkan
perubahan psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan
kognitif, emosi, sosial dan moral.5

Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “Suatu proses perubahan dalam diri individu
atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (jasmaniah) menuju tingkat kedewasaan atau
kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.”

Yang dimaksud dengan sistematis, progresif, berkesinambungan adalah :


a. Sistematis, artinya perubahan dalam perkembangan saling ketergantungan dan saling
mempengaruhi,

b. Progresif, artinya perubahan yang bersifat maju, meluas, mendalam, meningkat baaik secara
kualitatif (fisik) dan kuantitatif (psikis),

c. Berkesinambungan, artinya perubahan yang terjadi pada setiap individu terjadi secara
berurutan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Perkembangan merupakan suatu pola perubahan secara
progresif organisme baik dalam struktur maupun fungsi(fisik ataupun psikis) yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif yang terjadi secara teratur dan berlangsung sejak masa konsepsi sampai akhir hayat,
berdasarkan pertumbuhan, kematangan, pengalaman, dan belajar.

5 Rahmatullah Akbar and others, ‘Perkembangan Peserta Didik Pada Masa Remaja Akhir’, JIIP - Jurnal Ilmiah
Ilmu Pendidikan, 6.8 (2023) <https://doi.org/10.54371/jiip.v6i8.2094>.
Ciri-ciri perkembangan setiap individu yaitu ;
1. Terjadinya perubahan ukuran

- Aspek fisik : perubahan tinggi dan berat badan serta organ-organ lainnya,

- Aspek psikis : bertambahnya perbendaharaan kata dan semakin matangnya kemampuan


berfikir, mengingat, dan mengajukan imajinasi kreatif.

2. Terjadinya perubahan proporsi

- Aspek fisik : proporsi tubuh anak akan berubah sesuai dengan fase perkembangannya,

- Aspek psikis : perubahan imajinasi dan fantasi ke realitas, dan perubahan perhatian yang
dulunya hanya pada diri sendiri akan beralih sedikit demi sedikit pada orang lain.

3. Lenyapnya tanda-tanda lama

- Aspek fisik : lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar anak-anak) yang terdapat pada dada,
rambut, dan gigi susu.

- Aspek psikis : lenyapnya masa mengoceh, bentuk gerak-gerik kanak-kanak (seperti


mengakak) dan perilaku impulsif (melakukan sesuatu tanpa berfifikr dahulu).

4. Munculnya tanda-tanda baru

- Aspek fisik : tumbuh dan pergantian gigi dan matangnya organ-organ seksual pada usia
remaja baik primer maupun skunder.
- Aspek psikis : berkembangnya rasa ingin tahu terutama pada bidang ilmu pengetahuan,
lingkungan, agama, alam, nilai dan moral.

B. Karakteristik dan Perbedaan Individu

1. Karakteristik Individu

Setiap orang mempunyai pandangan, tujuan, kebutuhan dan kemampuan yang berbeda
satu sama lain. perbedaan ini akan terbawa dalam dunia kerja, yang akan menyebabkan kepuasan
satu orang dengan yang lain berbeda pula, meskipun bekerja ditempat yang sama.6 Setiap individu
memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari
pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak
lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu ada
keyakinan. Kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan ; merupakan dua faktor yang
tebentuk karena faktor tepisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemempuan
individu bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Namun kemudian makin disadari
bahwa apa yang dipikirkan dan di kerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak,
remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor
biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.

Seorang anak mungkin memulai pendidikan formalnya di tingkat taman kanak-kanak pada
usia 4 atau 5 tahun. Pada awal ia memasuki sekolah mungkin tertunda sampai ia berusia 5 atau 6
tahun. Tanpa memperdulikan berapa umur seorang anak, karakteristik pribadi dan kebiasaan-
kebiasaan yang dibawanya ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh penting terhadap
keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di kelak kemudian.

Natur dan Nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosioanal pada setiap tingkat
perkembangan. Sejauh mana seseorang dilahirkan menjadi seseorang individu seperti “dia” atau
sejauh mana seseorang dipengaruhi subjek penilitian dan diskusi. Karakteristik yang terkait dengan
perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan
dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

6Arief Subyantoro, ‘Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan, Karakteristik Organisasi Dan Kepuasan Kerja
Pengurus Yang Dimediasi Oleh Motivasi Kerja (Studi Pada Pengurus KUD Di Kabupaten Sleman)’, Jurnal
Manajemen Dan Kewirausahaan, 11.1 (2009).
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keluarga
ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya perubahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu
secara berkesinambungan dipengaruhi banyak dan bermacam-macam faktor lingkungan yang
merangsang. Masing-masing perangsangan tersebut, baik terpisah atau terpadu dengan rangsangan
lain, semuanya membantu perkembangan-perkembangan potensi-potensi biologis demi
terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal itu akhirnya membentuk suatu
pola karakteristik yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik
berbeda dengan individu-individu lain.

2. Perbedaan Individu

Pembahasan tentang aspek-aspek perkembangan individu dikenali ada dua hal yang
menonjol, yaitu : umumnya manusia mempunyai unsur kesamaan dalam pola perkembangannya
dan pola yang bersifat umum itu manusia cenderung berbeda fisik dan nonfisik.

Individu menunjukkan kedudukan orang perorang atau perseorangan. Sifat individu adalah
sifat yang berkaitan orang perseorangan, berkaitan perbedaan individual dengan perseorangan.
Ciri atau karakteristik orang yang satu berbedda dengan yang lainnya, dengan kata lain, makna
perbedaan individu menyangkut variasi yang terjadi baik variasi aspek fisik maupun psikologis.
Perbedaan yang segera dikenali oleh guru terhadap siswanya adalah perbedaan fisiknya,seperti :
warna kulit, tinggi badan, berat badan, bentuk muka, warna rambut, cara berdandannya, sedangkan
perbedaan aspek psikilogisnya adalah perilakunya malas/kerajinannya, kepandaiannya,
motivasinya, bakatnya. dsb. Berikut adalah beberapa perbedaan pada individu.7

a. Perbedaan Kognitif

Menurut Bloom, proses belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah menghasilkan tiga
pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomi Bloom, yaitu kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil
belajar. Hasil belajar dalam hal ini merupakan perpaduan antara pembawaan dengan pengaruh

7Bisyri Abdul Karim, ‘Teori Kepribadian Dan Perbedaan Individu’, Education and Learning Journal, 1.1 (2020)
<https://doi.org/10.33096/eljour.v1i1.45>.
lingkungan. Proses pembelajaran adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif, diatur
dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang dimiliki oleh anak.

Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil
belajar. Tes hasil belajar menghasilkan kemampuan kognitif yang bervariasi, sebab pada dasarnya
setiap individu memiliki persepsi tentang hasil pengamatan terhadap suatu objek yang berbeda-
beda. Intelegensi (IQ) sangat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang. Hasil – hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai kemampuan kognitif berkolerasi positif dengan tingkat
kecerdasan seseorang.8

b. Perbedaan dalam Kecakapan Bahasa

Bahasa adalah salah satu kemampuan individu yang penting sekali dalam kehidupannya.
Kemampuam berbahasa merupakan kemampuan individu untuk menyatakan buah pikirannya
dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang bermakna, logis, dan sistematis. Kemampuan
berbahasa setiap individu berbeda. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan
faktor lingkungan termasuk faktor fisik (organ untuk bicara). Lancar atau tidaknya kemampuan
berbahasa seseorang bergantung pada kondisi lingkungan dan pembiasaannya dalam
berkomunikasi.

c. Perbedaan dalam Kecakapan Motorik

Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk


melakukan koordinasi kerja syaraf motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat (otak) untuk
melakukan kegiatan. Kegiatan ini terjadi karena kegiatan kerja syaraf yang sistematis. Alat indra
menerima rangsangan, rangsangan tersebut diteruskan melalui syaraf sensoris ke syaraf pusat (otak)
untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh syaraf motorik untuk memberikan reaksi dlamm bentuk
gerakan- gerakan atau kegiatan. Dengan demikian ketepatan kerja jaringan syaraf akan
menghasilkan suatu bentuk kegiatanh yang tepat (sesuai antara rangsangan dan responnya). Kerja
ini akan menggambarkan tingkat kecakapan motorik.9

8 Muhammad Nurhidayat Nurdin and Nurfitriany Fakhri, ‘PERBEDAAN EMPATI KOGNITIF DAN EMPATI AFEKTIF
PADA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN’, Jurnal Psikologi TALENTA, 2.2 (2020)
<https://doi.org/10.26858/talenta.v2i2.13199>.
9 Muh. Rais, ‘Model Project Based-Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Akademik Mahasiswa’, Jurnal

Pendidikan Dan Pengajaran, 43.3 (2010).


Syaraf pusat (otak) yang melaksanakan fungsi sentral dalam proses berfikir merupakan
faktor penting dalam koordinasi kecakapan motorik. Ketidak tepatan dalam pembentukan persepsi
dan penyampaian perintah akan menyebabkan kekeliruan respon atau kegiatan yang kurang sesuai
dengan tujuan.

Bertambahnya umur seseorang mengindikasikan adanya kematangan. Hal ini akan


menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam berbagai hal, seperti kekuatan untuk
mempertahankan perhatian, koordinasi otot, kecepatan berpenampilan, keajegan untuk
mengontrol, dan resisten terhadap kelelahan. Sehingga semakin bertambahnya usia seseorang akan
menunjukkan kecakapan motorik yang makin tinggi. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan
motorik dipengaruhi oleh kematangan fisik dan tingkat kemampuan berfikir. Karena kematangan
fisik dan kemampuan berfikir setiap individu berbeda sehingga kecakapan motorik setiap individu
akan berbeda pula.

d. Perbedaan dalam Latar Belakang

Sekelompok individu dengan perbedaan latar belakang dan pengalaman dapat


memperlancar atau sebaliknya menghambat prestasi belajar mereka. Misalnya, pengalaman-
pengalaman belajar yang dimiliki anak dirumah mempengaruhi prestasinya dalam situasi belajar
yang disajikan di sekolah.

Latar belakang individu dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar. Faktor dari dalam
misalnya, kecerdasan, kemauan, bakat, minat, emosi, perhatian, kebiasaan bekerja sama, dan
kesehatan yang mendukung belajar. Anak-anak juga berbeda diapandang dari segi latar belakang
budaya dan etnis. Motivasi untuk belajar berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang
lainnya. Perbedaan latar belakang, yang mliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat
penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu
berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.10

10Qanita Audrey Apsarini and Mutia Husna Avezahra, ‘Reviu Gambaran Perbedaan Perilaku Dalam Latar
Belakang Multikultural Lintas Budaya’, Flourishing Journal, 3.5 (2023)
<https://doi.org/10.17977/um070v3i52023p188-194>.
e. Perbedaan dalam Bakat

Bakat adalah kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Bakat dapat juga diartikan
sebagai kemampuan dasar yang menentukan sejauh mana keberhasilan seseorang untuk
memperoleh keahlian atau pengetahuan tertentu bilamana seseorang diberi latihan-latihan tertentu.
Misalnya seseorang yang mempunyai bakat numerical yang baik, bila diberi latihan-latihan
akuntansi keuangan, akan mudah untuk menguasai masalah akuntansi, begitu pula sebaliknya.

Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau ketrampilan yang
relatif bisa bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus).
Bakat khusus juga disebut juga talent.

Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak
serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun,
kalau sedang bermain seperti anak seusianya, tetapi kalau membaca seperti anak berusia 10 tahun,
kalau mengerjakan matematika seperti anak usia 12 tahun, dan kalau berbicara seperti anak berusia
lima tahun. Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih
cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak
jarang membuat guru di sekolah mengalami kesulitan, bahkan sering merasa terganggu dengan
anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan
menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus.

Perkembangan bakat dimiliki secara individual. Bakat akan berkembang dengan baik jika
mendapat rangsangan atau kesempatan dan pemupukan secara tepat. Sebaliknya, bakat tidak dapat
berkembang sama sekali manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang. 11

f. Perbedaan dalam Kesiapan Belajar

Belajar adalah sebuah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang akan
membuat suatu individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu (kognitif), dari tidak mau menjadi
mau (afektif) dan dari tidak bisa menjadi bisa (psikomotorik), misalnya seseorang anak yang belajar
11Khairul Khalqi, Rustam, and Sri Haryanti, ‘Perbedaan Individual (Kognitif, Bakat, Minat) Dan Implikasinya
Terhadap Pembelajaran’, Jurnal LENTERA: Jurnal Studi Pendidikan, 5.1 (2023)
<https://doi.org/10.51518/lentera.v5i1.110>.
mengendarai sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut
mencoba untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa.

Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan ialah kondisi
individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam
taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk
melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang
termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang
pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan
seseorang dapat belajar. Sedangkan Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan
kesiapan belajar pada seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik
akan memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan dan
belajarnya buruk. Perbedaan kesiapan individu tidak saja disebabkan oleh keragaman dalam
rentang kematangan tetapi juga oleh keragaman dalam latar belakang sebelumnya.

Kondisi fisik yang sehat dalam kaitannya dengan kesehatan dan penyesuaian diri yang
memuaskan terhadap pengalaman-pengalaman disertai dengan rasa ingin tahu yang amat besar
terhadap orang-orang dan benda-benda membantu perkembangan berbahasa dan belajar yang
diharapkan. Sikap apatis, pemalu dan kurang percaya diri akibat dari kesehatan yang kurang baik,
cacat tubuh dan latar belakang yang miskin pengalaman, mempengaruhi perkembangan
pemahaman dan ekspresi diri.12

C. Perkembangan sebagai Proses Holistik dari Aspek Biologis, Kognitif, dan


Psikososial

Sesuai dengan konsep anak sebagai suatu totalitas. Perkembangan juga merupakan suatu
proses yang sifatnya menyeluruh (holistic). Artinya, perkembangan terjadi tidak hanya aspek
tertentu, melainkan melibatkan keseluruhan aspek yang saling terjalin (interwoven) satu sama lain.
Secara garis besar, proses perkembangan individu dapat dikelompokkan dalam tiga domain;
proses biologis, kognitif, dan psikososial (Santrock & Yussen, 1992; Seifert & Hoffnung, 1991).

12Dian Fitriani and others, ‘IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DIFERENSIASI BERDASARKAN ASPEK KESIAPAN
BELAJAR MURID DI SEKOLAH MENENGAH ATAS’, Jurnal Genta Mulia, 14.2 (2023)
<https://doi.org/10.61290/gm.v14i2.358>.
Ketiga proses perkembangan tersebut merupakan sesuatu yang terpadu dan saling berpengaruh
satu sama lain.

Proses-proses biologis atau perkembangan fisik mencakup perubahan-perubahan dalam


tubuh individu seperti pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang, hormon, organ-
organ inderawi, dan sejenisnya. Perubahan-perubahan dalam cara menggunakan tubuh atau
keterampilan motorik dapat dikelompokkan kedalam domain proses pertumbuhan biologis ini.
Kedalam domain perkembangan ini juga termasuk perubahan dalam kemampuan fisik seperti
perubahan dalam proses penglihatan, kekuatan otot, dan sejenisnya. Tetapi domain perkembangan
ini tidak mencakup perubahan fisik karena kecelakaan, sakit, dan peristiwa-peristiwa khusus
lainnya.

Proses-proses kogntif melibatkan perubahan-perubahan dalam kemampuan dan pola


berpikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya.
Aktivitas-aktivitas seperti mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa
kata menjadi satu kalimat, menghafal sajak atau doa, memecahkan soal-soal matematika, dan
menceritakan pengalam merefleksikan peran proses kognitif dalam perkembangan anak.

Meskipun dalam prakteknya sulit untuk dipisahkan, namun perlu dibedakan antara
perkembangan kognitif dengan perubahan dalam arti belajar. Perkembangan kognitif mengacu
kepada perubahan-perubahan penting dalam pola dan kemampuan berpikir serta kemahiran
berbahasa, tetapi belajar cenderung lebih terbatas pada perubahan-perubahan sebagai hasil dari
pengalaman atau peristiwa yang relatif spesifik. Selain itu, perubahan-perubahan yang dipelajari
sering kali terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi perkembangan kognitif terjadi dalam kurun
waktu yang relatif lama. Perkembangan kognitif anak dan pengalaman belajar ini sangat erat
kaitannya dan saling berpengaruh satu sama lain. Perkembangan kognitif anak akan memfasilitasi
atau membatasi kemampuan belajar anak, sebaliknya pengalaman belajar anak juga akan sangat
memfasilitasi perkembangan kognitifnya.

Proses-proses psikososial melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek perasaan, emosi,


dan kepribadian individu serta cara yang bersangkurtan dengan orang lain. Dengan demikian,
perkembangan identitas diri (self identity) dan krisis-krisis yang menyertainya serta perkembangan
cara dan pola hubungan dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru-guru dan yang lainnya dapat
dikelompokkan kedalam domain perkembangan ini. Senyuman bayi dalam merespon sentuhan dan
sapaaan ibunya, perilaku agresif anak terhadap teman bermain, rasa percaya diri dan keberanian
anak, perkembangan hubungan pertemanan diantara anak merefleksikan proses-proses psikososial
dalam perkembangan anak.13

13I Nyoman Suarta and Dwi Istati Rahayu, ‘Model Pembelajaran Holistik Integratif Di PAUD Untuk
Mengembangkan Potensi Dasar Anak Usia Dini’, Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 3.1 (2018)
<https://doi.org/10.29303/jipp.v3i1.48>.
D. Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Individu

1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan fisik adalah perubahan fisik dari kecil atau pendek menjadi besar dan panjang
yang prosesnya terjadi sejak sebelum lahir hingga dewasa. Berikut masa-masa pada pertumbuhan
fisik.14

a. Pertumbuhan Sebelum Lahir

Pertumbuhan sebelum lahir dimulai ketika proses pembuahan (pertemuan sel telur dan
sperma) yang membentuk suatu sel kehidupan yaitu embrio. Embrio yang berumur satu bulan
berukuran sekitar setengah sentimeter, kemudian pada umur dua bulan membesar menjadi dua
setengah sentimeter (disebut janin). Kemudian umur tiga bulan janin sudah membentuk bayi dalam
ukuran kecil. Masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat
kompleks, karena merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan
syaraf membentuk system yang lengkap. Masa ini berakhir setelah kelahiran.

b. Pertumbuhan Setelah Lahir

Pertumbuhan ini merupakan kelanjutan dari pertumbuhan sebelum lahir. Dalam tahun
pertama pertumbuhannya, ukuran panjang badan bertambah sekitar sepertiga dari panjang badan
dan beratnya akan bertambah menjadi tiga kalinya. Pertumbuhan fisik yang paling cepat adalah
ketika usia 8 sampai 15 tahun yang biasanya disebut ledakan pertumbuhan pubertas. Selanjutnya
akan memasuki periode tenang sampai tahap dewasa lalu tua. Tinggi badan manusia akan tetap,
namun berat badan bisa berubah-ubah.

2. Perkembangan Intelektual

Intelektual atau pola pikir seseorang berkembang sejalan dengan pertumbuhan syaraf
otaknya. Karena berpikir pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, maka kemampuan intelektual
dipengaruhi oleh kematangan syaraf otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik.
Perkembangan intelektual diawali dengan kemampuan mengenal dunia luar. Awalnya respon

14 Anggun Novita Sari and Amelia Widi Astuti, ‘Pertumbuhan Fisik Remaja’, Jurnal Edukasi, 2.2 (2015).
terhadap rangsangan dari luar merupakan aktivitas reflektif, seiring dengan bertambahnya usia
aktivitas tersebut berkurangterhadap setiap rangsangan dari luar dan selanjutnya mulai
terkoordinasikan. Perkembangan berikutnya ditunjukkan pada perilakunya, yaitu tindakan memilih
dan menolak sesuatu (proses analisis, evaluasi, membuat kesimpulan dan diakhiri dengan
pembuatan keputusan.15

d. Masa Sensorik Motorik (0,0-2,5 tahun)

Masa ini adalah masa ketika bayi menggunakan system penginderaan dan aktivitas motorik
untuk mengenal lingkungannya. Ia memberikan reaksi motorik terhadap rangsangan yang
diterimanya dalam bentuk refleks, seperti refleks mencari putting susu ibu, refleks menangis,
refleks kaget, dan lain-lain. Refleks-refleks ini kemudian berkembang menjadi gerakan-gerakan
yang lebih canggih, misalnya berjalan.

e. Masa Pra-Operasional (2,0-7,0 tahun)

Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak dalam menggunakan simbol yang mewakili suatu
konsep. Kemampuan simbolik ini memungkinkan seorang anak melakukan tindakan-tindakan
yang berkaitan dengan hal-hal yang telah dilihatnya. Misalnya, seorang anak yang pernah melihat
dokter sedang praktik, ia akan bermain dokter-dokteran.

f. Masa Konkreto Pra-Rasional (7,0-11,0 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah dapat melakukan berbagai tugas yang konkret. Ia mulai
mengembangkan tiga macam operasi berpikir, yaitu identifikasi (mengenali sesuatu), negasi
(mengingkari sesuatu), dan reprokasi (mencari hubungan timbal-balik antara beberapa hal).

g. Masa Operasional (11,0-dewasa)

Pada usia remaja dan seterusnya, seseorang akan mampu berpikir abstrak dan hipotesis.
Pada tahap ini, ia mampu memperkirakan hal-hal yang mungkin terjadi. Ia dapat mengambil
kesimpulan dari suatu pernyataan. Misalnya mainan A lebih mahal daripada mainan B dan mainan

15Irma Fauziah, ‘DESAIN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DASAR BERBASIS PERKEMBANGAN INTELEKTUAL’,


PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education, 3.1 (2021) <https://doi.org/10.51675/jp.v3i1.113>.
C lebih murah daripada mainan B, maka ia dapat menyimpulkan mainan yang paling mahal dan
yang paling murah.

3. Bakat Khusus

Bakat adalah kemampuan khusus yang dimiliki oleh setiap individu yang memerlukan
rangsangan atau latihan agar berkembang dengan baik. Seseorang yang memiliki bakat akan mudah
diamati karena kemampuan yang dimilikinya berkembang dengan pesat. Sedangkan menurut
Guilford, bakat mencakup tiga dimensi, yaitu dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi
intelektual. Ketiga dimensi tersebut mengilustrasikan bahwa bakat mencakup kemampuan dalam
penginderaan, ketepatan dan kecakapan menangkap makna, kecepatan dan ketepatan bertindak,
serta kemampuan berfikir intelegen. Atas dasar bakat yang dimilikinya seorang individu akan
mampu menunjukkan kelebihan dalam bertindak dan menguasai serta memecahkan masalah
dibandingkan dengan orang lain. Bakat khusus merupakan salah satu kemampuan untuk bidang
tertentu seperti bidang seni, olahraga, atau keterampilan.

4. Sosial

Manusia adalah makluk social. Manusia tidak mampu hidup seorang diri tanpa bantuan
orang lain. Sejak lahir manusia yang belum mengenal orang-orang di sekitarnya, berangsur- angsur
mulai berkembang untuk mengenal dunia luar, meresponnya dan akhirnya saling kenal mengenal
saling membantu satu sama lain.

5. Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang bias berupa tanda, gerak, suarayang berguna untuk
menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Kemampuan berbahasa seseorang mulai ada dan
berkembang sejak ia dilahirkan. Kemampuan itu mulai tampak dengan adanya ungkapan-ungkapan
sederhana yang berupa tangisan yang menggambarkan rasa sedih dan kecewa, sennyum sebagai
ungkapan rasa senang dan ekspresi-ekspresi lainnya yang terlihat pada masa bayi. Kemampuan
berbahasa itu berangsur-angsur mulai berkembang seiring dengan bertambahnya usia hingga
ungkapan itu dapat dimengerti dan bias berkomunikasi dengan orang lain.16

16 Zeina Nur Aramdi, ‘Sejarah, Kedudukan, Dan Fungsi Bahasa Indonesia’, Jurnal Bahasa, 2020.
6. Sikap, Nilai dan Moral

Dalam perjalanan hidup seorang manusia, pembelajaran terhadap nilai, moral, dan sikap
tidak serta merta muncul sejak lahir. Hal itu disebabkan karena pada masa itu belum ada
kemampuan untuk berinteraksi dan mengenal dunia luar. Seiring dengan perkembangan usia,
mereka mulai berinteraksi dengan dunia luar. Dalam hal ini khususnya orang tua yang memegang
peranan penting dalam upaya penanaman nilai, sikap dan moral pada diri anak. Walaupun pada
masa ini upaya ini masih berupa paksaan saja, dalam artian anak masih belum mengerti akan
maknanya, anak lama kelamaan akan terbiasa dan pada akhirnya dapat terbawa dalam jiwa mereka
saat mereka dewasa kelak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan di atas kami menyimpulkan bahwa:


Perkembangan adalah pola perubahan organisme (individu) baik dalam struktur maupun
fungsi (fisik maupun psikis) yang terjadi secara teratur dan terorganisasi serta berlangsung
sepanjang hayat.

Pertumbuhan adalah perubahan dalam aspek jasmaniah seperti berubahnya struktur


tulang, tinggi dan berat badan, proporsi badan, semakin sempurnanya jaringan syaraf, dan
sejenisnya.

Perkembangan bersifat kualitatif, sedangkan pertumbuhan bersifat kuantitatif


(peningkatan dalam ukuran dan struktur).

Ciri-ciri perkembangan setiap individu yaitu terjadinya perubahan ukuran , terjadinya


perubahan proporsi , hilangnya tanda-tanda lama dan munculnya tanda-tanda baru. Hukum-
hukum peserta didik ada lima yaitu hukum cephalocoudal , hukum proximodistal, perkembangan
terjadi dari umum ke khusus , perkembangan berlangsung dalam tahapan-tahapan perkembangan
, dan hukum tempo dan ritme perkembanagan. Fase-fase perkembangan peserta didik terdiri atas
fase bayi , fase anak-anak , fase remaja ,dan fase dewasa.

B. Saran

Anak selalu berkembang seiring dengan zaman, anak-anak zaman sekarang berbeda dengan
anak-anak zaman dahulu dan masa depoan untuk itu perlu di tingkatkan adanya sosialisasi bagi
guru, pendidik, calon pendidik dan orang tua peserta didik demi memajukan bangsa Indonesia.

Sebagai calon tenaga pendidik harus mengetahui perbedaan individu peserta didik, karena
setiap pendidik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Daftar Pustaka
Akbar, Rahmatullah, Tri Mulya Budi Ongkai, Ermis Suryana, and Abdurrahmansyah
Abdurrahmansyah, ‘Perkembangan Peserta Didik Pada Masa Remaja Akhir’, JIIP - Jurnal
Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6.8 (2023) <https://doi.org/10.54371/jiip.v6i8.2094>
Apsarini, Qanita Audrey, and Mutia Husna Avezahra, ‘Reviu Gambaran Perbedaan Perilaku
Dalam Latar Belakang Multikultural Lintas Budaya’, Flourishing Journal, 3.5 (2023)
<https://doi.org/10.17977/um070v3i52023p188-194>
Aramdi, Zeina Nur, ‘Sejarah, Kedudukan, Dan Fungsi Bahasa Indonesia’, Jurnal Bahasa, 2020
‘DETEKSI DINI GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK Atien
Nur Chamidah’
Fauziah, Irma, ‘DESAIN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DASAR BERBASIS
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL’, PREMIERE : Journal of Islamic Elementary
Education, 3.1 (2021) <https://doi.org/10.51675/jp.v3i1.113>
Fitriani, Dian, Fatihatunnisa Ridha Rahman, Anti Dhamayanti Fauzi, Anisa Umu Salamah, and
Asep Saefullah, ‘IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DIFERENSIASI
BERDASARKAN ASPEK KESIAPAN BELAJAR MURID DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS’, Jurnal Genta Mulia, 14.2 (2023)
<https://doi.org/10.61290/gm.v14i2.358>
Irwansyah, Rudy, Satya Darmayani, Mastikawati Mastikawati, Agung Nugroho Catur Saputro,
Liana Vivin Wihartanti, Ahmad Fauzi, and others, PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
, CV WIDINA MEDIA UTAMA (Bandung: CV WIDINA MEDIA UTAMA, 2021)
Karim, Bisyri Abdul, ‘Teori Kepribadian Dan Perbedaan Individu’, Education and Learning Journal,
1.1 (2020) <https://doi.org/10.33096/eljour.v1i1.45>
Khalqi, Khairul, Rustam, and Sri Haryanti, ‘Perbedaan Individual (Kognitif, Bakat, Minat) Dan
Implikasinya Terhadap Pembelajaran’, Jurnal LENTERA: Jurnal Studi Pendidikan, 5.1 (2023)
<https://doi.org/10.51518/lentera.v5i1.110>
Nurdin, Muhammad Nurhidayat, and Nurfitriany Fakhri, ‘PERBEDAAN EMPATI
KOGNITIF DAN EMPATI AFEKTIF PADA REMAJA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN’, Jurnal Psikologi TALENTA, 2.2 (2020)
<https://doi.org/10.26858/talenta.v2i2.13199>
Rais, Muh., ‘Model Project Based-Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Akademik
Mahasiswa’, Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 43.3 (2010)
Ramli.M, ‘Pengertian Peserta Didik’, Journal of Japan Society for Bronchology, 1.20 (2015)
Sari, Anggun Novita, and Amelia Widi Astuti, ‘Pertumbuhan Fisik Remaja’, Jurnal Edukasi, 2.2
(2015)
Suarta, I Nyoman, and Dwi Istati Rahayu, ‘Model Pembelajaran Holistik Integratif Di PAUD
Untuk Mengembangkan Potensi Dasar Anak Usia Dini’, Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 3.1
(2018) <https://doi.org/10.29303/jipp.v3i1.48>
Subyantoro, Arief, ‘Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan, Karakteristik Organisasi Dan
Kepuasan Kerja Pengurus Yang Dimediasi Oleh Motivasi Kerja (Studi Pada Pengurus
KUD Di Kabupaten Sleman)’, Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 11.1 (2009)

Anda mungkin juga menyukai