Anda di halaman 1dari 3

Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian system


"Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan,
yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sebagian besar sistem terdiri dari subsistem
yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar", menurut Mulyadi (2016:5) dan
Romney dan Steinbart (2015:3).
2.2 Pengertian prosedur
Sujana (2010:457) mengatakan bahwa prosedur adalah bagian sistem yang merupakan
rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang
ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulang
kali dan dilakukan secara seragam, Azhar Susanto (2013:264) mengatakan bahwa prosedur
adalah serangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara
yang sama.
2.3 Pengertian Koperasi
Menurut Rudianto (2010:1), "Koperasi bisa dipahami sebagai perkumpulan orang yang
secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi
mereka melalui pembentukan sebuah badan usaha yang dikelola secara demokratis." UU
Nomor 17 Tahun 2012, Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa "koperasi adalah badan hukum
yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan
kekayaan para anggotanya.
Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992, koperasi didefinisikan sebagai kegiatan
usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
operasinya pada prinsip koperasi dan sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berbasis
kekeluargaan. Secara umum, koperasi didefinisikan sebagai kegiatan usaha yang melibatkan
suatu golongan dalam perkumpulan dengan beranggotakan sekelompok orang atau badan
hukum, dan memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar dari koperasi.
Karena koperasi adalah saka guri dari seluruh perekonomian, koperasi menjadi suatu wadah
yang membantu masyarakat, terutama dalam membantu kesejahteraan masyarakat.
2.4 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi Simpan Pinjam adalah jenis koperasi dengan satu tujuan: menyimpan uang anggota
dan memberikan pinjaman. Baik peminjam maupun anggota yang menabung akan menerima
jasa. Koperasi simpan pinjam hanya menangani simpan pinjam, yang membedakannya
dengan koperasi lainnya.Peraturan Pemerintah Indonesia Tahun 1995 tentang Pelaksanaan
kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi mengatur kontrak simpan pinjam.Fungsi
Koperasi
2.5 Jenis-jenis Simpanan
Jenis Simpanan Koperasi: Menurut Djoko Muljono (2012:2), selain simpanan pokok dan
simpanan wajib, simpanan koperasi terdiri dari: 1. Simpanan Sukarela: Simpanan sukarela
berasal dari anggota dengan membayar tunai. Mereka juga dapat mendapatkan simpanan ini
secara langsung dari pemotongan gaji karyawan, yang dapat digunakan oleh anggota untuk
berjaga-jaga jika ada kebutuhan yang mendesak, sehingga mereka tidak perlu membayar
lebih banyak.

2. Simpanan Bermanfaat

Koperasi dapat membuat simpanan serbaguna (SIMGUNA) dari sebagian pinjaman yang
diberikan kepada anggota atau dari bunga simpanan yang diperoleh anggota dari berbagai
jenis simpanan mereka, seperti simpanan tujuan dan simpanan sukarela.

3. Simpan untuk Tujuan

Koperasi Simpanan Tujuan mengumpulkan dana tunai dari anggota yang dapat digunakan
untuk berbagai tujuan.
2.6 Jenis-jenis Pinjaman
1. Di antara jenis pinjaman yang berbeda adalah pinjaman jangka pendek, yang merupakan
pinjaman berjangka satu tahun; dan pinjaman jangka menegah, yang merupakan pinjaman
berjangka dari satu hingga tiga tahun. Pinjaman jangka panjang—pinjaman yang berlaku
selama lebih dari tiga tahun.
2. Pinjaman menurut manfaatnya termasuk:
a. Pinjaman konsumtif: ini digunakan untuk memberikan barang konsumsi yang hanya akan
digunakan sekali atau untuk kebutuhan makanan lainnya.
b. Pinjaman produktif, yang merupakan pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan
produk, misalnya pinjaman modal kerja
3. Pinjaman berdasarkan penarikanya termasuk:
a. Pinjaman langsung, yang diberikan oleh peminjam secara mandiri melalui formulir
pinjaman anggota
b. Pinjaman tidak langsung, yang diberikan melalui transfer

Prosedur Pemberian kredit koperasi


Calon debitur harus mengajukan permohonan kredit sebelum mereka dapat mendapatkan
kredit. Bank harus mengikuti prosedur awal pemberian kredit (Suyatoo et al., 1991:64).
Tahap pertama adalah permohonan kredit. Pada tahap ini, orang dapat meminta fasilitas
kredit baru; meminta lebih banyak kredit; meminta perpanjangan atau pembaharuan masa
laku kredit yang telah berakhir; atau meminta perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang
sedang berjalan. 2. Berkas permohonan kredit: Daftar isian yang disediakan oleh bank dan
diisi secara lengkap oleh nasabah, surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara
lengkap, dan lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit. 3. Catatan:
Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam register khusus yang
disediakan. 4. Kelengkapan dan dokumen
Keputusan Pemberian Kredit
Menurut Suhardjono (2003:195), proses pengambilan keputusan kredit terdiri dari empat
tahapan: 1. Tahapan prakarsa dan analisis permohonan kredit, yang mencakup tindakan
prakarsa dan analisis permohonan kredit, perhitungan kebutuhan kredit, pembagian resiko
kredit, dan negosiasi kredit.
2. Tahapan pemberian rekomendasi kredit, di mana pejabat perekomendasian dapat meminta
lebih banyak informasi dan analisis dari pejabat pemrakar.
3. Tahap putusan kredit, di mana hanya Pejabat pemutus kredit yang memiliki otoritas untuk
memutus kredit yang dapat membuat keputusan tentang kredit.
4. Tahap persetujuan pencairan kredit—kredit dapat dicairkan setelah intruksi pencairan
kredit ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.

Kredit Macet Pertanda Kegagalan Koperasi


Kredit macet adalah ketika debitur tidak dapat membayar sebagian atau seluruh
kewajibannya kepada perusahaan. Sesuai dengan aturan Bank Indonesia, jumlah NPL yang
baik tidak boleh melebihi 5%. Kemacetan kredit disebabkan oleh dua faktor (Kasmir, 2002) :
1. Dari pihak koperasi, analisis kredit yang tidak teliti mungkin tidak memeriksa keaslian
dokumen atau salah perhitungan dengan rasio yang ada. 2. Dari pihak nasabah, mungkin ada
kesengajaan yang menyebabkan nasabah tidak mau membayar kewajiban mereka.

Hubungan Prosedur Kredit dengan Resiko Kredit


Bank, sebagai lembaga keuangan, harus mengikuti prosedur kredit yang tepat dan
sesuai untuk mengurangi risiko kredit macet. Menurut Mahmoeddin (2002:121), ada
beberapa cara untuk menghindari kredit macet, seperti memperbaiki proses kredit,
menerapkan prinsip kehati-hatian saat memberikan kredit, meningkatkan reputasi
bank, menyelesaikan dokumen sebelum kredit dibayarkan, melakukan pengawasan
dan pengawasan terhadap petugas kredit, membuat kebijakan yang tepat,
mempertahankan prinsip kredit dengan konsekuensi, dan mengantisipasi kepentingan
pribadi.

Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Macet


Menurut Siamat (1993), tindakan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan dan
mempertahankan kredit yang dikategorikan sebagai macet adalah sebagai berikut:
penjadwalan ulang; perubahan syarat kredit hanya yang berkaitan dengan jadwal
pembayaran atau jangka waktu pengembalian kredit; persyaratan ulang; perubahan
sebagian atau seluruh syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan tingkat suku
bunga; penundaan pembayaran sebagian atau seluruh bunga; dan Likuidasi adalah
penjualan barang yang dijadikan jaminan untuk melunasi utang.

Anda mungkin juga menyukai