Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI KETAHANAN EKONOMI KELUARGA MISKIN PENERIMA DANA

BANTUAN SOSIAL DI KELURAHAN TANAH TINGGI JAKARTA PUSAT

STRATEGY OF ECONOMIC RESILIENCE OF POOR FAMILIES WHO RECEIVE


SOSIAL ASSISTANCE FUNDS IN TANAH TINGGI CENTRAL JAKARTA

Lutfi Amalia dan Palupi Lindiasari Samputra


Kajian Stratejik Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya No 4, Jakarta Pusat, Indonesia
E-mail: Lutfiamaliaadel@gmail.com

Diterima: 28 Juli 2019, Direvisi: 17 Maret 2020; Disetujui: 14 April 2020

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tempat tinggal, pendapatan per kapita, pembiayaan
pendidikan, jaminan keluarga, aset dan liabilities terhadap peluang keluarga miskin memiliki ketahanan
ekonomi yang kuat. Metode penelitian dengan metode kuantitatif menggunakan kuesioner sebagai instrumen
pengumpulan data, dengan alat analisis regresi logistik. Data terdiri dari 100 sampel rumah tangga miskin
di wilayah Kelurahan Tanah Tinggi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pendapatan per kapita
dan jaminan keluarga terhadap peluang keluarga miskin memiliki ketahanan ekonomi yang kuat. Sedangkan
kepemilikan tempat tinggal dengan aset dan liabilities secara bersamaan, dan pembiayaan pendidikan anak
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ketahanan ekonomi keluarga miskin. Pendapatan per kapita
makin tinggi meningkatkan peluang keluarga miskin memiliki ketahanan ekonomi kuat sebesar 27,257
kali dibanding keluarga miskin yang berpendapatan per kapita rendah. Namun, ketergantungan terhadap
jaminan keluarga yang bersumber sebagian besar dari bantuan pemerintah berdampak pada melemahnya
ketahanan ekonomi keluarga miskin sebesar 0,420 kali dibanding keluarga miskin yang tidak bergantung
pada jaminan keluarga yang bersumber dari pemerintah. Strategi menabung secara periodik, meningkatkan
pendapatan, mengoptimalkan kualitas hidup dan meningkatkan sumber penghasilan dapat membantu
memperkuat ketahanan ekonomi keluarga miskin. Penyuluhan dan kampanye tentang strategi ketahanan
ekonomi keluarga menjadi sangat penting untuk disosialisasikan kepada keluarga miskin agar mereka terus
mengingat dan berusaha meningkatkan kualitas hidup serta ketahanan ekonomi keluarga.
Kata Kunci: strategi, ketahanan ekonomi, keluarga miskin.
Abstract
This study aims to examine the influence of housing, per capita income, education funding, family security,
assets and liabilities to the chances of poor families having strong economic resilience. The research
method with the quantitative method uses a questionnaire as an instrument of data collection, with a logistic
regression analysis tool. Data consists of 100 samples of poor households in the Tanah Tinggi Village area.
The results of the study show that there is an influence of residence, per capita income and education funding
on the opportunities of poor families that have strong economic resilience. While assets and liabilities and
family guarantees do not have a strong influence on the economic resilience of poor families. Per capita
income and education funding have the highest contribution to the chances of poor families having strong
economic resilience, each at 42,823 times and 9,278 times. The strategy of saving periodically, increasing
income, optimizing and reducing quality of life and increasing sources of income can help strengthen the
economic resilience of poor families. Counseling and campaigns on family economic resilience strategies
are very important to be socialized to poor families so that they continue to remember and try to improve
the quality of life and family economic security.

Keywords: strategy, economic resilience, poor families.

Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin Penerima Dana Bantuan Sosial di Kelurahan
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Lutfi Amalia dan Palupi Lindiasari Samputra
113
PENDAHULUAN Garis kemiskinan (GK) yang telah
Keluarga miskin merupakan keluarga yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Survei
memiliki penghasilan rendah, tidak memiliki Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) ternyata
pekerjaan tetap, pendidikan yang masih rendah bersifat relatif dan akan terus mengalami
bahkan tidak berpendidikan, tidak memiliki peningkatan (Cahyat A. , 2007). Hal tersebut
tempat tinggal tetap, tidak dapat memenuhi dilakukan agar pemerintah mampu menurunkan
standar gizi minimal (Rejekiningsih, 2011). angka kemiskinan di Indonesia. Karena garis
Keluarga miskin juga merupakan keluarga yang kemiskinan sejak bulan Maret 2015-Maret
belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya 2018 telah mengalami peningkatan rata-rata
sehari-hari karena keterbatasan sumber daya. sebesar 3,27% setiap semester. Oleh karena
Pemerintah mengkategorikan keluarga miskin itu, pemerintah mengumumkan bahwa angka
berdasarkan Garis Kemiskinan (GK) (Cahyat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan.
A. , 2004). Garis kemiskinan (GK) merupakan
Badan Pusat Statistik mengatakan bahwa
penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan
salah satu wilayah yang mengalami penurunan
(GKM) dengan Garis Kemiskinan Non
angka kemiskinan adalah wilayah Jakarta
Makanan (GKNM).
Pusat. Jika sebelumnya angka kemiskinan di
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi wilayah Jakarta Pusat meningkat dari 33,62 ribu
Nasional (Susenas) pada bulan Maret 2018, penduduk pada tahun 2013 menjadi 37,65 ribu
standar Garis Kemiskinan (GK) bagi keluarga penduduk pada tahun 2014 dan terus meningkat
miskin yaitu memiliki nilai pengeluaran menjadi 38,01 ribu penduduk pada tahun 2015.
kebutuhan minimum makanan yang disetarakan Kini mengalami penurunan menjadi 35,82 ribu
dengan 2100 kilokalori/kapita/hari. Selain itu, penduduk pada tahun 2016 dan terus mengalami
Badan Pusat Statistik berdasarkah hasil Survei penurunan menjadi 34,83 ribu penduduk pada
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada bulan tahun 2017 (Badan Pusat Statistik, 2018).
Maret 2018 mengatakan bahwa pendapatan
Ternyata penurunan angka kemiskinan
minimum yang harus dimiliki oleh keluarga
yang diumumkan pemerintah, bukan hanya
Indonesia berdasarkan Garis Kemiskinan (GK)
disebabkan oleh peningkatan Garis Kemisnan
nasional pada Maret 2018 adalah Rp401.220/
(GK) yang telah ditetapkan. Namun juga
kapita/bulan. Garis Kemiskinan (GK) nasional
disebabkan oleh faktor lain yang salah
sebesar Rp401.220/kapita/bulan terdiri dari
satunya merupakan adanya pemerintah dalam
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yaitu
menyalurkan dana Bantuan Sosial (bansos)
Rp294.806/kapita/bulan ditambah dengan
bagi masyarakat miskin yang sangat berlebihan
Garis Kemiskinan non makanan (GKNM)
dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Saat
yaitu Rp106.414/kapita/bulan. Oleh karena
dilaksanakannya Survei Sosial Ekonomi
itu, keluarga miskin yang memiliki rata-rata
Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik
jumlah anggota keluarga sebanyak 4,59 orang
pada bulan Maret 2018, ternyata ada penyaluran
memerlukan pengeluaran agar dapat hidup
dana bantuan sosial (bansos) yang terhitung naik
layak sebesar Rp1,84 juta/keluarga miskin/
signifikan hampir sebesar 87,6% pada akhir
bulan. Jika pengeluaran rumah tangga kurang
bulan Maret 2018. Penyaluran dana Bantuan
dari Rp1,84 juta/keluarga miskin/bulan, maka
Sosial (bansos) meningkat sangat signifikan
keluarga tersebut termasuk dalam kategori
dalam kurun waktu dua tahun terakhir yaitu pada
keluarga miskin (Badan Pusat Statistik, 2018).

114 SOSIO KONSEPSIA Vol. 9, No. 02, Januari – April, Tahun 2020
tahun 2017 dan 2018. Anggaran dana bantuan Faktor yang ketiga yaitu karena adanya
sosial (bansos) pada tahun 2017 meningkat kesalahan strategi pengelolaan pendapatan yang
sebanyak 11,46% atau sebesar Rp55,3 Trilliun dimiliki oleh keluarga miskin karena adanya
dan pada tahun 2018 meningkat sebanyak gejolak ekonomi yang mampu meningkatkan
41.42% atau sebesar Rp78.2 Trilliun. Karena daya beli keluarga. Peningkatan daya beli
sebelumnya anggaran dana bantuan sosial keluarga menyebabkan kesalahan strategi
pada tahun 2016 menurun sebanyak 48,93% dalam hal pengelolaan pendapatan yang dimiliki
atau sebesar Rp49,61 trilliun dari anggaran oleh keluarga miskin. Hal tersebut dapat
dana bantuan sosial pada tahun 2015 sebanyak mengakibatkan kondisi keluarga yang terus
Rp97.15 triliun. Oleh karena itu, jika anggaran menerus akan merasa miskin, serba kekurangan
dana bantuan sosial (bansos) dikurangi, maka dan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
jumlah penduduk miskin dikhawatirkan akan hidup seluruh anggota keluarga. Sehingga
kembali mengalami peningkatan. strategi pengelolaan pendapatan bagi keluarga
miskin diperlukan agar keluarga miskin dapat
Kekhawatiran tentang adanya peningkatan
memiliki ketahanan dalam aspek ekonomi.
kemiskinan kembali jika dana bantuan sosial
Karena strategi menurut Rangkuti merupakan
dikurangi dipengaruhi oleh tiga faktor. Faktor
perencanaan utama yang menjelaskan sebuah
yang pertama karena kebijakan pemerintah
institusi untuk mencapai tujuan berdasarkan
untuk memberikan dana bantuan sosial
misi yang telah direncanakan sebelumnya
(bansos) belum sepenuhnya efektif menjadi
(Rangkuti, 2013).
solusi perentas kemiskinan. Karena secara
psikologis keluarga yang diberikan dana Samputra mengatakan bahwa pertumbuhan
bantuan sosial kemungkinan akan memiliki ekonomi yang tidak memiliki dampak langsung
rasa ketergantungan terhadap dana tersebut secara signifikan terhadap upaya menurunkan
dan dikhawatirkan tidak mau bekerja mencari kemiskinan perlu diperhatikan oleh pemerintah
nafkah tambahan untuk mecukupi kebutuhan dalam menentukan upaya pengetasan
hidupnya. kemiskinan. Jika sebuah keluarga ingin
memiliki hidup layak dan tidak kekurangan,
Faktor yang kedua adalah kebijakan untuk
diperlukan instrumen lain berupa dana bantuan
menaikkan standar Garis Kemiskinan (GK)
sosial dan strategi dalam mengelola pendapatan
bagi keluarga miskin bukan merupakan solusi
yang dimiliki oleh keluarga dengan baik guna
yang tepat, karena bagi keluarga miskin yang
mencapai ketahanan dalam aspek ekonomi
sudah mencoba bertahan dan mencoba keluar
(Samputra & Munandar, 2019). Ketahanan
dari garis kemiskinan berdasarkan standar
ekonomi keluarga menurut Doriza dapat
Garis Kemiskinan (GK) yang telah ditetapkan
didefinisikan sebagai kemampuan keluarga
pada semester sebelumnya dapat tidak mampu
dalam menyeimbangkan antara pendapatan dan
bertahan mengikuti standar Garis Kemiskinan
pengeluaran yang terkait dengan pembelian
(GK) yang terbaru. Sehingga keluarga miskin
barang dan jasa serta kebutuhan uang yang
yang sudah keluar dari Garis Kemiskinan (GK)
diperlukan dalam keluarga (Doriza, 2015). Oleh
maupun bagi yang sedang mencoba bertahan
karena itu, tujuan dalam penelitian ini untuk
dan keluar dari Garis Kemiskinan (GK) menjadi
menganalisis pola pengelolaan, menganalisis
kembali miskin dan tentunya dapat menaikkan
pengaruh tempat tinggal, pendapatan perkapita,
angka kemiskinan kembali.
aset dan liabilities, pembiayaan pendidikan

Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin Penerima Dana Bantuan Sosial di Kelurahan
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Lutfi Amalia dan Palupi Lindiasari Samputra
115
anak, dan jaminan keluarga terhadap ketahanan masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya
ekonomi keluarga miskin di Kelurahan Tanah seperti tidak mau berusaha, malas, pemboros dan
Tinggi Jakarta Pusat. tidak kreatif meskipun mendapatkan bantuan
dari pihak lain; dan (4) kemiskinan struktural
Keluarga Miskin yang disebabkan karena rendahnya akses
Keluarga miskin didefinisikan sebagai terhadap sumber daya pada sistem sosial budaya
keluarga yang memiliki kekurangan sumber daya dan politik yang tidak mendukung pembebasan
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota kemiskinan tetapi menambah tingkat kemiskinan
keluarga guna meningkatkan kesejahteraan (Habibullah, 2019).
dan ketahanan keluarga dari aspek keuangan
dan aspek-aspek lainnya. Badan Pusat Statistik Faktor Penyebab Keluarga Miskin
mendefinisikan keluarga miskin adalah keluarga Kemiskinan dalam keluarga didasari oleh
yang memiliki ketidakmampuan dari sisi kurangnya pendapatan yang dimiliki oleh
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga sehingga tidak mampu untuk mencukupi
makanan serta memiliki rata-rata pengeluaran seluruh kebutuhan keluarga. Terdapat dua
perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan faktor utama penyebab keluarga miskin yaitu
(Badan Pusat Statistik, 2018). World Bank 1) tingkat pendapatan nasional yang fluktuatif
(2000) mendefinisikan kemiskinan sebagai dan 2) adanya kesenjangan dalam distribusi
kehilangan kesejahteraan (deprivation of well pendapatan (Todaro & Smith, 2006). Ahli lain
being). Karakteristik keluarga miskin yaitu 1) mengatakan bahwa faktor penyebab keluarga
memiliki pendapatan yang masih rendah; 2) miskin adalah 1) keterbatasan sumber daya
tidak memiliki pekerjaan tetap; 3) pendidikan alam (SDA); 2) rendahnya tingkat pendidikan
yang rendah bahkan tidak berpendidikan; 4) anggota keluarga; dan 3) rendahnya kesehatan
tidak memiliki tempat tinggal; dan 5) tidak dapat yang dapat menghambat produktivitas keluarga
memenuhi standar gizi minimal (Rejekiningsih, (Amar, 2012).
2011). Sementara itu, kemiskinan menurut
Spicker juga diartikan berdasarkan tiga kategori Ukuran Kemiskinan keluarga
konsep yaitu miskin karena tidak memiliki Ukuran kemiskinan keluarga menurut
sesuatu yang mereka butuhkan, miskin karena Badan Pusat Statistik (BPS) ditentukan oleh
memiliki pendapatan yang rendah dan miskin Garis Kemiskinan (GK). Garis Kemiskinan
karena masuk kedalam keadaan sosial yang (GK) pada bulan Maret 2018 berdasarkan hasil
miskin (Cahyawan & Machdum, 2019). Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (susenas) yaitu
Chambers kemiskinan juga terbagi kedalam minimum Rp401.220/kapita/bulan pendapatan
4 bentuk, yaitu (1) kemiskinan absolut bila yang harus dimiliki oleh keluarga. Garis
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan Kemiskinan sebesar Rp401.220/kapita/bulan
atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan
hidup dasar termasuk sandang, pangan dan Makanan (GKM) sebesar Rp294.806/kapita/
papan; (2) kemiskinan relatif jika kondisi miskin bulan dan Garis Kemiskinan non makanan
dipengaruhi oleh kebijakan pembangunan yang (GKNM) yaitu Rp106.414/kapita/bulan. Hal
belum menjangkau seluruh masyarakat dan tersebut menyebabkan keluarga miskin yang
menyebabkan ketimpangan pada pendapatan; memiliki rata-rata jumlah anggota keluarga
(3) kemiskinan kultural yang mengacu pada sebanyak 4,59 orang memerlukan pengeluaran
persoalan sikap seseorang atau sekelompok agar dapat hidup layak sebesar Rp1,84 juta/

116 SOSIO KONSEPSIA Vol. 9, No. 02, Januari – April, Tahun 2020
keluarga miskin/bulan. Jika pengeluaran berkaitan dengan kemampuan pemulihan
rumah tangga kurang dari Rp1,84 juta/keluarga seseorang dengan cepat dari efek sumber
miskin/bulan, maka keluarga tersebut termasuk masalah yang dialami. Ketahanan ekonomi
dalam kategori keluarga miskin (Badan Pusat keluarga merupakan sebuah kondisi dan
Statistik, 2018). kemampuan yang memungkinkan keluarga
untuk pulih dan bangkit dari sumber masalah
Ketahanan Nasional dalam aspek ekonomi (Briguglio, 2006).
Ketahanan nasional adalah konsep untuk Ketahanan ekonomi bukan hanya tentang
mempertahankan keteraturan, kekuatan, kondisi bagaimana keluarga mampu bertahan dari
dinamis dan kestabilan suatu bangsa dalam masalah keterpurukan dalam bidang ekonomi,
menghadapi ancaman, tantangan, hambatan namun juga tentang bagaimana cara untuk
dan gangguan dari segala aspek yang dapat meningkatkan penghasilan dalam keluarga
berpotensi terjadinya perubahan. Ketahanan (Center of Local Economis Strategis, 2016).
nasional juga dapat didefinisikan sebagai Ketahanan ekonomi keluarga menurut Bank
kekuatan suatu bangsa dan negara sehingga of International Settlements (BIS) merupakan
ia mampu mempertahankan kelangsungan kemampuan keluarga dalam bidang ekonomi
hidupnya, meskipun mengalami berbagai untuk cepat pulih dari goncangan dan masalah
gangguan dan ancaman (Usman, 2003). Pendapat yang merugikan dan mengandung dampak
lain mengatakan bahwa ketahanan nasional ketidakseimbangan dalam keuangan (Bank of
adalah kemampuan untuk mengembangkan International Settlements (BIS), 2016).
kekuatan nasional dalam rangka mengahadapi
bermacam tantangan, hambatan dan ancaman Berdasarkan definisi tersebut, dapat
guna menjamin kelangsungan hidup bangsa disimpulkan bahwa strategi ketahanan
dan negara (Suradinata, 2005). ekonomi keluarga adalah suatu rencana untuk
pengambilan keputusan keluarga dalam
Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga bertahan dan menciptakan kondisi baru saat
Keberhasilan tujuan dalam hidup terjadi krisis ekonomi melalui observasi
membutuhkan strategi untuk menjalankan lingkungan, perencanaan jangka panjang
visi dan misi kehidupan sesuai dengan yang berdasarkan sumber daya yang dimiliki,
telah direncanakan. Strategi merupakan cara implementasi, evaluasi dan pengendalian guna
untuk mencapai sebuah tujuan yang perlu mencapai keberhasilan tujuan untuk hidup
dicapai. Menurut Tjiptono, strategi merupakan layak dan mandiri.
suatu rencana untuk mencapai tujuan tertentu
(Tjiptono, 2006). Strategi juga merupakan Indikator Ketahanan Ekonomi Keluarga
rangkaian rencana untuk pengambilan keputusan Ketahanan ekonomi keluarga dapat terlihat
dan tindakan pengelolaan guna menentukan jika suatu keluarga dapat memenuhi syarat
keberhasilan pada suatu institusi dalam jangka berdasarkan indikator ketahanan ekonomi
panjang yang meliputi pengamatan lingkungan, keluarga yang telah ditentukan (Hasanah
perumusan cara dengan cara perencanaan & Mariastuti, 2015). Indikator ketahanan
jangka panjang, implementasi, evaluasi dan ekonomi keluarga juga dapat menjadi acuan
pengendalian (Purnomo, 1996). bagi keluarga untuk dapat hidup layak, mandiri
dan tahan terhadap ancaman serta krisis
Ketahanan berasal dari bahasa latin yaitu ekonomi. Indikator ketahanan keluarga menurut
“Resilire” yang berarti melompat kembali

Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin Penerima Dana Bantuan Sosial di Kelurahan
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Lutfi Amalia dan Palupi Lindiasari Samputra
117
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan dokumen yang terdapat pada lokasi penelitian
Perlindungan Anak memiliki empat dimensi dan relevan dengan penelitian (Bungin, 2005).
yaitu 1) ketersediaan tempat tinggal keluarga;
Pada penelitian ini terdapat dua jenis
2) memiliki pendapatan perkapita perbulan
variabel yaitu variabel dependen dan
keluarga; 3) pembiayaan pendidikan anak yang
independen. Variabel independen pada
tercukupi; dan 4) memiliki jaminan keuangan
penelitian ini adalah tempat tinggal,
keluarga (Kementerian Pemberdayaan
pendapatan keluarga, pembiayaan pendidikan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
anak, jaminan keluarga, aset dan liabilities.
Indonesia, 2016). Sedangkan Departement
Variabel dependen pada penelitian ini adalah
of Family and Community Services Australia
peluang ketahanan ekonomi keluarga miskin.
mengatakan bahwa indikator ketahanan
Penelitian ini menggunakan teknik analisa
ekonomi keluarga adalah asset dan liabilities
data dengan menggunakan Statistical Package
(Departement of Family and Community
for The Sciences (SPSS) untuk uji regresi
Services, 2000).
logistik. Dalam metode regresi logistik, maka
METODE akan diukur dengan kategori 1 = responden
tergolong memiliki ketahanan ekonomi yang
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuat, jika memenuhi minimal tiga dari variabel
penelitian kuantitatif. Pengumpulan data
independen (tempat tinggal, pendapatan
dilakukan dengan metode observasi dan
perkapita, aset dan liabilities, jaminan keluarga
kuisioner. Data yang terkumpul diolah dengan
dan pembiayaan pendidikan) dan 0 = responden
menggunakan alat analisis kuantitatif deskriptif.
tergolong memiliki ketahanan ekonomi yang
Teknik analisis yang digunakan untuk
tidak kuat, jika responden hanya memenuhi
menganalisis data adalah Statistical Package
dua atau salah satu dari variabel independen
for The Sciences (SPSS) (Ghazali, 2011).
(tempat tinggal, pendapatan perkapita, aset dan
Penelitian ini menggunakan teknik purposive
liabilities, jaminan keluarga dan pembiayaan
sampling untuk menentukan sample penelitian.
pendidikan) (Cholilawati & Hasanah, 2015).
Metode purposive sampling merupakan teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan Persamaan regresi logistik yang akan
tertentu (Sugiyono, 2013). Jumlah populasi KK digunakan dalam penelitian ini yaitu:
di Kelurahan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat adalah
14.102 KK dari total 14 RW. Sehingga peneliti y = a + bX1 + bX2 + bX3 + bX4 + bX5
memberikan asumsi bahwa tiap RW memiliki
Ket:
jumlah bobot yang sama yaitu sebanyak 1007
KK per RW. Sehingga jumlah sampel pada y = probability terjadinya kejadian (1) dan
penelitian ini berdasarkan jumlah 100 sampel sebaliknya (0)
yang terdiri dari masing-masing 25 sampel dari 1 = keluarga miskin yang memiliki ketahanan
RW 08, RW 11 dan RW 12. Data primer pada ekonomi tinggi atau kuat
penelitian ini didapatkan melalui observasi 0 = keluarga miskin yang memiliki ketahanan
dan memberikan seperangkat pertanyaan ekonomi yang tidak kuat
atau pernyataan tertulis kepada responden. X1=Tempat Tinggal
Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil
(1= memiliki rumah sewa atau memiliki
penelitian terhadap buku, jurnal, dan artikel
rumah milik sendiri namun tidak memiliki
maupun dengan cara menelaah dokumen-

118 SOSIO KONSEPSIA Vol. 9, No. 02, Januari – April, Tahun 2020
biaya perawatan rumah; 2= memiliki atau tidak memiliki tabungan namun mampu
rumah sewa atau rumah milik sendiri membayar iuran jaminan kesehatan; 4=
namun memiliki biaya perawatan rumah memiliki tabungan >Rp100.000/bulan dan
1000-10.000/bulan; 3= memiliki rumah mampu membayar iuran jaminan kesehatan)
milik milik sendiri namun memiliki biaya Data variable independen dengan skala
perawatan rumah 11000-20.000/bulan; 4= ordinal diubah menjadi skala interval dengan
memiliki rumah milik sendiri dan memiliki metode MSI (Method of Succesive Interval).
biaya perawatan rumah >20.000/bulan)
Kemudian data diolah dengan menggunakan
X2=Pendapatan Perkapita (1 = pengeluaran analisis regresi logistic. Langkah pertama
perbulan memiliki selisih >50% dari dilakukan uji kecocokan model (Goodness of
jumlah pendapatan perbulan atau GK; 2 Fit) untuk menguji keselarasan antara model
= pengeluaran perbulan memiliki selisih dengan nilai observasinya, dengan Hosmer and
<50% dari pendapatan atau GK); 3 = antara
Lemeshow Test. Hipotesis dalam pengujian ini
pendapatan dan pengeluaran memiliki
adalah :
jumlah yang sama dengan jumlah GK; 4
= pendapatan jika dikurang pengeluaran H0 : Model sesuai dengan nilai observasinya
perbulan memiliki sisa > GK) H1 : Model tidak sesuai dengan nilai
X3= Aset dan Liabilities (1 = hutang perbulan observasinya
memiliki selisih >50% dari aset atau
Model regresi dapat diterima jika berhasil
pendapatan perbulan; 2 = hutang perbulan
memiliki selisih <50% dari aset atau menerima Ho dan dapat dilanjutkan pada tahap
pendapatan); 3 = antara hutang dan aset uji parameter serentak (Omnibus Tests of Model
memiliki jumlah yang sama; 4 = aset jika Coefficients), selanjutnya tahap uji parameter
dikurang hutang perbulan memiliki nilai > parsial (Uji-Wald) dan interpretasi nilai
dari pendapatan) koefisien regresi dengan Odds Ratio (Exp(B)).
X4= Pembiayaan Pendidikan Anak
HASIL DAN PEMBAHASAN
(1 = hanya mendapatkan bantuan biaya
sekolah; 2= mendapatkan bantuan Pola Pengelolaan Ekonomi Keluarga
biaya sekolah dan perlengkapan sekolah Miskin Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta
anak; 3= mendapatkan bantuan biaya Pusat
sekolah, perlengkapan sekolah anak, dan Pola pengelolaan ekonomi keluarga pada
mampu memenuhi uang transport sekolah keluarga miskin di Kelurahan Tanah Tinggi
anak; 4= mendapatkan bantuan biaya Jakarta Pusat sangat bervariatif. Sebanyak 28%
sekolah, perlengkapan sekolah anak, mampu dari total 100 responden mengatakan bahwa
memenuhi uang transport sekolah anak, pendapatan mereka cukup untuk memenuhi
mendapatkan beasiswa, mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sisanya sebanyak 25%
les tambahan untuk anak) dari total 100 responden mengatakan bahwa
X5=Jaminan Keluarga (1= tidak memiliki pendapatan mereka sedang, 25% dari total
tabungan dan tidak memiliki jaminan 100 responden mengatakan bahwa pendapatan
kesehatan; 2 = tidak memiliki tabungan mereka kurang cukup dan sebanyak 22%
namun memiliki jaminan kesehatan gratis dari total 100 responden mengatakan bahwa
dari pemerintah; 3= memiliki tabungan pendapatan mereka tidak cukup. Hal tersebut
Rp10.000-100.000/bulan namun memiliki dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu
jaminan kesehatan gratis dari pemerintah

Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin Penerima Dana Bantuan Sosial di Kelurahan
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Lutfi Amalia dan Palupi Lindiasari Samputra
119
faktornya karena sebanyak 65% dari total 100 juga memiliki nilai stress finansial yang sedikit
responden memiliki pendapatan perkapita yaitu 0-0,1 karena sebagian besar responden
kurang dari 3 juta perbulan. Sisanya sebanyak memiliki aset yang lebih besar jika dibandingkan
35% dari total 100 responden memiliki dengan memiliki hutang. Namun, responden
pendapatan lebih dari 3 juta perbulan. Sebagian pada penelitian ini sebanyak 92% dari total 100
besar responden pada penelitian ini juga tidak responden tidak memiliki tabungan uang tunai.
memiliki rumah milik sendiri. Sebanyak 93% Mereka belum memiliki pemikiran bahwa
dari total 100 responden menyewa rumah menabung adalah hal yang paling penting jika
sedangkan sisanya sebanyak 3% memiliki sewaktu-waktu membutuhkan uang dalam
rumah sendiri. Oleh karena itu, sebagian besar keadaan sulit. Mereka merasa belum memiliki
responden perlu mengeluarkan uang lebih tidak kecukupan uang untuk disisihkan atau untuk
hanya untuk perawatan rumah, namun juga menabung. Karena mereka merasa lebih
untuk menyewa rumah. baik menghabiskan uang untuk kebutuhan
sehari-hari. Sebagian besar responden pada
Sebagian responden pada penelitian ini
penelitian ini juga memiliki jaminan kesehatan
atau sebesar 55% dari total 100 responden
dan jaminan pendidikan yang layak. Mereka
mengeluarkan uang sebanyak Rp50.000 untuk
memperoleh jaminan kesehatan dan jaminan
biaya perawatan rumah. Sisanya sebanyak
pendidikan dari pemerintah berupa jaminan
24% mengeluarkan uang >Rp150.000;
BPJS Kesehatan atau KIS. Sehingga responden
sebanyak 15% mengeluarkan uang mulai dari
pada penelitian ini tidak merasa khawatir jika
Rp51.000 sampai Rp100.000 dan sebanyak
sewaktu-waktu sakit dan ingin berobat maupun
6% mengeluarkan uang mulai dari Rp100.000
terhadap biaya pendidikan anak.
sampai Rp150.000. Responden pada penelitian
ini juga sebagian besar tidak berhutang. Karena Uji Kecocokan Model
sebanyak 76% dati total 100 responden tidak
Nilai uji kecocokan model menggunakan
memiliki hutang. Sisanya sebanyak 34% dari
uji Hosmer and Lemeshow, yang bertujuan
total 100 responden memiliki hutang mulai dari
untuk menilai tingkat kesesuaian model dengan
Rp300.000 sampai >Rp900.000.
nilai observasinya. Tabel 1 menunjukan hasil
Sebagian besar responden yang memiliki pengujian kesesuaian model.
hutang, jenis kebutuhan yang mereka hutangi
Tabel 1. Uji Hosmer and Lemeshow Test
adalah aset berupa barang elektronik. Karena
Chi-
menurut mereka, memiliki aset adalah hal Model Regresi
Square
df Sig. Ket
yang paling penting. Jika sewaktu-waktu P(Y)= f 16,300 8 0,038 Tolak Ho
mereka sedang berada pada keadaan yang (X1,X2,X3,X4,X5) (Model
sulit, mereka bisa menjualnya terlebih dahulu tidak
sesuai
sebelum meminta pada kerabat dekat maupun nilai
berhutang pada pihak lainnya. Oleh karena observasi)
itu, sebanyak 61% dari total 100 responden P(Y)= f (X1*X3, 12,164 8 0,144 Terima Ho
memiliki nilai nominal total aset >3 juta rupiah. X2, X4,X5) (Model
sesuai
Sisanya sebanyak 39% dari total responden nilai
memiliki nilai nominal total aset < 3 juta rupiah. observasi)
Responden pada penelitian ini sebanyak 84% Sumber : output spss

120 SOSIO KONSEPSIA Vol. 9, No. 02, Januari – April, Tahun 2020
Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa output koefisien regresi masing-masing variabel
model regresi logistik yang tepat digunakan independen ditunjukan pada Tabel 3.
untuk menjelaskan model ketahanan ekonomi
Koefisien variable Pendapatan perkapita
keluarga miskin adalah model kedua yaitu
(X2) memiliki nilai P-value uji wald sebesar
: P(Y) = f(X1*X3, X2, X4, X5) dengan nilai
0,00 < . Artinya terdapat pengaruh signifikan
signifikansi 0,144 yang berarti model sesuai
dan positif antara pendapatan perkapita terhadap
nilai observasi.
peluang keluarga miskin memiliki ketahanan
Terdapat interaksi antara variabel X1 ekonomi yang kuat. Variabel jaminan keluarga
(tempat tinggal) dan X3 (Aset dan Liabilitas) (X5) secara statistik juga berpengaruh signifikan
sebagai modifikasi perbaikan model. dan negatif terhadap peluang keluarga miskin
memiliki ketahanan ekonomi yang kuat. Hal ini
Analisis Regresi Logistik Ketahanan ditujukan dengan nilai P-value sebesar 0,042 < .
Ekonomi Keluarga Miskin
Tabel 3. Uji Wald dan Odd Ratio
Uji Parameter Serentak
Pengujian parameter serentak bertujuan
untuk mengetahui pengaruh keseluruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Hasil pengujian parameter
serentak mengikuti Omnibus Tests of Model
Coefficients pada Tabel 2. Sumber : output SPSS

Tabel 2. Hasil Uji Omnibus Tests of Model Variabel pembiayaan pendidikan anak, dan
Coefficients
tempat tinggal dengan kepemilikan asset dan
liabilities berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap peluang keluarga miskin
memiliki ketahanan ekonomi yang kuat.

Berdasarkan Tabel di atas maka diperoleh


Persamaan logistik ketahanan ekonomi keluarga
Sumber : output SPSS miskin = -8.570x – 0.144X1 X3 + 3.305X2 +
0.015 X4 – 0.867X5
Nilai uji signifikansi diatas menunjukan
0,000 < , artinya tolak H0. Terdapat minimal Nilai konstanta -8,570 dapat diartikan
satu variabel independen (X) yang berpengaruh bahwa peluang keluarga miskin memiliki
signifikan terhadap variabel dependen (Y). ketahanan ekonomi yang kuat adalah tidak ada
Sehingga dapat disimpulkan model dapat (sangat kecil) tanpa memiliki tempat tinggal,
digunakan untuk analisis lebih lanjut. pendapatan perkapita, aset dan liabilitas,
pembiayaan pendidikan anak dan jaminan
Uji Parameter Parsial keluarga.
Untuk menilai signifikansi pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen digunakan uji-wald. Hasil

Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin Penerima Dana Bantuan Sosial di Kelurahan
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Lutfi Amalia dan Palupi Lindiasari Samputra
121
1. Analisis Pengaruh Kepemilikan Tempat barang elektronik dengan cara mencicil.
Tinggal dengan Aset dan liabilitas Hasil penelitian menunjukkan sebanyak
Terhadap Peluang Keluarga Miskin 92% keluarga miskin yang memiliki cicilan
Memiliki Ketahanan Ekonomi Kuat hutang barang elektronik tidak berarti lebih
Persamaan regresi logistik, koefisien memiliki ketahanan ekonomi yang tidak
regresi variabel kepemilikan tempat tinggal kuat karena memiliki hutang dan stress
dengan asset dan liabilitas (X1*X3) adalah finansial yang lebih besar dibandingkan
sebesar 0,144 dengan tingkat signifikansi dengan keluarga miskin yang memiliki
(nilai P value Uji wald (sig) sebesar 0,968 > aset sedikit dan tidak memiliki hutang
= 0,05). Artinya kepemilikan tempat tinggal untuk membeli aset. Hal ini sesuai dengan
dengan asset dan liabilitas secara bersamaan penelitian terdahulu yang mengatakan
memiliki hubungan positif namun tidak bahwa utang dalam konsumsi rumah tangga
signifikan terhadap peluang keluarga miskin memiliki dampak negatif dan membuat
memiliki ketahanan ekonomi yang kuat. ketahanan ekonomi sebuah keluarga
Odd ratio berdasarkan nilai koefisien menjadi tidak kuat. Menurut (Herispon,
Exp(B) pada tabel 3 untuk kepemilikan 2017) keluarga yang memiliki hutang
tempat tinggal dengan asset dan liabilitas akan memiliki tingkat stress yang tinggi,
adalah sebesar 1,155. Karena koefisien B terperangkap dalam pelunasan hutang,
bertanda positif, maka dapat di tafsirkan menanggung beban hutang sehingga dekat
peluang keluarga miskin yang memiliki dengan kemiskinan. Jika ia tidak mampu
tempat tinggal dengan asset dan liabilitas melunasi hutang, penindasan dan kucilan
memiliki ketahanan ekonomi kuat sebesar dari masyarakat akan ia dapatkan karena
1,155 kali dibanding keluarga miskin yang dianggap hina tidak mampu membayar
tidak memiliki tempat tinggal dengan hutang.
asset dan liabilitas. Namun pengaruh
2. Analisis Pengaruh Pendapatan
variable tersebut tidak cukup signifikan Perkapita Terhadap Peluang Keluarga
dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap Miskin Memiliki Ketahanan Ekonomi
ketahanan ekonomi keluarga miskin. Hal ini Kuat
dikarenakan untuk memiliki rumah sendiri Persamaan regresi logistik, koefisien
sekaligus kepemilikan asset dan liabilitas regresi variabel pendapatan perkapita
dibutuhkan uang yang besar, sehingga bagi (X2) adalah sebesar 3.305 dengan tingkat
responden yang memiliki penghasilan kecil signifikansi (nilai P value Uji wald (sig)
akan sulit memiliki tempat tinggal sekaligus sebesar 0,000 < = 0,05). Artinya pendapatan
asset dan liabilitas dengan kemampuan perkapita memiliki hubungan positif dan
ekonomi yang dimiliki. Akan lebih realistis signifikan terhadap peluang keluarga miskin
finansial yang dimiliki dialokasikan bagi memiliki ketahanan ekonomi yang kuat.
keluarga miskin untuk menyewa rumah dan
untuk kebutuhan sehari-sehari. Odd ratio berdasarkan nilai koefisien
Exp(B) pada tabel 3 untuk pendapatan
Dalam hal ini aset yang dimiliki perkapita adalah sebesar 27,257. Karena
keluarga miskin pada penelitian ini berupa koefisien B bertanda positif, maka dapat
barang elektronik. Keluarga miskin pada di tafsirkan peluang keluarga miskin yang
penelitian ini juga memiliki aset berupa memiliki pendapatan perkapita memiliki

122 SOSIO KONSEPSIA Vol. 9, No. 02, Januari – April, Tahun 2020
ketahanan ekonomi kuat sebesar 27,257 pembiayaan pendidikan anak memiliki
kali dibanding keluarga miskin yang tidak hubungan positif dan tidak signifikan
memiliki pendapatan perkapita. Pengaruh terhadap peluang keluarga miskin memiliki
variable tersebut cukup signifikan dapat ketahanan ekonomi yang kuat.
menjelaskan pengaruhnya terhadap
Odd ratio berdasarkan nilai koefisien
ketahanan ekonomi keluarga miskin. Hal
Exp(B) pada tabel 3 untuk pembiayaan
ini dikarenakan pendapatan merupakan hal
pendidikan anak adalah sebesar 1,015.
utama yang dibutuhkan untuk mencukupi
Karena koefisien B bertanda positif, maka
kebutuhan sehari-hari. Tanpa adanya
dapat di tafsirkan peluang keluarga miskin
pendapatan yang cukup, maka keluarga
yang memiliki pembiayaan pendidikan
miskin memiliki kecenderungan ketahanan
memiliki ketahanan ekonomi kuat sebesar
Berdasarkan data pada penelitian ini 1,015 kali dibanding keluarga miskin yang
diketahui bahwa jumlah keluarga miskin tidak memiliki pembiayaan pendidikan
yang pendapatan perkapita dalam jangka anak. Namun pengaruh variable tersebut
waktu satu bulan dengan nominal sebanyak tidak cukup signifikan dapat menjelaskan
0-1 juta rupiah berjumlah 18 keluarga, pengaruhnya terhadap ketahanan ekonomi
nominal sebanyak 1,1-2 juta rupiah keluarga miskin. Hal ini dikarenakan
berjumlah 25 keluarga, nominal 2,1-3 juta berdasarkan hasil data penelitian diketahui
rupiah berjumlah 22 keluarga, dan nominal 97% dari total 100% memiliki jaminan
lebih dari 3 juta rupiah berjumlah 35 pendidikan dari pemerintah untuk anak
keluarga. Hal ini sesuai dengan penelitian maka responden memiliki kemampuan
terdahulu yang dilakukan oleh Fadilah pembiayaan pendidikan anak yang lainnya
bahwa pendapatan perkapita keluarga akan selain untuk iuran bulanan sekolah yang
mempengaruhi tingkat kemiskinan serta telah dijaminkan gratis dari pemerintah.
ketahanan ekonomi keluarga (Fadillah Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa
& Dewi, 2016). Fadilah mengatakan sebanyak 57,7% dengan total presentase
jika pendapatan perkapita keluarga 104 keluarga memanfaatkan fasilitas dari
meningkat, maka jumlah penduduk miskin pemerintah berupa pembiayaan pendidikan
akan menurun (Fadillah & Dewi, 2016). anak yang gratis dalam wajib belajar 12
Penurunan jumlah penduduk miskin tahun sebagai bentuk efisiensi pendapatan
menjadi suatu tanda bahwa peningkatan keluarga (Aini, Ifa, & Sukamti, 2018). Hal
pendapatan perkapita keluarga menjadikan ini dilakukan karena adanya keterbatasan
ketahanan ekonomi keluarga menjadi kuat. jumlah pendapatan perkapita perbulan
yang dimiliki keluarga. Keterbatasan
3. Analisis Pengaruh Pembiayaan kemampuan pendapatan perkapita keluarga
Pendidikan Anak Terhadap Peluang mempengaruhi keluarga untuk merasa cukup
Keluarga Miskin Memiliki Ketahanan
terhadap fasilitas pembiayaan pendidikan
Ekonomi Kuat
anak yang gratis. Oleh karena itu, pembiayaan
Persamaan regresi logistik, koefisien pendidikan anak memiliki hubungan yang
regresi variabel pembiayaan pendidikan positif namun tidak signifikan terhadap
anak (X4) adalah sebesar 0.015 dengan peluang ketahanan ekonomi keluarga.
tingkat signifikansi (nilai P value Uji wald
(sig) sebesar 0,968 > = 0,05). Artinya

Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin Penerima Dana Bantuan Sosial di Kelurahan
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Lutfi Amalia dan Palupi Lindiasari Samputra
123
4. Analisis Pengaruh Jaminan Keluarga tidak mendapatkan jaminan kesehatan dari
Terhadap Peluang Keluarga Miskin pemerintah maka jaminan keluarga yang
Memiliki Ketahanan Ekonomi Kuat mereka miliki menjadi jauh lebih baik dan
Persamaan regresi logistik, koefisien lebih banyak. Hal ini akan memperkuat
regresi variabel jaminan keluarga (X5) adalah ketahanan ekonomi keluarga miskin yang
sebesar -0,867 dengan tingkat signifikansi bersumber dari kemampuan ekonominya
(nilai P value Uji wald (sig) sebesar 0,042 < sendiri. Setiyono juga mengatakan bahwa
= 0,05). Artinya pembiayaan pendidikan anak di Indonesia biaya pelayanan kesehatan
memiliki hubungan negatif dan signifikan semakin mahal dan kemampuan pemerintah
terhadap peluang keluarga miskin memiliki dalam menjamin pembiayaan pelayanan
ketahanan ekonomi yang kuat. kesehatan bagi masyarakat juga sangat
terbatas (Setiyono, 2018). Sehingga perlu
Odd ratio berdasarkan nilai koefisien
adanya evaluasi dan perbaikan dari sistem
Exp(B) pada tabel 3 untuk pembiayaan
pemerintah dalam memberikan jaminan
pendidikan anak adalah sebesar 0,420.
kesehatan serta perlindungan sosial yang
Karena koefisien B bertanda positif, maka
cukup bagi keluarga. Pemberian motivasi
dapat di tafsirkan peluang keluarga miskin
terhadap keluarga juga diperlukan agar
yang memiliki pembiayaan pendidikan
kelaurga bisa terus berusaha kerja keras
memiliki ketahanan ekonomi kuat sebesar
untuk menaikkan standar kualitas hidup
0,420 kali dibanding keluarga miskin yang
melalui edukasi kebijakan tentang minimal
tidak memiliki pembiayaan pendidikan anak.
standar hidup di Indonesia dan pelatihan
Pengaruh variable tersebut cukup signifikan
ketrampilan kerja.
dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap
ketahanan ekonomi keluarga miskin. Hal Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga
ini dikarenakan responden yang memiliki Miskin
jaminan keluarga sedikit dan mendapatkan
Strategi merupakan perencanaan untuk
jaminan keluarga berupa jaminan kesehatan
mencapai tujuan tertentu. Kementerian
dari pemerintah dengan kelas paling rendah
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
memiliki ketergantungan hanya kepada
Anak mengatakan bahwa ketahanan ekonomi
pemerintah saja. Hal ini diperkuat dengan
keluarga merupakan cara untuk mengatasi
hasil penelitian bahwa sebanyak 100%
permasalahan ekonomi berdasarkan sumber
responden mendapatkan bpjs kesehatan dari
daya yang dimiliki keluarga agar dapat
pemerintah. Sedangkan responden yang
hidup mandiri (Kementerian Pemberdayaan
mendapatkan bantuan biaya pendidikan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
gratis pada program Kartu Jakarta Pintar
Indonesia, 2016). Selain itu ketahanan ekonomi
(KJP) sebanyak 97% dan sisanya sebesar
keluarga juga merupakan kemampuan keluarga
3% tidak mendapatkan KJP. Sehingga
dalam menyeimbangkan antara pendapatan dan
sewaktu-waktu pemerintah mengurangi atau
pengeluaran yang terkait dengan pembelian
membatasi akses jaminan tersebut, maka
barang dan jasa serta kebutuhan uang yang
akan berdampak buruk terhadap ketahanan
diperlukan dalam keluarga (Doriza, 2015).
ekonomi keluarga miskin. Jika mereka
memiliki pendapatan yang tinggi dan bisa Dengan demikian, strategi ketahanan
memiliki jaminan keluarga yang tinggi serta ekonomi keluarga meliputi cara untuk mengatasi

124 SOSIO KONSEPSIA Vol. 9, No. 02, Januari – April, Tahun 2020
masalah ekonomi berdasarkan sumber daya periodik. Sehingga uang yang telah dikumpulkan
yang dimiliki dan menyeimbangkan pendapatan dalam satu kelompok bisa diakumulasikan dan
serta pengeluaran yang terkait dengan pembelian dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
barang maupun jasa agar dapat hidup mandiri. tertentu jika seseorang sudah mendapat jadwal/
giliran untuk mendapatkan uang yang telah
Strategi pertama yang dapat dilakukan
dikumpulkan secara periodik.
untuk meningkatkan ketahanan ekonomi
keluarga miskin adalah menabung secara Strategi kedua yang dapat dilakukan
periodik. Berdasarkan hasil data yang diperoleh oleh keluarga miskin untuk meningkatkan
pada penelitian ini diketahui bahwa hanya 15 ketahanan ekonomi keluarga adalah dengan
responden dari total 100 responden atau hanya cara memiliki pola penghasilan ganda yaitu
sebanyak 15% dari total 100 responden yang suami-istri masing-masing memiliki pekerjaan
memiliki tabungan. Menabung adalah hal yang (dual-earner) maupun suami atau istri
sangat penting untuk meningkatkan ketahanan memiliki dua pekerjaan sehingga memiliki
ekonomi keluarga. Karena menabung dengan dua sumber penghasilan pada waktu yang
cara menyisihkan uang dari penghasilan secara bersamaan (memiliki pekerjaan sampingan
periodik, jumlahnya dapat diakumulasikan. selain pekerjaan utama). Sumber penghasilan
Sehingga tabungan yang dimiliki dapat ganda yang didapatkan dari suami-istri yang
meringankan beban seseorang jika sewaktu- masing-masing bekerja maupun dari suami
waktu membutuhkan uang tambahan untuk atau istri yang memiliki dua pekerjaan dalam
keperluan tertentu. waktu bersamaan jika diakumulasi memiliki
jumlah penghasilan yang lebih besar. Sehingga
Selain itu menabung tidak harus berupa
mampu meningkatkan ketahanan ekonomi
uang yang di simpan, namun juga bisa
keluarga. Berdasarkan data yang diperoleh
berupa aset berupa barang-barang elektronik
pada penelitian ini, jumlah responden yang
mapun non elektronik. Aset berupa barang-
memiliki pekerjaan sampingan adalah sebanyak
barang elektronik bisa berupa TV, Mesin
43 responden dari total 100 responden atau
Cuci, Handphone, DVD, dsb. Sedangkan aset
sebesar 43% responden. Sisanya sebanyak 57
barang-barang non elektronik seperti perhiasan,
responden atau sebesar 57% responden dari
kendaraan bermotor, rumah dsb. Menabung
total 100 responden tidak memiliki pekerjaan
berupa aset berupa barang non elektronik
sampingan. Sehingga penyuluhan atau
tentunya memiliki nilai jual lebih tinggi jika
edukasi strategi ketahanan ekonomi keluarga
dibandingkan dengan nilai jual aset berupa
dengan cara menyarankan memiliki pekerjaan
barang elektronik. Sehingga menabung dengan
sampingan sangat dan menyarankan suami-istri
membeli aset barang non elektronik seperti
memiliki pekerjaan penting untuk dilakukan.
perhiasan, kendaraan bermotor, rumah dsb lebih
disarankan agar nilai jual yang lebih tinggi. Masalah dan kesulitan yang akan timbul pada
istri tidak bekerja karena memiliki anak usia
Menabung dengan cara lainnya juga bisa
sekolah dapat diatasi dengan cara memanfaatkan
dilakukan dengan cara mengikuti arisan
potensi atau keahlian yang dimiliki oleh yang
yang dilakukan secara periodik dalam suatu
bersangkutan yang bisa terjangkau baik fisik
kelompok tertentu. Mengumpulkan uang pada
maupun modal. Misalnya adalah seorang istri
periode tertentu dalam satu kelompok juga
memiliki potensi atau keahlian memasak dalam
bisa membantu untuk menyisihkan uang secara
keluarga, maka seorang istri bisa memulai

Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin Penerima Dana Bantuan Sosial di Kelurahan
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Lutfi Amalia dan Palupi Lindiasari Samputra
125
berjualan lauk-pauk matang, atau berjualan penelitian ini diketahui sebanyak 68 dari total
snack yang dimasak sendiri serta dijual dirumah 100 responden memiliki pasangan (suami/
agar mendapat keuntungan dari hasil penjualan istri) yang juga sama-sama memiliki pekerjaan.
sembari mengawasi, mendidik dan mengasuh Sehingga dalam keluarga memiliki 2 jenis
anak dirumah. Sehingga keuntungan yang pekerjaan. Selain itu sebanyak 43 dari total
didapatkan bisa digunakan untuk menambah 100 responden memiliki pekerjaan sampingan.
penghasilan untuk pembiayaan kebutuhan Sehingga sebanyak 43 responden dari total
sehari-hari. Namun, jika seorang suami/ 100 responden memiliki tiga jenis pekerjaan
istri pada akhirnya masih memiliki kesulitan dalam keluarga. 43 responden yang memiliki
keuangan untuk mendapatkan modal usaha. pekerjaan sampingan juga memiliki pasangan
Hal tersebut tentunya dapat dikonsultasikan (suami/istri) yang juga memiliki pekerjaan.
kepada kerabat dekat maupun instansi
Strategi keempat yang dapat dilakukan
pemerintah yang menyediakan dana pinjaman
oleh keluarga miskin untuk meningkatkan
untuk modal memulai usaha. Bagi suami/istri
ketahanan ekonomi keluarga adalah dengan
yang memiliki potensi dapat membuktikan
cara mengoptimalkan apa yang dimiliki dan
potensi yang ia miliki agar kerabat maupun
mereduksi kualitas kebutuhan hidup. Hal ini
instansi pemerintah mau dan percaya untuk
dilakukan dengan cara memininalisasi variasi
memberikan modal. Selanjutnya, jaminan
makanan serta meminimalisasi dan menahan diri
peminjaman dan pengembalian modal bisa
untuk tidak membeli barang maupun hal yang
ditetapkan sesuai prosedur yang berlaku
tidak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
maupun berupa pembagian hasil keuntungan
sehari-hari. Misalnya tidak membeli pakaian
yang dibagi berdasarkan kesepakatan yang
sampai saat-saat penting atau saat dibutuhkan,
telah dimusyawarahkan.
tidak membeli rokok, tidak membeli atau
Strategi ketiga yang dapat dilakukan mencicil aset dsb yang tidak terlalu dibutuhkan
oleh keluarga miskin untuk meningkatkan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
ketahanan ekonomi keluarga adalah dengan Berdasarkan hasil data yang diperoleh bahwa
cara mencari kesempatan untuk memperoleh seluruh responden mendapatkan bantuan
pekerjaan lainnya sebanyak-banyaknya melalui sosial dari pemerintah namun memiliki jumlah
pekerjaan musiman. Meskipun semakin banyaknya bantuan yang berbeda-beda yaitu
beragam pekerjaan marjinal dari seseorang sebanyak 1 responden mendapatkan 1 jenis
maka akan menunjukkan status semakin miskin bantuan, sebanyak 15 responden mendapatkan
pula kehidupan keluarganya. Namun hal 2 jenis bantuan, sebanyak 56 responden
tersebut akan membantu meningkatkan jumlah mendapatkan 3 jenis bantuan, sebanyak 17
akumulasi penghasilan yang dimiliki dalam responden mendapatkan 4 jenis bantuan dan
keluarga. Karena dengan memiliki pekerjaan sisanya sebanyak 11 responden mendapatkan 5
yang beragam dalam satu waktu memiliki sifat jenis bantuan sosial dari pemerintah. Bagi 84
saling menambahkan dan menggenapi bukan responden yang mendapatkan bantuan lebih
menggantikan (Cholilawati & Hasanah, 2015). dari 3 jenis bantuan seharusnya bisa mencukupi
Sehingga keluarga dapat hidup mandiri untuk kebutuhan hidupnya dan memiliki ketahanan
mencukupi kebutuhan hidupnya dan dapat dalam keluarga. Namun berdasarkan hasil
meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga. data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu
Berdasarkan hasil data yang diperoleh pada sebanyak 12 responden memiliki persepsi

126 SOSIO KONSEPSIA Vol. 9, No. 02, Januari – April, Tahun 2020
bahwa pendapatannya yang bersumber dari institusi sosial (Maspaitella & Rahakbauwi,
penghasilan pekerjaan dan bantuan sosial dari 2014). Pembangunan Kesejahteraan Sosial
pemerintah tidak cukup, sebanyak 60 responden (PKS) bertujuan untuk meningkatkan kualitas
memiliki persepsi belum cukup, sebanyak 13 hidup manusia secara menyeluruh. Ciri utama
responden memiliki persepsi kurang cukup dari Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS)
dan sebanyak 35 responden memiliki persepsi adalah komprehensif atau terpadu dalam
bahwa pendapatannya yang bersumber dari arti setiap pelayanan sosial yang diberikan
penghasilan pekerjaan dan bantuan sosial dari untuk menempatkan penerima pelayanan
pemerintah telah cukup. Selain itu sebanyak 33 (beneficiaries) sebagai manusia, baik dalam
responden dari total 100 responden memiliki arti individu maupun kolektivitas yang
hutang untuk mencicil pembelian aset berupa tidak terlepas dari sistem lingkungan sosial
barang elektronik. Sehingga dapat disimpulkan kulturalnya (Suharto, 2005).
bahwa responden pada penelitian ini belum
Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS)
memiliki kesadaran untuk meminimalisasi
pada hakikatnya memiliki 4 fungsi, yaitu sebagai
atau mereduksi keinginan membeli barang-
pencegahan, rehabilitasi, pengembangan dan
barang lainnya yang kurang dibutuhkan untuk
penunjang (Hanifah & Unayah, 2011). Fungsi
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena
Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS)
itu, penyuluhan dan kampanye tentang strategi
sebagai (1) pencegahan mencakup kegiatan
ketahanan ekonomi keluarga sangat penting
mencegah timbul, meluas, serta kambuhnya
untuk disosialisasikan kepada keluarga miskin
permasalahan kesejahteraan sosial dalam
agar mereka terus mengingat dan berusaha
kehidupan perorangan, keluarga, kelompok
meningkatkan kualitas hidup serta ketahanan
dan komunitas masyarakat. Sedangkan fungsi
ekonomi keluarga. Menurut penelitan terdahulu
yang ke (2) Rehabilitasi merupakan proses
yang dilakukan oleh (Trisnawati & Jatiningsih,
refungsionalisasi dan pemantapan taraf
2017) penyuluhan dan kampanye rutin tentang
kesejahteraan sosial untuk memungkinkan
strategi ketahanan ekonomi diperlukan oleh
para penyandang masalah kesejahteraan
keluarga miskin khususnya bagi ibu rumah
sosial mampu melaksanakan kembali
tangga yang setiap hari memiliki banyak waktu
fungsi sosialnya dalam tata kehidupan dan
luang akan menumbuhkan kesadaran kritis yang
penghidupan bermasyarakat dan bernegara.
akan menguatkan diri untuk keluar dari segala
Fungsi yang ke (3) Pengembangan, merupakan
permasalahan yang ada untuk mewujudkan
upaya pemeliharaan dan peningkatan taraf
kesejahteraan dan ketahanan ekonomi dalam
kesejahteraan sosial para penyandang masalah
keluarga.
kesejahteraan sosial melalui penggalian dan
Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga pendayagunan potensi dirinya; dan fungsi yang
Sebagai Upaya Pembangunan ke (4) Penunjang, merupakan fungsi pendorong
Kesejahteraan Sosial (PKS) dan pendukung yang turut menentukan
Pembangunan Kesejahteraan Sosial keberhasilan pembangunan nasional.
(PKS) merupakan usaha yang terencana dan Keempat fungsi Pembangunan Kesejahteraan
melembaga meliputi berbagai bentuk intervensi Sosial (PKS) dimaksud mencakup upaya
sosial dalam pelayanan sosial guna memenuhi pemberdayaan dan perlindungan sosial
kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi melalui peningkatan kemampuan, kesadaran
masalah sosial, serta memperkuat institusi- dan tanggung jawab sosial untuk berperan

Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin Penerima Dana Bantuan Sosial di Kelurahan
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Lutfi Amalia dan Palupi Lindiasari Samputra
127
aktif dalam tata penghidupan dan kehidupan anak tidak memiliki pengaruh signifikan
bermasyarakat dan bernegara yang lebih terhadap ketahanan ekonomi keluarga
sejahtera. miskin. Pendapatan perkapita makin tinggi
meningkatkan peluang keluarga miskin
Dengan demikian strategi ketahanan memiliki ketahanan ekonomi kuat sebesar
ekonomi keluarga keluarga yang dilakukan 27,257 kali dibanding keluarga miskin yang
untuk mengatasi permasalahan ekonomi dalam berpendapatan perkapita rendah. Namun,
keluarga seperti menabung secara periodik; ketergantungan terhadap jaminan keluarga
memiliki pola penghasilan ganda karena suami- yang bersumber sebagian besar dari bantuan
istri masing-masing memiliki pekerjaan (dual- pemerintah berdampak pada melemahnya
earner); memiliki pekerjaan musiman untuk ketahanan ekonomi keluarga miskin sebesar
menambah penghasilan; dan mengoptimalkan 0,420 kali dibanding keluarga miskin yang
apa yang dimiliki serta mereduksi kualitas tidak bergantung pada jaminan keluarga
yang bersumber dari pemerintah.
kebutuhan hidup dapat menjadi upaya
Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS) 3. Ketahanan ekonomi keluarga miskin dapat
karena mewakili pelaksanaan keempat fungsi ditingkatkan dengan strategi menabung
untuk mencegah kambuhnya permasalahan secara periodik; memiliki pola penghasilan
ganda suami-istri masing-masing memiliki
kesejahteraan sosial, untuk merehabilitasi atau
pekerjaan (dual-earner); memiliki
melaksanakan kembali fungsi sosial keluarga,
pekerjaan musiman; dan mengoptimalkan
menggali dan mendayaguna potensi diri dalam
apa yang dimiliki dan mereduksi kualitas
keluarga untuk meningkatkan penghasilan kebutuhan hidup. Penyuluhan dan kampanye
dalam keluarga sehingga peningkatan tentang strategi ketahanan ekonomi
kemampuan dan peran aktif keluarga keluarga juga menjadi sangat penting
miskin dalam meningkatkan kesejahteraan untuk disosialisasikan kepada keluarga
sosial keluarganya bisa menjadi penunjang miskin agar mereka terus mengingat dan
keberhasilan Pembangunan Kesejahteraan berusaha meningkatkan kualitas hidup serta
Sosial (PKS). ketahanan ekonomi keluarga.
4. Strategi ketahanan ekonomi keluarga
KESIMPULAN keluarga yang dilakukan untuk mengatasi
1. Pengelolaan ekonomi keluarga miskin permasalahan ekonomi dalam keluarga dapat
kelurahan Tanah Tinggi memiliki menjadi upaya Pembangunan Kesejahteraan
pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Sosial (PKS) karena mewakili pelaksanaan
Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya sumber keempat fungsi untuk mencegah kambuhnya
pendapatan, tidak memiliki tabungan dan permasalahan kesejahteraan sosial,
memiliki banyak hutang karena ia banyak untuk merehabilitasi atau melaksanakan
mencicil pembelian aset berupa barang kembali fungsi sosial keluarga, menggali
elektronik. dan mendayaguna potensi diri dalam
2. Hasil penelitian menunjukkan terdapat keluarga untuk meningkatkan penghasilan
pengaruh pendapatan perkapita dan dalam keluarga sehingga peningkatan
jaminan keluarga terhadap peluang keluarga kemampuan dan peran aktif keluarga
miskin memiliki ketahanan ekonomi yang miskin dalam meningkatkan kesejahteraan
kuat. Sedangkan kepemilikan tempat sosial keluarganya bisa menjadi penunjang
tinggal dengan aset dan liabilities secara keberhasilan Pembangunan Kesejahteraan
bersamaan, dan pembiayaan pendidikan Sosial (PKS).

128 SOSIO KONSEPSIA Vol. 9, No. 02, Januari – April, Tahun 2020
SARAN Jurnal Sosio Informa, 5(1).
Strategi ketahanan ekonomi keluarga bisa
Habibullah. (2019, Januari-April). Inklusi
menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan
Keuangan dan Penurunan Kemiskinan:
Pembangunan Kesejahteraan Sosial sehingga
Studi Penyaluran Bantuan Sosial Non
perlu peran aktif dari pemerintah setempat
Tunai. Jurnal Sosio Informa, 5(1).
untuk medukung dan melakukan kampanye
tentang strategi ketahanan ekonomi keluarga Badan Pusat Statistik. (2018). Jakarta Dalam
kepada keluarga miskin agar mereka memiliki Angka 2018. Badan Pusat Statistik.
kesadaran kritis yang akan menguatkan
diri untuk keluar dari segala permasalahan Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2006).
kesejahteraan sosial. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga. Jakarta: Erlangga.
UCAPAN TERIMA KASIH
Amar, S. (2012). Ekonomi Dalam Perspektif
Penulis ingin mengucapan terimakasih Kelembagaan. Padang: UNP Press.
kepada Kemenristek Dikti yang telah mendanai
penelitian ini. Terima kasih kepada perangkat Usman, W. (2003). Daya Tahan Bangsa. Jakarta:
Kelurahan Tanah Tinggi, Bapak Lurah beserta Program Studi Pengkajian Ketahanan
jajarannya dan seluruh warga Kelurahan Tanah Nasional Universitas Indonesia.
Tinggi yang telah mendukung penelitian ini.
Suradinata, E. (2005). Hukum Dasar Geopolitik
dan Geostrategi dalam Kerangka
DAFTAR PUSTAKA
Keutuhan NKRI. Jakarta: Suara Bebas.
Rejekiningsih, T. W. (2011, Juni). Identifikasi
Faktor Penyebab Kemiskinan di Kota Tjiptono, F. (2006). Manajemen Jasa Edisi
Semarang dari Dimensi Kultural. Jurnal Pertama. Yogyakarta: Andi.
Ekonomi Pembangunan, 12.
Purnomo, S. H. (1996). Manajemen Strategi:
Rangkuti, F. (2013). Teknik Membedah Kasus Sebuah Konsep Pengantar. Jakarta:
Bisnis Analisis SWOT Cara Perhitungan Fakultas Ekonomi Universitas
Bobot, Rating dan OCAI. Jakarta: PT Indonesia.
Gramedia Pustaka Utama.
Briguglio, L. (2006). Conceptualizing and
Samputra, P. L., & Munandar, A. (2019). Measuring Economic Resilience.
Korupsi, Indikator Makro Ekonomi dan Journal of Economics Department
IPM Terhadap Tingkat Kemiskinan di University of Malta.
Indonesia. Jurnal JEKT, 12(1).
Center of Local Economis Strategis. (2016).
Doriza, S. (2015). Ekonomi Keluarga. Jakarta: Developing Local Economic Resilience:
PT Remaja Rosdakarya. The Role of Local Enterprise Partnership
(LEPs). Manchester: CLES.
Cahyawan, W., & Machdum, S. V.
(2019, Januari-April). Pendekatan Bank of International Settlements (BIS). (2016).
Institutionalist Dalam Keuangan Mikro Economic Resilience: A Financial
dan Perannya Terhadap Pengentasan Perspektive. Switzerland: BIS.
Kemiskinan: Permasalahan dan Solusi.

Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin Penerima Dana Bantuan Sosial di Kelurahan
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Lutfi Amalia dan Palupi Lindiasari Samputra
129
Departement of Family and Community Trisnawati, N. A., & Jatiningsih, O. (2017).
Services. (2000). Indicators of Social Strategi Pemberdayaan Kesejahteraan
and Family Funtioning. Canberra: Keluarga (PKK) dalam Pemberdayaan
Australia Government. Perempuan di Kelurahan Sukorame
Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kajian Moral dan Kewarganegaraan ,
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
5(3), 485-500.
Bandung: Alfabeta.
Maspaitella, M. J., & Rahakbauwi, N. (2014).
Bungin, B. (2005). Metodologi Penelitian
Pembangunan Kesejahteraan Sosial:
Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Media Group.
Pendekatan Pekerja Sosial. Aspirasi,
Cholilawati, & Hasanah, U. (2015). Ketahanan 5(2).
Keluarga: Sebuah Tantangan di
Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat
Era Global. Jakarta: Lembaga
Memberdayakan Rakyat: Kajian
Pengembangan Pendidikan.
Strategi Pembangunan Kesejahteraan
Herispon. (2017, Juli-Desember). Utang Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Konsumtih Rumah Tangga dalam
Hanifah, A., & Unayah, N. (2011). Kontribusi
Perspektif Konvensional dan Syariah.
Organisasi Sosial Dalam Pembangunan
Jurnal Kajian Ekonomi Islam, 2(2).
Kesejahteraan Sosial Studi Kasus
Fadillah, N. S., & Dewi, S. (2016). Analisis Organisasi Sosial Di Kota Palembang-
Pengaruh Pendapatan Per Kapita, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian dan
Tingkat Pengangguran, IPM dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial,
Pertumbuhan Penduduk Terhadap 6(1).
Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun
Banovcinova, A., Levicka, J., & Veres, M.
2009-2013. Jurnal Eko-Regional, 11(1).
(2014). The Impact of Poverty on The
Aini, E. N., Ifa, & Sukamti, S. (2018, Agustus). Family System Functioning. Journal of
Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Procedia - Social Behavioral Sciences,
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di 132, 148-153.
Kelurahan Kesatriaan Kota Malang.
Cahyat, A. (2004). Governance Brief:
Technomedia Journal (TMJ), 3(1).
Bagaimana Kemiskinan Diukur?
Setiyono, B. (2018, Oktober). Perlunya Revisi Beberapa Model Perhitungan
Kebijakan Jaminan Kesehatan di Kemiskinan di Indonesia. Bogor: Center
Indonesia. Jurnal Ilmu Politik, 9(2). For International.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Cahyat, A. (2007). Mengkaji Kemiskinan


Perlindungan Anak Republik Indonesia. dan Kesejahteraan Rumah Tangga:
(2016). Pembangunan Ketahanan Sebuah Panduan dengan Contoh dari
Keluarga. Jakarta: CV Lintas Kutai Barat Indonesia. Bogor: CIFOR
Khatulistiwa. Indonesia.

130 SOSIO KONSEPSIA Vol. 9, No. 02, Januari – April, Tahun 2020
Ghazali, I. (2011). Aplikasi Analisis Timur dan Sumatra Utara (Kerjasama
Multivariate dengan Program IBM Kementerian Pemberdayaan Perempuan
SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit dan Perlindungan Anak Republik
Universitas Dipenogoro. Indonesia dan Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Hasanah, U., & Mariastuti, K. (2015).
Institut Pertanian Bogor). Bogor:
Ketahanan Keluarga: Sebuah
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Tantangan di Era Global. Jakarta:
Kepada Masyarakat IPB Bogor.
Lembaga Pengembangan Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta. Prastyo, A. A. (2010). Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
kartika, I. N. (2013, Februari). Strategi
Kemiskinan. Semarang: UNDIPRESS.
Pengentas kemiskinan Terhadap
Penurunan Rumah Tangga Miskin Rose, A. Z. (2009). Economic Resilience to
di Kota Denpasar. Jurnal Ekonomi Disaster. CREATE Research, 75.
Pembangunan Fakultas Ekonomi
Sanderson, T., Carpon, T., & Hertzler, G.
Universitas Udayana, 18(1).
(2017). Defining Measuring and
Kuncoro, M. (2006). Strategi: Bagaimana Valuing Economic Resilience. Journal
Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta: of CSIRO-Data61 Australia.
Erlangga.
Sumarno, S. (2014, Januari-April). Problema
Lo, A. Y., Xu, B., Chan, F., & Su, R. (2016). dan Resolusi Konflik Sosial di
Household Economic Resilience to Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat.
Catastrophic Rainstroms and Flooding Sosio Konsepsia, 3(2).
in a Chinese Megacity. Gaographical
Suryawati. (2005, September). Memahami
Research.
Kemiskinan Secara Multidimensional.
Mceachern, W. A. (2000). Makro Ekonomi Jurnal JMPK , 8(3).
Pendekatan Kontemporer. Jakarta:
Salemba Empat.

Noor, N., & dkk. (2014). Development of


Inficators for Family Well-Being in
Malaysia. Journal of Social Indicators
research.

Oh, S., & Chang, S. J. (2014). Concept Analysis:


Family Resilience. Journal of Nursing,
4, 980-990.

Puspitawati, H., & dkk. (2016). Telaah


Pengintegrasian Perspektif Gender
Dalam Keluarga Untuk Mewujudkan
Kesetaraan dan Keadilan Gender dan
Ketahanan Keluarga di Provinsi Jawa

Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin Penerima Dana Bantuan Sosial di Kelurahan
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Lutfi Amalia dan Palupi Lindiasari Samputra
131

Anda mungkin juga menyukai