Anda di halaman 1dari 3

A.

Biografi Sayyid Qutb


Beliau bernama lengkap Sayyid Qutb Ibrahim Husain Syadzili yang juga seorang
penulis kitab “Naqd Adab Ushulihi Wa Manahijihi” yang lahir tanggal 09 Oktober 1906 di
Desa Mausyah, dekat kota Asyut, Mesir. Sayyid Qutb terlahir dari pasangan Al-Haj Qutb bin
Ibrahim dengan Sayyidah Nafash Qutb. Bapaknya adalah seorang petani serta menjadi
anggota komisaris partai nasional di desanya. Rumahnya tak jarang dijadikan markas bagi
aktivitas politik. Disamping itu juga dijadikan sentra informasi yang selalu didatangi oleh
orang-orang yang ingin mengikuti informasi-informasi nasional dan internasional dengan
diskusi-diskusi para aktivis partai yang seringkali berkumpul di sana. (Hidayat, 2005: 16). 1
Beliau mempunyai satu saudara laki-laki yang lebih tua bernama Muhammad
serta dua orang adik perempuannya bernama Hamidah dan Aminah. Sayyid Qutb populer
sebagai seseorang yang kritikus sastra, novelis, pujangga, cendekiawan Islam dan aktivis
Islam Mesir paling populer di abad ke-20. Sayyid Qutb populer menjadi anak yang cerdas,
beliau mampu menghafal Al-Qur’an di usia 10 tahun. istilah Qutb yang digunakan pada
akhir namanya dan ayahnya merupakan nisbah famili yang berasal dari Semenanjung Arab
(Sagiv, 1997: 20).2
Sayyid Qutb bersekolah di daerahnya selama empat tahun, dan ia menghafal al-
Qur‟an ketika berusia sepuluh tahun. Pengetahuannya yang mendalam tampaknya
mempunyai pengaruh menetap pada hidupnya. Sehingga seiring perkembangan, orang
tuanya yang menyadari bakatnya berpindah ke Halwan, daerah pinggiran Cairo, dan Qutb
memperoleh kesempatan masuk ke Tajhiyah Daar Al-Ulum (nama lain dari Universitas
Cairo). Kemudian pada tahun 1929, ia kuliah di Daar Al-Ulum. Beliau memperoleh gelar
Sarjana Muda Pendidikan pada tahun 1933 (Muhajirin, 2017:103).3
Sayyid Qutb sesudah lulus dari Universitas Darul Ulum, beliau bekerja di
Departemen Pendidikan dengan tugas menjadi guru di sekolah-sekolah milik Departemen
Pendidikan selama 6 tahun. Selesainya menjadi tenaga guru, Sayyid Qutb kemudian

1
Hidayat, Nuim. (2005). Sayyid Qutb Biografi dan Kejernihan Pemikirannya. Jakarta: Gema Insani.

2
Sagiv, David. (1997). Islam Otentitas Liberalisme, alih bahasa: Yudian W. Asmin, Yogyakarta: LKIS.

3
Muhajirin. (2017). Sayyid Qutb Ibrahim Husain Asy-Syadzili (Biografi, Karya, dan Konsep Pemaparan Kisah dalam
Al-Quran). Student e-Journal Universitas Serang Raya, Banten, Vol. 18 No. 1 (Januari-Juni) 2017.
berpindah kerja menjadi pegawai kantor Departemen Pendidikan. Setelah itu beliau
dipindahkan lagi ke lembaga pengawasan Pendidikan Umum yang berlangsung selama
delapan tahun hingga akhirnya beliau di putuskan untuk pindah ke Amerika (Al- Khalidi,
2001: 24).4
Sewaktu bekerja sebagai pengawas sekolah pada Departemen Pendidikan, Sayid
Qutb mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat untuk memperdalam pengetahuannya di
bidang pendidikan. Beliau tinggal 2 tahun di Amerika Serikat. Beliau membagi waktu
studinya antara Wilson‟s Teacher‟s College di Washington, dengan Greeley College di
Colorado, dan Stanford University di California. Kemudian Beliau engunjungi banyak kota-
kota besar di Amerika serta sempat pula berkunjung ke Inggris, Swiss dan Italia. Hasil studi
dan pengalamannya itu meluaskan wawasan pemikirannya mengenai problema-problema
sosial kemasyarakatan yang ditimbulkan oleh paham matrealisme yang gersang akan
paham ketuhanan. Di sana itu disaksikannya dukungan luas dan tak terhitung pers
Amerika untuk Israel. Ini sama dengan apa yang dirasakannya sebagai kejahatan terhadap
bangsa-bangsa Arab, yang menimbulkan kepahitan pada Sayyid Qutb dan tidak dapat
disembunyikannya untuk selamannya (Muhajirin, 2017:103-104).5 Sekembalinya dari
Amerika, beliau lebih memfokuskan pikiran beliau untuk dakwah serta pergerakan sastra
dan untuk studi dan mengarang (al-Khalidi, 2001: 28-29).6
Beliau banyak sekali membuat karya sastra salah satunya ialah Tafsir Al-Qur’an.
Disamping itu beliau juga menulis dan menghasilkan kurang lebih 24 kitab dan salah
satunya ialah “Naqd Adab Ushulihi Wa Manahijihi”. Beliau juga banyak sekali menulis
artikel untuk majalah, terutama Ar-Risalah yang membahas soal-soal yang diperdebatkan
oleh kalangan cendekiawan Mesir pada waktu itu. Jenis karyanya ialah berupa sastra,
termasuk puisi, kisah dan karangan, serta kritik sastra. di akhir 1940-an, ditulisnya dua
buah kitab perihal topik-topik Al-Qur’an, dengan menyatakan pada kata pengantarnya:
“Saya sudah menemukan Al-Qur’an” (Esposito, 1990: 69).7
4
Al-Khalidi, Shalah Abdul Fatah. (2001). Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.

5
Muhajirin. (2017). Sayyid Qutb Ibrahim Husain Asy-Syadzili (Biografi, Karya, dan Konsep Pemaparan Kisah dalam
Al-Quran). Student e-Journal Universitas Serang Raya, Banten, Vol. 18 No. 1 (Januari-Juni) 2017.

6
Al-Khalidi, Shalah Abdul Fatah. (2001). Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.

7
Esposito, John L. (1990). Islam dan Politik. Jakarta: Bulan Bintang.
Sayyid Qutb menghembuskan nafas terakhirnya tanggal 29 Agustus 1966 beserta
dua orang temannya yang juga menghembuskan nafas terakhir nya di tiang gantung. Beliau
menjalankan hukuman mati dengan tuduhan yang tidak dilakukannya, dan waktu itu
pemerintah Mesir tidak menghiraukan protes yang berasal dari Organisasi Amnesti
Internasional, yang memandang proses peradilan militer terhadap Sayyid Qutb sama sekali
bertentangan dengan rasa keadilan (Ensiklopedia Islam, 1999: 145-146).
Adapun beberapa metode dalam kritik sastra yang dilakukan Sayyid Qutb, di
antaranya yakni; (1) pendekatan Psikologi atau Manahij Nafsi dan (2) Metode Komparatif
atau Manhaj Mutakamil.

Anda mungkin juga menyukai