Adat After Mid
Adat After Mid
Pengecualian
● Orang tua sudah meninggal dan ketika anak paling besar belum menikah, apakah termasuk
belum mandiri? Merantau dan bisa mengurus diri sendiri dan ketika bekerja sendiri belum
menikah apakah juga dikatakan belum mandiri?
○ Diukur dari kemampuan pengelolaan keuangan sudah mandiri
● Dianggap cakap hukum berdasarkan:
1. Legislasi (peraturan perundang-undangan)
2. Putusan pengadilan
3. Hukum islam
4. Dalam praktek di masyarakat)
● MMV = minderjarig (tidak cakap hukum → belum cukup umur), meerderjarig (cakap hukum),
voogdij (perwalian) → tidak ada konsekuensi dalam ranah hukum kecuali ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan → menjadi peristiwa hukum (perdata, perkawinan, pidana)
● Dalam hukum adat tidak mengenal adanya MMV. Lalu bagaimana menentukan sah atau
tidaknya perbuatan dalam hukum adat?
Siapakah yang Merupakan Subjek dari Hukum Pribadi menurut Hukum Adat?
● Pribadi kodrati sebagai subjek hukum (natural person)
○ Setiap pribadi kodrati berhak untuk bersikap/berperilaku hukum, tetapi tidak setiap pribadi
kodrati dianggap mampu/cakap melakukan perbuatan hukum → kedewasaan
● Pribadi hukum sebagai subjek hukum (rechts person)
Kapankah Subjek Hukum Dianggap Dewasa dan Cakap Melakukan Perbuatan Hukum
Kepatutan bisa berbeda perspektif dari satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Ter Haar
● Menikah dan hidup
● Berhenti berperan menjadi anak dalam suatu keluarga
● Ditentukan berdasarkan PUU
Soepomo
● Sudah kuat gawe (mampu bekerja untuk bekerja secara mandiri)
● Cakap mengurus harta benda serta keperluannya sendiri
● Cakap untuk melakukan segala tata cara pergaulan hidup kemasyarakatan termasuk
mempertanggungjawabkan segala tindakannya
Djojodigoeno
● Memperhatikan petunjuk-petunjuk kodrat alam
● Berangsur-angsur memberikan kecakapan berbuat kepada anggota mudanya menurut
perkembangan jiwa-raganya dimana pelaksanaannya berlainan antara satu lingkungan hukum
dengan lingkungan hukum lain
○ Tanda-tanda orang muda itu tidak lagi dianggap sebagai rakyat/anak/belum mandiri
○ Jalannya proses memperoleh kecakapan berbuat secara berangsur-angsur
Putusan Pengadilan
● Putusan MA No. 53K/Sip/1955, tanggal 1 Juni 1955 à seseorang dianggap dewasa apabila
usianya telah mencapai 15 tahun
● Putusan MA No. 601K/Sip/1976, tanggal 2 November 1976 à untuk daerah Jakarta, seseorang
yang telah mencapai umur 20 tahun dan cakap bekerja dianggap sudah dewasa
● Putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 67/1957, tanggal 21 Agustus 1957
Anak perempuan (meskipun tidak diketahui umurnya) dianggap telah dewasa dan mempunyai
kecakapan bertindak; sehingga harus menanggung segala resiko atas perbuatan hukumnya
berdasarkan fakta persidangan sebagai berikut:
● anak perempuan masih tinggal serumah dengan ibunya
● anak tersebut mempunyai mata pencaharian sendiri, berjualan di Pasar Pematang Siantar
● segala penghasilan usahanya untuk dirinya sendiri
● selain berjualan,dia juga melakukan perhubungan langsung dengan orang lain
● di Kota Pematang Siantar, banyak perempuan, termasuk gadis memperdagangkan perhiasan.
● ibu anak perempuan tersebut bertandatangan dalam surat hutang hanya sebagai saksi
● Dengan kecakapan hukum maka harus menanggung atas segala resiko hukum
Peraturan Perundang-undangan
● UU Perkawinan
○ diizinkan: 19 tahun perempuan & laki-laki; <19 tahun, dispensasi pengadilan; <21 tahun:
harus izin dari orangtua
● UU Perlindungan Anak
○ Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan
Persamaan dan Perbedaan Subjek Hukum Perdata dalam MHA dan Subjek
Hukum Perdata Menurut PUU
Subjek Hukum Perdata dalam MHA Subjek Hukum Perdata dalam Hukum Perdata
Muncul berdasarkan kebiasaan setempat Dibentuk berdasarkan PUU
● Masyarakat adat adalah masyarakat yang terbentuk karena struktur berdasarkan kekerabatan.
● Fakta terkait hubungan yang memberikan rekomendasi dan larangan bagi perempuan dan laki2
untuk menikah atau tidak menikah → menjadi bagian dari pemahaman atas hubungan
kekerabatan
● Kekerabatan sebagai basis dari waris → hukum waris
● Kekerabatan berperan sebagai basis kewajiban kolektif untuk perbuatan melawan hukum.
● Masyarakat yang terikat secara genealogis atau kerabat tentu tingal di suatu wilayah yang sama
dan otomatis melakukan pengelolaan terhadap tanah → hukum tanah
Dengan demikian, kinship dan kekerabatan menjadi suatu logika berfikir ttg bagimana
pengorganisasian masyakarat dilakukan, bagaimana melakukan hukum perkawinan, waris, mengapa
munculnya hukum, dan bagaimana menegakkan hukum dalam masyarakat serta pengadministrasian
tanah.
● Hubungan darah sebagai konsep umum memiliki perbedaan dengan hubungan khusus tentang
anak dan orangtua.
● Hubungan anak dengan orang tua dalam konteks unilateral, di patrilineal dan matrilineal akan
mengatur secara berbeda bagaimana hubungan anak dengan kerabat dari pihak ibu (patrilineal,
karena anak lebih dekat dengan kerabat di pihak ayah) dan sebaliknya.
● Implikasi dari patrilineal dan matrilineal ini melahirkan duty to support, right to care, dan hak
kewenangan untuk melepaskan anak ketika ia menikah, dan juga ketika dalam pembagian
waris.
● Hubungan antara anak dengan orang tua ini lahir karena dia mempunyai seorang ibu dan ayah,
namun, anak yang lahir bukan hanya berhubungan dengan mereka saja, tetapi juga dengan
kerabat dari kedua orangtuanya.
Pengucilan
● Dianggap tidak efektif, kecuali di beberapa tempat di Nias
● Sehingga, fenomena perempuan yang hamil diluar nikah lebih bisa ditoleransi tapi tetap dengan
ada sanksi sosial
1. Anak yang lahir diintimidasi, dikecam, dibully dengan bahasa yang menyakitkan hati (anak
haram di Jawa, astra di Bali, dll)
2. Pembayaran adat di Bali yang diwajibkan sebagai simbol untuk meminta agar anak ini
tinggal dan menjadi bagian dari komunitas untuk mengesahkan agar anak menjadi bagian
dari komunitas → ibu dan anak akan mempunyai hubungan hukum di komunitas tsb.
3. Di Bali, anak yang lahir sebeum perkawinan dari pasangan yang sudah tinggal bersama
karena mereka akan menikah → dianggap sebagai anak yang sah
Minahasa
● Secara adat, anak yang lahir di luar perkawinan dianggap tidak memiliki ayah, kecuali di
Minahasa.
● Di Minahasa tidak membedakan anak sah dengan tidak sah.
● Tetapi jika ayah ingin membangun hubungan hukum yang jelas dengan anak yang lahir di luar
perkawinan dan ayah ini tidak tinggal bersama dengan ibu yang melahirkan, untuk menjalin
hubungan hukum, ayah akan memberikan hadian yaitu lilikur sebagai bukti dan simbol yang
konkrit bahwa laki-laki ini mengakui bahwa anak yang lahir dari perempuan merupakan anaknya.
Kekerabatan Bilateral
● Orang tua yang masih hidup, akan lanjut mengasuh anak tersebut.
Co: di Dayak Ngaju, ketika ayah dianggap sebagai orang luar, anak tsb akan diasuh dari ibu
yang meninggal.
● Ketika kedua orang tua meninggal, yang mengasuh adalah yang paling mampu mengasuh
mereka. Faktor: tempat tinggal keluarga, kontribusi uang terbanyak (untuk di Dayak)
● Anak yang lebih dewasa boleh memilih ingin tinggal dengan siapa.
● Prinsip: next of kin dan who is best suited for the job
● Ketika tidak ada yang bisa, pengadilan yang akan memutuskan.
Kekerabatan Unilateral
● Dilihat yang meninggal adalah orangtua yang merupakan kerabatnya atau bukan.
● Di Minangkabau yang menganut kekerabatan matrilineal, anak tersebut tinggal dengan keluarga
ibu ketika ayahnya meninggal
○ Tetapi ketika ibunya yang meninggal, biasanya anak akan diasuh oleh kerabat ibunya
dengan tetap adanya campur tangan dari ayahnya
● Di Batak yang menganut kekerabatan patrilineal, anak tersebut tinggal dengan keluarga ayah
ketika ibunya meninggal
Adopsi
● Adopsi adalah seorang anak yang tidak merupakan bagian dari suatu kelompok dibawa ke
dalam suatu kelompok sehingga ia memiliki hubungan kekerabatan dengan kelompok baru.
● Dilakukan oleh orang yang sudah menikah dan dewasa
● Dapat dibatalkan dengan alasan khusus.
○ Di Bali: ketidakcocokan
○ Di Borneo: harus membayar denda ketika ingin membatalkan
● Dalam kekerabatan patrilineal, yang diadopsi ga selalu anak laki-laki untuk menikah dengan
anak perempuan satu-satunya ketika ingin menikah. Keluarga patrilineal yang hanya memiliki
anak lelaki juga bisa mengadopsi anak perempuan untuk diberikan ke keluarga lain.
Co: boru Simanjuntak memberi anak kepada laki-laki dari marga Nasution
Macam-Macam Adopsi
1. Adopsi Pihak Luar ke Dalam Kelompok
● Prinsip terpenting yaitu terang dan tunai. Terang dilakukan dengan upcara adat yang
disaksikan dengan kepala desa. Tunai dilakukan dengan pertukaran secara materil yang
berharga agar anak dapat masuk ke dalam keluarga yang mengadopsi. Setelah dilakukan
kedua prinsip ini, anak sudah dipisahkan dari keluarga asli ke keluarga angkat dan bisa
melanjutkan garis keturunan keluarga angkat.
● Seorang anak dipisahkan dari lingkungan sebelumnya dan dibawa ke dalam keluarga
angkat dengan imbalan barang-barang bernilai magis yang setara.
● Motifnya: takut akan kepunahan sebuah keluarga
● Keluarga tanpa anak bertindak sebagai bagian dari garis keturunan.
● Meskipun anak itu diadopsi oleh sepasang orang tua, tindakan itu adalah urusan seluruh
keluarga.
● Anak itu dibebaskan sepenuhnya dari kelompok kerabat aslinya dan menggantikan anak
kandung dari orang tua angkatnya
● Pengangkatan anak sah/dilaksanakan dengan upacara yang disaksikan ketua prinsip
terang (Nias, Gayo, Lampung, Borneo)
2. Adopsi di Dalam Kekerabatan
Co: Nyentanayang di Bali
● Anggota keluarga istri dapat diadopsi. Bentuk adopsi di luar kelompok semakin sering
● Jika istri utama tidak memiliki anak, tetapi istri kedua memiliki, maka anak-anak istri kedua
menjadi anak dari istri utama melalui adopsi.
● Langkah hukum adopsi; (1) memisahkan anak dari keluarganya; (2) pembayaran adat
kepada ibunya. Diumumkan di Desa dan harus mendapat izin dari pejabat yang membuat
akta yang sah. Anak itu sendiri mendapat hadiah
● Anak itu sepenuhnya terputus dari orang tuanya yang lama, dan terputus dalam warisan,
dan merupakan anggota penuh dari keluarga barunya
● Motifnya: takut meninggal tanpa anak sehingga menderita kepunahan garis keturunan.
Perkawinan dimaknai bukan hubungan personal, merupakan urusan kompleks karnea merupakan
urusan masalah keluarga, tetangga, masyarakat.
● Salah satu ciri khas hukum adat adalah komunal, karena perkawinan melibatkan banyak pihak.
● Berkaitan dan berdimensi aspek magis religius, maka dianggap sbg sesuatu yang luar biasa,
dan orang yang melakukan perkawinan dianggap melakukan sesuatu yang istimewa dan kuat
○ Hal-hal transendental memiliki masalah
■ Menurut hukum adat (Joy Biguno) → perkawinan merupakan inisiasi penerimana
pembentukan keluarga baru atau semua yang baru. Jadi perkawinan merupakan
hubungan paguyuban (interaksi antara istri, anak, suami), bukan merupakan
patembayan, karena bukan merupakan nirlaba (mencari keuntungan), hanya kasih
sayang.
Pengertian
Pasal 1 UUP: Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.
● Ada aspek agama, religiusitas, gaib, dan transendental
Proses Perkawinan
Perkawinan
● Kawin pinang → disebut normal
Prosesnya:
1. Nontoni/perkenalan 3. Pertunangan
2. Peminangan/pelamaran 4. Akad nikah
● Kawin tanpa pertunangan → abnormal karena melewati proses pertunangan
○ Kawin lari → keduanya masih single dan setuju untuk kawin
○ Kawin bawa lari
■ Jika salah satu pihak sudah menikah
■ Apabila ada ancaman/tipuan
Batasan/Larangan Nikah
1. Agama (nasab, semenda, sesusuan = kekerabatan)
2. Perbedaan status/kedudukan
3. Perbedaan kekayaan
a. Nyalindung kagelung/glundung suling → istri kaya suami miskin
b. Manggih kaya/glundung semprong → suami kaya istri miskin
Bentuk Perkawinan
1. Patrilineal: jujur
○ Pemberian barang/non barang dari calon suami ke istri dalam prosesi perkawinan
○ Diberikan sebelum akad nikah
○ Besar kecilnya jujur tergantung status atau stratifikasi sosial
○ Menjaga keseimbangan antara kerabat perempuan dan laki laki → makna jujur
2. Matrilineal: semenda
○ Suami dikerabat perempuan dianggap sebagai orang luar
○ Berkaitan dengan perkawinan bertandang, artinya suami beraktivitas bukan untuk istri dan
anak tetapi untuk kemenangannya sendiri
○ Co: Minang
3. Parental: bebas
○ Bebas berarti jika sudah menikah sudah lepas tanggung jawab kekeluargaannya, jadi bisa
mandiri
○ Co: Jawa, Kalimantan
- Hukum waris barat → falsafah hidup orang barat, sangat liberal (universal)
- Hukum waris islam → dari wahyu, Al-qur'an, hadist, ijtihad, dll (universal)
- Hukum waris adat → dari pengalaman dan pandangan hidup bangsa Indonesia (berlaku secara
spesifik, berlaku secara lokalitas, berlaku scr kontekstual (kondisi, wilayah, etnik))
Proses Pewarisan
● Penerusan → proses pewarisan ketika pewaris sudah meninggal dunia, sama dengan
hukum waris BW dan islam,
● Pengoperan → pewarisan beralih ketika pewaris masih hidup, perbedaan pewarisan barat
dan islam.
Hibah
- Tidak dikenal hibah kepada ahli waris. Apabila pewaris masih hidup tetap ada proses pewarisan
→ kalau dalam islam dan KUHPer tetep hibah.
- Kalau pewarisan saat masih hidup minim konflik dan orang tua menjadi lebih tenang, agar
menghindari menjadi kaya mendadak atau revolusioner (sesuatu yang mendadak tidak baik.
Dalam hukum adat yang baik adalah evolusioner atau secara berkala)
1. Pemberian bekal dasar hidup, misal orang tua membangun bengkel untuk anaknya bertahan
hidup atau juga pembangunan rumah oleh orang tuanya.
2. Warisan berupa hukum materiil (pusako: rumah) dan non-materiil (sako: nama, gelar dato,
jabatan/fungsi, pusaka)
3. Asas pewarisan itu menurun dan terdapat lembaga hidup waris/pengganti
Setiap anggota MHA memiliki hak milik wilayah hukum adat, untuk memiliki wilayah, tp bukan untuk
dinaikkan statusnya untuk memiliki sepenuhnya. Hanya memiliki untuk menikmati hasil atas
tanahnya, tp kalo tanahnya mau ditransaksikan, berarti tidak jual lepas (spt jual tahunan, jual gadai)
Hak Ulayat
Hak Persekutuan Atas Tanah
● Hak Persekutuan Atas Tanah = Hak Pertuanan = Hak Ulayat
● Hak ulayat → hak yg dipunyai oleh persekutuan/ masyarakat hk adat (MHA) utk menguasai
tanah isinya dalam suatu wilayah.
Hak Ulayat
Jenis Hak Ulayat
1. Hak ulayat berlapis satu → terdapat pada persekutuan desa
2. Hak ulayat berlapis dua → terdapat pada persekutuan daerah
Delik-Delik Tertentu
1. Delik yang Tergolong Berat
Dikatakan berat karena berhubungan dengan bagian dari dunia nyata dan gaib
1. Melakukan penghinaan → terhadap kepala suku yang merupakan bagian utama dari
masyarakat adat → secara tdk langsung menghina seluruh masyarakat adat
2. Membocorkan rahasia masyarakat → sama saja dengan membuka aib sendiri, ganjarannya
hukuman mati
3. Melakukan pembakaran → melahirkan ketidakseimbangan masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari
4. Incest → hubungan seksual antara:
a. laki-laki dan perempuan yang menurut hukum adat hal tersebut tidak boleh terjadi.
b. laki-laki dan perempuan yang memiliki hubungan darah tergolong dekat (klan/marga)
c. laki-laki dan perempuan yang berbeda kasta.
d. anak dan orang tua.
2. Delik yang Berhubungan Dengan Kepentingan Masyarakat
1. Hamil di luar pernikahan → reaksinya membayar denda, membasuh dusun, laki-laki harus
menikahi perempuan tsb (apabila tidak, harus kasih uang ke perempuan tsb)
2. Membawa lari anak perempuan → dapat merusak nama baik kelaurga dan menimbulkan
masalah besar antara kedua belah pihak
3. Perbuatan zina → reaksi yang terjadi adalah keluarga yang merasa dihina dapat
membunuh laki-laki yang berbuat zina tersebut.
3. Delik Adat yang Umum Terjadi
● Delik adat yang umum terjadi karena perbuatan tersebut merupakan hal yang sifatnya
umum tetapi juga dilarang oleh adat sehingga ada sanksi adat yang mengatur.
● Misalnya: orang yang melakukan pembunuhan wajib melakukan pembasuhan dusun. Hal
tersebut bertujuan agar masyarakat yang ada didalamnya tidak terkena bencana sebagai
akibat dari perbuatan salah satu anggota masyarakat hukum adat.
4. Delik Adat yang Menurut Suku Lain sebagai Hal yang Biasa
● Proses pemenggalan kepala sebagai salah satu syarat dalam upacara masyarakat adat
Nuaulu di Maluku Tengah merupakan hal yang biasa terjadi.
● Namun menurut suku lain salah satu contohnya adalah suku Bugis hal tersebut adalah
suatu pelanggaran berat karena berhubungan dengan hidup dan mati seseorang.
5. Delik Adat Terkait dengan Harta Benda
● Jenis delik ini biasa dikatakan pencurian karena berhubungan dengan harta benda milik
orang lain.
● Biasanya dalam suatu hukum adat, apabila ada yang melakukan pencurian maka orang
tersebut harus membayar denda sebagai akibat dari perbuatannya.
● Pencurian di sini bisa terjadi terkait pencurian terhadap harta benda milik bersama MHA,
seperti hasil hutan, benda-benda keramat masyarakat hukum adat.
Peradilan Adat
Merupakan acara untuk memeriksa, mempertimbangkan, menyelesaikan perkara:
● Pemeriksaan perkara
● Pihak yang berhak memeriksa
● Saksi-saksi dan sumpah
Sanksi Adat
● Sanksi → sanctum (bahasa latin ) = penegasan (bevestiging/bekrachtiging)
● Kata Penegasan bisa memiliki arti positif yaitu hadiah dan juga dapat bersifat negatif seperti
hukuman.