Anda di halaman 1dari 15

Makalah Litigation Support dan Evidence Collection

Dibuat untuk memenuhi ujian akhir semester pada mata kuliah


“Audit Investigasi dan Akuntansi Forensik”

Dosen Pengampu :
Reskino, P h.D., SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CERA., CBV., CDMS.

Disusun Oleh :
Ammarsyah Delvi Atsali (11200820000109)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT. Atas kehendak dan karunia-Nya kami mampu
menyelesaikan Makalah / Resume ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Audit Investigasi
dan Akuntansi DOrensik yang membahas Litigation Support dan Evidence Collection.. Sholawa.
serta salam tidak lupa kita panjatkan kepada nabi Muhammad SAW.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Reskino, P h.D., SE., M.Si., Ak.,
CA., CMA., CERA., CBV., CDMS. . Sebagai dosen pengampu mata kuliah Audit Investigasi
dan Akuntasi Forensik. Adapun makalah ini berisi materi mengenai Litigation Support dan
Evidence Collection.
Tentu saja kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar menjadi
acuan serta bahan koreksi bagi makalah berikutnya. Dengan adanya makalah ini semoga dapat
bermanfaat khususnya bagi kami dan semua yang membaca. Aamiin.

Jakarta 27 Juni 2023

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kasus-kasus pengadilan seringkali memakan waktu yang lama dan seringkali
menghadapi kegagalan akibat kurangnya sumber daya yang dibutuhkan. Kurangnya bukti ini
dapat menyebabkan kegagalan klien dalam memenangkan kasus. Oleh karena itu, pengacara
selalu berupaya mencari solusi dan memberikan yang terbaik bagi klien agar tidak merasa
kecewa terhadap kinerja pengacara. Salah satu upaya yang efektif untuk mengatasi masalah
di atas adalah menggunakan layanan pendukung litigasi atau litigation support. Layanan ini
meliputi berbagai hal, seperti penelitian hukum, penilaian properti, menentukan tingkat
kerusakan akibat kecelakaan atau cedera, serta layanan akuntansi forensik untuk
mengungkap penipuan, pemborosan, dan penyalahgunaan dalam kegiatan keuangan.
Litigation support memainkan peran penting dalam memfasilitasi proses hukum dengan
memanfaatkan teknologi dan metode analisis untuk mengelola, menganalisis, dan
menyajikan bukti dalam kasus hukum. Dengan adanya litigation support, para profesional
hukum dapat meningkatkan efisiensi, memaksimalkan penggunaan bukti, dan memperkuat
argumen mereka di persidangan.
Tujuan audit dalam laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat mengenai
penyajian laporan keuangan klien atau perusahaan yang bersangkutan. Seorang auditor perlu
memiliki bukti yang jelas dan terbukti keberadaannya untuk dapat memberikan pendapat
tersebut. Dalam melakukan audit, auditor umumnya memperoleh bukti melalui prosedur-
prosedur yang dilakukannya, seperti memeriksa catatan transaksi dan membandingkannya
dengan yang tercatat dalam laporan keuangan guna menentukan relevansinya. Untuk
menjalankan tugas ini, seorang auditor harus memiliki pemahaman yang mendalam
mengenai aspek-aspek penting dari bukti audit yang telah diperoleh selama proses
pengauditan. Bukti audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapat yang akan
disampaikan oleh auditor mengenai laporan keuangan yang telah diaudit.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Litigation Support dan Evidence Collection?
2. Bagaimana sistem pembuktian secara hukum Litigation Support?
3. Apa saja jenis-jenis bukti Evidence Collection?
4. Apa saja barang bukti dan alat bukti Litigation Support?
5. Bagaimana Teknik pengumpulan bukti Evidenci Collection?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Litigation Support dan Evidence
Collection
2. Untuk mengetahui Bagaimana sistem pembuktian secara hokum Litigation Support
3. Untuk mengetahui Apa saja jenis-jenis bukti Evidence Collection
4. Untuk mengetahui Apa saja barang bukti dan alat bukti Litigation Support
5. Untuk mengetahui Bagaimana Teknik pengumpulan bukti Evidenci Collection
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Litigation Support dan Evidence Collection
1. Litigation Support
Menurut Bologna dan Lindquist dalam Tuanakotta (2007: 41-42), akuntansi
forensik menjadi perintis dalam pengembangan konsep Litigation Support sebagai
dukungan dalam kegiatan litigasi. Akuntansi forensik berperan setelah ditemukan
indikasi awal adanya kecurangan. Audit investigasi merupakan langkah awal dalam
praktik akuntansi forensik. Selain itu, analisis penilaian atau valuation analysis terkait
dengan bidang akuntansi dan perhitungan, seperti menghitung kerugian negara akibat
tindakan korupsi.
Litigation support memberikan bantuan dalam hal penerapan pengetahuan
akuntansi untuk menyatakan adanya atau menunda proses pengadilan, terutama terkait
dengan isu-isu yang terkait dengan kerugian ekonomi. Dalam konteks ini, litigation
support menyediakan dukungan dalam menghitung kerugian ekonomi yang timbul akibat
pelanggaran kontrak atau tugas publik yang diberikan kepada seseorang berdasarkan
jabatannya.
Secara keseluruhan, tujuan dari litigation support adalah untuk meningkatkan
efisiensi, akurasi, dan keberhasilan dalam penyelesaian kasus hukum. Dengan
menggunakan teknologi dan metode yang tepat, layanan ini membantu dalam berbagai
aspek litigasi, termasuk:

a) Pengelolaan Dokumen
Litigation support membantu dalam mengatur, mengindeks, dan mengelola dokumen
yang
terkait dengan kasus hukum. Ini meliputi pencarian dan pengambilan dokumen yang
relevan, pembuatan salinan, serta menyusun daftar dan ringkasan dokumen.

b) E-discovery
Litigation support melibatkan penggunaan teknologi untuk mengidentifikasi,
mengumpulkan, dan menganalisis bukti elektronik yang terkait dengan kasus. Ini
termasuk mencari dan memulihkan data dari sistem komputer, email, basis data, dan
media digital lainnya.

c) Analisis Data
Litigation support menggunakan metode analisis data untuk membantu pengacara dalam
memahami dan menginterpretasikan informasi penting yang terkandung dalam dokumen
dan bukti elektronik. Analisis data dapat mengungkapkan tren, pola, dan hubungan yang
relevan dengan kasus hukum.

d) Persiapan Persidangan
Litigation support menyediakan dukungan dalam persiapan persidangan, termasuk
penyusunan materi presentasi, grafik, dan demonstrasi visual yang efektif. Ini dapat
melibatkan penggunaan teknologi presentasi yang canggih untuk membantu pengacara
menyampaikan argumen mereka dengan lebih jelas dan persuasif.

e) Saksi Ahli
Litigation support juga melibatkan identifikasi, perekrutan, dan persiapan saksi ahli yang
akan memberikan kesaksian dalam persidangan. Ini mencakup membantu pengacara
dalam menyusun pertanyaan dan strategi pemeriksaan terhadap saksi ahli.

2. Evidence Collection
Ketika melakukan pemeriksaan atau audit, tim pemeriksa harus mengumpulkan
bukti sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Setiap prosedur pemeriksaan
memiliki langkah-langkah yang harus diikuti untuk memperoleh bukti dalam pelaksanaan
pemeriksaan, juga dikenal sebagai teknik pemeriksaan atau audit. Teknik pemeriksaan ini
melibatkan pembandingan, di mana tim atau auditor akan membandingkan informasi
untuk memperoleh bukti audit.
Bukti audit merujuk pada semua informasi yang diperoleh oleh tim atau auditor untuk
mendukung temuan, pendapat, dan rekomendasi mereka. Hal ini dilakukan untuk
memastikan tingkat kesesuaian antara kondisi yang ada dengan kriteria atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Tidak semua informasi yang diperoleh memiliki nilai
dalam pemeriksaan atau audit, oleh karena itu, informasi yang diperoleh harus dipilih
secara selektif.

2.2 sistem pembuktian secara hukum Litigation Support


Pembuktian adalah proses penyajian alat-alat bukti yang diakui secara hukum oleh hakim
yang menangani suatu perkara, dengan tujuan untuk mengungkap kebenaran peristiwa yang
dikemukakan. Dalam konteks hukum acara pidana, KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana) tidak memberikan definisi yang jelas mengenai pembuktian. KUHAP hanya
menyebutkan jenis-jenis alat bukti yang dianggap sah menurut hukum, sebagaimana tercantum
dalam pasal 184 ayat (1) KUHAP.
a) Sistem atau Teori Pembuktian Berdasarkan Undang-undang Secara Positif (Positief
Wettelijke Bewijs Theorie):
Dalam menilai kekuatan bukti yang ada, terdapat beberapa sistem atau teori
pembuktian yang dikenal. Salah satunya adalah sistem atau teori pembuktian berdasarkan
undang-undang secara positif, di mana pembuktian hanya didasarkan pada alat-alat
pembuktian yang diatur dalam undang-undang. Dalam sistem ini, jika suatu fakta telah
terbukti secara undang-undang, maka keyakinan hakim tidak diperlukan. Sistem ini juga
dikenal sebagai teori pembuktian formil.

b) Sistem atau Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim:


Berdasarkan teori pembuktian menurut keyakinan hakim, hakim tidak terikat pada
beban pembuktian yang ketat atau standar tertentu yang harus dipenuhi oleh pihak yang
mengajukan tuntutan. Dalam sistem ini, hakim memiliki keleluasaan untuk menilai
kekuatan bukti yang disajikan, termasuk kredibilitas saksi, keandalan bukti, dan
konsistensi kesaksian. Hakim menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan
kebijaksanaan pribadi untuk mencapai keyakinan mereka terhadap kebenaran klaim yang
diajukan.

c) Sistem atau Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Atas Alasan yang Logis
(Laconviction Raisonnee):
Sistem ini merupakan jalan tengah antara dua teori sebelumnya. Hakim dapat
memutuskan seseorang bersalah berdasarkan keyakinan mereka, yang didasarkan pada
dasar-dasar pembuktian yang didukung oleh kesimpulan yang logis. Dalam sistem ini,
hakim memiliki kebebasan untuk menyampaikan alasan-alasan keyakinan mereka.

d) Sistem Pembuktian Negatif (Negatief Wettelijk System):


Sistem pembuktian negatif didasarkan pada dua poin utama. Pertama, kesalahan
terdakwa hanya dapat dibuktikan secara yuridis berdasarkan bukti yang diakui dan
memenuhi standar minimum pembuktian. Kedua, terdakwa tidak dapat dipidana kecuali
hakim meyakini kesalahannya. Dalam sistem ini, pihak yang membantah atau membela
diri bertanggung jawab untuk menyajikan bukti yang cukup untuk membuktikan bahwa
klaim yang diajukan oleh pihak lain tidak benar atau salah.

Dalam kesimpulannya, terdapat berbagai sistem atau teori pembuktian dalam


hukum, termasuk pembuktian berdasarkan undang-undang secara positif, pembuktian
berdasarkan keyakinan hakim, pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan
yang logis, dan sistem pembuktian negatif. Setiap sistem memiliki pendekatan dan
prinsip yang berbeda dalam menilai dan menggunakan bukti dalam proses pengadilan.
2.3 jenis-jenis bukti Evidence Collection
Dalam memilih prosedur audit yang akan digunakan, auditor memiliki opsi untuk memilih
dari 8 jenis bukti audit yang berbeda. Setiap prosedur audit dapat melibatkan satu atau lebih jenis
bukti berikut ini:

a) Pemeriksaan fisik, yaitu tindakan auditor untuk melakukan inspeksi atau perhitungan
terhadap aset yang berwujud, terutama terkait dengan persediaan dan kas.
b) Konfirmasi, yang melibatkan penerimaan tanggapan tertulis atau lisan dari pihak ketiga
independen yang memverifikasi keakuratan informasi yang diajukan oleh auditor.
c) Dokumentasi, di mana auditor memeriksa dokumen dan catatan yang diberikan oleh klien
untuk mendukung informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
d) Prosedur analitis, yang mencakup perbandingan dan analisis hubungan untuk
mengevaluasi apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar jika dibandingkan
dengan harapan auditor.
e) Wawancara dengan klien, sebagai upaya untuk mendapatkan informasi lisan dan tertulis
dari klien sebagai respons terhadap pertanyaan yang diajukan oleh auditor.
f) Rekalkulasi, yang melibatkan pengujian kembali sampel oleh klien untuk memeriksa
keakuratan perhitungan yang dilakukan oleh klien.
g) Pelaksanaan ulang, yaitu pengujian independen yang dilakukan oleh auditor terhadap
prosedur atau pengendalian akuntansi klien.
h) Observasi, di mana auditor menggunakan indera mereka untuk mengevaluasi aktivitas
yang dilakukan oleh klien.
Dalam rangka memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat
mempertimbangkan salah satu atau beberapa jenis bukti audit tersebut.
2.4 barang bukti dan alat bukti Litigation Support
1. Barang Bukti
Dalam konteks litigation support, istilah "barang bukti" mengacu pada semua dokumen,
data, informasi, atau materi lain yang dikumpulkan dan digunakan untuk mendukung proses
litigasi atau persidangan. Barang bukti ini memiliki peran penting dalam membantu pihak-pihak
yang terlibat dalam persidangan membangun argumen hukum, menyajikan fakta-fakta yang
relevan, serta membuktikan atau membantah klaim yang diajukan. Berikut adalah beberapa
contoh umum dari barang bukti dalam litigation support:

a) Dokumen dan catatan: Dokumen tertulis seperti kontrak, surat, memo, laporan, dan
catatan bisnis memiliki nilai bukti yang penting dalam sebuah kasus. Litigation support
membantu dalam mengumpulkan, mengorganisir, dan mengelola dokumen-dokumen ini
agar dapat dengan mudah diakses dan digunakan.
b) Email dan pesan elektronik: Komunikasi elektronik seperti email, pesan teks, dan pesan
instan seringkali memiliki nilai bukti yang signifikan dalam kasus hukum. Litigation
support memungkinkan pencarian, analisis, dan reproduksi komunikasi elektronik ini
untuk mendukung argumen dalam persidangan.

c) Rekaman suara dan video: Rekaman suara, rekaman video, dan transkrip wawancara atau
percakapan dapat menjadi bukti yang kuat dalam beberapa kasus. Litigation support
memfasilitasi pengolahan, analisis, dan presentasi rekaman suara dan video ini agar dapat
digunakan secara efektif dalam persidangan.

d) Data elektronik: Data elektronik seperti file komputer, basis data, log aktivitas, dan
metadata dapat menjadi sumber informasi penting dalam kasus hukum. Litigation support
menggunakan teknik analisis data dan pencarian elektronik untuk mengidentifikasi dan
memproses data elektronik ini menjadi bukti yang relevan dan bermanfaat.

e) Bukti digital: Bukti digital mencakup jejak digital seperti data forensik, metadata,
rekaman aktivitas online, dan informasi dari perangkat elektronik. Litigation support
melibatkan analisis data forensik untuk mendapatkan bukti digital ini dan menyajikannya
secara terstruktur dan dapat dimengerti dalam persidangan.

f) Visualisasi dan demonstrasi: Litigation support memungkinkan pembuatan presentasi


grafis, visualisasi data, dan demonstrasi multimedia untuk menggambarkan argumen dan
bukti secara lebih jelas dan menarik. Ini dapat melibatkan penggunaan animasi, grafik,
diagram, dan rekonstruksi digital untuk membantu memvisualisasikan situasi atau
peristiwa yang relevan dalam kasus.

Dalam konteks litigation support, penting untuk mengumpulkan, mengelola, dan menyajikan
barang bukti secara teratur dan terstruktur agar dapat digunakan secara efektif dalam
persidangan. Tim litigasi atau pengacara dapat menggunakan perangkat lunak atau sistem
manajemen dokumen khusus untuk menyimpan, mengatur, dan mengakses barang bukti dengan
mudah.
Keabsahan, integritas, dan otentikasi barang bukti harus tetap dijaga. Ini dapat mencakup
pelacakan rantai bukti (chain of custody) untuk memastikan bahwa tidak ada manipulasi atau
perubahan yang terjadi pada barang bukti selama proses pengumpulan dan penyimpanan.

Dengan memiliki barang bukti yang kuat dan dikelola dengan baik dalam litigation support,
pihak-pihak yang terlibat dalam persidangan dapat menyajikan argumen yang lebih kuat,
memperkuat posisi hukum mereka, dan membantu pengadilan atau arbiter dalam mencapai
keputusan yang adil berdasarkan fakta-fakta yang relevan.
2. Alat Bukti
Pasal 184 ayat (1) KUHAP menyebutkan bahwa alat bukti yang sah terdiri dari
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Dalam konteks
dukungan litigasi, terdapat berbagai jenis alat bukti yang dapat digunakan untuk memvalidasi
atau mendukung argumen hukum dalam suatu persidangan. Berikut ini adalah beberapa
contoh alat bukti yang umum digunakan dalam litigasi:
a) Dokumen: Dokumen-dokumen seperti kontrak, perjanjian, faktur, surat, email,
catatan, laporan, dan dokumen lainnya dapat digunakan sebagai bukti penting
dalam persidangan.
b) Rekaman elektronik: Rekaman elektronik seperti email, pesan teks, percakapan
telepon, rekaman suara, dan video dapat menjadi alat bukti yang kuat untuk
memperkuat argumen.
c) Data elektronik: Data elektronik yang dihasilkan dari perangkat lunak atau sistem
komputer, seperti data akuntansi, data keuangan, data penggunaan perangkat, dan
data lainnya, dapat digunakan sebagai bukti.
d) Benda fisik: Benda fisik seperti barang bukti, alat-alat, barang terkait, kendaraan,
senjata, dan benda-benda lainnya yang relevan dengan kasus dapat menjadi bukti
yang signifikan.
e) Saksi: Kesaksian dari saksi-saksi yang hadir di persidangan dapat menjadi bukti
yang kuat. Saksi-saksi ini bisa berupa individu yang memiliki pengetahuan atau
informasi relevan tentang kasus.
f) Ahli: Ahli yang memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu dapat
memberikan kesaksian atau pendapat ahli yang dapat mendukung argumen dalam
persidangan.
g) Data statistik atau survei: Data statistik atau hasil survei yang relevan dengan
kasus dapat menjadi bukti yang efektif untuk mendukung argumen atau klaim
yang diajukan.
h) Dokumen publik: Dokumen publik seperti dokumen pemerintah, laporan resmi,
dokumen keuangan publik, dan dokumen lainnya yang tersedia untuk umum juga
dapat digunakan sebagai bukti.
i) Rekaman medis: Rekaman medis seperti catatan medis, hasil tes laboratorium,
laporan operasi, dan rekaman lainnya yang berkaitan dengan kondisi kesehatan
individu terkait kasus dapat menjadi bukti yang penting.
j) Rekonstruksi: Rekonstruksi atau rekayasa balik dari kejadian atau situasi tertentu
dapat digunakan untuk membantu memahami atau mengklarifikasi peristiwa yang
terjadi.
2.5 Teknik pengumpulan bukti Evidenci Collection
1. Observasi, yaitu mengamati tugas dan tanggung jawab karyawan serta melihat secara
langsung pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan.
2. Studi dokumentasi sistem dan Standard Operating Procedures (SOP). Dengan
mempelajari dokumen-dokumen ini, tim audit dapat memahami proses bisnis perusahaan
dan memeriksa penerapan SOP yang telah ditetapkan.
3. Diskusi dengan karyawan terkait topik yang sedang diaudit. Melalui diskusi ini, tim audit
dapat memperoleh informasi tambahan tentang kegiatan yang terjadi di perusahaan.
4. Pembuatan kuesioner untuk mengumpulkan data dan informasi. Tim audit dapat
membuat daftar pertanyaan yang akan diisi oleh karyawan sebagai pengumpulan data
statistik atau untuk keperluan lainnya.
5. Penghitungan aset fisik guna memverifikasi kesesuaian antara catatan dan keadaan fisik.
Tim audit melakukan penghitungan aset perusahaan secara manual untuk memastikan
kecocokan dengan catatan akuntansi.
6. Verifikasi data dengan pihak lain. Tim audit dapat memeriksa catatan piutang dan secara
acak memverifikasi informasi tersebut dengan pihak pelanggan terkait guna memastikan
tidak ada penyalahgunaan piutang perusahaan.
7. Melakukan perhitungan ulang terhadap catatan akuntansi. Tim audit melakukan
perhitungan manual terhadap catatan akuntansi, seperti perhitungan penyusutan, sebagai
bagian dari pemeriksaan.
8. Memeriksa dokumen pendukung transaksi. Tim audit melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen-dokumen pendukung, seperti penerimaan barang dan tagihan dari vendor,
untuk memastikan bahwa pembayaran kepada vendor telah didukung oleh bukti yang sah.
9. Melakukan analisis terhadap data yang diperoleh. Tim audit menganalisis semua temuan
dan bukti yang diperoleh, termasuk menggunakan rasio-rasio keuangan seperti
perbandingan piutang dengan penjualan, guna menilai kondisi keuangan perusahaan.
Bukti yang diperoleh harus dianalisis menggunakan berbagai metode pengujian. Metode
pengujian tersebut mencakup sifat dan prosedur yang dilakukan oleh auditor serta sejauh mana
prosedur tersebut perlu dilaksanakan. Tujuan dari pengujian bukti audit adalah untuk
menentukan dan memilih bukti audit yang penting dan relevan dari berbagai bukti yang ada,
guna menyusun temuan dan simpulan audit. Setelah bukti-bukti tersebut diuji, auditor dapat
melakukan hal berikut:

1. Mengembangkan hasil pengujian untuk mengevaluasi kesesuaian kinerja entitas yang


diaudit dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Mengumpulkan hasil pengujian dan membandingkannya dengan tujuan audit yang
telah ditetapkan.
3. Mengidentifikasi potensi perbaikan dalam kinerja entitas yang diaudit.
4. Memanfaatkan hasil pengujian untuk mendukung rekomendasi dan simpulan audit.
Dengan menggunakan metode pengujian yang tepat, auditor dapat menganalisis bukti-
bukti yang telah diperoleh untuk menghasilkan informasi yang valid dan mendukung dalam
menyusun temuan dan simpulan audit.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bukti audit merujuk pada semua informasi yang dikumpulkan oleh tim auditor untuk
mendukung temuan, pendapat, dan rekomendasi yang dapat memastikan tingkat kesesuaian
antara kondisi yang ada dengan kriteria atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kriteria bukti audit terdiri dari empat elemen yang saling terkait, yaitu relevan, kompeten, cukup,
dan material. Keempat elemen ini merupakan bagian yang saling terhubung satu sama lain. Bukti
yang relevan, cukup, dan material akan kehilangan nilai jika tidak kompeten. Bukti yang
kompeten tidak akan bermanfaat jika tidak relevan. Selain itu, bukti yang relevan dan kompeten
juga tidak akan memiliki kegunaan jika tidak cukup mewakili situasi yang sedang diperiksa.

Dalam pelaksanaan pemeriksaan atau audit, penting untuk mempertimbangkan


objektivitasnya dengan memperhitungkan materialitas dan risiko dari masalah yang sedang diuji.
Oleh karena itu, pengumpulan dan evaluasi bukti harus memperhatikan faktor-faktor tersebut.
Bukti yang telah diperoleh harus diuji menggunakan berbagai metode. Metode pengujian ini
melibatkan sifat dan prosedur yang dilakukan oleh auditor, serta pertimbangan sejauh mana
prosedur tersebut harus dilakukan.

Tujuan dari pengujian bukti audit adalah untuk menentukan dan memilih bukti audit yang
penting dan relevan (dari berbagai bukti yang ada) sebagai dasar dalam menyusun temuan dan
simpulan audit.

Anda mungkin juga menyukai