BY Zikri Ananda
Kasus Posisi
Perkebunan merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan signifikan terhadap
PDB (Product Domestic Bruto), penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat
dan pengentasan kemiskinan. Indonesia memiliki beberapa komoditas unggulan nasional di
antaranya adalah kakao dan kopi. Dalam rangka pemanfaatan komoditas tersebut,
perusahaan-perusahaan berupaya untuk meningkatkan produktivitas dan pengembangan
industri melalui perluasan usaha. Perluasan usaha dalam bentuk kerjasama membantu
meringankan modal yang dibutuhkan oleh perusahaan serta menciptakan lapangan pekerjaan
baru dan juga meningkatkan kesejahteraan karyawan. Dibentuknya sebuah koperasi simpan
pinjam merupakan sebagian wujud kepedulian perusahaan kepada karyawan dan masyarakat
sekitar.
Akan tetapi, hambatan yang sering kali terjadi dalam menjalankan koperasi simpan
pinjam adalah ketika income tidak sebanding dengan outcome. Sehingga investasi merupakan
salah satu upaya yang ditempuh untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Perusahaan
Daerah Agro Tanoh Rayeuk (PDATR) adalah perusahan yang bergerak di bidang perkebunan
dan berkedudukan di Jalan Banda Aceh-Meulaboh, No. KM. 17.5, Aceh Besar sejak tahun
1981. PDATR memiliki anak perusahaan bernama PT Kupie Cokelat Singkite yang
kepemilikan sahamnya 52% dipegang oleh PDATR. PT Kupie Cokelat Singkite bergerak di
bidang perkebunan dengan komoditas kopi dan kakao serta berkedudukan di Jalan Lebe
Kader, No.7, Aceh Tengah sejak pertengahan tahun 1997.
Pada tahun 2014, Direktur Utama PT Kupie Cokelat Singkite yaitu Ridea Oktavia,
berniat memperluas usahanya ke bidang pengolahan biji kopi dan cokelat. Namun
dikarenakan modal yang diperlukan cukup besar, berdasarkan hasil RUPS, PT Kupie Cokelat
Singkite mengajukan kerjasama dengan PT Kebon Tanoh Jaya yang bergerak di bidang
pengolahan biji kopi dan cokelat serta berkedudukan di Jalan Mahkota Kuala Meurisi, No.
105, Aceh Jaya. Dari hasil kerjasama tersebut, kedua perusahaan sepakat untuk mendirikan
sebuah perusahaan baru yaitu PT Aneuk Kupie Cokelat yang menjalankan usaha di bidang
Industri pengolahan biji kopi dan cokelat serta berkedudukan di Jalan Tgk. H. Mohd. Daud
Beureueh, No. 77, Banda Aceh.
Pada tahun 2018, PT Aneuk Kupie Cokelat mendirikan sebuah layanan simpan
pinjam yaitu Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nyak Arief dan berkedudukan di Jalan Teuku
Nyak Arief, No. 38, Banda Aceh. Pendirian Koperasi tersebut atas persetujuan dari Adriani
Febrina selaku Direktur Utama PT Aneuk Kupie Cokelat dengan mempertimbangkan salah
satu misi perusahaan yaitu menyejahterakan karyawan dan penduduk daerah. Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Nyak Arief memiliki 63 anggota dengan simpanan pokok sebesar Rp
4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) per anggota, simpanan wajib sebesar Rp
350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) per anggota setiap bulannya, dan dana hibah
dari PT Aneuk Kupie Cokelat sebesar Rp 1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta
rupiah). Berdasarkan hasil Rapat Anggota, Nabila Novara Koto ditunjuk sebagai ketua
pengurus Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nyak Arief.
Pada bulan Januari 2020, PT Kupie Cokelat Singkite yang menjadi supplier utama PT
Aneuk Kupie Cokelat mengalami gagal panen besar-besaran, dimana hampir 80%
perkebunan kopi dan kakao terserang hama dan penyakit tanaman. Sehingga PT Aneuk
Kupie Cokelat mengalami defisit sebesar Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). PT
Aneuk Kupie Cokelat kemudian menerbitkan obligasi 5 tahun sebanyak Rp
15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) yang mana 30% hasilnya akan dialokasikan
kepada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nyak Arief. Atas keputusan tersebut, Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Nyak Arief mengalami penambahan kas menjadi Rp 5.288.000.000,00
(lima miliar dua ratus delapan puluh delapan juta rupiah) dengan total jumlah anggota
sebanyak 105 orang.
Setelah itu, Nabila Novara Koto dan Adriani Febrina serta pengurus koperasi lainnya
menyepakati bahwa modal yang dimiliki Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nyak Arief akan
diinvestasikan pada jenis investasi yang memiliki risiko kecil tetapi dapat menghasilkan
keuntungan besar. Akhirnya, pada tanggal 20 Maret 2020, Nabila Novara Koto membeli 9
bitcoin dengan menggunakan modal Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nyak Arief sebesar
Rp4.500.000.000,00 (empat miliar lima ratus juta rupiah).
Pada bulan April 2020, Nabila Novara Koto menjual seluruh bitcoin tersebut dan
mendapatkan laba bersih sebesar 100%. Dari hasil keuntungan tersebut, ia menghibahkan
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah) kepada Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Nyak Arief dan sisanya ia gunakan untuk membangun sebuah ekowisata kebun kopi di
Takengon. Ekowisata tersebut menawarkan keindahan kebun kopi sekaligus edukasi
pengolahan biji kopi yang dimulai dari pemetikan, pengeringan, roasting, penggilingan
hingga diseduh.
Pada bulan November 2020, Nabila Novara Koto kembali melakukan pembelian
cryptocurrency sebanyak 10 bitcoin dengan harga Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)
per bitcoin. Akan tetapi, ia menunda penjualan bitcoin tersebut dikarenakan persentase
keuntungan yang didapat pada saat itu hanya sebesar 30%. Menjelang satu hari pembagian
Sisa Hasil Usaha, Nabila Novara Koto menjual bitcoin yang diinvestasikannya. Namun, saat
itu harga bitcoin justru sedang menurun drastis menjadi Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) per bitcoin. Ia pun memberitahukan kerugian investasi ini kepada Adriani Febrina.
Di awal tahun 2021, Daeng Naufal yang merupakan Aparatur Sipil Negara di salah
satu Instansi di Banda Aceh dan juga merupakan anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Nyak Arief, kembali menelan kekecewaan karena tidak mendapatkan Sisa Hasil Usaha
sebesar 40% seperti yang dijanjikan saat dirinya mendaftar sebagai anggota. Padahal, bunga
yang dibayarkan oleh peminjam tergolong besar yakni sebesar 15%. Daeng Naufal yang
mulai mencurigai operasional koperasi tersebut, mendapati kabar bahwasanya Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Nyak Arief selama ini tidak memiliki izin beroperasi. Sehingga Daeng
Naufal melaporkan hal ini kepada pihak yang berwenang.
(*) Nama tokoh, tempat, dan rangkaian peristiwa yang diuraikan dalam kasus posisi
adalah fiktif secara murni untuk kepentingan kompetisi
Dari kasus posisi di atas, uraikanlah hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan
kasus tersebut!
Terdakwa
Pelaku Deelneming (Ikut serta)
1. Adriani 1.Pengurus Koperasi
Febrina
2. , Nabila
Novara
Koto
Delik yang didakwakan
1. Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang kegiatannya hanya
usaha simpan pinjam, Tapi kenyataan nya ksp diatas telah melakukan investasi
dengan menggunakan modal koperasi dengan pihak ketiga yang bukan
anggota koperasi
3. Pasal 46 Ayat (1) UU Perbankan jo 55 KUHP dan pasal 3 atau Pasal 4 atau pasal 5
UU TPP.
Pasal 46 ayat (2) UU Perbankan dan Pasal 3, atau Pasal 4, atau Pasal 5 UU TPPU.