Anda di halaman 1dari 4

ONTOLOGI KEILMUAN SOSIAL

Oleh Herman R

Konsep Dasar
Ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ontos" yang berarti
"ada" dan "logos" yang berarti "studium" atau "pengetahuan".
Ontologi dapat diartikan sebagai studi tentang apa yang ada atau
eksis dalam dunia sosial.

Ontologi adalah disiplin yang berfokus pada studi tentang apa yang
ada, bagaimana hal itu ada, dan hubungan antara entitas dan
konsep dalam dunia sosial. Ontologi keilmuan sosial adalah cabang
filsafat yang mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan mendasar
tentang hakikat dan eksistensi dunia sosial. Ontologi keilmuan
sosial mencari pemahaman tentang entitas dan realitas dalam
dunia sosial. Beberapa hal yang ingin dicari antara lain:
• apa yang ada dalam dunia sosial?;
• bagaimana entitas sosial berinteraksi satu sama lain?; dan
• apakah entitas sosial memiliki eksistensi yang independen
atau hanya konstruksi sosial?

Konstruksi Sosial vs. Realitas Independen


Salah satu perdebatan sentral dalam ontologi keilmuan sosial
adalah apakah realitas sosial merupakan konstruksi manusia atau
memiliki eksistensi independent? Ada dua perspektif utama dalam
perdebatan ini.
a) Konstruksionisme sosial
Perspektif ini berpendapat bahwa realitas sosial adalah
konstruksi manusia. Artinya, entitas dan konsep dalam dunia
sosial seperti norma, nilai, dan institusi hanya ada karena
manusia menciptakannya. Realitas sosial adalah produk
interaksi manusia dan tidak ada eksistensi independen.
b) Realisme sosial
Perspektif ini berpendapat bahwa ada aspek-aspek dari
realitas sosial yang memiliki eksistensi independen, yang
berarti mereka ada di luar konstruksi manusia. Misalnya,
struktur sosial atau hukum alamiah yang dapat
mempengaruhi perilaku manusia secara objektif.

Kategori Ontologi
Dalam ontologi keilmuan sosial, terdapat beberapa kategori atau
konsep yang menjadi fokus penelitian.
a) Individu: bagaimana individu-individu dalam masyarakat
berinteraksi dan membentuk realitas sosial.
b) Kelompok dan Masyarakat: bagaimana kelompok dan
masyarakat membentuk struktur sosial.
c) Norma dan nilai: bagaimana norma dan nilai-nilai sosial
memengaruhi perilaku dan interaksi manusia.
d) Institusi: bagaimana institusi-institusi seperti pemerintahan,
agama, dan ekonomi berkontribusi pada realitas sosial.

Metode Penelitian Ontologi Keilmuan Sosial


Metode penelitian dalam ontologi keilmuan sosial beragam,
tergantung pada perspektif dan pendekatan yang digunakan oleh
peneliti. Beberapa metode yang umum digunakan meliputi analisis
teks, wawancara, observasi, dan analisis kualitatif data.

Pemahaman ontologi keilmuan sosial memiliki implikasi yang


signifikan dalam pengembangan teori-teori sosial dan penelitian
ilmiah. Hal ini mempengaruhi cara peneliti memandang realitas
sosial dan cara mereka mendekati penelitian dalam berbagai
disiplin ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, dan
psikologi sosial.

Secara ringkas, ontologi keilmuan sosial adalah studi tentang apa


yang ada dalam dunia sosial dan bagaimana entitas dan konsep
sosial berinteraksi dan berkembang. Perdebatan utama dalam
ontologi keilmuan sosial adalah apakah realitas sosial adalah
konstruksi manusia atau memiliki eksistensi independen.
Pemahaman ontologi ini penting dalam pengembangan teori sosial
dan penelitian ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu sosial.

Ontologi dalam ilmu sosial adalah cabang filsafat yang berfokus


pada penelitian tentang sifat eksistensi dan kategori-kategori yang
ada dalam dunia ilmu sosial. Berikut ini adalah prinsip dasar dan
batasan ontologi keilmuan sosial beserta referensinya:

Prinsip Dasar
Prinsip dasar ontologi keilmuan sosial terkait dengan sejumlah
aliran dan pemikiran yang berkembang dalam dinamika kehidupan
sosial. Dapat dirincikan sebagai berikut.

Realisme
Prinsip ini menyatakan bahwa entitas dan fenomena dalam ilmu
sosial memiliki eksistensi independen yang dapat diamati dan
dipahami secara obyektif. Realisme berargumen bahwa dunia sosial
memiliki kenyataan yang objektif yang bisa diidentifikasi dan
dianalisis.

Konstruktivisme
Prinsip ini berpendapat bahwa realitas sosial adalah konstruksi
manusia yang muncul melalui interaksi sosial dan proses budaya.
Konstruktivisme menekankan peran konsep, ideologi, dan
pemahaman kolektif dalam membentuk realitas sosial.

Batasan Ontologi Keilmuan Sosial


Keterbatasan Subyektivitas
Dalam ilmu sosial, sulit untuk sepenuhnya menghindari
subyektivitas dan bias penelitian. Faktor-faktor seperti pandangan
pribadi, pengalaman, dan nilai-nilai peneliti dapat mempengaruhi
hasil penelitian.

Kompleksitas dan Ketidakpastian


Dunia sosial seringkali lebih kompleks daripada dunia fisik,
sehingga memahami dan mengukur fenomena sosial bisa menjadi
tugas yang penuh ketidakpastian.

Perubahan Sosial
Ontologi keilmuan sosial juga harus mempertimbangkan
perubahan sosial yang terus-menerus terjadi. Realitas sosial tidak
statis, dan ontologi harus mampu menggambarkan perubahan ini.

Konteks Budaya dan Historis


Prinsip ontologi dalam ilmu sosial sering kali bergantung pada
konteks budaya dan historis yang berbeda-beda. Realitas sosial
dapat bervariasi secara signifikan dari satu masyarakat atau
periode waktu ke masyarakat atau periode waktu lainnya.

REFERENSI:
Bhaskar, R. (1998). The Possibility of Naturalism: A Philosophical
Critique of the Contemporary Human Sciences. Routledge.
Guba, E. G., & Lincoln, Y. S. (1994). Competing paradigms in
qualitative research. Handbook of Qualitative Research, 105,
117.
Archer, M. S. (1995). Realist social theory: The morphogenetic
approach. Cambridge University Press.
Sayer, A. (1992). Method in social science: A realist approach.
Psychology Press.

Anda mungkin juga menyukai