3. Infeksi
Infeksi pada pasien paska transplantasi ginjal baik yang berhubungan
dengan prosedur transplantasi maupun yang disebabkan oleh pathogen
oportunis dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan hasil transplantasi ginjal.
Keberhasilan transplantasi ginjal bergantung pada keseimbangan antara
immunosupresi yang memadai untuk mencegah terjadinya rejeksi ginjal
transplan dan pemeliharaan kompetensi imune pada taraf yang memadai untuk
melindungi resipien terhadap infeksi. Sebagai akibat pemakaian obat yang
menekan fungsi sel T, resipien transplantasi ginjal menunjukkan peninggian
risiko terhadap infeksi oleh berbagai pathogen intraseluler seperti virus,
protozoa, bakteri dan jamur.
4. Kompilkasi Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian setelah
transplantasi ginjal. (Fazelzadeh et al. 2006) pada sebuah studi observasional
yang melibatkan 1200 pasien transplantasi antara tahun 1988 -2003 di
Southern Iran Transplant Center mendapatkan 215 kematian dimana 28,3 %
penyebabnya adalah komplikasi penyakit jantung koroner. Skrining penyakit
jantung koroner diindikasikan pada semua penderita. Tingginya insiden
penyakit kardiovaskuler paska transplantasi ginjal berhubungan dengan
tingginya prevalensi dan akumulasi dari beberapa faktor risiko sebelum dan
setelah transplantasi. Strategi untuk deteksi dini dan pengobatannya dapat
mengurangi mobiditas dan mortalitas pada populasi dengan risiko tinggi.
5. Anemia
Idealnya, transplantasi ginjal mengembalikan fungsi ginjal sehingga
meningkatkan produksi eritropoitin dan mengurangi anemia. Namun anemia
paska transplantasi justru merupakan masalah yang sering terjadi. Sebuah
analisis cross-sectional dari resipien transplan mendapatkan prevalensi anemia
40 %.1 Prevalensi yang tinggi ini terutama mencerminkan fungsi graft yang
suboptimal dan efek dari obat-obatan yang mengganggu proses erithropoisis
(MMF,SMXTMP, dan ACE inhibitor). Studi-studi observasional menunjukkan
adanya hubungan yang kuat antara anemia dengan terjadinya gagal jantung
kongestif setelah transplantasi. Pengelolaan anemia paska transplantasi sesuai
dengan panduan untuk pasien dengan PGK; difokuskan pada kekurangan besi
dan penggunaan eritropoitin.
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu komplikasi yang umum terjadi
pascatransplantasi ginjal, yaitu sebesar 80% pada penerima donor kadaver dan
60% pada penerima donor hidup. Kejadian hipertensi pascatransplantasi dapat
meningkatkan risiko penolakan kronik, menurunkan kesintasan organ donor,
dan meningkatkan risiko komplikasi lain. Pada awal periode
pascatransplantasi, hipertensi dapat disebabkan overload cairan, penolakan
akut, atau efek samping imunosupresan. Setelah fase tersebut, hipertensi dapat
disebabkan oleh efek imunosupresan, stenosis arteri renalis, hipoperfusi ginjal
resipien, kekambuhan penyakit primer, dan obstruksi saluran kemih.
Pemberian antihipertensi dapat dilakukan setelah mempertimbangkan etiologi
hipertensi tersebut. Penggunaan penghambat ACE atau reseptor angiotensin
harus hati-hati, terutama bila dicurigai adanya stenosis arteri renalis.
Komplikasi seperti hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus,
hiperhomosisteinemia, dan obesitas, yang juga dipengaruhi pemberian
imunosupresan, akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. (RA.
McDonald. 2019)
7. Hiperhomosisteinemia
Konsentrasi homosistein dalam darah yang meningkat pada pasien-pasien
yang mendapat dialisis, akan menurun setelah transplantasi tetapi tidak sampai
normal. Sebuah studi prospektif menemukan hiperhomosisteinemia pada 70 %
pasien transplantasi ginjal, dan hiperhomosisteinemia merupakan faktor risiko
independen untuk kejadian kardiovaskular. Tidak ada rekomendasi mengenai
pemberian terapi vitamin B untuk menurunkan hiperhomosisteinemia pada
resipien transplantasi. Efek dari obat immunosupresif terhadap konsenstrasi
homosistein plasma, masih belum jelas.
Intervensi :
a. Gambarkan persiapan praoperasi pada pasien termasuk puasa,
pemberian infuse, dialysis dan obat praoperasi
b. Terangkan bahwa dialysis mungkin perlu secara sementara setelah
transplantasi ginjal
c. Jelaskan prosedur pembedahan termasuk dimana ginjal akan
diletakkan dalam abdomen, dan bagaimana ginjal akan berfungsi dan
lamanya pembedahan
d. Gambarkan adanya infus pasca operasi, drain dan kateter
e. Diskusikan nyeri insisi, pastikan pasien bahwa akan ada metode untuk
menurunkan nyeri termasuk obat dan pembebatan insisi
f. Latih cara batuk, nafas dalam, ganti posisi tidur pasien
g. Dorong keterlibatan dengan kelompok pasien yang telah
menjalani transplantasi
h. Gambarkan pernyataan sederhana, ulangi dan ungkapkan dengan kalimat
lain jika perlu
i. Beri kesempatan pasien untuk mengekspresikan kecemasannya
tentang pembedahan, mengungkapkan berbagai ketidakpastian dan
mengajukan pertanyaan
j. Tawarkan kesempatan pada pasien untuk memperjelas dengan
seseorang yang telah berhasil dan tidak berhasil dalam transplantasi ginjal.
B. Post Operasi
1. Diagnosa Keperawatan
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan transplantasi
ginjal, penolakan, obat-obatan nefrotoksik, gagal ginjal.
Kriteria hasil :
Pasien dapat toleransi terhadap rasa nyeri
Ungkapan rasa nyeri berkurang/hilang
Ekpresi wajah tenang.
Intervensi :
a. Beri support kepada pasien untuk menggungkapkan raya nyerinya
b. Atur posisi yang nyaman
c. Anjurkan untuk istirahat baring di tempat tidur
d. Pantau skala nyeri nyeri, tentukan lokasi, jenis factor yang
meningkatkan rasa nyeri serta tanda dan gejala yang menunjang
e. Ciptakan lingkungan yang tenang
f. Ajarkan tehnik relaksasi (latih nafas dalam)
g. Longgarkan atau kencangkan bebat daerah yang sakit
h. Beri kesempatan untuk istirahat selama nyeri, buat jadwal aktifitas bila
nyeri berkurang
i. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik, oksigen
dan pemeriksaan penunjang
j. Berikan obat pengurang rasa sakit dan observasi 30 menit kemudian.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan transplantasi ginjal,
penolakan, obat-obatan nefrotoksik, gagal ginjal.
Kriteria Hasil :
Pasien akan mempertahankan keluaran urine yang
adekuat.
Intervensi :
a. Periksa haluaran urine setiap 1 jam pada awalnya
b. Catat warna urine adanya bekuan
c. Amati dan pertahankan terhadap patensi serta drainase urine pada
setiap kateter
d. Pertahankan banyaknya volume cairan intravena untuk membilas
ginjal sesuai program
e. Beritahu dokter terhadap adanya kebocoran urine pada balutan
abdomen, nyeri abdomen hebat atau destensi abdomen
f. Bila pasien oligouri progresif, teliti pemeriksaan fungsi ginjal, kaji status
hidrasi dan beritahu dokter.
3. Diagnosa Keperawatan :
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine,
gagal ginjal, penolakkan tranplantasi, tingginya volume cairan intravena.
Kriteria Hasil :
Pasien mengeluarkan urine yang adekuat dan tidak
menahan cairan.
Intervensi :
a. Monitor TD dan nadi setiap 1jam
b. Ukur haluaran urine setiap 1jam
c. Timbang BB setiap hari
d. Auskultasi paru-paru setiap pergantian dinas sesuai indikasi
e. Pertahankan keakuratan catatan masuk dan keluarnya cairan f. Beri
banyak cairan sesuai program
f. Beri obat diuritik sesuai program
g. Pertahankan mesukan natrium sesuai program i. Laporkan semua
temuan abnormal.
4. Diagnosa Keperawatan :
Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan resiko dari reaksi imun
transplantasi dan efek samping dari obat-obatan imunosupresi, atau
kebutuhan hemodialisa lanjut.
Kriteria hasil :
Pasien akan mempertahankan fungsi ginjal.
Tidak ada tanda dan gejala reaksi imun
Immunosupresan sesuai toleransi tanpa adanya efek
samping
Intervensi :
a. Pantau dan laporkan tanda dan gejala reaksi imun(kemerahan,
bengkak,nyeri tekan diatas sisi transplantasi, peningkatan suhu,
peningkatan sel darah putih, penurunan haluaran urine, peningkatan
proteinuria, peningkatan BB tiba-tiba, peningkatan BUN dan
kreatinin, eedema)
b. Periksa tanda-tanda vital setiap 2-4 jam.
c. Monitor masukan dan haluaran cairan setiap jam selanjutnya setiap 3
jam.
d. Kaji akses dialysis
e. Pantau dan laporkan efek samping dari obat-obatan immunosupresif
f. Siapkan pasien untuk operasi mengangkat ginjal yang ditolak
jika terjadireaksi hiperakut
g. Berikan dukungan kepada pasien dan keluarga.
5. Diagnosa keperawatan :
Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan di rumah berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang perawatan diri, riwayat ketidak patuhan.
Kriteria hasil :
Menyatakan mengerti tentang instruksi pulang.
Intervensi :
a. Kembangkan rencana penyuluhan bekerja sama dengan
koordinator transplantasi. Pastikan pasien dan anggota keluarga
mengetahui:
- Nama, frekuensi, indikai, dosis, dan efek samping dari semua
obat yang di berikan
- Tanda dan gejala infeksi untuk di laporkan
- Tanda dan gejala reaksi imun untuk di laporkan
- Diet – biasanya pembatasan natrium; atur untuk konsul tentang
diet
- Bagaimana mengumpulkan specimen yang di perlukan,
seperti pengumpulan urine 24 jam dan urine bersih
- Nilai normal laboraturium untuk kreatinin dan BUN.
- Kaji berat badan dan suhu tubuh setiap hari. Pastikan pasien
mempunyai catatan berat badan dan suhu tubuh setiap hari.
Engram, Barbara. 1998. Rencana asuhan keperawatan medical bedah. Edisi bahasa
Indonesia. Volume satu.