Anda di halaman 1dari 254

Perancangan

dan Pengukuran Kerja

Buku Ajar
Kuliah Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja 1
Program Studi Teknik Industri
Sanksi Pelanggaran Hak Cipta
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Ketentuan Pidana
Pasal 113
1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2) Setiap Orangyang dengan tanpahak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3) Setiap Orangyang dengan tanpahak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam
bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah).
Perancangan dan Pengukuran Kerja | iii
Perancangan dan Pengukuran Kerja
Buku Ajar
Kuliah Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja 1
Program Studi Teknik Industri
Dian Mardi Safitri
Novia Rahmawati
Arnes Faradilla

Copyright © Safitri, Novia & Faradila 2021


All rights reserved

Layout : Rizaldi Salam


Desain Cover : Muhammad Alim

Image Cover
Freepik.com

Cetakan Pertama, Oktober 2021


xxiv + 240 hlm; 15.5 x 23 cm
ISBN 978-623-351-193-3

Diterbitkan oleh Penerbit Nas Media Pustaka


PT. Nas Media Indonesia
Anggota IKAPI
No. 018/SSL/2018
Jl. Batua Raya No. 3, Makassar 90233
Jl. Tajem Baru No. 11, Yogyakarta 55281
Telp. 0812-1313-3800
redaksi@nasmedia.id
www.nasmediapustaka.co.id
www.nasmedia.id
Instagram : @nasmedia.id
Fanspage : nasmedia.id

Dicetak oleh Percetakan CV. Nas Media Pustaka


Isi di luar tanggung jawab percetakan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas izinNya, buku
ini dapat sampai ke pangkuan para pembaca dan mahasiswa. Buku
ini kami tulis sebagai buku ajar untuk mata kuliah Ergonomi dan
Perancangan Sistem Kerja 1 di Program Studi Teknik Industri. Buku
ini hadir untuk melengkapi referensi yang ditulis dalam Bahasa
Indonesia mengenai perbaikan dan perancangan sistem kerja yang
berfokus pada manusia.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak berikut ini:
1. Lembaga Penelitian Universitas Trisakti sebagai pemberi hibah
penulisan buku ajar pada tahun akademik 2020/2021
2. Laboratorium Desain Sistem Kerja dan Ergonomi, Program
Studi Teknik Industri, Universitas Trisakti sebagai wadah kami
dalam mengembangkan keilmuan dalam pengajaran, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat
3. Mahasiswa Teknik Industri Universitas Trisakti yang telah
mengerjakan semua tugas dan project di kelas dengan sangat
baik sehingga memperkaya isi dari buku ajar ini
Penulisan buku ini belumlah sempurna. Kami sangat
mengharapkan masukan dari para pembaca sekalian agar edisi
yang mendatang dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga buku ini
dapat membawa manfaat dan memberikan kemudahan belajar bagi
para pembaca dan mahasiswa sekalian.
Jakarta, September 2021
Dian Mardi Safitri
Novia Rahmawati
Arnes Faradilla

Perancangan dan Pengukuran Kerja | v


PRAKATA
Buku ini perlu ditulis untuk melengkapi kepustakaan dan
referensi yang digunakan oleh mahasiswa dalam perkuliahan
Ergonomi dan Perancangan Kerja 1 (EPSK1). Mata kuliah ini
adalah salah satu mata kuliah pengendalian mutu di jurusan Teknik
Industri. Pustaka yang mendukung mata kuliah ini perlu
diperbanyak, terutama yang ditulis dalam Bahasa Indonesia agar
memudahkan proses belajar bagi mahasiswa. Untuk dosen
pengampu mata kuliah, variasi pustaka yang digunakan sebagai
referensi untuk mengajar harus cukup. Semakin banyak buku
referensi, maka akan dapat meningkatkan kualitas pengajaran.
Beberapa kelebihan buku ini dibandingkan dengan buku
ajar serupa yang telah ada diantaranya adalah buku ajar ini
dilengkapi dengan peta pikiran (mind mapping) pada setiap
bahasannya. Peta pikiran adalah alat yang banyak digunakan para
pembelajar dan peserta didik dari jenjang pendidikan dasar sampai
dengan jenjang pendidikan tinggi. Peta pikiran memudahkan
mahasiswa menstrukturkan inti materi kuliah dan mengingatnya.
Belajar akan lebih efektif dan efisien dengan menggunakan peta
pikiran karena peta pikiran akan mengoptimalkan kerja otak kiri dan
kanan dalam belajar. Contoh soal yang diberikan dalam buku ini
disusun dengan bobot yang sama dengan soal ujian tengah
maupun akhir semester. Diharapkan mahasiswa dan pembaca
buku ini akan terbiasa dengan bobot soal ujian Ergonomi dan
Perancangan Kerja 1. Soal-soal di buat dengan tujuan untuk
mengasah daya analisis dan logika berpikir mahasiswa. Selain itu
kreativitas juga akan dirangsang melalui pemecahan masalah pada
soal. Bahasa yang digunakan dalam penulisan buku ini adalah
bahasa yang komunikatif, seperti gaya bahasa seorang dosen
ketika mengajar di kelas. Hal ini dimaksudkan agar buku ini bisa

vi | Perancangan dan Pengukuran Kerja


menjadi lebih dekat dengan pembacanya. Sasaran utama
pengguna buku ini adalah mahasiswa jurusan Teknik Industri di
Indonesia. Selain itu, buku ini juga dapat digunakan oleh dosen
pengampu mata kuliah Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja di
seluruh Indonesia.
Buku ini kami tulis dengan penuh cinta kepada para
mahasiswa Teknik Industri, di Universitas Trisakti dan di Indonesia.
Kami berharap mahasiswa dapat lebih mudah mempelajari mata
kuliah ini dengan baik karena peta pikiran yang kami berikan.
Perancangan dan perbaikan sistem kerja merupakan salah satu
kompetensi utama seorang sarjana Teknik Industri. Sehingga
dengan kemudahan belajar yang akan didapatkan dengan
membaca buku ini akan mendukung pencapaian kompetensi
tersebut. Studi kasus dan contoh-contoh soal dalam buku ini akan
mengasah keterampilan dan kreativitas mahasiswa Teknik Industri
yang kelak akan menjadi seorang work designer dalam sebuah
sistem kerja.
Buku ini ditulis dalam 6 (enam) bab, yaitu Methods
Engineering, produktivitas kerja, pengukuran kerja, studi dan
ekonomi gerakan, dan peta kerja. Pembagian bab dalam buku ini
mengikuti susunan dan konten rencana pembelajaran semester
mata kuliah Ergonomi dan Perancangan Sisten Kerja 1 (terlampir).
Setiap bab dilengkapi dengan rangkuman, rujukan, soal-soal dan
bahan bacaan yang dianjurkan untuk menambah wawasan
mahasiswa dan pembaca.
Kami mengajak para dosen untuk lebih komunikatif dengan
mahasiswa. Para dosen yang menggunakan buku ini dapat
memberikan stimulasi dan pengalaman belajar yang lebih intens
kepada mahasiswanya dengan sesi kreatif membuat mind mapping
dengan menggunakan aplikasi freeware maupun dengan
menggunakan kertas gambar dan spidol warna-warni. Berbagai
permasalahan seputar perancangan sistem kerja dan ergonomi
dapat diselesaikan dengan lebih mudah ketika persoalan tersebut
dibuat terstruktur dan sistematis. Mind mapping adalah alat yang

Perancangan dan Pengukuran Kerja | vii


tepat untuk mentsrukturkan materi, sehingga para dosen dapat
mengenalkan prinsip simplifying work pada perancangan dan
perbaikan sistem kerja. Agar pembelajaran menjadi lebih lengkap,
mahasiswa dan pembaca buku ini dapat mengakses beberapa
video presentasi dan tutorial pada saluran Youtube yang
menerangkan isi materi dari buku ini. Hal ini dibuat untuk
mendukung pembelajaran jarak jauh saat kondisi pembelajaran
dengan tatap muka langsung tidak dimungkinkan karena berbagai
keterbatasan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada tim pengajar kelas
paralel mata kuliah Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja di
jurusan Teknik Industri yang tidak terlibat secara langsung dalam
penulisan buku ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
Ketua Jurusan Teknik Industri, Dekan Fakultas Teknologi Industri,
Lembaga Penelitian Universitas Trisakti dan seluruh mahasiswa
Teknik Industri Universitas Trisakti. Buku ini adalah bentuk dedikasi
kami kepada seluruh pihak tersebut.

viii | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Belajar Lebih
Menyenangkan Dengan
Peta Pikiran
Mahasiswa sering merasa bahwa masa ujian adalah masa
yang berat bagi seorang mahasiswa. Anda akan menjadi sangat
sibuk menjelang ujian, terpaksa begadang untuk membaca
setumpuk buku dan catatan, dengan harapan Anda akan dapat
mengingat semua yang Anda pelajari dan lulus dengan nilai yang
baik. Namun pada saat hasil ujian diumumkan, ternyata hasilnya
justru sangat mengecewakan, padahal Anda sudah “mati-matian”
belajar. Semua yang telah dibaca tak satu pun yang berhasil diingat
saat menghadapi soal ujian. Kira-kira, di manakah letak
persoalannya?
Salah satu penyebab kegagalan dalam belajar adalah
kebiasaan belajar “SKS” (Sistem Kebut Semalam), cara belajar
yang umum di kalangan mahasiswa. Anda berusaha mengingat
deretan kalimat dari berlembar-lembar catatan hanya dalam
semalam menjelang ujian. Cara belajar seperti ini sangat menyiksa
otak karena otak akan kesulitan menggambarkan apa yang Anda
baca dan pelajari. Usaha belajar pun menjadi sia-sia. Untuk bisa
lebih berhasil, Anda perlu mengenal otak dan bagaimana cara
kerjanya. Manusia dikaruniai otak yang sangat luar biasa. Meski
beratnya tidak sampai 2 kg, tetapi kemampuannya melebihi
komputer paling canggih di dunia.
Sel otak manusia jumlahnya 1 triliun dan memiliki potensi
luar biasa. Fungsi kognitif pada otak sangat berkaitan dengan
bagaimana orang berpersepsi, berpikir dan mengingat (memori).

Perancangan dan Pengukuran Kerja | ix


Otak manusia terdiri dari beberapa bagian. Bagian otak yang
terbesar, yaitu cerebrum, berfungsi untuk mengolah informasi
kompleks. Bagian ini sering disebut dengan otak kecerdasan.
Kinerja memori manusia tergantung pada hubungan antara sel-sel
syaraf (neuron) yang konsentrasinya paling besar pada korteks
serebral yang merupakan lapisan cerebrum paling luar yang
bergelombang dan berlipat-lipat. Otak besar manusia terdiri dari
dua belahan, yaitu bagian kiri dan kanan. Dua belahan otak besar
ini mempunyai fungsi yang berbeda. Kedua belahan ini bekerja
dengan cara yang sangat berbeda. Belahan otak kiri bekerja untuk
hal-hal yang rasional, sementara belahan otak kanan bekerja
bersifat lebih emosional. Otak menunjukkan respon yang sangat
baik terhadap kata kunci, gambar, warna, serta asosiasi karena otak
bekerja dengan mensinergikan fungsi belahan otak kiri dan otak
kanan.
Kalau sampai saat ini orang pandai yang berhasil lebih
banyak menggunakan belahan otak kiri, apa yang terjadi kalau
sekarang mereka memakai kedua belahan itu sekaligus? Tentunya
mereka akan memiliki kekuatan otak ganda yang muncul karena
adanya sinergi fungsi otak kiri dan otak kanan. Ada beberapa cara
belajar yang menyenangkan, dengan memanfaatkan sinergi fungsi
otak kiri dan kanan, diantaranya:
1. Lakukan asosiasi. Asosiasi adalah salah satu cara untuk
memudahkan dalam mengingat. Dengan cara ini, setiap keping
informasi dalam memori kita selalu kita kaitkan dengan sesuatu
yang lain. Dengan asosiasi kita mencoba mengkaitkan sesuatu
yang baru dengan yang sudah kita tahu. Misalnya, kita sedang
belajar fungsi lambung. Fungsi lambung ini kita asosiasikan
dengan fungsi sebuah food processor.
2. Libatkan sebanyak-banyaknya panca indera. Semakin
banyak panca indera yang dipakai, semakin mudah Anda
mengingat. Contohnya, ketika belajar menghafalkan nama
nama bumbu dapur, selain mengingat bentuk fisiknya,
usahakan juga Anda mencicipi dan menciumnya.

x | Perancangan dan Pengukuran Kerja


3. Imajinasi. Membuat gambaran dari yang ingin dipelajari
berdasarkan. Imajinasi masing-masing orang bisa berbeda.
Misalnya Anda sedang belajar sel-sel darah, Anda dapat
berimajinasi bahwa sel darah merupakan sekelompok
penduduk sebuah negara dimana sel-sel darah merah adalah
kumpulan pekerja yang bertugas memenuhi kebutuhan logistik
negera itu. Sel darah putih merupakan pasukan pertahanan
yang bertugas melindungi negara dari serangan musuh, dan
keping darah merupakan petugas yang bertanggungjawab atas
menutupnya tembok batas Negara (untuk mengingat fungsi
penyembuhan luka). Lalu Anda dapat membuat sebuah cerita
khayalan yang tokoh utamanya adalah ketiga jenis sel darah
itu.
4. Visualisasi. Artinya menggambarkan sesuatu dalam bentuk
rangkaian gambar yang berkaitan satu sama lain. Misalnya
agar lebih mudah mengingat kisah Nabi Nuh, maka Anda dapat
menggambar bahtera, berpasang-pasang hewan, awan
mendung dan hujan.
5. Gunakan peta pikiran. Peta pikiran mengekspresikan
informasi dengan menggunakan warna, gambar, dan kata
kunci dalam struktur yang bercabang-cabang, menyerupai
struktur alami dari syaraf otak. Anda dapat mengembangkan
gaya peta pikiran Anda sendiri dengan memilih kata kunci,
warna dan gambar yang Anda sukai.
6. Humor. Senang dan tertawa akan mengingatkan kita pada
saat-saat berbahagia. Semakin lucu, aneh, dan istimewa suatu
hal biasanya akan lebih mudah diingat. Maka dengan
menyelipkan humor yang pas pada proses belajar, Anda akan
lebih mudah mengingat hal yang Anda pelajari.
Tips-tips di atas tentunya bukanlah merupakan suatu cara
belajar yang instan. Belajar merupakan sebuah proses yang
panjang dan seyogyanya memang menjadi suatu aktivitas yang
menyenangkan. Kini saatnya Anda merubah cara belajar Anda,
agar pengalaman kegagalan tidak akan terjadi, dan Anda dapat

Perancangan dan Pengukuran Kerja | xi


sukses dalam menempuh studi. Selamat mencoba, dan pastikan
akan ada kabar baik dari prestasi belajar Anda.
Salah satu metode belajar yang mensinergikan fungsi otak
kanan dan otak kiri adalah teknik Mind Mapping (Peta Pikiran).
Teknik peta pikiran adalah cara yang mudah untuk menempatkan
informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak.
Teknik ini juga merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif.
Kegiatan belajar dan mencatat menjadi lebih
menyenangkan karena bentuk catatan yang dibuat dengan peta
pikiran akan menghasilkan catatan yang penuh warna dan gambar
sehingga mudah diingat kembali. Peta pikiran disusun dengan
menggunakan warna, memiliki struktur alami yang memancar dari
pusat, menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang
sesuai dengan satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami,
dan sesuai dengan cara kerja otak. Sebagai alat berpikir, peta
pikiran ini membantu kita untuk berpikir lebih terstruktur, lebih cepat
dan lebih jernih, dan tentu saja lebih menyenangkan.

Peta Pikiran Peta Sukses Belajar

xii | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Sebenarnya, teknik peta pikiran ini hanya salah satu dari
kunci sukses belajar. Sebagaimana yang digambarkan dalam Peta
Pikiran . Keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh pengkondisian
sebelum, pada proses, dan setelah belajar. Motivasi, gaya belajar
dan kebiasaan melakukan senam otak adalah hal – hal yang
berkaitan dengan kondisi sebelum belajar. Pada saat belajar,
sebaiknya diawali dengan doa dan berusaha untuk santai sehingga
tercapai gelombang otak yang paling optimal untuk belajar. Teknik
mencatat bebas dapat dipelajari agar materi kuliah lebih mudah
diingat. Setelah belajar, satu yang terpenting adalah melakukan
review 10-24-7-30-6; yaitu mengulang atau membaca kembali
ringkasan yang dibuat pada 10 menit, 24 jam, 7 hari, 30 hari dan 6
bulan setelah belajar.
Buku ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
proses belajar memahami mata kuliah Analisis dan Pengukuran
Kerja, sebagai salah satu mata kuliah inti di jurusan Teknik Industri
dengan cara yang lebih mudah dan menyenangkan. Buku ini
dilengkapi dengan soal-soal latihan dan pemecahannya sebagai
bahan belajar.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | xiii


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................V


Prakata ....................................................................... VI
Belajar Lebih Menyenangkan Dengan Peta Pikiran IX
Daftar Isi...................................................................XIV
Daftar Peta Pikiran ..................................................XVI
Daftar Gambar......................................................XVIII
Daftar Tabel
Persamaan.............................................................. XX
.................................................XXIII

BAB 1 METHODS ENGINEERING -- 1


A. PENDAHULUAN ........................................................................1
B. PENYAJIAN MATERI ..................................................................2
C. RANGKUMAN ......................................................................... 13
D. LATIHAN SOAL ........................................................................ 14
E. RUJUKAN................................................................................16
F. BAHAN BACAAN YANG DIANJURKAN ...................................... 16

BAB 2 PROBLEM SOLVING TOOLS -- 17


A. PENDAHULUAN ...................................................................... 17
B. PENYAJIAN MATERI ................................................................ 19
C. RANGKUMAN ......................................................................... 29
D. LATIHAN SOAL ........................................................................ 29
E. RUJUKAN................................................................................33
F. BAHAN BACAAN YANG DIANJURKAN ...................................... 33

BAB 3 PRODUKTIVITAS KERJA -- 34


A. PENDAHULUAN ......................................................................34
B. PENYAJIAN MATERI ................................................................ 35

xiv | Perancangan dan Pengukuran Kerja


C. RANGKUMAN ......................................................................... 44
D. LATIHAN SOAL ........................................................................ 44
E. RUJUKAN................................................................................45
F. BACAAN YANG DIANJURKAN .................................................. 45

BAB 4 PENGUKURAN KERJA -- 46


A. PENDAHULUAN ...................................................................... 46
B. PENYAJIAN MATERI ................................................................ 49
C. RANGKUMAN ....................................................................... 136
D. LATIHAN SOAL ...................................................................... 137
E. RUJUKAN.............................................................................. 151
F. BAHAN BACAAN YANG DIANJURKAN .................................... 152

BAB 5 STUDI DAN EKONOMI GERAKAN -- 153


A. PENDAHULUAN .................................................................... 153
B. PENYAJIAN MATERI .............................................................. 153
C. RANGKUMAN ....................................................................... 164
D. LATIHAN SOAL ...................................................................... 165
E. RUJUKAN.............................................................................. 166
F. BAHAN BACAAN YANG DIANJURKAN .................................... 166

BAB 6 PETA-PETA KERJA UNTUK ANALISIS


DAN DESAIN KERJA -- 167
A. PENDAHULUAN .................................................................... 167
B. PENYAJIAN MATERI .............................................................. 169
C. RANGKUMAN ....................................................................... 205
D. LATIHAN SOAL ...................................................................... 205
E. RUJUKAN.............................................................................. 223
F. BAHAN BACAAN YANG DIANJURKAN .................................... 223

Daftar Referensi ........................................................ 224


Glosarium .................................................................. 226
Tentang Penulis......................................................... 229

Perancangan dan Pengukuran Kerja | xv


DAFTAR PETA PIKIRAN

Peta Pikiran 2. Definisi Method Engineering .................................... 5


Peta Pikiran 3. Ruang Lingkup Methods Engineering..................... 6
Peta Pikiran 4 Tools Identifikasi Masalah.........................................18
Peta Pikiran 5. Faktor Penentu Pertumbuhan Produktivitas..........35
Peta Pikiran 6. Definisi Waktu Baku..................................................49
Peta Pikiran 7. Penggunaan Waktu Baku ........................................50
Peta Pikiran 8. Pihak yang Terlibat dalam Studi Jam Henti 51
Peta Pikiran 9. Langkah-langkah dalam Melakukan Pengukuran ..........
Waktu .................................................................................................... 53
Peta Pikiran 10. Mengapa Perlu Element Breakdown? .................54
Peta Pikiran 11. Peralatan Studi Jam Henti..................................... 56
Peta Pikiran 12. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan ........... 56
Peta Pikiran 13 Metode Penentuan Penyesuaian...........................60
Peta Pikiran 14. Metode Westinghouse ...........................................62
Peta Pikiran 15. Metode Objektif .......................................................65
Peta Pikiran 16. Metode Shumard ...................................................66
Peta Pikiran 17. Jenis Kelonggaran ..................................................74
Peta Pikiran 18. Menghitung Waktu Baku........................................76
Peta Pikiran 19. Work Sampling........................................................77
Peta Pikiran 20. Tahapan Studi Work Sampling ............................. 78
Peta Pikiran 21.22. Menentukan Tujuan Objek Pengamatan
Work Sampling Work ....................
Sampling78

............................................................................................................... 79
Peta Pikiran 23. 24. Lembar
Pengamatan Pengamatan
dalam Studi WorkWork SamplingSampling...........85
.................. 81

Peta Pikiran 25. Metode Work Factor............................................... 98

xvi | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Peta Pikiran 26. MOST .....................................................................124
Peta Pikiran 27. Analisis Metode Kerja........................................... 154
Peta Pikiran 28. Indikasi Diperlukannya Analisis Metode Kerja ..155
Peta Pikiran 29. Melakukan Studi Gerakan ...................................156
Peta Pikiran 30.
31. Klasifikasi
Peta Kerja Therblig ................................................ 161
.............................................................. 173
Peta Pikiran 32. Peta Rakitan .......................................................... 174
Peta Pikiran 33. Peta Proses Operasi ............................................ 178
Peta Pikiran 34. Peta Pekerja-Mesin .............................................. 192
Peta Pikiran 35. Peta tangan Kanan – Tangan Kiri ...................... 200

Perancangan dan Pengukuran Kerja | xvii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Ergosystem.............................................................. 4
Gambar 1. 2 Analisis Proses dan Operasi dalam Lingkup
Methods Engineering............................................... 7
Gambar 1. 3. Proses Standarisasi dalam Lingkup Methods
Engineering.............................................................. 8
Gambar 1. 4 Pengukuran Kerja dalam Lingkup Methods
Engineering.............................................................. 9
Gambar 1. 5 Program Pelatihan dalam Lingkup Methods
Engineering.............................................................. 9
Gambar 1. 6 Penggajian dan Insentif dalam Lingkup Methods
Engineering............................................................ 10
Gambar 2. 1 Diagram Pareto Permasalahan Pempek Ikan
Tenggiri .................................................................. 23
Gambar 2. 2 Contoh Check Sheet pada Kerusakan Produk ..... 24
Gambar 2. 3
4 Diagram
HistogramFishbone
Nilai Statistika
Kue Tidak
Mahasiswa
Laku....................... 27
................... 28
Gambar 2. 5 Pie Diagram Proporsi Kegiatan Produktif dan
Non Produktif dari Hasil Pengamatan ................... 97
Gambar 3. 1 Jenis Produktivitas................................................ 39
Gambar 3. 2 Manfaat Ergonomi Untuk Meningkatkan
Produktivitas .......................................................... 43

xviii | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Gambar 4. 1 Tipe Kelonggaran untuk Menentukan Waktu
Baku ....................................................................... 69
Gambar 4. 2 Keterangan dalam Tabel Work Factor ................ 105
Gambar 4. 3 Contoh Motion Analysis dengan Work Factor .... 106
Gambar 6. 1 Langkah Sistematis Penyelesaian Masalah ....... 168
Gambar 6. 2 Penggambaran Peta Rakitan .............................. 175
Gambar 6. 3 Peta Rakitan Kaleng Sarden ............................... 176
Gambar 6. 4 Penggambaran Peta Proses Operasi ................. 179
Gambar 6. 5 Contoh Peta Proses Operasi............................... 182
Gambar 6. 6 Contoh Peta Proses Operasi Kondisi Usulan ..... 183
Gambar 6. 7 Contoh Peta Aliran Proses .................................. 187
Gambar 6. 8 Contoh Peta Aliran Proses Kondisi Usulan......... 188
Gambar 6. 9 Diagram Aliran ..................................................... 189
Gambar 6. 10 Contoh Diagram Aliran ...................................... 191
Gambar 6. 11 Contoh Peta Pekerja dan Mesin ....................... 196
Gambar 6. 12 Contoh Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Packaging Kerupuk (Stasiun 1) pada Kondisi
Sekarang ........................................................... 202
Gambar 6. 13 Contoh Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Packaging Kerupuk (Stasiun 2) Kondisi
Sekarang ........................................................... 203
Gambar 6. 14 Contoh PTKTK Packaging Kerupuk Kondisi
Usulan................................................................ 204

Perancangan dan Pengukuran Kerja | xix


DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Upah Harian Metode Piecework................................ 12


Tabel 2.1 Simbol Flowchart dan Fungsinya ............................. 19
Tabel 2. 2 Jenis Keluhan Pelanggan.......................................... 22
Tabel 2. 3 Nilai Mata Kuliah Statistik Mahasiswa....................... 27
Tabel 2. 4 Data Kelompok .......................................................... 27
Tabel 2.5 Batas Kelas................................................................ 28
Tabel 2. 6 Waktu Pengamatan Acak.......................................... 88
Tabel 2. 7 Hasil Pengamatan ..................................................... 89
Tabel 4. 1 Peran Pemangku Kepentingan Studi Work
Sampling................................................................... 51
Tabel 4. 2 Tabel Penyesuaian Metode Westinghouse .............. 61
Tabel 4. 3 Tabel Penyesuaian Metode Objektif ......................... 63
Tabel 4. 4 Tabel Penyesuaian Metode Shumard [2].................. 66
Tabel 4. 5 Besarnya Kelonggaran berdasarkan Rekomendasi
ILO............................................................................ 67
Tabel 4. 6 Tabel Kelonggaran ......Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 7 Contoh Deskripsi dan Klasifikasi Aktivitas yang
diamati...................................................................... 79
Tabel 4. 8 Contoh Deretan Angka Acak..................................... 82
Tabel 4. 9 Contoh Konversi Angka Acak Menjadi Waktu
Pengamatan Acak.................................................... 83

xx | Perancangan dan Pengukuran Kerja


13 Tabel
12
Tabel 4. 10.
11 NotasiWork
dalam
Factors:
Work Factor
ARM
LEG
TRUNK...................................... 98
....................................... 99
...................................... 100
................................. 101
Tabel 4. 14 Tabel Work Factors: FINGER - HAND.................. 102
Tabel 4. 15 Tabel Work Factors: FOOT ................................... 102
Tabel 4. 16 Tabel Work Factors: FOREARM SWIVEL ............ 103
Tabel 4. 17 Tabel Work Factors: WALKING TIME................... 103
Tabel 4. 12 Tabel Work Factors: VISUAL INSPECTION......... 103
Tabel 4. 12 Tabel Work Factors: HEAD TURN........................ 104
Tabel 4. 20 Tabel MTM 1: Reach ............................................. 109
Tabel 4. 21 Tabel MTM 1: Move............................................... 110
22 Tabel MTM 1: Grasp..............................................
Tabel 4. 23 Turn and Apply Pressure ............... 111
111
Tabel 4. 24 Tabel MTM 1: Position........................................... 113
Tabel 4. 25 Tabel MTM 1: Release .......................................... 113
Tabel 4. 26 Tabel MTM 1: Disengange .................................... 114
Tabel 4. 27 Tabel MTM 1: Body, Leg and Foot Motion............ 115
Tabel 4. 28 Tabel MTM 1: Simultaneous Motion ..................... 117
Tabel 4. 29 MOST Sequence Model ........................................ 125
Tabel 4. 30 Sub Aktivitas untuk General Move ........................ 125
Tabel 4. 31 Sub Aktivitas untuk Controlled Move .................... 126
Tabel 4. 32 Sub Aktivitas untuk Tool/Equipment Use .............. 126
Tabel 4. 33 Nilai Index untuk General Move ............................ 127
Tabel 4. 34 Nilai Index untuk Controlled Move......................... 128

Perancangan dan Pengukuran Kerja | xxi


Tabel 4. 35 Nilai Index untuk Tool/equipment Use .................. 129
Tabel 6. 1 Lambang pada Peta Pekerja dan Mesin ................. 194

xxii | Perancangan dan Pengukuran Kerja


DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 1 Total Upah ............................................................ 11


Persamaan 2 Efisiensi ................................................................ 13
Persamaan 3 Perhitungan Insentif ............................................. 13
Persamaan 4 Perhitungan Bonus............................................... 13
Persamaan 5 Produktivitas Total................................................ 39
Persamaan 6 Produktivitas Total (2) .......................................... 40
Persamaan 7 Produktivitas Parsial............................................. 40
Persamaan 8. Jumlah Pengamatan ........................................... 57
Persamaan 9. Perhitungan Jumlah Pengamatan yang
Dibutuhkan........................................................... 57
Persamaan 10. Menentukan Jumlah Pengamatan .................... 84
Persamaan 11 Perhitungan Jumlah Mesin pada Kondisi
Machine Coupling ........................................... 192
Persamaan 12
13 Total Expected Cost untuk N1
N2 .......................... 193
.......................... 193

Perancangan dan Pengukuran Kerja | xxiii


xxiv | Perancangan dan Pengukuran Kerja
BAB 1 METHODS
ENGINEERING
A. PENDAHULUAN
Kemampuan Akhir yang Diharapkan
▪ Mahasiswa memahami definisi, ruang lingkup, tujuan,
dan sejarah Ergonomi, serta mampu mendefinisikan
interaksi manusia dan mesin dalam suatu sistem
manusia-mesin
▪ Mahasiswa mampu menerapkan prinsip dan tools
method engineering dalam pemecahan masalah
Metode Waktu Pengalaman Kriteria
Pembelajaran Belajar Belajar Penilaian
(menit) Mahasiswa (Indikator)
Ceramah dan 90 Mahasiswa 1. Estetika
diskusi menit secara desain peraga
kelompok berkelompok 2. Pesan yang
membuat informatif
sebuah peraga pada peraga
infografis yang yang dibuat
memuat 3. Ketepatan
informasi waktu
mengenai pengumpulan
perkembangan tugas
ergonomi dan
perancangan
kerja

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 1


B. PENYAJIAN MATERI
1. Tokoh Besar dalam Methods Engineering

Frederick Winslow Taylor


Frederick Winslow Taylor (20 Maret 1856 - 21 Maret 1915)
adalah seorang insinyur mekanik yang berasal dari Amerika Serikat.
Taylor terkenal atas usahanya meningkatkan efesiensi industri. Ia
dikenal sebagai "Bapak Manajemen Ilmiah" dengan gerakan
efesiensinya. Ketika Taylor merasa kurang puas dengan
ketidakefesienan pekerja di perusahaannya, ia memperkenalkan
penggunaan metode ilmiah dalam manajemen. Tidak adanya
standar dalam pelaksanaan dan cara kerja menyebabkan timbulnya
ketidakefesienan di perusahaan tempatnya bekerja. Dalam kondisi
itu Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja hanyalah
sepertiga dari yang seharusnya. Taylor berusaha memperbaiki
keadaan tersebut dengan menerapkan metode ilmiah untuk
menemukan sebuah "teknik terbaik" dalam menyelesaikan setiap
pekerjaan.
Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah
pedoman yang jelas tentang cara meningkatkan efisiensi produksi.
Pedoman tersebut adalah:
1. Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan
seseorang, yang akan menggantikan metode lama yang bersifat
coba-coba.
2. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau
kembangkanlah pekerja tersebut.
3. Bekerjasamalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja
untu menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai
dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi.
4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata
antara manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil
alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada bagi
para pekerja.
Pola pikir pedoman ini mengubah pola pikir manajemen
ketika itu. Perbaikan yang dilakukan adalah pihak manajemen yang

2 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


berperan dalam merancang dan memilihkan metode kerja, serta
melakukan pelatihan agar semua pekerja melakukan pekerjaannya
dengan cara yang sama. Taylor juga menyarankan manajemen
untuk mengambil alih pekerjaan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengontrolan. Karena keempat fungsi ini adalah
fungsi utama dari seorang manajer, dan bukan tanggung jawab
pekerja.
Frank Bunker Gilbreth & Lilian Moler Gilberth
Frank dan Lilian Gilberth adalah pasangan penemu yang
menyempurnakan konsep dari Taylor. Mereka mengamati gerakan
kerja seseorang secara berulang-ulang lalu memperbaikinya
sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik (meningkatkan
produktivitas kerja). Mereka inilah yang dianggap sebagai pelopor
dari aktivitas kerja (Motion and Time Study). Pasangan suami dan
istri Gilbreth ini menemukan 17 elemen gerakan dasar manual yang
disebut sebagai Therblig. Istilah ini adalah penulisan secara terbalik
dari nama keluarga mereka. Pembahasan mengenai Therblig akan
dibahas dalam Bab 5 buku ini.
2. Methods Engineering dalam ErgoSystem
Ergosystem memandang sebuah sistem kerja yang terdiri
atas lingkungan, manusia dan mesin. Ketiga elemen ergosystem ini
saling berinteraksi dalam kegiatan produksi yang mempunyai tujuan
untuk mengupayakan efisiensi, kenyamanan dan kesejahteraan.
Mari kita lihat, interaksi yang terjadi dalam sebuah Ergosystem
dalam Gambar 1. 1. Terdapat dua interaksi yang terjadi dalam
ergosystem; yaitu interaksi manusia-mesin dan manusia
lingkungan. Methods Engineering akan banyak mengkaji desain
sistem kerja yang akan melibatkan interaksi antara manusia dan
mesin sebagai bagian dari kajian ilmu ergonomi.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 3


Gambar 1. 1 Ergosystem
Methods Engineering adalah sebuah kajian mengenai
perancangan, pembuatan dan pemilihan metode, alat, proses dan
keahlian yang terbaik untuk desain sistem kerja dengan tujuan
untuk meningkatkan produktivitas dan mengupayakan keselamatan
dan kesehatan pekerja. Untuk lebih mudah diingat, mari kita sarikan
definisi tersebut dalam Peta Pikiran .

4 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Peta Pikiran 1. Definisi Method Engineering

Methods Engineering mencakup lima aktivitas, yaitu:


1. Planning
2. Methods study
3. Standardization
4. Work measurement
5. Controls
Dalam tahap planning, dilakukan perhitungan kebutuhan
waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan untuk memaksimalkan
efisiensi. Biasanya, pekerjaan yang paling banyak dijadikan objek
perbaikan adalah pekerjaan dengan tingkat repetisi yang tinggi,
melibatkan banyak operator yang bekerja secara manual sehingga
membutuhkan biaya tenaga kerja yang tinggi. Selanjutnya, pada
tahap methods study, dilakukan perbaikan metode melalui berbagai
penelitian ilmiah sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan
cara yang lebih baik. Pada tahap standarisasi, dilakukan pelatihan
kepada para operator agar mereka dapat bekerja berdasarkan
metode standar yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan pelatihan,
akan dilakukan pengukuran standar kinerja melalui pengukuran
waktu. Terakhir, metode yang diterapkan akan diaudit secara
berkala dan disesuaikan dengan data waktu yang terbaru. Pada

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 5


tahap ini dilakukan juga perhitungan kompensasi untuk memacu
kinerja para pekerja.
3. Ruang Lingkup Method Engineering

Method Engineering mempunyai dua lingkup utama yaitu


perancangan dan pengukuran kerja. Apakah lingkupnya? Mari kita
lihat Peta Pikiran .

Peta Pikiran 2. Ruang Lingkup Methods Engineering


Kajian mengenai perancangan kerja harus mengikuti
kaidah–kaidah ergonomi yaitu “fits the job to the worker”.
Mengapa? Tentu saja karena manusialah yang menjadi “pusat
perhatian” dalam desain semua sistem kerja. Semua elemen dalam
sistem kerja harus disesuaikan dengan manusia yang bekerja di
dalamnya. Sementara dalam lingkup pengukuran kerja, Methods
Engineering akan memberikan suatu standar berupa waktu baku.
Pengukuran kerja ini akan dibahas secara lebih dalam dalam Bab
3.
Aktivitas perancangan kerja dapat dimulai dari perancangan
metode kerja. Dalam hal ini kita akan memilih metode, material, alat
& peralatan dan kondisi kerja yang terbaik. Tujuan dari
perancangan metode kerja ini adalah untuk merancang sistem
kerja, urutan proses, dan prosedur kerja untuk menyelesaikan suatu
permasalahan dalam aktivitas produksi. Pemecahan masalah
dalam perancangan kerja biasanya dilakukan dengan
menggunakan 4 langkah penyederhanaan yang umum yaitu

6 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


dengan menghilangkan aktivitas yang tidak perlu, menggabungkan
operasi, mengubah urutan proses dan menyederhanakan proses.

Gambar 1. 2 Analisis Proses dan Operasi dalam Lingkup


Methods Engineering
Gambar 1. 2 menjelaskan penggunaan berbagai tools yang
digunakan dalam analisis proses dan operasi dalam ruang lingkup
Methods Engineering. Kegiatan yang dirancang atau diperbaiki
terlebih dahulu dianalisis dengan menggunakan peta kerja. Peta
kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis dan logis yang
digunakan untuk menganalisis suatu proses kerja. Pembahasan
mengenai peta – peta kerja ini akan dijelaskan pada Bab 6. Analisis
Studi Gerakan, analisis cursory dan analisis Therblig digunakan
untuk menganalisis operasi atau kegiatan yang dilakukan dalam
sebuah proses. Pembahasan mengenai Studi gerakan ini secara
lebih jelas akan dituliskan pada Bab 5.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 7


Gambar 1. 3. Proses Standarisasi dalam Lingkup Methods
Engineering
Gambar 1. 3 menjelaskan proses standarisasi ini dalam
lingkup Methods Engineering. Hasil dari perancangan metode kerja
adalah standar operasi tertulis mengenai metode, material, alat &
peralatan, dan kondisi kerja. Dalam hal ini, standar yang terbentuk
harus dapat dikomunikasikan dengan baik kepada para pekerja.
Instruksi ini dapat disampaikan secara tertulis dalam bentuk lembar
instruksi yang berisi mengenai standar – standar praktis, atau SIMO
Chart (Simultaneous Motion Chart). Penyampaian hasil
standarisasi ini dapat pula disampaikan dalam gambar – gambar
petunjuk kerja atau melalui rekaman film.
Studi mengenai waktu dan gerakan paling baik dilakukan
pada proses dan prosedur yang sudah terstandarisasi. Sehingga
hasilnya dapat digunakan untuk perencanaan kerja, penjadwalan
kerja, perkiraan anggaran biaya, dan sebagai dasar perhitungan
upah pekerja. Gambar 1. 4 menjelaskan lingkup pengukuran waktu
standar dalam Methods Engineering.

8 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Gambar 1. 4 Pengukuran Kerja dalam Lingkup Methods
Engineering

Gambar 1. 5 Program Pelatihan dalam Lingkup Methods


Engineering

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 9


Setelah proses terstandarisasi dan waktu baku untuk
mengerjakan sebuah operasi ditentukan, langkah selanjutnya
adalah melatih operator untuk bekerja sesuai dengan metode
standar yang telah ditetapkan. Pelatihan ini dapat dilakukan pada
sesi pelatihan khusus atau menggunakan sistem pelatihan
langsung di tempat kerja (on the job training) seperti yang dijelaskan
pada Gambar 1. 5. Pada kajian terakhir, aplikasi dari semua
langkah yang telah dilakukan dalam method engineering menuju
pada perhitungan upah untuk tenaga kerja produksi.

Gambar 1. 6 Penggajian dan Insentif dalam Lingkup Methods


Engineering
Motivasi kerja erat kaitannya dengan pemberian upah dan
insentif yang sesuai. Pemberian upah dan insentif yang baik kepada
pekerja dapat meningkatkan tidak hanya motivasi tetapi juga kinerja
dan integritas kerja. Pekerja biasanya menginginkan tidak hanya
memperoleh upah bulanan tetapi juga insentif tambahan.
Hubungan antara pemberian insentif tambahan dan kinerja sangat
erat. Semakin tinggi kinerja maka dapat meningkat pula insentif

10 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


yang akan diterima. Kinerja dapat diukur dengan jumlah produk
yang dihasilkan.
Gerakan-gerakan yang tidak efektif dalam bekerja seperti
mencari, memilih dapat memperpanjang waktu perakitan. Sehingga
dibutuhkan waktu dan output yang dibuat standar untuk setiap
pekerja.
Pemberian insentif tambahan jika pekerja mampu bekerja
melebihi target adalah salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas. Misalnya, seorang pekerja harus merakit minimal 10
produk dalam 1 hari, jika mereka dapat merakit lebih dari itu maka
setiap penambahan produk akan ditambah Rp 2.000,00 untuk
insentif yang diperoleh.
Secara umum, upah diartikan sebagai hak pekerja yang
mereka terima dalam bentuk uang sebagai imbalan atas kerja
mereka. Upah sering disebut juga sebagai gaji. Sedangkan insentif
merupakan kompensasi khusus yang diberikan perusahaan kepada
pekerja karena prestasi kerja mereka. Rumus secara umum
pemberian upah yaitu:
Total Upah = Upah Dasar + Insentif
Persamaan 1 Total Upah
Besarnya insentif yang diterima pekerja tidak hanya
berdasarkan dari jumlah produk yang dihasilkan, tetapi dapat pula
dinilai berdasarkan tingkat kehadiran, kreativitas dan sikap kerja.
Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam perhitungan upah
pekerja, yaitu :
1. Metode Day work and Measurement Day Work

Metode day work ini merupakan metode berdasarkan jam


kerja. Salah satu keuntungan dari metode ini yaitu tidak adanya
paksaan terhadap standar-standar kerja yang telah ditetapkan,
sedangkan kelemahannya adalah karena tidak adanya paksaan
pekerja dalam mematuhi standar kerja maka laju produksi
cenderung lebih lambat. Metode measurement day work

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 11


merupakan metode pembayaran upah berdasarkan standard kerja.
Pekerja dapat memberikan kinerja mereka yang terbaik sehingga
laju produksi lebih tinggi dibandingkan dengan metode day work.
2. Metode Piecework Incentive
Pada metode ini, pemberian upah kerja berdasarkan unit
output yang dihasilkan sesuai dengan persentase insentif. Jika unit
yang dihasilkan dibawah atau sama dengan standar unit output
yang telah ditetapkan maka upah yang diterima pekerja hanya upah
dasar. Jika unit yang dihasilkan melebihi dari jumlah unit output
standar maka upah yang diterima akan ditambah dengan insentif.
Metode ini menuntut pekerja memproduksi produk lebih
banyak agar mendapatkan upah yang lebih tinggi. Tetapi, pada
metode ini dibutuhkan analisis motion and time study untuk
menentukan standard kerja yang baik. Salah satu contoh pekerjaan
dengan metode ini yaitu pada bagian penjualan. Jika seorang
penjualan dapat menjual produk melebihi target maka mereka akan
mendapatkan insentif lebih.

Contoh Soal
Seorang pekerja perakitan mainan Tamiya memiliki jam
kerja 8 jam/ hari dan upah per jam nya Rp 70.000,00. Perusahaan
memiliki target produksi per jam sebanyak 200 buah atau 1.600
buah per hari. Pekerja akan memperoleh insentif tambahan sebesar
10% dari upah standar. Sehingga akan terjadi penambahan upah
yang diterima pekerja seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 1. 1 Upah Harian Metode Piecework
Unit Output per Upah yang Diterima Jenis Penerimaan
hari per Hari
1.000 Rp 70.000,00 Upah dasar
1.500 Rp 70.000,00 Upah dasar
2.000 Rp 98.875,00 Upah dasar + insentif

12 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


2. Pengukuran Output Kerja

Sebelum melakukan perhitungan insentif, perlunya

menghitung efisiensi dalam menghasilkan suatu unit produk .


Rumus sederhana dalam menghitung efisiensi jika output yang
diahasilkan dapat diketahui :

Output yang dihasilkan


Efisiensi =
Standar output

Persamaan 2 Efisiensi

Tetapi ada beberapa kasus dalam menghitung pengukuran


output kerja tidak diketahui output produk yang dihasilkan , maka
perhitungan efisiensi dapat menggunakan rumus ini :

Waktu baku
Yw = X =
Waktu aktual

Insentif = Yw1 = X − 1

Waktu Standar - Waktu Aktual

Waktu Aktual

Waktu yang dihemat (Time Saved)


Waktu Aktual (Actual Time)

Persamaan 3 Perhitungan Insentif

Bonus atau insentif yang dinyatakan dalam uang dapat dihitung


dengan rumus:

Bonus (Rp) = Time saved x Wage rate

Persamaan 4 Perhitungan Bonus

C. RANGKUMAN

• Lahirnya Methods Engineering diawali dengan lahirnya


kajian mengenai scientific management dan studi gerakan
• Kajian mengenai perancangan kerja harus mengikuti
kaidah-kaidah ergonomi yaitu "fits the job to the worker"

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 13


karena manusialah yang menjadi “pusat perhatian” dalam
desain semua sistem kerja.
• Method Engineering mempunyai dua lingkup utama yaitu
perancangan dan pengukuran kerja.

D. LATIHAN SOAL
1. Bagaimana insentif dapat meningkatkan motivasi pekerja untuk
meningkatkan hasil kerja yang lebih baik?
2. PT Makmur Jaya merupakan perusahaan pembuatan kopi
kemasan. Perusahaan menetapkan jumlah produk yang harus
diproduksi pekerja selama 1 minggu yaitu 500 pcs sachet kopi.
Pekerja bekerja 1 minggu selama 8 jam dan 5 hari kerja (senin
jumat). Upah standar yang ditetapkan yaitu Rp. 25.000,00/
minggu. Jika pekerja mampu memproduksi kopi melebihi 500
pcs sachet kopi/ minggu maka akan ditambah insentif 20% dari
upah standar.
a. Berapakah total upah yang diterima masing-masing karyawan
jika dapat memproduksi kopi sachet seperti pada Tabel
berikut!
b. Berdasarkan dari total upah (a) berapakah upah per sachet
kopi yang diterima karyawan dalam 1 minggu?
Nama Jumlah Produk/ minggu
Intan 500
Adi 600
Udin 510
Tara 525

3. PT Ramayaja adalah salah satu perusahaan garmen yang


memproduksi kaos spandex. Akibat adanya pandemic Covid-19,
perusahaan mengalami penurunan permintaan cukup drastis
terutama permintaan pada bulan Agustus 2020. Agar
perusahaan tetap bisa bertahan di tengah krisis maka
manajemen perusahaan memutuskan untuk mengurangi jumlah
produksi dan jumlah operator di bagian produksi (cut off). Pihak

14 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


manajemen juga berencana untuk mengubah sistem
pengupahan menjadi per-output produk agar kinerja karyawan
lebih maksimal terhitung mulai bulan September 2020. Selama
bulan September 2020, kinerja operator produksi juga akan
dievaluasi oleh supervisor untuk menentukan operator mana
saja yang harus diberhentikan jika efisiensi kinerjanya kurang
dari 90% dalam sebulan. Tono, Tini, Tunu termasuk dari bagian
operator produksi yang akan dievaluasi kinerjanya.
Sistem pengupahan di perusahaan adalah sebagai berikut:
▪ Sebelum adanya pandemic, operator produksi mendapatkan
upah tetap sebesar Rp 3.800.000 per bulan
▪ Mulai bulan September 2020, operator produksi mendapatkan
upah sebesar Rp 3500 per output
▪ Sehari terdapat 7 jam kerja, seminggu 5 hari kerja dan dalam
satu bulan terdapat 4 minggu.
▪ Waktu standar untuk menghasilkan 1 produk kaos spandex
adalah 7 menit.
▪ Target output yang ditentukan adalah 1200 produk sebulan.
Berikut ini data output yang dihasilkan Tono, Tini, Tunu per
minggunya selama bulan September 2020:
Operator Output September 2020 (pcs produk)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Tono 250 300 310 290
Tini 225 300 300 230
Tunu 300 290 275 280

Pertanyaan:
a. Berapakah total upah yang akan diterima oleh Tono, Tini
dan Tunu pada bulan September 2020?
b. Berapa persenkah masing-masing perubahan upah Tono,
Tini dan Tunu dari bulan sebelumnya?
c. Siapakah yang akan diberhentikan antara Tono, Tini dan
Tunu?

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 15


d. Jika operator yang akan diberhentikan mendapatkan
pesangon 3x penjumlahan dari upah selama 3 bulan yaitu
Juli, Agustus, September 2020. Berapakah jumlah
pesangon yang akan diterima oleh operator yang akan
diberhentikan pada pertanyaan (c)?

E. RUJUKAN
Niebel, B., & Freivalds, A. (2014). Methods, Standards, and Work
Design. Boston: McGraw-Hill.
Barnes, R. (1980). Motion And Time Study. John Wiley & Sons, Inc.

F. BAHAN BACAAN YANG DIANJURKAN


https://en.wikipedia.org/wiki/Lillian_Moller_Gilbreth

16 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


BAB 2 PROBLEM SOLVING
TOOLS
A. PENDAHULUAN
Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Mahasiswa mampu menerapkan prinsip dan tools method
engineering dalam pemecahan masalah
Metode Waktu Pengalaman Kriteria
Pembelajaran Belajar Belajar Penilaian
(menit) Mahasiswa (Indikator)

Ceramah, Studi 90 Mahasiswa 1. Kelengkapan


Kasus / Menit secara tahapan
pembelajaran berkelompok Problem
berbasis mengidentifika Solving
masalah si 2. Logika ilmiah
permasalahan setiap
di dunia nyata, tahapan
kemudian Problem
menggunakan Solving
tools Problem
Solving untuk
menyelesaikan
permasalahan
yang
ditemukan.

Method Engingeering erat kaitannya dengan bagaimana


pemilihan tools yang tepat untuk memecahkan masalah. Pada bab
ini akan dibahas mengenai tools apa saja yang dapat digunakan

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 17


dalam mengidentifikasi dan menganalisis masalah. Secara umum,
langkah-langkah dalam Problem Solving ada beberapa tahapan
yaitu:
1. Identifikasi masalah
2. Merumuskan masalah
3. Menemukan alternatif-alternatif pemecahan masalah
4. Melakukan analisis setiap alternatif pemecahan masalah
5. Memilih alternatif pemecahan masalah
6. Melakukan alternatif tersebut
7. Evaluasi hasil

Peta Pikiran 3 Tools Identifikasi Masalah


Tahapan pertama pada Problem Solving tools yaitu melakukan
identifikasi masalah dengan cara mencari berbagai data dan
informasi tentang mengapa permasalahan tersebut dapat terjadi.
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan beberapa tools seperti
Flowchart, diagram pareto, check sheet, fishbone diagram dan
histogram seperti pada Peta Pikiran . Setiap tools untuk identifikasi

18 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


masalah memiliki kriteria dan cara masing-masing dalam
penggunaannya.

B. PENYAJIAN MATERI
1. Flowchart
Flowchart dapat mendeskripsikan secara jelas dan detail tentang
tahapan dan proses secara grafis. Dalam Flowchart dimungkinkan
untuk mengetahui adanya perbaikan atau pemilihan hasil dan
proses. Tabel 2. 1 berikut ini menunjukkan macam simbol Flowchart
beserta fungsinya.
Tabel 2.1 Simbol Flowchart dan Fungsinya

Simbol Fungsi

Menunjukkan sedang bekerja atau proses

Input/Output

Simbol terminal untuk menyatakan dimulai atau


berakhirnya proses (Start/End)

Decision untuk menyatakan pemilihan Ya/ Tidak

Display untuk menyatakan peralatan output


yang digunakan misalnya layar dan printer

Simbol penghubung yang menghubungkan


pada halaman yang sama

Alur proses

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 19


Simbol Fungsi

Simbol penghubung yang menghubungkan


pada halaman berbeda

Simbol dokumen menyatakan input berasal dari


kertas atau yang dicetak dikertas

Online Storage menyatakan input berasal dari


disk atau akan disimpan ke disk

Offline Storage menyatakan input akan


disimpan ke media lain

Contoh Soal Flowchart :


Setiap hari libur tiba, Arsyila selalu mengunjungi restoran
favoritnya untuk memesan makanan. Sebelum memesan makanan,
dia biasanya melihat menu makanan terlebih dahulu. Salah satu
menu favorit yang sering dia pesan adalah iga bakar, tetapi jika
tidak ada dia akan mencari menu yang lain. Setelah dia memesan
makanan, kemudian dia membayar di kasir. Buatlah Flowchart dari
kasus tersebut.

20 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Jawaban:

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 21


2. Diagram Pareto
Diagram Pareto merupakan grafik yang menunjukkan
masalah berdasarkan jumlah kejadian. Dimulai dari jumlah
permasalahan terbanyak terjadi sampai ke permasalahan yang
lebih jarang terjadi. Diagram ini dapat mengetahui dan
mengidentifikasi permasalahan mana yang harus diselesaikan
terlebih dahulu. Prinsip dari diagram ini yaitu 80% permasalahan
berdasarkan dari 20% penyebabnya. Biasanya, permasalahan
yang sering terjadi dapat menjadi prioritas untuk diselesaikan.

Contoh soal Diagram Pareto:


Ibu Laksmi memiliki usaha sampingan yaitu membuat
Pempek Ikan Tenggiri. Selama menjalani usahanya, banyak
pelanggan komplen terkait dengan pempek buatannya. Tabel 2. 2
merupakan keluhan yang sering dikeluhkan oleh pelanggan,
kemudian buatlah diagram pareto dari kasus tersebut!
Tabel 2. 2 Jenis Keluhan Pelanggan

No Jenis Keluhan Frekuensi Kumulatif Persentase


1 Cepat basi 8 8 36%
5
3

2 Ukuran tidak sama 13 59%


3 Kadang keasinan 16 73%
Plastik bungkusan
4 kurang menarik 3 19 86%
5 Cuka kurang pedas 2 21 95%
6 Rasa tidak stabil 1 22 100%
Total 22

Setelah diuraikan jenis keluhan, langkah selanjutnya yaitu


membuat jumlah frekuensi masalah yang sering timbul. Frekuensi
tersebut kemudian di urutkan dari yang paling sering muncul sampai
yang jarang. Selanjutnya, menghitung kumulatif dengan
menjumlahkan frekuensi yang dicari dengan sebelumnya, misalnya
kumulatif 13 diperoleh dari 8+5. Langkah terakhir yaitu mencari

22 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


persentase dengan membagi setiap nilai kumulatif dengan total
frekuensi kemudian dijadikan persen. Setelah semua perhitungan
selesai, diagram pareto dapat dibuat menggunakan Microsoft Excel
seperti pada Gambar 2.1. Terlihat dari gambar tersebut bahwa
permasalahan terbesar dari Pempek Ikan Tenggiri bu Laksmi
adalah karena cepat basi.

Diagram Pareto
9 120%
8
100%
7
6 80%
5
60%
4
3 40%
2
20%
1
0 0%
Cepat basi Ukuran Kadang Plastik Cuka Rasa tidak
tidak sama keasinan bungkusan kurang stabil
kurang pedas
menarik

Gambar 2. 1 Diagram Pareto Permasalahan Pempek Ikan


Tenggiri
3. Check Sheet
Check sheet merupakan tools yang lebih sederhana jika
dibandingkan Flowchart dan diagram pareto. Check sheet berupa
lembar periksa yang memuat beberapa variabel yang akan dinilai
oleh pekerja. Dalam check sheet dapat diketahui berapa kali suatu
nilai sering muncul. Salah satu ciri khas penggunaan check sheet
yaitu mengisi lembar pemeriksaan dengan menuliskan tally (lidi)
pada setiap kategori, sehingga sering disebut dengan Tally Chart.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 23


Salah satu keuntungan penggunaan tools ini yaitu
memudahkan dalam memilih data berdasarkan kategori, sehingga
data lebih mudah untuk dianalisis. Hal ini berimbas pada efisiensi
penggunaan waktu dalam identifikasi masalah. Gambar 2. 2
merupakan contoh mengidentifikasi masalah tingginya angka cacat
pada sebuah produk.

Gambar 2. 2 Contoh Check Sheet pada Kerusakan Produk


Gambar 2. 2 memperlihatkan bahwa jenis kerusakan yang
paling banyak terjadi pada bentuk sebuah produk. Sehingga
dengan cepat dapat diambil kesimpulan bentuk menjadi salah satu
penyebab tingginya angka cacat pada kasus ini. Pada check sheet
juga tertera tanggal, jam dan pengawas yang melakukan
pengecekan terhadap kerusakan produk.

24 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


4. Fishbone Diagram
Fishbone diagram atau sering disebut dengan cause and
effect diagram merupakan salah satu tools identifikasi masalah
untuk menemukan hubungan sebab akibat. Diagram ini pertama
kali ditemukan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari universitas Tokyo
pada tahun 1953 sehingga Fishbone Diagram disebut juga diagram
Ishikawa. Selain mengidentifikasi masalah, diagram Ishikawa juga
dapat membantu mencari dan menyelidiki fakta lebih lanjut, dan
dapat membantu menemukan ide-ide penyelesaian masalah.
Secara umum, faktor yang di identifikasi pada diagram Ishikawa
yaitu:
1. Man
2. Machine
3. Method
4. Material
5. Measurement
6. Evironment
Faktor Man berkaitan dengan operator atau pekerja.
Misalkan mengapa pekerja banyak yang sering sakit, atau mengapa
pekerja banyak melakukan kesalahan ketika mengoperasikan
mesin. Faktor Machine berhubungan dengan mesin yang
digunakan. Misalnya mengapa mesin tidak dapat hidup, atau
mengapa mesin sering mengalami breakdown. Faktor selanjutnya
yaitu Method. Faktor ini berkaitan dengan metode atau cara kerja.
Misalnya tidak adanya SOP pengoperasian mesin. Faktor Material
yaitu bahan produksi yang digunakan seperti apa, misalnya bahan
mudah berkarat dan ukuran antar bahan satu dengan lainnya tidak
sama. Faktor Measurement berkaitan dengan pengukuran pada
suatu proses atau cara kerja, misalnya tidak adanya SOP ketebalan
cat pada produk. Faktor terakhir yaitu Environment. Faktor ini
mengidentifikasi masalah dari segi lingkungan kerja fisik, misalnya
bagaimana temperatur kerjanya, pencahayaannya atau bahkan
kerapihan dalam menyimpan dan dokumentasi material.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 25


Contoh kasus Fishbone Diagram :
Ibu Farida merupakan seorang Ibu rumah tangga yang
mencoba membuka usaha kue rumahan. Sebenarnya bu Farida
belajar membuat kue baru 2 minggu dan belajar otodidak dari
Youtube. Setelah merasa yakin rasa kue nya enak, kemudian bu
Farida menjual kue dengan cara Open Pre-Order (PO). Satu bulan
membuka PO kue, ternyata hanya terjual sekitar 2-3 kotak saja,
setelah itu tidak ada lagi pelanggan yang ingin membeli kue
kembali. Bu Farida biasanya membeli bahan kue dan telur di
warung sepi pengunjung dengan harga yang lebih murah. Dalam
pembuatan kue juga bu Farida tidak menggunakan timbangan
digital tetapi dengan ukuran kira-kira saja. Terkadang beberapa kue
juga hasilnya sedikit gosong atau belum matang ditengahnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, buatlah diagram Fishbone
nya.
Salah satu kelebihan diagram Fishbone dibandingkan
dengan tools identifikasi lainnya adalah dapat menganalisis
pemasalahan secara lebih detail. Misalnya dari faktor manusia yaitu
kurangnya pelatihan teknik aduk kue. Dikarenakan Bu Farida hanya
belajar membuat kue dari Youtube, untuk hasil yang baik bu Farida
dapat mengikuti kelas online khusus untuk membuat kue yang
dijual. Sehingga teknik dalam membuat kue yang benar dapat
dipelajari untuk menghindari kesalahan yang sama.

Histogram
Histogram merupakan grafik yang menggambarkan
distribusi frekuensi, sehingga kita dapat mengetahui permasalahan
apa yang paling sering terjadi. Sumbu X mewakili rentang suatu
kelas sedangkan sumbu Y mewakili nilai frekuensi. Untuk dapat
lebih memahami penggunaan histogram, berikut contoh soal yang
akan diselesaikan.

26 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Gambar 2. 3 Diagram Fishbone Kue Tidak Laku
Contoh soal Histogram:
Seorang dosen ingin mengetahui sebaran nilai mata kuliah
Statistik yang di ampunya. Beberapa mahasiswa terlihat memiliki
nilai baik, sedangkan lainnya pada nilai cukup. Tetapi ada beberapa
nilai yang jelek, sehingga Dosen ingin melihat grafik nilai tersebut
dalam histogram. Buatlah histogram dari kasus tersebut.
Tabel 2. 3 Nilai Mata Kuliah Statistik Mahasiswa
82 57 77 71 50
52 58 74 83 68
62 64 81 80 79
Setelah memperoleh nilai mahasiswa, langkah selanjutnya
yaitu mengelompokkan nilai tersebut kedalam tabel data kelompok
yang berisi interval kelas.
Tabel 2. 4 Data Kelompok
Rentang fi
2
2

50-55
56-60
61-65
66-70 1
2

71-75 2
76-80
81-85 4

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 27


Berdasarkan Tabel 2.4. kita telah memperoleh 7 kelas.
Kelas tersebut kemudian dibuat batas atas dan batas bawahnya.
Untuk batas bawah, nilai terendah – 0,5 sehingga 50 – 0,5 yaitu
49,5. Sedangkan untuk batas atasnya, nilai tertinggi + 55, sehingga
55 +0,5 menjadi 55,5. Hitung setiap kelas dengan cara tersebut
seperti pada Tabel 2. 5
Tabel 2.5 Batas Kelas
Batas Kelas Batas
Atas
Kelas
Rentang fi
Bawah

2
2
50-55 40,5 55,5
56-60 55,5 60,5
61-65 60,5 65,5
66-70 65,5 70,5 1
71-75 70,5 75,5 2
76-80 75,5 80,5 2
81-85 80,5 85,5 4

Gambar 2. 4 Histogram Nilai Statistika Mahasiswa

Terlihat pada Tabel 2. 5 kelas nilai terbanyak berada pada


interval nilai 81-85 sebanyak 4 mahasiswa, dan masih terdapat nilai
dibawah 60 sebanyak 4 mahasiswa. Berdasarkan histogram

28 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


tersebut, dapat dianalisis mengapa mata kuliah Statistika ini masih
terdapat mahasiswa yang memperoleh nilai dibawah 60 walaupun
beberapa lainnya telah memperoleh nilai cukup. Sehingga
dibutuhkan analisis lebih lanjut mengenai kasus ini.

C. RANGKUMAN
• Tahapan Problem Solving ada beberapa tahapan yaitu
identifikasi masalah, merumuskan masalah, menemukan
alternatif-alternatif pemecahan masalah, melakukan analisis
setiap alternatif pemecahan masalah, memilih alternatif
pemecahan masalah, melakukan alternatif tersebut dan
evaluasi hasil
• Flowchart dapat mendeskripsikan secara jelas dan detail
tentang tahapan dan proses secara grafis.
• Prinsip dari diagram Pareto yaitu 80% permasalahan
berdasarkan dari 20% penyebabnya. Biasanya, permasalahan
yang sering terjadi dapat menjadi prioritas untuk diselesaikan.
• Check sheet berupa lembar periksa yang memuat beberapa
variabel yang akan dinilai oleh pekerja.
• Fishbone diagram atau sering disebut dengan cause and effect
diagram merupakan salah satu tools identifikasi masalah untuk
menemukan hubungan sebab akibat.

D. LATIHAN SOAL
1. Pak Surya merupakan salah satu pekerja di PT Akasia.
Perusahaan ini bergerak dibidang pengepresan besi. Pak Surya
ditempatkan di departemen Quality Control yaitu departemen
khusus mengecek apakah besi yang disudah dipres memiliki
ketebalan dan ukuran yang sesuai standar atau tidak. Beberapa
bulan terakhir, pak Surya mendapat masalah bahwa banyaknya
pres besi yang dikategorikan Not Good (NG) sehingga harus
diperbaiki ke proses sebelumnya yang mengakibatkan waktu

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 29


produksi menjadi lama, dan banyaknya produk cacat. Beberapa
operator pres merupakan operator baru karena tingginya angka
pergantian pekerja di departemen pres. Selain itu, mesin yang
sudah tua dan jarang di maintenance sering mati ketika sedang
proses berlangsung. Karena departemen membutuhkan pekerja
dengan cepat, sehingga tidak adanya training dan instruksi yang
jelas mengenai bagaimana melakukan pres besi dengan baik
dan benar.
a. Berdasarkan permasalahan tersebut, tools identifikasi apa
yang tepat untuk menyelesaikan kasus tersebut? Berikan
alasan!
b. Selesaikan permasalahan tersebut sesuai dengan tools yang
dipilih! (dapat memberikan tambahan asumsi)

2. Pasien Covid-19 yang diisolasi di kamar perawatan rumah sakit


banyak mengeluhkan sulitnya berkomunikasi dengan
keluarganya. Salah satu penyebabnya antara lain adalah
buruknya sinyal telepon seluler di kamar isolasi. Penyebab lain
terkait dengan kualitas sambungan seluler diduga menjadi
penyebab lainnya. Anda adalah seorang praktisi pemasaran di
sebuah operator telepon seluler. Tugas Anda adalah melakukan
identifikasi permasalahan komunikasi seluler untuk pasien
Covid-19 yang tengah menjalankan isolasi di pusat-pusat
perawatan darurat.
a) Teknik pengumpulan data apa yang akan Anda gunakan
dalam studi ini?
b) Siapa saja responden studi ini? Jelaskan kriteria
responden studi Anda
c) Kemungkinan besar Anda akan menghadapi kendala
dalam mendapatkan responden pasien. Bagaimana Anda
menyiasati ini?
d) Tools identifikasi masalah apa yang akan Anda gunakan
dalam memetakan masalah ini? Jelaskan.

30 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


3. Berikut ini adalah hasil survey yang dilakukan untuk mencari
penyebab Mahasiswa Teknik Industri di sebuah universitas
swasta tidak mencapai nilai akhir minimal B. Survey dilakukan
pada 150 orang Mahasiswa.
Alasan Tidak mendapat nilai Minimal B Jumlah
1) Tidak memiliki jadwal rutin untuk belajar 37
2) Tidak ada motivasi untuk lulus mata kuliah 12
3) Lebih suka hangout bersama teman 24
4) Kelelahan dengan jadwal praktikum 40
5) Tidak suka kuliah di Teknik Industri 11
6) Sibuk dengan ormawa 26
Total 150

a) Apa permasalahan utama dari fenomena ini?


b) Untuk identifikasi masalah, apakah anda akan memilih untuk
membuat diagram pie, atau diagram pareto? Jelaskan mana
yang lebih sesuai untuk permasalahan ini. Apa kelebihan
dan kekurangan dari kedua diagram tersebut?

c) Buatlah tahapan Problem Solving untuk menyelesaikan


persoalan ini, minimal dengan 1 buah diagram
pareto/diagram pie sesuai dengan pilihan anda pada soal b),
1 diagram sebab dan akibat, dan 5 buah alternatif solusi
untuk penyelesaian yang sesuai dengan analisis anda pada
diagram sebab akibat tersebut.
4. Pak Kasim berencana membuat usaha kecil pembuatan sendal
jepit. Diketahui bahan, mesin/ peralatan yang digunakan dan
tahapan proses pembuatan sendal jepit adalah sebagai berikut:
Bahan Spon eva , tali jepit, pisau pon, lem, logo/label,
plastik kemasan
Mesin/peralatan Mesin pon, mesin pelubang spon, mesin press
spon, mesin gerinda.
Proses Pembuatan :
1. Siapkan beberapa lembar (tergantung jumlah atau quantity
yang ingin dibuat) spon eva untuk dicetak sesuai ukuran dan

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 31


motif. Misalnya Anda ingin membuat sandal jepit dengan
ketebalan 14 mm, jadi Anda harus menyiapkan 2 lembar
spon dengan ketebalan yang berbeda:
• Spon dengan ketebalan 13 mm untuk bagian bawah
sandal
• Spon dengan ketebalan 1 mm untuk bagian atas atau
permukaan sandal (motif permukaan sandal bisa
menggunakan spon corak warna ataupun dengan bahan
pvc yang sudah di emboss dengan motif yang
diinginkan).
2. Cetak spon bagian atas dan bawah sesuai ukuran dan
bentuk sandal yang diinginkan menggunakan mesin pon
3. Setelah spon bagian atas dan bawah dicetak menggunakan
mesin pon, hasil potongan kedua spon tersebut disatukan
dengan lem.
4. Spon yang telah dilem tadi kemudian dipress dengan mesin
press agar hasil rekat lem lebih maksimal.
5. Haluskan outline atau bagian sisi sandal dengan bantuan
mesin gerinda.
6. Lubangi sandal dengan mesin pelubang spon untuk tempat
memasang tali jepit.
7. Persiapkan tali jepit untuk dipasang pada sandal. Sebelum
tali jepit dipasang, tempelkan logo pada tali jepit secara
manual.
8. Pasang tali jepit dengan teknik tarik dengan kawat yang
didesain sedemikian rupa pada tiang kayu.
9. Masukkan satu pasang sandal yang telah selesai diproses ke
dalam plastik kemasan.
Sumber : http://buatsandal.com/tutorial-membuat-sandal

a. Buatlah Flowchart pembuatan sandal di atas untuk


membantu Pak Kasim menstandarisasi tahapan proses
dan mentraining pekerjanya.
b. Salah satu komplain yang sering dikeluhkan pelanggan
untuk produk sandal jepit adalah tali yang mudah lepas.
Buatlah diagram tulang ikan untuk menelusuri segela
kemungkinan penyebab tali mudah lepas.

32 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


E. RUJUKAN
Niebel, B., & Freivalds, A. (2014). Methods, Standards, and Work
Design. Boston: McGraw-Hill.

F. BAHAN BACAAN YANG DIANJURKAN


Sutalaksana, dkk. Teknik Tata Cara Kerja. ITB. Bandung. 2006.
Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu:
Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja.
Jakarta. 1995

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 33


BAB 3 PRODUKTIVITAS
KERJA

A. PENDAHULUAN
Kemampuan Akhir yang Diharapkan

Mahasiswa memahami prinsip produktivitas, mengukur


produktivitas, dan menentukan sistem insentif berdasarkan
produktivitas kerja

Metode Waktu Pengalaman Kriteria


Pembelajaran Belajar Belajar Penilaian
(menit) Mahasiswa (Indikator)

Ceramah 90 Menit Mahasiswa Ketepatan


secara penentuan
berkelompok dasar
melakukan perhitungan
penentuan insentif
insentif pada
operator
berdasarkan
waktu kerja
di industri.

34 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


B. PENYAJIAN MATERI
1. Produktivitas
Produktivitas merupakan ukuran digunakan untuk
menunjukkan perkembangan suatu perusahaan. Perusahaan yang
produktivitasnya baik akan berkembang dan meningkat
keuntungannya. Beberapa faktor penentu pertumbuhan
produktivitas diantaranya adalah teknologi, manusia, motivasi
pekerja, keahlian manajemen, dan prosedur yang inovatif dalam
penelitian, produksi dan pemasaran, seperti pada Peta Pikiran .

Peta Pikiran 4. Faktor Penentu Pertumbuhan Produktivitas


Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas, termasuk di dalamnya memperbaiki kinerja.
Perbaikan performansi pekerja dilakukan melalui proses seleksi
pekerja, perbaikan lingkungan kerja, perancangan kerja,
perancangan peralatan kerja, perbaikan tata letak, perbaikan aliran
kerja, perbaikan penanganan material, perancangan program
pelatihan dan penyederhanaan kerja. Semua upaya ini adalah
pendekatan yang sangat khas dalam kajian methods standards,
work design dan ergonomics. Peta Pikiran menjelaskan beberapa
upaya perbaikan kinerja yang dimaksud.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 35


Peta Pikiran 5. Upaya Perbaikan Kinerja
Memperbaiki performansi kinerja dapat dilakukan dengan
beberapa cara seperti pada Peta Pikiran 5, yaitu :
1. Pemilihan pekerja
Dalam memilih pekerja sebaiknya disesuaikan antara
keterampilan pekerjaan yang dibutuhkan dengan kemampuan
pekerja tersebut. Pemilihan pekerja yang tepat selain dapat
meningkatkan produktivitas, pekerja baru yang telah memiliki
kemampuan yang sama dengan pekerjaan yang dilakukan akan
lebih mudah untuk beradaptasi dengan pekerjaannya.
2. Perbaikan lingkungan kerja
Lingkungan kerja juga sangat mendukung perbaikan kinerja.
Beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja yaitu
tingkat pencahayaan, kebisingan, suhu ruang kerja, ventilasi
udara, getaran, radiasi,dan pembagian shift kerja. Manusia
memiliki keterbatasan dalam bekerja, sehingga diperlukan
aturan dalam menerapkan jam kerja. Pekerja yang sering
mendapatkan shift malam terus menerus tanpa adanya
pergantian shift, dapat mempengaruhi tingkat fokus dan
ketelitian. Hal ini dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan
menurunnya produktivitas kerja.

36 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


3. Desain ulang pekerjaan atau alat yang digunakan
Jika alat yang digunakan tidak ergonomis, dan tidak aman maka
dapat membahayakan pekerja. Desain alat harus disesuaikan
dengan antropometri manusia. Perlunya untuk memantau alat
yang telah digunakan atau bahkan mendesain kembali sesuai
dengan keamaan dan kenyamanan pekerja. Mendesain alat
bertujuan untuk memudahkan pekerja dalam melakukan
pekerjaan. Misalnya dengan menambahkan pegas pada alat bor
dalam perakitan produk, sehingga pekerja tidak perlu menaruh
dan mencari bor ketika dibutuhkan. Dengan begitu, dapat
mempermudah pekerja dan hasil rakitannya pun menjadi lebih
banyak.
4. Penyederhanaan pekerjaan

Pekerjaan yang memiliki prosedur yang rumit dan berbelit akan


membuat pekerjaan menjadi terhambat. Gerakan-gerakan
dalam bekerja misalnya dalam perakitan produk yang tidak
efektif juga dapat menjadi penyebab rendahnya produktivitas
kerja. Gerakan-gerakan yang tidak efektif seperti mencari,
memilih, mengobrol, dan delay karena menunggu barang atau
proses rakitan datang akan membuat waktu proses produksi
menjadi lebih lama sehingga terkadang sering menyebabkan
tidak tercapainya target produksi.
5. Training

Pelatihan terkait dengan bidang keahlian atau bidang tambahan


dangat diperlukan oleh pekerja. Hal ini untuk menunjang
kemampuan dan ketrampilan pekerja. Pelatihan juga dibutuhkan
jika perusahaan memiliki alat, mesin atau software baru,
sehingga jika pekerja diminta untuk mengoperasikannya,
mereka sudah siap dengan hal tersebut.
6. Perbaikan layout, workflow dan material handling
Layout atau tata letak pabrik yang terlalu rumit dengan tidak
melihat kedekatan fungsi antar proses juga dapat menjadi salah
satu kendala rendahnya kinerja pekerja. Misalnya setelah proses

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 37


penghalusan kayu adalah proses perakitan, tetapi ternyata lokasi
proses setelahnya adalah packaging sedangkan letak perakitan
berada jauh dari proses penghalusan. Hal ini menyebabkan
waktu akan lebih terbuang untuk proses transportasi dari satu
proses ke proses lainnya. Selain itu, perlunya material handling
dalam transportasi bahan baku ataupun bahan jadi dalam
sebuah proses produksi. Sehingga pekerja tidak perlu
mengangkat manual.

2. Pengukuran Produktivitas
Banyak orang menganggap pengukuran poduktivitas
dikaitkan dengan bertambahnya produksi suatu barang dan jasa.
Sehingga dilakukan penambahan sumber daya besar-besaran
untuk meningkatkan hasil produksi. Pengukuran produktivitas tidak
hanya melihat dari jumlah produksi yang dihasilkan tetapi juga
berdasarkan penggunaan sumber daya secara efisien.
Produktivitas dinyatakan sebagai rasio dari hasil produksi dengan
sumber daya yang digunakan untuk proses produksi. Jenis
Produktivitas dijelaskan pada Gambar 3. 1.
Beberapa indikator dalam peningkatan produktivitas yaitu jika :
1. Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan jumlah
sumber daya yang sama
2. Jumlah produksi yang meningkat atau sama, dengan
menggunakan sumber daya yang kurang
3. Jumlah produksi yang meningkat tinggi dengan menggunakan
sumber daya yang relatif kecil
Sumber daya yang paling mudah untuk dihitung adalah
sumber daya manusia, dalam hal ini pekerja. Tetapi jika berbicara
tentang manusia sebagai pekerja, tentu tidak lepas dengan berapa
upah yang harus diterima dan berapa jam kerja yang efektif agar
terciptanya produktivitas yang baik. Ada beberapa jenis
produktivitas, yaitu produktivitas total dan produktivitas parsial.
Pengertian dan contoh soal akan dibahas pada bab masing-masing.

38 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Gambar 3. 1 Jenis Produktivitas
Berikut merupakan contoh soal produktivitas dan akan
diselesaikan dengan cara Produktivitas Total dan Produktivitas
Parsial.

3. Produktivitas Total
Produktivitas total adalah rasio total output atau keseluruhan
dari input yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Hal
ini berarti bahwa adanya gabungan nilai bersama dari semua faktor
input untuk menghasilkan output. Terdapat 2 rumus untuk
menghitung produktivitas total, yaitu berdasarkan produk yang
dihasilkan, dan hasil penjualan dan persediaan.
Rumus 1 :
Total Output
Produktivitas Total = Total Input

����������
������������
=
������������
����������+����������
��������+������������+����������

Persamaan 5 Produktivitas Total

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 39


Rumus 2:
Total Output
Produktivitas Total =
Total Input

Penjualan+Persediaan
= Tenaga kerja+bahan baku+penyusutan+investasi

Persamaan 6 Produktivitas Total (2)

4. Produktivitas Parsial
Produktivitas parsial sering disebut juga produktivitas faktor
tunggal yaitu perbandingan antara output dengan salah satu faktor
input. Faktor tersebut berupa produktivitas bahan baku,
produktivitas tenaga kerja, produktivitas material, produktivitas
energi, dan produktivitas modal. Gambar 3.1 merupakan gambaran
tentang masing-masing produktivitas.
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung
produktivitas parsial misalkan jika ingin menghitung produktivitas
bahan baku yaitu:
������������
Produktivitas Bahan Baku = ����������
����ℎ����
��������

Persamaan 7 Produktivitas Parsial


Beberapa keuntungan dalam perhitungan produktivitas parsial yaitu
mudah untuk membandingkan hasil input dan output sehingga
perusahaan dapat mengetahui perbaikan apa yang dibutuhkan untuk
meningkatkan produktivitas. Sedangkan kelemahan dari
produktivitas ini adalah tidak diketahui trade off antar input, sehingga
jika produktivitas menurun mungkin saja akan berdampak
meningkatnya pada jenis produktivitas lainnya.

Contoh Soal
PT Trisakti Jaya merupakan perusahaan mainan kayu yang memiliki
jumlah pekerja sebanyak 100 karyawan. Perusahaan ini memiliki

40 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


data output pada tahun 2020 yaitu sebesar 3.600.000 dan data input
sebagai berikut:
No Input Nilai
1 Input tenaga kerja (upah dan gaji) 400
2 Input material
modal (bahan baku) 300
3 600
4 Input energi (bahan bakar) 300
5 Input lainnya 200

Pertanyaan:
a. Berapakah produktivitas total?
b. Berapakah produktivitas parsial dari semua produktivitas?

c. Berapakah produktivitas tenaga kerja jika pekerja melakukan


pekerjaan selama 8 jam per hari selama 50 hari ?
a. Jawaban Produktivitas Total:
Jumlah input = 400+300+600+300+200
= 1.800 (dalam satuan juta rupiah)
����������
������������
Produktivitas Total = ����������

3.600.000
=
1.800

= 2.000
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh
produktivitas total sebesar Rp 2.000 yang artinya setiap penggunaan
input total sebesar Rp 1.000 akan menghasilkan output bersih
sebesar Rp 2.000.

b. Jawaban Produktivitas Parsial:


3.600.000
- Input tenaga kerja (upah dan gaji) = = 90.000
400

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 41


3.600.000
- Input material (bahan baku) = = 120.000
300
3.600.000
- Input modal = = 60.000
600
3.600.000
- Input energi (bahan bakar) = = 120.000
300
3.600.000
- Input lain-lain = = 180.000
200

c. Jawaban Produktivitas Tenaga Kerja


3.600.000
Produktivitas Total = ����������
������������
����������

3.600.000
= 8��50��100

= 90 pcs/ jam per orang

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa 1 pekerja


dapat memproduksi 90 buah mainan kayu/ jam selama 100 hari
kerja.
Selain contoh perhitungan produktivitas tersebut, terdapat
pula contoh poster bagaimana ergonomi dapat meningkatkan
produktivitas manusia yang terlihat pada Gambar 3. 2. Studi kasus
dari poster tersebut yaitu mahasiswa mengangkat galon secara
manual dengan jarak 5 meter dapat menghabiskan waktu lebih dari
1 menit, sedangkan ketika mahasiswa lain mengangkat galon
dengan jarak yang sama dan menggunakan alat pendorong barang
dapat lebih efisien karna hanya membutuhkan 32 detik saja.
Manfaat ergonomi jika diterapkan dengan baik tidak hanya sebagai
cara untuk meningkatkan produktivitas tetapi juga dapat
meningkatkan kenyamanan, keamanan dan penggunaan alat bantu
untuk mempermudah pekerjaan.

42 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Gambar 3. 2 Manfaat Ergonomi Untuk Meningkatkan
Produktivitas

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 43


C. RANGKUMAN
• Beberapa faktor penentu pertumbuhan produktivitas
diantaranya adalah teknologi, manusia, motivasi pekerja,
keahlian manajemen, dan prosedur yang inovatif dalam
penelitian, produksi dan pemasaran.
• Beberapa indikator dalam peningkatan produktivitas yaitu jika
Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan jumlah
sumber daya yang sama, Jumlah produksi yang meningkat atau
sama, dengan menggunakan sumber daya yang kurang, dan
jumlah produksi yang meningkat tinggi dengan menggunakan
sumber daya yang relatif kecil.

D. LATIHAN SOAL
1. Buatlah poster dengan mencari kasus bagaimana ergonomi
dapat meningkatkan produktivitas kerja.
2. PT Merapi View merupakan salah satu perusahaan di bidang
pembuatan ban mobil. Selama 2 tahun terakhir, perusahaan ini
mengalami peningkatan produksi. Data produksi menyebutkan
bahwa hasil produksi pada tahun 1 mencapai 4.000 ban mobil,
sedangkan pada tahun ke 2 mencapai 6.500 ban mobil. Hasil
produksi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor input yaitu
tenaga kerja, bahan baku dan bahan bakar/energi seperti pada
tabel berikut:
Input Tahun 1 Tahun 2 Biaya/Unit
Tenaga Kerja 20.000/jam 30.000/jam 10.000/jam
Bahan Baku 15.000/jam 20.000/jam 8.500/kg
Bahan Bakar 17.000/jam 20.000/jam 7.000/jam

Hitunglah berapa persen peningkatan produktivitas dari


tahun 1 ke tahun ke 2?

44 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


E. RUJUKAN
Niebel, B., & Freivalds, A. (2014). Methods, Standards, and Work
Design. Boston: McGraw-Hill.
Barnes, R. (1980). Motion And Time Study. John Wiley & Sons, Inc.

F. BACAAN YANG DIANJURKAN


Sutalaksana, dkk. Teknik Tata Cara Kerja. ITB. Bandung. 2006.
Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu:
Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja.
Jakarta. 1995

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 45


BAB 4 PENGUKURAN
KERJA
A. PENDAHULUAN
Kemampuan Akhir yang Diharapkan
▪ Mahasiswa memahami proses pengukuran waktu dengan
menggunakan metode langsung
▪ Mahasiswa mampu menentukan waktu baku dengan
metode pengukuran tidak langsung
Pembelajaran
Metode Belajar
Waktu Pengalaman Kriteria
Belajar Mahasiswa Penilaian
(menit) (Indikator)
Ceramah, 90 Mahasiswa secara 1. Perencanaan
Simulasi Menit berkelompok studi waktu
melakukan
2. Penentuan
pengukuran waktu
kecukupan
pengerjaan tugas
sampel
sederhana dengan
pengukuran
jam henti di kelas
waktu
3. Ketepatan
penentuan waktu
normal dan waktu
baku
Ceramah, 90 Mahasiswa secara 1. Perencanaan
Simulasi Menit berkelompok studi Work
melakukan studi Sampling
Work Sampling 2. Ketepatan
dengan objek
penentuan
pekerja di

46 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Metode Waktu Pengalaman Kriteria
Pembelajaran Belajar Belajar Mahasiswa Penilaian
(menit) (Indikator)
lingkungan waktu
kampus, kemudian kunjungan
mempresentasikan acak
hasilnya 3. Interpretasi
hasil studi
Work
Sampling
Ceramah 90 Mahasiswa secara 1. Perencanaan
dan diskusi Menit berkelompok studi waktu
kelompok melakukan tidak
pengukuran waktu langsung
dengan Work dengan Work
Factor dan MTM Factor dan
dengan objek MTM
pekerja di 2. Ketepatan
lingkungan
pemberian
kampus, kemudian
simbil motion
mempresentasikan
analysis
hasilnya
untuk setiap
elemen
gerakan
3. Interpretasi
hasil
pengukuran
waktu
dengan Work
Factor dan
MTM

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 47


Metode Waktu Pengalaman Kriteria
Pembelajaran Belajar Belajar Mahasiswa Penilaian
(menit) (Indikator)
Ceramah, 150 Mahasiswa 1. Perencanaan
Simulasi Menit secara studi waktu
berkelompok tidak
melakukan langsung
pengukuran dengan
waktu dengan MOST
MOST dengan 2. Ketepatan
objek pekerja di
pemberian
lingkungan
simbil motion
kampus.
analysis
untuk setiap
elemen
gerakan
3. Interpretasi
hasil
pengukuran
waktu
dengan
MOST

Salah satu lingkup yang dilakukan dalam pengukuran kerja


dalam sudut pandang teknik industri adalah menentukan waktu
yang seharusnya digunakan dalam melakukan suatu aktivitas atau
pekerjaan. Penentuan waktu penyelesaian yang standar ini sangat
penting karena berimplikasi pada berbagai kepentingan dan
kegiatan produksi dan manajerial. Menentukan waktu standar dapat
dilakukan dengan estimasi, melihat data historis dan melalui
prosedur pengukuran. Pencatatan kehadiran pekerja tidak dapat
digunakan sebagai dasar penentuan waktu standar karena data
tersebut hanya menunjukkan berapa lama waktu yang dihabiskan
oleh seorang pekerja di tempat kerjanya, bukan berapa lama waktu
48 | Perancangan dan Pengukuran Kerja
yang digunakannya untuk melaksanakan tugas spesifik
menghasilkan satu unit produk.

B. PENYAJIAN MATERI
1. Waktu Baku
Waktu Baku didefinisikan sebagai waktu yang wajar bagi
pekerja yang bekerja dalam tempo yang normal (wajar) untuk
melaksanakan tugas yang spesifik dalam suatu sistem kerja yang
terbaik. Tugas spesifik yang dimaksud adalah untuk menyelesaikan
satu unit produk. Waktu baku dihasilkan dari suatu studi
pengukuran waktu. Dalam menentukan waktu baku atau waktu
standar, pengukur tetap harus mempertimbangkan keterbatasan
manusia. Oleh karena itu salah satu kata kunci dalam definisinya
adalah wajar. Sebuah standar harus ditetapkan secara wajar agar
dapat dipenuhi oleh semua pekerja. Wajar berarti alamiah, natural,
tidak dibuat-buat. Standar waktu tidak boleh membuat pekerja
bekerja dengan cara yang tidak alami atau dibuat-buat. Dalam hal
ini, bahasa tubuh pekerja saat mengerjakan tugas spesifiknya harus
menjadi perhatian kita sebagai perancang dan pengukur kerja.

Peta Pikiran 1. Definisi Waktu Baku

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 49


Pekerja yang ideal menjadi standar adalah pekerja yang
normal, yang bekerjanya dengan tempo yang standar (rata-rata),
tidak terlalu lambat, juga tidak terlalu cepat. Sistem kerja yang
terbaik adalah sebuah sistem kerja yang telah diupayakan
dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan pekerjaan, serta
kelebihan dan keterbatasan manusia. Penyebutan sistem terbaik ini
sebetulnya tidak mutlak, karena dalam falsafah ilmu teknik industri
disebutkan bahwa tidak ada sistem yang terbaik, melainkan sistem
yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam lingkup waktu tertetntu,
sistem yang lebih baik ini dapat dianggap sebagai sistem terbaik
yang dimiliki sekarang, tetapi tidak menutup adanya peluang
perbaikan untuk mendapatkan sistem yang lebih baik lagi.
Waktu baku ini dapat menjadi dasar dalam berbagai
keperluan; misalnya untuk penentuan jadwal dan perencanaan
kerja, sebagai dasar penentuan biaya standar untuk perencanaan
anggaran dan dasar penentuan upah operator, perhitungan
efektivitas mesin, perhitungan jumlah mesin, penyeimbangan lini
produksi, perhitungan luas lantai produksi, dll. Mari kita lihat Peta
Pikiran 2.

Peta Pikiran 2. Penggunaan Waktu Baku

50 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


2. Pengukuran Waktu secara Langsung
Pengukuran waktu secara langsung adalah metode pengukuran
yang memerlukan kunjungan atau pengamatan langsung.
Pengamat melihat langsung operator yang sedang diamatinya, baik
dari dekat maupun tidak. Pengukuran waktu dengan jam henti dan
sampling pekerjaan termasuk metode pengukuran waktu secara
langsung.

Metode Jam Henti


Dalam pengukuran waktu dengan jam henti, ada beberapa
pihak yang terlibat diantaranya adalah analis, penyelia, operator,
dan perusahaan sebagaimana yang disajikan pada Peta Pikiran 3.

Peta Pikiran 3. Pihak yang Terlibat dalam Studi Jam Henti


Masing-masing pemangku kepentingan ini memiliki peran yang
berbeda-beda., sebagaimana yang dipaparkan pada Tabel 4. 1.
Tabel 4. 1 Peran Pemangku Kepentingan Studi Work Sampling
Pihak Peran
Analis 1. Mengobservasi dan merekam data waktu
siklus
2. Memastikan bahwa operator bekerja
sesuai dengan metode kerja yang telah
ditetapkan
3. Mengevaluasi secara proporsional dan
akurat kinerja operator untuk
menentukan tingkat penyesuaian

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 51


Pihak Peran
Penyelia 1. Mengkoordinasi dan menginformasikan
(supervisor) pada operator bahwa akan dilakukan
pengukuran waktu
2. Memastikan metode kerja yang akan
dilakukan operator selama pengukuran
waktu telah sesuai dengan yang
ditetapkan perusahaan
3. Menjadi jembatan komunikasi antara
analis dan operator
4. Memilih operator yang paling sesuai
untuk kebutuhan studi pengukuran waktu
Operator 1. Membantu analis dalam
menggambarkan bagaimana cara
mereka bekerja dan melakukan element
breakdown
2. Menginformasikan detail tugas yang
dikerjakan pada analis
3. Bekerja dengan wajar, tanpa dibuat-buat
selama pengukuran waktu berlangsung
4. Bekerja dengan metode kerja standar
yang telah ditetapkan oleh perusahaan
Organisasi 1. Mengkomunikasikan kepada analis,
penyelia, operator dan serikat pekerja
mengenai kebutuhan penentuan waktu
baku dan apa implikasinya pada aktivitas
perusahaan secara keseluruhan
2. Menyediakan fasilitas pengukuran waktu
yang memadai
3. Mempertimbangkan keterbatasan dan
kelebihan manusia dalam menentukan
standar waktu kerja dan target produksi

Komunikasi dan sosialisasi mengenai pengukuran waktu


baku ini harus berjalan dengan baik antara pihak yang
berkepentingan. Langkah-langkah dalam melakukan pengukuran
waktu digambarkan dalam Peta pikiran 9. Langkah pertama adalah
menentukan operasi yang akan ditentukan waktunya dan memilih
operator yang akan menjadi objek pengamatan. Operator yang

52 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


dipilih hendaknya memenuhi kriteria sebagai operator yang
mempunyai tempo bekerja yang wajar, sehingga dapat dianggap
mewakili populasi. Pemilihan operator ini penting untuk diperhatikan
karena studi pengukuran waktu ini bertujuan untuk menghasilkan
sebuah waktu yang akan dijadikan sebagai standar dalam berbagai
kebutuhan.

Peta Pikiran 4. Langkah-langkah dalam Melakukan


Pengukuran Waktu
Sebelum pengukuran waktu dimulai, operasi yang akan
diamati harus diurai menjadi elemen-elemennya. Untuk keperluan
analisis yang lebih teliti, tentunya penguraian operasi menjadi
elemen-elemen terkecilnya ini menjadi penting. Dalam beberapa
kegiatan, biasanya elemen kegiatan yang terpenting akan
menentukan seluruh waktu prosesnya. Pada umumnya elemen
kegiatan yang paling penting ini, merupakan elemen kegiatan yang
mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi, sehingga dapat
dikatakan merupakan sebagai elemen penentu.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 53


Peta Pikiran 5. Mengapa Perlu Element Breakdown?

Pada pengukuran yang melibatkan banyak objek


pengamatan, pengukur sering menghadapi fakta bahwa
sesungguhnya sulit mencari beberapa operator yang bekerja dalam
tempo yang seragam. Demikian pula jika dilihat dari tingkat
keahliannya. Pada situasi seperti ini, pemberian faktor penyesuaian
yang berbeda-beda terhadap masing-masing elemen kegiatan
sangat dimungkinkan. Dalam hal ini element breakdown akan
membuat hasil pengukuran menjadi lebih akurat (Peta Pikiran 5).
Pembagian kegiatan menjadi elemen-elemen gerakan dilakukan
berdasarkan Therblig (elemen dasar gerakan). Pembahasan
mengenai Therblig ini akan jelaskan dalam Bab 5.

Peralatan Time Study


Peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan studi
pengukuran waktu dapat dilihat dalam Peta Pikiran 6. Namun
demikian, tidak semuanya dari yang tercantum merupakan
peralatan yang wajib ada. Dengan stopwatch, lembar pengamatan
dan alat hitung saja studi pengukuran waktu sebenarnya sudah
dapat dilaksanakan. Jadi pengukuran waktu dengan menggunakan
teknik ini sangat mudah.

54 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Menentukan Jumlah Pengamatan
Jumlah pengamatan yang diperlukan dalam sebuah studi
jam henti ditentukan oleh besarnya tingkat ketelitian dan tingkat
keyakinan yang ditentukan oleh pengukur. Definisi dari tingkat
ketelitian dan tingkat keyakinan dijelaskan dalam Peta Pikiran 7.
Tingkat ketelitian adalah suatu besaran yang menunjukkan
penyimpangan maksimum hasil pengukuran kita dari waktu yang
sebenarnya. Sementara tingkat keyakinan adalah besarnya
keyakinan pengukur bahwa hasil pengukuran yang didapatkan
dapat memenuhi syarat ketelitian yang telah ditetapkan.
Sebagai peneliti, tentu kita menginginkan hasil pengukuran
kita adalah hasil pengukuran yang sebenarnya. Hasil pengukuran
yang sebenarnya hanya akan didapatkan melalui pengukuran
sepanjang waktu operator bekerja. Hal ini tentu tidak mungkin kita
lakukan sebab pengamatan kita dibatasi oleh waktu. Sehingga kita
melakukan sampling saat melakukan pengamatan. Dengan
pengambilan sampel ini, sangat memungkinkan adanya
penyimpangan hasil pengukuran kita dari hasil pengukuran waktu
yang sebenarnya. Sebagai peneliti, kita menetapkan batas
penyimpangan maksimum ini.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 55


Peta Pikiran 6. Peralatan Studi Jam Henti
Banyak kesalahan persepsi mengenai hubungan antara
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan ini. Maka perlu dipahami
dengan sungguh-sungguh hubungan keduanya. Pengukur boleh
memberikan nilai berapa saja yang dirasakannya sesuai untuk
kebutuhan studinya. Persamaan 8 menunjukkan rumus penentuan
jumlah pengamatan dalam Studi Jam Henti.

Peta Pikiran 7. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan

56 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


σ′
σx =
N
Dimana
XX ()
2
+ XX2
- (...)
2 + + XX
n
- )2
σ = ( 1-
N
2
=
∑ ( XX
- )
N

=
∑X2 - X2
N
∑X
Karena X
= N
Maka, ∑X2 - ⎛││ ∑X ⎞ 2
σ
=


N │
⎝ N ⎠
2
XN∑ 2 - (∑ X )
=N
1
1 2
N XN∑ 2 - (∑ X )
σx =
N′
Persamaan 8. Jumlah Pengamatan

Sebagai contoh, jika ditetapkan bahwa sebuah studi


pengukuran waktu akan dilakukan pada Tingkat Ketelitian 5% dan
Tingkat Keyakinan 95%, maka artinya pengukur membolehkan rata
– rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 5% dari rata – rata
sebenarnya dan kemungkinan berhasil mendapatkan ini adalah
sebesar 95%.
Pada tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%,
jumlah pengamatan yang diperlukan adalah:
2
⌈ 2 ⌉
=│ ∑X - )(∑X
2

40N N
N′ │ │
│ ∑X N -1 │
│ │
⌊ ⌋

Persamaan 9. Perhitungan Jumlah Pengamatan yang


Dibutuhkan

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 57


Lalu bagaimanakah bila pengukur menetapkan tingkat
ketelitian dan tingkat keyakinan yang lain? Mari pelajari contoh soal
berikut ini.
Sebuah survey akan dilaksanakan untuk menentukan
persentase idle time dari screw machine. Diiinginkan tingkat
kepercayaan 95.45% dan tingkat ketelitian 5%. Dari survey
pendahuluan sebanyak 100 kali observasi, didapatkan 25 kali mesin
dalam keadaan mengganggur.
a. Berapa jumlah observasi yang diperlukan untuk mencapai
tingkat kepercayaan dan ketelitian yang dimaksud.
b. Setelah dilakukan survey pendahuluan, dilakukan 400 kali
pengamatan di mana 125 diantaranya mesin dalam keadaan
mengganggur. Berapakah jumlah pengamatan yang diperlukan
dalam survey ini.
c. Dalam waktu 20 minggu (per minggu 5 hari kerja), setiap hari
dilakukan 35 kali pengamatan. Ternyata diperoleh 1100 kali
mesin dalam keadaan mengganggur. Tentukan apakah jumlah
pengamatan dan tingkat ketelitian yang dicapai dalam
pengamatan ini memadai.
Penyelesaian

Sp = pp
)1(
-
a) N
p = 25/100 = 25%
)1(
-p )25.01(-
2
N =Z 2
= 4• = 4800
pS 25.005.0

b) p= 125/400= 31.25%

Sp = Z pp
)1(
-
N
)1(
-p
N = Z2 = 4• = 3520
pS2 3125.005.0
)3125.01(-
2•

58 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


c) jumlah pengamatan yang dilakukan = 20 x 5 x 35 =
3500
p = 1100/3500 = 31,4%
)1(
-p
N = Z2 = 4• ≈ 3490
pS2 314.005.0
)314.01(-
2•

Berarti pengamatan yang dilakukan memadai.

Tingkat ketelitian yang dicapai

)1(
-p
ZS
=
Np

)314.01(-
S=2 ≈ 05.0
314.0 • 3500
memenuhi tingkat ketelitian yang diinginkan

Menentukan Faktor Penyesuaian


Beberapa penyesuaian harus diberikan pada rata-rata hasil
pengukuran waktu. Hal ini dimaksudkan untuk agar pengukur
mendapatkan hasil pengamatan yang benar-benar akurat dan
sesuai untuk kualifkasi operator yang diharapkan untuk melakukan
pekerjaan tersebut pada kecepatan yang wajar. Jika yang terpilih
untuk diamati adalah operator yang bekerjanya sangat cepat (diatas
standar) maka waktu yang didapatkan harus ditambah dengan
penyesuaian. Sebaliknya, jika yang kita amati adalah operator yang
bekerjanya lambat maka hasil pengukuran waktu harus dikurangi
dengan penyesuaian.
Performance rating adalah tahapan yang penting pada
prosedur studi pengukuran waktu. Penentuan performance rating
ini memang sangat tergantung kepada pengalaman, pelatihan dan
judgement dari analis. Oleh karena itu, seorang analis / pengukur

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 59


waktu harus mempunyai integritas terhadap tugasnya. Penentuan
faktor penyesuaian / performance rating ini akan menghasilkan
waktu normal. Setelah didapatkan waktu normal, harus dilakukan
sebuah tahap lagi untuk mendapatkan waktu standar, yaitu
penentuan kelonggaran untuk mengantisipasi berbagai gangguan
dan interupsi, keterlambatan, dan melambatnya kecepatan kerja
karena kelelahan (fatigue).
Terdapat beberapa metode perhitungan penyesuaian yang
dikenal, yaitu Metode Persentase, Metode Westinghouse, Metode
Objektif, dan Metode Shumard, seperti yang terangkum pada Peta
Pikiran 8.

Peta Pikiran 8 Metode Penentuan Penyesuaian

Metode Westinghouse
Metode Westinghouse memberikan nilai penyesuaian
bardasarkan analisis pada faktor keterampilan, usaha, kondisi kerja
dan konsistensi. Pengamat menentukan kelas untuk masing
masing faktor tersebut dan menentukan besarnya penyesuaian
dengan cara menjumlahkan nilai penyesuaiannya. Jumlah total nilai
penyesuaian dari empat faktor tersebut kemudian ditambah dengan
angka 1.
Sebagai contoh, untuk seorang operator diberikan nilai
sebagai berikut:
Keterampilan : B1 : + 0,11
Usaha : C1 : + 0,05

60 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Kondisi Kerja : E : - 0,03
Konsistensi : C : + 0,01
Maka besarnya nilai penyesuaian adalah 1 + (0,11+0,05-0,03+0,01)
= 1,14
Tabel 4. 2 Tabel Penyesuaian Metode Westinghouse

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Ketrampilan Superskill A1 + 0,15


A2 + 0,13
Excellent B1 + 0,11
B2 + 0,08
Good C1 + 0,06
C2 + 0,03
Average D 0,00
Fair E1 - 0,05
E2 - 0,10
Poor F1 - 0,16
F2 - 0,22
Usaha Excessive A1 + 0,13
A2 + 0,12
Excellent B1 + 0,10
B2 + 0,08
Good C1 + 0,05
C2 + 0,02
Average D 0,00
Fair E1 - 0,04
E2 -0,08
Poor F1 - 0,12
F2 - 0,17
Kondisi Kerja Ideal A + 0,06
Excellent B + 0,04

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 61


Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Good C + 0,02
Average D 0,00
Fair E - 0,03
Poor F - 0,07
Konsistensi Perfect A + 0,04
Excellent B + 0,03
Good C + 0,01
Average D 0,00
Fair E - 0,02
Poor F -0,04

Peta Pikiran 9. Metode Westinghouse

Metode Objektif

62 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Penyesuaian dengan metode objektif disesuaikan dengan
keadaan kerja operator, diantaranya adalah anggota tubuh yang
digunakan untuk bekerja, penggunaan pedal kaki, penggunaan
tangan, koordinasi mata dengan tangan, peralatan, dan berat beban
yang harus ditangani selama bekerja. Berikut ini dalam Tabel 4. 3
adalah tabel penyesuaian dengan metode objektif.

Tabel 4. 3 Tabel Penyesuaian Metode Objektif

Penyesuaian
Keadaan Lambang
(%)
Anggota Terpakai
Jari A 0
Pergelangan tangan dari jari B 1
Lengan bawah, pergelangan
C 2
tangan dan jari

5
8
Lengan atas, lengan bawah, dst D
Badan E
Mengangkat beban dari lantai
E2 10
dengan kaki
Pedal Kaki
Tanpa pedal, atau satu pedal
F 0
dengan sumbu dibawah kaki
Satu atau dua pedal dengan
G 5
sumbu tidak dibawah kaki
Penggunaan Tangan
Keadaan tangan saling bantu
H 0
atau bergantian
Kedua tangan mengerjakan
gerakan yang sama pada saat H2 18
yang sama
Koordinasi Mata Dengan Tangan
Sangat sedikit I 0

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 63


Penyesuaian
Keadaan Lambang
(%)
Cukup dekat J 2
Konstan dan dekat K 4
Sangat dekat L 7
Lebih kecil dari 0,04 cm M 0
Peralatan
Dapat ditangani dengan mudah N 0
Dengan sedikit kontrol O 1
Perlu kontrol dan penekanan P 2

3
5
Perlu penanganan dan hati-hati Q
Mudah pecah dan patah R
Berat Beban (Kg)
Tangan Kaki
0,45 B-1 2 1
0,90 B-2 5 1
1,35 B-3 6 1
1,80 B-4 10 1
2,25 B-5 13 1
3
5 6
4
2,70 B-6 15
3,15 B-7 17
3,60 B-8 19
4,05 B-9 20
4,50 B-10 22 7
4,95 B-11 24 8
5,40 B-12 25 9
5,85 B-13 27 10
6,30 B-14 28 10

64 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Peta Pikiran 10. Metode Objektif

Metode Shumard
Metode Shumard memberikan nilai penyesuaian untuk
kecepatan kerja yang normal sebesar 60. Penentuan besarnya
penyesuaian dengan metode ini adalah melalui rasio pembagian
nilai yang kita tetapkan untuk menilai kecepatan kerja seorang
operator dengan nilai kecepatan kerja normal. Sebagai contoh, jika
kita menetapkan bahwa seorang operator berada di kelas fast,
berdasarkan tabel Shumard (Tabel 4. 4) nilainya adalah 90. Maka
besarnya penyesuaian adalah sebesar 90/60=1,5.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 65


Tabel 4. 4 Tabel Penyesuaian Metode Shumard

Kelas Penyesuaian Kelas Penyesuaian

Superfast 100 Good - 65


Fast + 95 Normal 60
Fast 90 Fair + 55
Fast - 85 Fair 50
Excellent 80 Fair - 45
Good + 75
Poor 40
Good 70

Peta Pikiran 11. Metode Shumard

Menentukan Kelonggaran
Kelonggaran dapat ditentukan dengan menggunakan teknik
observasi dan Work Sampling. Secara umum kelonggaran

66 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


diberikan untuk personal allowance, fatigue allowance dan delay
allowance. International Labour Organization (ILO) menetapkan
besarnya kelonggaran secara umum sebagaimana yang
dicantumkan pada Tabel 4. 4 Kelonggaran diberikan pada waktu
normal sehingga dapat ditetapkan sebagai waktu baku. Berikut ini
dalam adalah tipe-tipe kelonggaran yang dapat diberikan untuk
membentuk sebuah waktu standar atau waktu baku.

Tabel 4. 5 Besarnya Kelonggaran berdasarkan Rekomendasi


ILO
No Allowances
A Constant allowances

4
Personal allowance 5
Basic fatigue allowance
B Variable allowances
1 Standing allowance 2
2 Abnormal position allowance
Slightly awkward 0
Awkward (bending) 2
Very awkward (lying, stretching) . . 7
3 Use of force, or muscular energy (lifting, pulling, or
pushing):
Weight lifted, lb:
5 0
10 1
15 2
20 3
25 4
30 5
35 7
40 9
45 1
50 13
60 17
70 22
4 Bad light

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 67


No Allowances

2
Slightly below recommended 0
Well below
Quite inadequate 5
5 Atmospheric conditions (heat and humidity)— 0-100
variable
6 Close attention
Fairly fine work 0
Fine or exacting 2
Very fine or very exacting . 5
7 Noise level:

5
2
Continuous 0
Intermittent—loud .
Intermittent—very loud
High-pitched—loud . 5
8 Mental strain
Fairly complex process 1
Complex or wide span of attent 4
Very complex 8
9 Monotony
Low 0
Medium 1
High 4
10 Tediousness:
Rather tedious 0
5

Tedious 2
Very tedious .

ILO menetapkan ada kelonggaran konstan yang terdiri dari


kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (personal allowance) dan
basic fatigue allowance. Nilai kelonggaran konstan ini ditambahkan
dengan kelonggaran variabel yang disesuaikan besarannya dengan

68 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


kondisi kerja operator.

Gambar 4. 1 Tipe Kelonggaran untuk Menentukan Waktu Baku

Literatur lain menentukan besarnya kelonggaran dengan


sudut pandang yang berbeda, sebagaimana yang tercantum pada
Tabel 4.6.
Error! Reference source not found.
Tabel 4. 6 Tabel Kelonggaran
(Sutalaksana, 2006)

Contoh
Faktor Kelonggaran (%)
Pekerjaan

A. Tenaga yang Ekuivalen


Pria Wanita
Dikeluarkan Bebas
1. Dapat Bekerja di Tanpa 0,0 -
0,0-6,0
diabaikan meja, duduk beban 6,0
2. Sangat Bekerja di 0,00 -2,25 6,0 -
6,0 - 7,5
ringan meja, berdiri kg 7,5
Menyekop, 2,25-9,00 7,5
3. Ringan 7,5-16,0
ringan kg 12,0

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 69


Contoh
Faktor Kelonggaran (%)
Pekerjaan

9,00 - 12,0 -
4. Sedang Mencangkul 16,0 - 30,0
19,00 kg 19,0
Mengayun
19,00 - 19,0 -
5. Berat palu yang
27,00 kg 30,0
berat
6. Sangat Memanggul 27,00 - 30,0 -
berat beban 50,00 kg 50,0
7. Luar biasa Memanggul Diatas 50
berat karung berat kg
B. Sikap Kerja
Bekerja
Duduk 0,00 - 1,0
duduk, ringan
Badan tegak,
Berdiri diatas
ditumpu dua 1,0 -2,5
dua kaki
kaki
Satu kaki
Berdiri diatas
mengerjakan 2,5-4,0
satu kaki
alat kontrol
Pada bagian
sisi, belakang
Berbaring 2,5-4,0
atau depan
badan
Badan
dibungkukkan
Membungkuk bertumpu 4,0-10
pada kedua
kaki
C. Gerakan Kerja
Ayunan
Normal bebas dari 0
palu

70 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Contoh
Faktor Kelonggaran (%)
Pekerjaan

Ayunan
Agak terbatas terbatas dari 0-5
palu
Membawa
beban berat
Sulit 0-5
dengan satu
tangan
Pada
Bekerja
anggota -
dengan
anggota 5-10
tangan diatas
badan
kepala
terbatas
Bekerja
Seluruh
dilorong
anggota
pertambanga 10-15
badan
n yang
terbatas
sempit
Pencahayaan
D. Kelelahan Mata *) Buruk
Baik
Pandangan
Membawa
yang terputus 0,0-6,0 0,0-6,0
alat ukur
- putus
Pandangan
Pekerjan -
yang hampir
pekerjaan 6,0-7,5 6,0 - 7,5
terus
yang teliti
menerus
Pandangan
terus
Memeriksa
menerus
cacat - cacat 7,5 - 12,0 7,5-16,0
dengan fokus
pada kain
berubah -
ubah

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 71


Contoh
Faktor Kelonggaran (%)
Pekerjaan

Pandangan
terus Pemeriksaan
menerus yang sangat 12,0 - 19,0
dengan fokus teliti 16,0 - 30,0
tetap
19,0 - 30,0
30,0 - 50,0
E. Keadaan
Temperatur
Temperatur
(Derajat Kelemahan Normal Berlebihan
Tempat
Celcius)
Kerja **)
Beku Dibawah 0 Diatas 10 Diatas 12
Rendah 0-13 10-0 12-5
Sedang 13-22 5-0 8-0
Normal 22-28 0-5 0-8
Tinggi 28-38 5-40 8-100
Sangat
Diatas 38 Diatas 40 Diatas 100
Tinggi
F. Keadaan Atmosfer ***)
Ruang yang
berventilasi
Baik 0
baik, udara
segar
Ventilasi
kurang baik,
Cukup ada bau - 0-5
bauan (tidak
berbahaya)
Adanya debu -
Kurang Baik debu beracun, 5-10
atau tidak

72 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Contoh
Faktor Kelonggaran (%)
Pekerjaan

beracun tapi
banyak
Adanya bau -
bauan
berbahaya
yang
Buruk 10 - 20
mengharuskan
menggunakan
alat
penapasan
G. Keadaan Lingkungan yang Baik
Bersih, sehat, cerah dengan
0
kebisingan rendah
Siklus kerja berulang - ulang
0-1
antara 5 - 10 detik
Siklus kerja berulang - ulang
1-3
antara 0 - 5 detik
Sangat Bising
0-5

ika faktor - faktor yang


berpengaruh dapat 0-5
menurunkan kualitas
Terasa
adanya 5-10
getaran lantai
Keadaan - keadaan yang luar
5-15
biasa (bunyi, kebersihan, dll.)
*) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan
**) Tergantung juga pada keadaan ventilasi
***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan
laut dan keadaan iklim

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 73


Contoh
Faktor Kelonggaran (%)
Pekerjaan

Catatan pelengkap : Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi :


Pria = 0 -2,5 % ; Wanita = 2 - 5,0 %

Peta Pikiran 12. Jenis Kelonggaran


Peta Pikiran 12 menunjukkan jenis kelonggaran secara
umum. Personal Allowance atau kelonggaran untuk kebutuhan
pribadi diberikan untuk mengakomodasi kebutuhan pekerja untuk
memenuhi kenyamanan dan kesehatan dirinya. Kelonggaran ini
diberikan untuk aktivitas ke toilet, keperluan bersosialisasi singkat
dengan orang lain di tempat kerja, minum, atau aktivitas pribadi lain
yang esensial.
Fatigue Allowance atau kelonggaran untuk kelelahan
diberikan untuk jeda sejenak untuk merelaksasi otot saat bekerja.
Misalnya pekerja kantor yang diperkenankan untuk berdiri dan
berjalan setelah lelah bekerja dalam posisi duduk. Gerakan
peregangan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh pekerja
juga termasuk dalam kelonggaran ini.
Delay Alowance atau kelonggaran untuk keterlambatan.
Beberapa keterlambatan yang tidak terduga dapat terjadi dalam

74 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


sebuah operasi kerja. Penyebabnya sering tidak dapat diprediksi,
seperti mati listrik di daerah-daerah tertentu. Jika kejadian ini
memang sering terjadi, maka dapat dipertimbangkan untuk
memberikan kelonggaran untuk mengantisipasi risiko
keterlambatan ini. Pemberian nilai penyesuaian dan kelonggaran
dimaksudkan waktu baku yang akan menjadi standar untuk sebuah
operasi ini sudah mempertimbangkan kewajaran manusia yang
memiliki keterbatasan dan kelebihan. Waktu baku harus dapat
dipenuhi oleh hampir semua atau sebagian besar dari operator. Ini
adalah salah satu contoh penerapan prinsip fit the job to the man
dalam ilmu ergonomi.
Dalam menentukan waktu baku dengan studi jam henti,
terdapat tiga langkah, yaitu:
1. Menentukan waktu siklus.
Waktu siklus adalah rata-rata waktu yang didapatkan dari hasil
pengamatan.
2. Menentukan waktu normal
Waktu normal adalah waktu siklus yang dikalikan dnegan
besarnya penyesuaian atau rating factor
3. Menentukan waktu baku
Waktu baku didapatkan dari waktu normal yang ditambahkan
dengan persentase kelonggaran yang telah ditetapkan
berdasarkan kebutuhan kelonggaran untuk aktivitas yang
sedang diukur.
Langkah perhitungan waktu baku ditunjukkan pada Peta Pikiran 13.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 75


Peta Pikiran 13. Menghitung Waktu Baku
Metode Sampling Pekerjaan
Metode sampling pekerjaan adalah sebuah teknik yang
digunakan untuk mencari proporsi waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Metode ini dapat digunakan untuk
menentukan utilitas mesin, menghitung kelonggaran, dan untuk
menentukan waktu baku. Studi dengan sampling pekerjaan ini
dilakukan melalui serangkaian pengamatan yang dilakukan secara
acak. Jadwal pengamatan acak ini ditentukan dengan
menggunakan bantuan tabel angka acak. Studi sampling pekerjaan
didasari oleh aturan probabilitas dalam ilmu stastistika. Sampel
yang diambil secara acak dari sebuah populasi harus mempunyai
distribusi yang sama dengan populasinya. Jika jumlah sampel
cukup besar, maka karakteristik sampel ini akan tidak terlalu
berbeda dengan populasinya.
Metode sampling pekerjaan mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan metode pengamatan secara langsung
lainnya, antara lain pengamat tidak perlu melakukan pengamatan
secara terus menerus, sehingga waktu pengamatan dalam studi ini
relatif singkat untuk setiap objek pengamatan. Desain lembar
pengamatan dalam studi sampling pekerjaan ini akan mengurangi
pekerjaan klerikal dalam pengumpulan data. Studi sampling
pekerjaan memungkinkan seorang pengamat mengamati lebih dari

76 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


satu objek pengamatan, sehingga dapat mengurangi kebutuhan
jumlah pengamat dan mengurangi waktu pengamatan. Mari kita
lihat Peta Pikiran 14.

Peta Pikiran 14. Work Sampling


Sebelum melakukan studi sampling pekerjaan, beberapa
hal harus direncanakan dengan baik. Hal pertama yang dilakukan
setelah menentukan tujuan dilakukannya studi sampling pekerjaan
adalah menentukan objek pengamatan. Objek pengamatan ini
dapat merupakan operator, mesin atau kegiatan yang diamati.
Setelah menentukan objek pengamatan, langkah selanjutnya
adalah menentukan jumlah pengamatan. Jumlah pengamatan ini
ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat ketelitian dan tingkat
keyakinan dari pengamat. Tahapan studi Work Sampling
ditunjukkan pada Peta Pikiran 15.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 77


Peta Pikiran 15. Tahapan Studi Work Sampling

1. Menentukan tujuan

Peta Pikiran 16. Menentukan Tujuan Work Sampling


Studi Work Sampling dapat digunakan untuk menentukan
kelonggaran, menetapkan waktu baku, dan menentukan ukuran
utilitas mesin dan operator seperti yang ditunjukkan pada Peta
Pikiran 16.

2. Menentukan objek pengamatan


Pada langkah kedua ini kita menentukan objek pengamatan.
Operator dan mesin dapat menjadi objek pengamatan studi Work
Sampling. Tentunya pemilihan objek pengamatan ini disesuaikan
dengan tujuan dilakukannya studi Work Sampling. Jika kita
menginginkan untuk mengukur proporsi kegiatan produktif operator

78 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


atau menentukan besarnya kelonggaran waktu, maka objek
pengamatan yang benar adalah operator. Apabila kita memerlukan
ukuran utilisasi mesin, tentu saja yang menjadi objek pengamatan
adalah aktivitas mesin selama proses produksi berlangsung. Peta
Pikiran 17 merangkum penentuan objek pengamatan studi Work
Sampling.

Peta Pikiran 17. Menentukan Objek Pengamatan Work


Sampling

3. Mendeskripsikan aktivitas yang diamati

Mendeskripsikan aktvitas ini sangat penting, untuk memudahkan


perekaman data pada saat kunjungan pengamatan. Deskripsi
aktivitas ini adalah merupakan penguraian aktivitas menjadi
elemen-elemen aktivitas. Berikut ini pada Tabel 4. 7Error!
Reference source not found. adalah contoh dari deskripsi dan
klasifikasi untuk aktivitas pekerja cuci piring di restoran.
Tabel 4. 7 Contoh Deskripsi dan Klasifikasi Aktivitas yang
diamati
No Produktif Tidak Produktif
1 Mengambil piring kotor Mengobrol
2 Mengambil busa penyuci Ke toilet
piring
3 Menggosok piring dengan Minum
busa
4 Meletakan kembali sponge Memeriksa ponsel
penyuci
5 Menyalakan keran Melamun

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 79


No Produktif Tidak Produktif
6 Membilas piring Menunggu
7 Meletakan piring ke dalam Menelpon
rak piring

Sebelum studi Work Sampling dilakukan, pengamat harus


sudah melakukan studi pendahuluan untuk memetakan aktivitas
operator atau mesin yang mana yang akan diamati. Contoh yang
telah diberikan adalah deskripsi aktivitas yang dilakukan sebelum
studi Work Sampling untuk mengetahui proporsi kegiatan produktif
seorang pencuci pirng di sebuah restoran. Aktivitas yang produktif
adalah aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan yang diamati
dan memiliki nilai tambah pada prosesnya. Sedangkan aktivitas
yang tidak produktif adalah semua aktivitas yang dilakukan oleh
pekerja yang tidak memberikan nilai tambah pada produk maupun
proses. Aktivitas yang tidak produktif ini dapat termasuk pada
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan pribadi, mengganggur, atau
aktivitas lainnya yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Bagaimana jika studi Work Sampling dilakukan untuk
mengukur utilitas mesin? Tentu saja yang dideskripsikan adalah
aktivitas dari mesinnya. Sebagai contoh kita akan mengukur utilitas
mesin cuci pada sebuah jasa laundry. Mesin cuci dianggap produktif
saat mengisi air dan saat tabungnya menunjukkan perputaran saat
mencuci dan mengeringkan. Sedangkan saat mesin cuci tidak
digunakan atau pada keadaan diam dapat dianggap sebagai
aktivitas yang tidak produktif. Maka dalam studi Work Sampling,
pengamat akan mencatat kapan saja mesin cuci ditemukan sedang
bekerja dan kapan saja ditemukan dalam keadaan tidak terpakai.
Dalam studi Work Sampling, pengamat akan mencatat apa yang
dilakukan oleh objek pengamatan (manusia atau mesin), bukan
berapa lama sebuah aktivitas dilakukan.

80 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


4. Merancang lembar pengamatan

Lembar pengamatan studi Work Sampling harus dibuat


dengan lengkap. Lembar pengamatan ini harus memuat informasi
informasi penting yang berkaitan dengan identitas objek
pengamatan, nama pengamat, waktu pengamatan, waktu
kunjungan acak, aktivitas yan teramati, proporsi kegiatan yang
diamati dan memerlukan pengesahan dari pemangku kepentingan
studi Work Sampling. Peta Pikiran 18 merangkum informasi apa
saja yang harus ada di dalam sebuah lembar pengamatan studi
Work Sampling.

Peta Pikiran 18. Lembar Pengamatan Work Sampling


5. Menentukan jadwal kunjungan secara acak
Kunjungan pengamatan acak adalah ciri khas dari Work
Sampling. Kunjungan pengamatan acak ini ditentukan dengan
menggunakan angka acak (randomized number) yang didapatkan
dari tabel statistik atau dari software seperti Microsoft Excel,
Minitab, SPSS, R atau yang lainnya. Angka acak ini akan
membantu kita untuk menentukan jadwal kunjungan pengamatan
secara acak. Berikut ini pada Tabel 4. 8 adalah contoh deretan
angka acak yang didapatkan dari Microsoft Excel dengan
memberikan perintah =RANDBETWEEN(700,1700). Perintah
tersebut akan mengacak bilangan dari 700 sampai dengan 1700.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 81


Angka yang akan diacak dipilih antara 700 dan 1700 ini untuk
kemudahan konversi angka acak ini menjadi waktu. 700
menunjukkan pukul 7.00, dimana pengamatan akan dimulai, dan
1700 menunjukkan pukul 17.00, saat pengamatan akan diakhiri.
Penggunaan deretan angka acak ini harus konsisten berdasarkan
urutan baris atau kolom. Kita dapat memilih salah satunya.

Tabel 4. 8 Contoh Deretan Angka Acak


985 1239 1522 818 752 1208 1403 759 868
1282 800 1091 1282 766 1557 870 1531 886
1619 763 1379 1537 1608 1485 960 885 948
1647 755 943 1300 895 1590 1173 1600 1036
1008 1454 759 1324 848 1105 1635 916 1636
956 1282 1548 965 1499 1382 1473 1525 1197
1661 1579 1643 1068 1297 1442 1468 921 1435
940 973 1454 1619 868 1055 1126 1080 805
1418 1264 739 1290 855 1620 1430 1526 1240
715 870 1183 934 1147 1354 1471 828 794
715 1110 1655 1664 796 1016 1073 734 1007
971 1200 1392 1235 1518 1519 1671 1647 1093
1621 1472 1481 1076 1654 1185 1227 1413 1356
1645 1460 1299 850 1126 856 988 1509 826
1613 1254 1508 865 1674 1043 982 955 1128

Tabel 4. 9 menunjukkan contoh konversi angka dari deret


angka acak menjadi waktu pengamatan yang acak. Dua angka
terakhir menunjukkan menit, dan satu atau dua angka awal
dikonversi menjadi jam. Misalnya didapatkan angka 985, maka
dapat dikonversi menjadi jam 9 lebih 85 menit atau sama dengan
jam 10.25.

82 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Tabel 4.9 Contoh Konversi Angka Acak Menjadi Waktu
Pengamatan Acak
Angka Acak dari Tabel (Kolom 1) Konversi Waktu
Pengamatan Acak
985 9:85→10.25
1282 12:82 → 13:22
1619 16:19
1647 16:47
1008 10:08
956 9:56
1661 16:61→ 17:01
940 9:40
1418 14:18
715 7:15
715 7:15
971 9:71 →10.11
1621 16:21
1645 16:45
1613 16:13

6. Menentukan tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan

Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan digunakan untuk


menentukan banyaknya pengamatan yang dilakukan untuk studi
Work Sampling. Tingkat ketelitian adalah besarnya penyimpangan
maksimal hasil pengukuran dari rata-rata sebenarnya. Sedangkan
tingkat keyakinan adalah besarnya keyakinan pengamat bahwa
hasil yang didapatkan akan memenuhi batas ketelitian yang
ditetapkan sebagai tingkat ketelitian.

7. Menghitung jumlah pengamatan

Studi work samping biasanya diawali dengan sebuah studi


pendahuluan. Studi pendahuluan ini dilakukan untuk menentukan
besarnya peluang pengamat mendapati objek pengamatan sedang
melakukan aktivitas yang akan diukur. Misalnya kita akan

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 83


mengamati proporsi kegiatan produktif dari seorang pekerja
pencuci piring di restoran seperti pada contoh di Error! Reference
source not found.. Maka pengamatan pendahuluan dapat
dilakukan untuk menentukan besarnya peluang saat kunjungan
acak pengamat akan mendapati pekerja sedang melakukan salah
satu kegiatan produktif.
Jumlah kunjungan dalam pengamatan pendahuluan ini
dapat ditentukan sendiri, biasanya sebanyak 15-30 pengamatan.
Dengan tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian yang telah
ditetapkan pada tahapan sebelumnya, maka besarnya nilai p
(probabilitas pengamat mendapati objek pengamatan sedang
melakukan aktivitas produktif) dapat ditentukan.
Rumus yang digunakan adalah seperti berikut ini :

��(��−��)
��.��
= ��√
��
Persamaan 10. Menentukan Jumlah Pengamatan

Dimana,
S : tingkat ketelitian
p : persentase atau peluang kejadian aktivitas yang diamati
N : jumlah pengamatan
k : nilai Z α/2 untuk nilai tingkat keyakinan yang ditetapkan.

8. Melakukan pengamatan
Pengamatan pada sampling pekerjaan dilakukan secara
langsung oleh pengamat dengan membawa perlengkapan studi
pada waktu yang telah ditentukan pada langkah kelima studi Work
Sampling. Pada saat pengamatan, pengamat mencatat dalam
lembar pengamatan apa yang sedang dilakukan oleh operator pada
saat waktu pengamatan. Sementara pekerja diminta untuk
beraktivitas seperti biasanya saja, untuk menghindari bias dalam
pengamatan. Keberadaan dan posisi pengamat tidak boleh
menggangu pekerja, baik secara fisik maupun psikologis. Berikut ini

84 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


pada Peta Pikiran 19 adalah rangkuman mengenai bagaimana
pengamatan studi Work Sampling dilakukan.

Peta Pikiran 19. Pengamatan dalam Studi Work Sampling

9. Menggunakan peta kendali untuk keseragaman data

Dalam studi Work Sampling, pengamat akan mendapatkan


data harian. Dalam satu hari, sejumlah kunjungan acak dilakukan.
Semuanya tercatat dan terekam dalam lembar pengamatan. Data
harian ini berupa berapa jumlah aktivitas produktif dan non produktif
beserta dengan proporsinya. Data ini dikumpulkan sampai dengan
selesainya studi. Data harian ini diplot dalam sebuah scattered
diagram dan perlu diuji keseragamannya dengan menggunakan
peta kendali.
Peta kendali yang digunakan dalam analisis ini adalah peta
kendali P, karena data yang didapatnya merupakan data proporsi
kegiatan produktif dan non produktif. Penggunaan peta kendali ini
akan menunjukkan apakah ada data pengamatan yang out of
control atau di luar batas kendali. Data yang out of control ini akan
dikeluarkan dari peta kendali, dan dianalisis lebih rinci lagi.
Analisis data pengamatan yang out of control dilakukan
pada kondisi khusus apa yang menyebabkan data pengamatan hari

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 85


itu berbeda atau tidak seragam dengan pengamatan pada hari –
hari lainnya. Kondisi khusus atau gangguan yang ditemukan dalam
pengamatan dicatat untuk kemudian dicarikan solusinya agar
gangguan tersebut dapat dihindari pada masa yang akan datang.

10. Menghitung proporsi pengamatan

Proporsi pengamatan yang dimaksudkan di sini adalah


proporsi kegiatan yang diamati, tergantung pada tujuan studi Work
Sampling yang ditetapkan. Misalnya jika Work Sampling digunakan
untuk menentukan utilitas jam kerja operator, maka yang dihitung
adalah persentase kegiatan produktif dan kegiatan non produktif.
Apabila studi Work Sampling dilakukan untuk menentukan nilai
kelonggaran, maka yang dihitung adalah persentase aktivitas
kebutuhan pribadi operator.

11. Menarik kesimpulan studi

Kesimpulan dari sebuah studi Work Sampling ditentukan


oleh tujuan yang ditetapkan oleh pengamat. Cara menarik
kesimpulan adalah dengan melihat nilai proporsi kegiatan produtif
dan non produktif, atau kegiatan lain yang diamati.

Contoh Pelaksanaan Studi Work Sampling


Study Work Sampling pada contoh ini dilakukan pada
kegiatan mahasiswa Jurusan Teknik Industri yang menjalani
pembelajaran (kuliah) jarak jauh semasa pandemi Covid-19.
Pengamatan dilakukan dengan self observation terhadap aktivitas
atau kegiatan diri sendiri. Studi ini dilakukan oleh Alvinda, seorang
mahasiswi jurusan Teknik Industri yang sedang belajar dan
mempraktekkan studi Work Sampling pada dirinya sendiri.
Pengamatan pendahuluan dilakukan untuk mengetahui
besarnya kemungkinan Alvinda mendapati dirinya melakukan
kegiatan produktif. Alvinda menetapkan akan menggunakan S
(tingkat ketelitian) sebesar 10% dan tingkat keyakinan sebesar
90%. Berdasarkan ini, diketahui bahwa z-value adalah sebesar

86 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


1.645. Dalam studi pendahuluan ini akan dilakukan pengamatan
pendahuluan sebanyak 30 kali terlebih dahulu. Dari penelitian
pendahuluan didapatkan nilai p adalah sebesar. Nilai p ini
digunakan dalam menentukan jumlah pengamatan yang dilakukan
dalam studi Work Sampling. Dengan menggunakan Persamaan 10
didapatkan bahwa Alvinda harus melakukan 87 kali pengamatan.
Alvinda mengklasifikasikan akivitas produktif dan non
produktifnya selama belajar daring dalam kelompok sebagai berikut
ini:
Kegiatan Produktif :
a. Menyusun meja belajar untuk bersiap memulai kelas
b. Belajar Mata Kuliah 1
c. Belajar Mata Kuliah 2
d. Belajar Mata Kuliah 3
e. Mengerjakan Tugas
f. Mengerjakan Kuis
g. Merapikan catatan dan mengumpulkannya pada binder
h. Aktivitas lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan
kuliah online
Kegiatan Non Produktif :
a. Menonton Televisi
b. Mengobrol dengan teman via Discord
c. Bercanda dengan keluarga
d. Melihat Video TikTok
e. Membuat Video TikTok
f. Bermain dengan kucing
g. Memperbaiki sinyal connect wifi
h. Melamun (pikiran tidak fokus)
i. Makan Snack
j. Menonton Youtube
k. Menonton drama korea
l. Dan aktivitas lainnya yang tidak berhubungan dengan
aktivitas kuliah online

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 87


Alvinda akan melakukan self observation pada hari Senin
(12/10/2020), Selasa (13/10/2020) dan Kamis (15/10/2020) mulai
pukul 7.00 hingga 20.00 sesuai dengan kesediaan waktu yang
dimilikinya. Dengan menggunakan penentuan waktu acak,
didapatkan jadwal pengamatan seperti pada Tabel 4. 10.
Tabel 4. 10 Waktu Pengamatan Acak

Waktu Waktu Waktu


Hari Pengama Hari Pengama Hari Pengama
tan Acak tan Acak tan Acak
Senin 07:09 Selasa 07:16 Kamis 07:08
(12/10/20 07:14 (13/10/20 07:35 (15/10/20 08:03
20) 20) 20)
07:45 07:45 08:23
08:06 08:02 08:27
08:16 08:24 09:04
08:17 08:46 09:09
08:29 09:25 09:29
08:39 09:27 09:37
09:41 09:33 09:53
09:57 09:48 09:58
10:14 09:55 10:11
10:24 10:07 10:22
10:44 10:10 11:31
10:53 10:34 11:47
10:58 10:55 13:23
11:00 11:15 14:35
13:25 11:22 14:42
13:33 11:45 15:19
13:41 11:56 15:26
14:27 12:00 15:35
15:05 13:48 15:37
15:49 14:05 16:33
16:26 14:08 16:43

88 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Waktu Waktu Waktu
Hari Pengama Hari Pengama Hari Pengama
tan Acak tan Acak tan Acak
17:07 14:15 16:56
18:14 14;50 17:08
18:42 16:21 17:24
19:25 16:31 18:03
17:03 18:51
17:10
18:42
18:48
19:28

Berikut ini pada Error! Reference source not found. adalah hasil
pengamatan yang dilakukan oleh Alvinda.
Tabel 4. 11 Hasil Pengamatan
LEMBAR PENGAMATAN STUDI WORK SAMPLING

Nama Pengamat: Alvinda


Objek Pengamatan: Kegiatan mahasiswa selama menjalani pembelajaran jarak jauh di
rumah
Cara Pengamatan: Self-observation
Waktu Pengamatan: Senin (12/10/2020), Selasa (13/10/2020) dan Kamis (15/10/2020)
mulai pukul 7.00 hingga 20.00

No. Waktu Kegiatan Produktif Non Keterangan


Pengamatan Produktif

Senin (12/10/2020)

1. 07:09 Minum Teh √


2. 07:14 Menyiapkan √
Peralatan
Belajar, Laptop
3. 07:45 Memperhatikan √ Mata Kuliah
Dosen 1 (PO)

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 89


LEMBAR PENGAMATAN STUDI WORK SAMPLING

Nama Pengamat: Alvinda


Objek Pengamatan: Kegiatan mahasiswa selama menjalani pembelajaran jarak jauh di
rumah
Cara Pengamatan: Self-observation
Waktu Pengamatan: Senin (12/10/2020), Selasa (13/10/2020) dan Kamis (15/10/2020)
mulai pukul 7.00 hingga 20.00

No. Waktu Kegiatan Produktif Non Keterangan


Pengamatan Produktif

4. 08:06 Memperbaiki √
Sinyal
(Zoom terputus)
5. 08:16 Memperhatikan √
Dosen
6. 08:17 Mengerjakan √
Tugas
7. 08:29 Mengerjakan √
Tugas

8. 08:39 Mengerjakan √
Tugas
9. 09:41 Mengumpulkan √
Tugas pada GCR

10. 09:57 Join Meeting Zoom √ Mata Kuliah


2 (TKPO)
11. 10:14 Memperhatikan √
Dosen
12. 10:24 Memperhatikan √
Dosen
13. 10:44 Membuat coretan √
kecil untuk
pengerjaan tugas
14. 10:53 Mengecek HP √
15. 10:58 Membalas chat √
teman
16. 11:00 Memperhatikan √
Dosen

90 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


LEMBAR PENGAMATAN STUDI WORK SAMPLING

Nama Pengamat: Alvinda


Objek Pengamatan: Kegiatan mahasiswa selama menjalani pembelajaran jarak jauh di
rumah
Cara Pengamatan: Self-observation
Waktu Pengamatan: Senin (12/10/2020), Selasa (13/10/2020) dan Kamis (15/10/2020)
mulai pukul 7.00 hingga 20.00

No. Waktu Kegiatan Produktif Non Keterangan


Pengamatan Produktif

17. 13:25 Tanya Jawab √ Mata Kuliah


dengan Dosen 3 (LPK)

18. 13:33 Tanya Jawab √


dengan
Dosen
19. 13:41 Menunggu sinyal √
dosen
yang sedang
gangguan
20. 14:27 Absensi √
21. 15:05 Mengerjakan Kuis √
22. 15:49 Mengerjakan Kuis √
23. 16:26 Mengerjakan √
Tugas
Minggu lalu
24. 17:07 Melihat TikTok √ Dibutuhkan
25. 18:14 Menonton Drama √ Dibutuhkan
Korea
26. 18:42 Menonton Drama √ Dibutuhkan
Korea
27. 19:25 Mengerjakan √
Tugas Lanjut
Selasa (13/10/2020)
28. 07:16 Menyiapkan √
Peralatan
Belajar, Laptop
29. 07:35 Makan Bubur √

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 91


LEMBAR PENGAMATAN STUDI WORK SAMPLING

Nama Pengamat: Alvinda


Objek Pengamatan: Kegiatan mahasiswa selama menjalani pembelajaran jarak jauh di
rumah
Cara Pengamatan: Self-observation
Waktu Pengamatan: Senin (12/10/2020), Selasa (13/10/2020) dan Kamis (15/10/2020)
mulai pukul 7.00 hingga 20.00

No. Waktu Kegiatan Produktif Non Keterangan


Pengamatan Produktif

30. 07:45 Join Google Meet √ Mata Kuliah


1 (MaTop)
31. 08:02 Absensi √
32. 08:24 Memperhatikan √
Dosen
33. 08:46 Membuat Catatan √
Rumus
34. 09:25 Mengerjakan √
Contoh Soal
35. 09:27 Memperhatikan √
Dosen
36. 09:33 Memperhatikan √
Dosen
37. 09:48 Memperhatikan √
Dosen
38. 09:55 Merapihkan √
Catatan dan
dimasukkan ke
dalam binder
39. 10:07 Absensi √ Mata Kuliah
2
(MekTek)
40. 10:10 Memperhatikan √
Dosen
41. 10:34 Menulis Catatan √
Rumus
42. 10:55 Membalas chat √
teman

92 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


LEMBAR PENGAMATAN STUDI WORK SAMPLING

Nama Pengamat: Alvinda


Objek Pengamatan: Kegiatan mahasiswa selama menjalani pembelajaran jarak jauh di
rumah
Cara Pengamatan: Self-observation
Waktu Pengamatan: Senin (12/10/2020), Selasa (13/10/2020) dan Kamis (15/10/2020)
mulai pukul 7.00 hingga 20.00

No. Waktu Kegiatan Produktif Non Keterangan


Pengamatan Produktif

43. 11:15 Mencari pulpen √


yang
Terjatuh
44. 11:22 Memperhatikan √
Dosen
45. 11:45 Menulis √
Pembahasan
Tugas
46. 11:56 Merapihkan √
Catatan dan
dimasukkan ke
dalam binder
47. 12:00 Mengecek HP √
48. 13:48 Membahas Soal √ Mata Kuliah
UTS 3
tahun lalu (Statistika
Industri)
49. 14:05 Tanya Jawab √
dengan
Dosen
50. 14:08 Memperhatikan √
Penjelasan Dosen
51. 14:15 Mendengar Arahan √
untuk
Kuis
52. 14;50 Mengerjakan Kuis √

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 93


LEMBAR PENGAMATAN STUDI WORK SAMPLING

Nama Pengamat: Alvinda


Objek Pengamatan: Kegiatan mahasiswa selama menjalani pembelajaran jarak jauh di
rumah
Cara Pengamatan: Self-observation
Waktu Pengamatan: Senin (12/10/2020), Selasa (13/10/2020) dan Kamis (15/10/2020)
mulai pukul 7.00 hingga 20.00

No. Waktu Kegiatan Produktif Non Keterangan


Pengamatan Produktif

53. 16:21 Mengerjakan √


Tugas
MekTek
54. 16:31 Mengerjakan √
Tugas
MekTek
55. 17:03 Bermain bersama √ Dibutuhkan
kucing
56. 17:10 Membuat video √
TikTok

57. 18:42 Menonton Televisi √


58. 18:48 Mengerjakan √
Tugas
MekTek
59. 19:28 Bercanda dengan √ Dibutuhkan
keluarga
Kamis (15/10/2020)
60. 07:08 Mempersiapkan √
peralatan
belajar, laptop
61. 08:03 Join Google Meet √ Mata Kuliah
1
(Prosman)
62. 08:23 Memperhatikan √
Dosen
63. 08:27 Memperhatikan √
Dosen

94 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


LEMBAR PENGAMATAN STUDI WORK SAMPLING

Nama Pengamat: Alvinda


Objek Pengamatan: Kegiatan mahasiswa selama menjalani pembelajaran jarak jauh di
rumah
Cara Pengamatan: Self-observation
Waktu Pengamatan: Senin (12/10/2020), Selasa (13/10/2020) dan Kamis (15/10/2020)
mulai pukul 7.00 hingga 20.00

No. Waktu Kegiatan Produktif Non Keterangan


Pengamatan Produktif

64. 09:04 Memperhatikan √


Dosen
65. 09:09 Memperhatikan √
Dosen
66. 09:29 Tanya Jawab √
dengan
Dosen seputar
UTS
67. 09:37 Absensi √

68. 09:53 Join PPDT Trisakti √


69. 09:58 Membuka √
Instagram
70. 10:11 Memperhatikan √ Mata Kuliah
Grafik 2 (MaTek)
71. 10:22 Menulis catatan √
pemahaman
tentang
Grafik
72. 11:31 Dipanggil orang √
tua untuk mencatat
nomor telfon
Rekan
73. 11:47 Tanya Jawab √
seputar Tugas
yang akan
Diberikan
74. 13:23 Mengerjakan Kuis √ Mata Kuliah
3 (EPSK1)
75. 14:35 Mengerjakan Kuis √

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 95


LEMBAR PENGAMATAN STUDI WORK SAMPLING

Nama Pengamat: Alvinda


Objek Pengamatan: Kegiatan mahasiswa selama menjalani pembelajaran jarak jauh di
rumah
Cara Pengamatan: Self-observation
Waktu Pengamatan: Senin (12/10/2020), Selasa (13/10/2020) dan Kamis (15/10/2020)
mulai pukul 7.00 hingga 20.00

No. Waktu Kegiatan Produktif Non Keterangan


Pengamatan Produktif

76. 14:42 Mengerjakan Kuis √


77. 15:19 Meluruskan √ Dibutuhkan
Punggung
(Posisi Rebahan)
78. 15:26 Meluruskan √ Dibutuhkan
Punggung
(Posisi Rebahan)
79. 15:35 Menjemput paket √
80. 15:37 Menjemput Paket √
81. 16:33 Makan Cemilan √
82. 16:43 Mengerjakan √
Tugas
83. 16:56 Mengerjakan √
Tugas
84. 17:08 Mengerjakan √
Tugas
85. 17:24 Bermain dengan √ Dibutuhkan
kucing
86. 18:03 Unboxing Paket √
87. 18:51 Mengerjakan √
Tugas
TOTAL 62 25

Pada Gambar 4. 2 dapat dilihat pie chart yang menunjukkan


proporsi kegiatan produktif dan non produktif yang dilakukan oleh
Alvinda dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh dalam masa

96 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


pandemi Covid-19. 71,3% dari waktu yang tersedia untuk aktivitas
kuliah online, digunakan untuk melakukan aktivitas produktif.
Sisanya, adalah untuk melakukan aktivitas non produktif. Ini
menunjukkan kesimpulan bahwa Alvinda tergolong aktif dan serius
dalam melakukan pembelajaran jarak jauhnya.

Gambar 4. 2 Pie Diagram Proporsi Kegiatan Produktif dan Non


Produktif dari Hasil Pengamatan

3. Pengukuran Waktu secara Tidak Langsung

Metode Work Factor


Work Factor adalah metode pengukuran waktu baku tidak
langsung yang paling awal dan paling luas diaplikasikan. Waktu
gerakan ditentukan oleh anggota badan mana yang digunakan
untuk beraktivitas, ditambah dengan faktor kerja yang dianggap
dapat memengaruhi waktu gerakan. Faktor kerja yang dimaksud
adalah anggota tubuh terpakai, jarak perpindahan, kebutuhan
kontrol pada gerakan dan beban atau tahanan yang ditangani saat
melakukan gerakan.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 97


Peta Pikiran 20. Metode Work Factor

Pada metode Work Factor, anggota tubuh yang digunakan


untuk menentukan waktu gerakan adalah jari, tangan, lengan,
pergelangan tangan, tubuh, telapak kaki, kaki, dan putaran kepala.
Sedangkan faktor kerja yang menghambat sebuah gerakan adalah
beban atau tahanan, pengarahan gerak, gerakan yang hati-hati,
perubahan arah, dan penghentian pasti. Berikut ini dalam Tabel 4.
12 adalah notasi dalam Work Factor.
Tabel 4. 12. Notasi dalam Work Factor
Work Factors
Anggota
Simbol (dituliskan sesuai Simbol
Tubuh
dengan urutan)
Finger F Weight or resistence W
Hand H Directioneal Control S
(Streer)
Arm A Care P
Forearm FS Change Direction U
swivel
Trunk T Definite Stop D
Foot FT
Leg L
Head turn HT

98 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Waktu gerakan dengan metode ini ditentukan dengan
menggunakan tabel waktu. Berikut ini adalah tabel waktu Work
Factor.
Tabel 4. 13 Tabel Work Factors: ARM
(A) ARM - Measured at Knuckles
Distance Basic Work Factors
Moved 1 2 3 4
(inch)
1 18 26 34 40 46
2 20 29 37 44 50
3 22 32 41 50 57
4
5

26 38 48 58 66
29 43 55 65 75
6 32 47 60 72 83
7 35 51 65 78 90
8 38 54 70 84 96
9 40 58 74 89 102
10 42 61 78 93 107
11 44 63 81 98 112
12 46 65 85 102 117
13 47 67 88 105 121
14 49 69 90 109 125
15 51 71 92 113 129
16 52 73 94 115 133
17 54 75 96 118 137
18 55 76 98 120 140
19 56 78 100 122 142
20 58 80 102 124 144
22 61 83 106 128 148
24 63 86 109 131 152
26 66 90 113 135 156
28 68 93 116 139 159
30 70 96 119 142 163
35 76 103 128 151 171

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 99


(A) ARM - Measured at Knuckles
Distance Basic Work Factors
Moved 1 2 3 4
(inch)
40 81 109 135 159 179
Weight Male 2 7 13 20 UP
in Lbs. Female 1 3½ 6½ 10 UP

Tabel 4. 14 Tabel Work Factors: LEG


(L) LEG - Measured at Ankle
Distance Basic Work Factors
Moved 1 2 3 4
(inch)
1 21 30 39 46 53
2 23 33 42 51 58
3
4

26 37 48 57 65
30 43 55 66 76
5 34 49 63 75 86
6 37 54 69 83 95
7 40 59 75 90 103
8 43 63 80 96 110
9 46 66 85 102 117
10 48 70 89 107 123
11 50 72 94 112 129
12 52 75 97 117 134
13 54 77 101 121 139
14 56 80 103 125 144
15 58 82 106 130 149
16 60 84 108 133 153
17 62 86 111 135 158
18 63 88 113 137 161
19 65 90 115 140 164
20 67 92 117 142 166
22 70 96 121 147 171
24 73 99 126 151 175

100 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


(L) LEG - Measured at Ankle
Distance Basic Work Factors
Moved 1 2 3 4
(inch)
26 75 103 130 155 179
28 78 107 134 159 183
30 81 110 137 163 187
35 87 118 147 173 197
40 93 126 155 182 206
Weight Male 8 42 UP - -
in Lbs. Female 4 21 UP - -

Tabel 4. 15 Tabel Work Factors: TRUNK


(T) TRUNK - Measured at Shoulder
Distance Work Factors
Moved Basic
(inch) 1 2 3 1
1 26 38 49 58 67
2 29 42 53 64 73
3 32 47 60 72 82
4 38 55 70 84 96
5 43 62 79 95 109
6 47 68 87 105 120
7 51 74 95 114 130
8 54 79 101 121 139
9 58 84 107 128 147
10 61 88 113 135 155
11 63 91 118 141 162
12 66 94 123 147 169
13 68 97 127 153 175
14 71 100 130 158 182
15 73 103 133 163 188
16 75 105 136 167 193

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 101


(T) TRUNK - Measured at Shoulder
Distance Work Factors
Moved Basic
(inch) 1 2 3 1
17 78 108 139 170 199
18 80 111 142 173 203
19 82 113 145 176 206
20 84 116 148 179 209
Weight Male 11 58 UP - -
in Lbs. Female 5½ 29 UP - -

Tabel 4. 16 Tabel Work Factors: FINGER - HAND


(F, H) FINGER- HAND - Measured at Finger Tip
Distance Work Factors
Moved Basic
(inch) 1 2 3 4
1 16 23 29 35 40
2 17 25 32 38 44
3 19 28 36 43 49
4 23 33 42 50 58
Weight Male 2/3 2½ 4 UP -
in Lbs. Female 1/3 1¼ 4 UP -

Tabel 4. 17 Tabel Work Factors: FOOT


(FT) FOOT - Measured at Finger Toe
Distance Work Factors
Moved Basic
(inch) 1 2 3 4
1 20 29 37 44 51
2 22 32 40 48 55
3 24 35 45 55 63
4 29 41 53 64 73

102 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Weight Male 5 22 UP - -
in Lbs. Female 2½ 11 UP - -

Tabel 4. 18 Tabel Work Factors: FOREARM SWIVEL


(FS) FOREARM SWIVEL - Measured at Finger Knuckles
Distance Work Factors
Moved Basic
1 2 3 4
45o 17 22 28 32 37
90o 23 30 37 43 49
135o 28 36 44 52 58
180o 31 40 49 57 65
Weight Male 3 13 UP - -
in Lbs. Female 1½ 6½ UP - -

Tabel 4. 19 Tabel Work Factors: WALKING TIME


Walking Time
30o paces
Type 1 2 Over 2
General Analyze from 260 120+80/Pace
Restricted table 300 120+100/Pace
Add 100 for 120o – 180o Turn at Start or Finish
Up Steps (8” Rise – 10” Flat) 126
Down Steps 100

Tabel 4. 20 Tabel Work Factors: VISUAL INSPECTION


Visual Inspection
Focus 20
Inspect 30/Point
React 20

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 103


Tabel 4. 21 Tabel Work Factors: HEAD TURN
Head Turn
450 40
900 60

Notasi Umum dalam Metode Work Factor untuk Setiap


Gerakan adalah sebagai berikut:
abc
Dimana;
a : notasi untuk anggota badan yang bergerak
b : jarak yang ditempuh
c : menyatakan banyaknya faktor kerja yang tersangkut
dalam gerakan

Bagaimana cara menggunakan tabel Work Factor? Gambar


4. 2 menjelaskan mengenai penggunaan tabel Work Factor. Kolom
distance move menunjukkan jarak yang ditempuh pada setiap
gerakan. Kolom Basic menunjukkan waktu gerakan apabila
gerakan tersebut adalah gerakan dasar yang tidak memiliki faktor
kerja yang mengganggu. Kolom Work Factor menunjukkan waktu
gerakan yang mengandung 1,2,3, atau 4 faktor kerja. Baris yang
terletak di paling bawah menunjukkan batas tertinggi berat atau
tahanan yang menghambat gerakan. Baris pertama adalah untuk
pria dan baris kedua adalah untuk wanita.
Contoh untuk menentukan waktu untuk gerak yang
mendapatkan beban atau tahanan adalah sebagai berikut (lihat
tabel ARM di tabel 4.11): seorang pekerja pria yang melakukan
gerakan dengan menggunakan lengan (arm) dengan beban seberat
17 lbs. Maka beban 17 lbs ini dianggap memiliki 3 faktor kerja.
Angka yang tertera pada tabel adalah batas tertinggi. Beban 17 lbs
ini telah melebihi batas pada kolom 2 faktor kerja, tetapi tidak
melebihi batas pada kolom 3 faktor kerja.

104 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Gambar 4. 2 Keterangan dalam Tabel Work Factor

Contoh analisis gerakan dan penentuan waktu dengan


metode Work Factor dapat dilihat pada Gambar 4. 3 untuk gerakan
menjangkau sejauh 20 inchi untuk memasang baut. Menjangkau
tentu dilakukan oleh tangan, sehingga tabel yang digunakan adalah
tabel arm. Kemudian jaraknya adalah sejauh 20 inch. Memasang
baut tentu tidak dapat dilakukan di sembarang tempat, sehingga kita
dapat menganggap bahwa aktivitas ini memiliki tempat berhenti
yang jelas (definite stop). Oleh karena itu, notasi gerakannya adlaah
A20D. Untuk menentukan waktu gerakannya, maka kita akan
melihat pada baris yang ditandai oleh jarak 20 inch, pada kolom 1
faktor kerja yaitu definite stop. Waktu yang didapatkan adalah 80
time unit.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 105


Gambar 4. 3 Contoh Motion Analysis dengan Work Factor

Contoh yang lain adalah sebagai berikut ini. Pada suatu


meja kerja pembungkusan produk X, seorang pekerja melakukan
gerakan kerja sebagai berikut: menjangkau produk X di kotak yang
berada sejauh 12” dari meja, memegang produk X lalu membawa
produk X ke meja sejauh 12” dan menempatkan produk di atas
kertas pembungkus pada meja. Kertas pembungkus itu bentuk
bujur sangkar. Selanjutnya jari tangan merekatkan sudut pertama
kertas pembungkus, jari merekatkan sudut kedua kertas
pembungkus, merekatkan sudut ketiga kertas pembungkus,
merekatkan sudut keempat kertas pembungkus hingga semua
sudut kertas bertumpu ditengah dan produk X tertutup/terbungkus.
Produk X yang telah terbungkus dibawa ke dudukan kemasan yang
berjarak 10” dari meja, diarahkan agar tepat pada dudukan dan
memasukkannya pada dudukan, melepaskan produk pada
dudukan, menggerakan tangan ke meja kembali. Pengukuran
waktu dilakukan dengan metode Work Factor.

106 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Deskripsi
Kerja Elemen Analisis Waktu
No
Gerakan (menit)
Menjangkau produk X di
1. kotak yang berada A12D 0,0065
sejauh 12” dari meja.
2. Memegang produk X 0,5F1 0,0008
Membawa produk X ke
3. A12D 0,0065
meja sejauh 12”
Menempatkan/
mengarahkan produk di
4. F1SD 0,0029
atas kertas
pembungkus pada meja
Jari tangan merekatkan
5. sudut pertama kertas F1D 0,0023
pembungkus
Jari tangan merekatkan
6. sudut kedua kertas F1D 0,0023
pembungkus
Jari tangan merekatkan
7. sudut ketiga kertas F1D 0,0023
pembungkus
Jari tangan merekatkan
8. sudut ke-4 kertas F1D 0,0023
pembungkus
Produk X yang telah
terbungkus dibawa ke
9. A10D 0,0061
dudukan kemasan yang
berjarak 10” dari meja
Memasukkannya
dudukan pada
10. F1P 0,0023
Melepaskan
pada dudukan
produk
11. 0,5F1 0,0008
meja kembali tangan ke
Menggerakan
12. A10D 0,0061
Total waktu 0,0412

Metode Method Time Measurement (MTM)


Pengukuran waktu tidak langsung disebut dengan
predetermined time system. MTM (Methods Time Measurement)

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 107


adalah salah satu metode yang dimaksud. Berikut ini adalah tabel
MTM 1 untuk pengukuran waktu. MTM didefinisikan sebagai
prosedur yang menganalisis setiap operasi atau metode manual ke
dalam gerakan dasar yang diperlukan dan menetapkan waktu untuk
setiap gerakan standar berdasarkan sifat gerakan dan kondisi
dimana gerakan itu dilakukan. Sistem MTM menentukan waktu
aktivitas berdasarkan tabel MTM (Tabel 4. 22 sampai dengan Tabel
4. 31Error! Reference source not found.).
Jika metode Work Factor menentukan waktu aktivitas dari
anggota tubuh yang mana yang digunakan, maka pada tabel MTM,
kita dapat langsung menggunakan berdasarkan aktivitas apa yang
sedang dilakukan . Notasi gerakan pada metoce MTM ini adalah

abc
dimana
a : elemen gerak yang bekerja
b : jarak yang ditempuh
c : kelas dari gerak yang bersangkutan

Cara menggunakan tabel MTM adalah sebagai berikut ini:


1. Tentukan elemen gerakan yang akan diukur
2. Perhatikan jarak gerakannya
3. Tentukan gerakan tersebut termasuk pada kelas gerakan yang
mana. Misalnya gerakan reach, tentukan apakah gerakan
tersebut masuk dalam kelas A, B, C, D atau E berdasarkan
kesesuaian deskripsi gerakan tersebut. Ini berlaku sama juga
dengan jenis gerakan yang lainnya.
4. Tentukan waktu gerakan dengan melihat angka pada kolom
kelas gerakan yang dimaksud.

108 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Tabel 4. 22 Tabel MTM 1: Reach
Table 1–Reach–R
Hand in
Distance Time (TMU)
Motion Case and
Moved
C or Description
(in) A B E A B
D
½ or Reach to
2.0 2.0 2.0 2.0 1.6 1.6
less object in fixed
1 2.5 2.5 3.6 2.4 2.3 2.3 location, or to
2 4.0 4.0 5.9 3.8 3.5 2.7 A object in other
hand or on
3 5.3 5.3 7.3 5.3 4.5 3.6 which other
hand rests.
4
6
5

6.1 6.4 8.4 6.8 4.9 4.3 Reach to


6.5 7.8 9.4 7.4 5.3 5.0 single object
7.0 8.6 10.1 8.0 5.7 5.7 in location that
B
may vary
7 7.4 9.3 10.8 8.7 6.1 6.5 slightly from
cycle to cycle.
8 7.9 10.1 11.5 9.3 6.5 7.2 Reach to
9 8.3 10.8 12.2 9.9 9.9 7.9 object jumbled
10 8.7 11.5 12.9 10.5 7.3 8.6 with other
C objects in a
group so that
12 9.6 12.9 14.2 11.8 8.1 10.1
search and
select occur.
14 10.5 14.4 15.6 13.0 8.9 11.5 Reach to a
16 11.4 15.8 17.0 14.2 9.7 12.9 D very small
object or
where
18 12.3 17.2 18.4 15.5 10.5 14.4 accurate
grasp is
required.
20 13.1 18.6 19.8 16.7 11.3 15.8 Reach to
22 14.0 20.1 21.2 18.0 12.1 17.3 indefinite
24 14.9 21.5 22.5 19.2 12.9 18.8 location to get
2628 15.8 22.9 23.9 20.4 13.7 20.2 hand in
E
16.7 24.4 25.3 21.7 14.5 21.7 position for
body balance
30 17.5 25.8 26.7 22.9 15.3 23.2 or next motion
or out of way.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 109


Tabel 4. 23 Tabel MTM 1: Move
Table II–Move–M
Dist Time (TMU) Wt. Allowance
anc Case and
e Description
Mov Hand in Wt Constant
ed A B C Motion (lb) Factor (TMU)
(in) B Up
to
½ 2.0 2.0 2.0 1.7 2.5 0 0
or
less
1 2.5 2.9 3.4 2.3 Move object
to other
2 3.6 4.6 5.2 2.9 7.5 1.06 2.2 A
hand or
3 4.9 5.7 6.7 3.6
against stop.
4
5

6.1 6.9 8.0 4.3 12.5 1.11 3.9


7.3 8.0 9.2 5.0
6 8.1 8.9 10.3 5.7
7 8.9 9.7 11.1 6.5 17.5 1.17 5.6
8 9.7 10.6 11.8 7.2 Move object
9 10.5 11.5 12.7 7.9 22.5 1.22 7.4 to
10 11.3 12.2 13.5 8.6 B approximate
12 12.9 13.4 15.2 10.0 27.5 1.28 9.1 or indefinite
14 14.4 14.6 16.9 11.4 location.
16 16.0 15.8 18.7 12.8 32.5 1.33 10.8
18 17.6 17.0 20.4 14.2
20 19.2 18.2 22.1 15.6 37.5 1.39 12.5
22 20.8 19.4 23.8 17.0 Move object
24 22.4 20.6 25.5 18.4 42.5 1.44 14.3 C to exact
26 24.0 21.8 27.3 19.8 location.
28 25.5 23.1 29.0 21.2 47.5 1.50 16.0
30 27.1 24.3 30.7 22.7

Gerakan Move pada MTM-1 terbagi menjadi 3 kelas


gerakan, dapat dilihat pada Tabel 4. 23. Pada tabel move terdapat
kolom hand in motion dan kelonggaran untuk beban. Hand in motion
menunjukkan bahwa gerakan move dilakukan secara kontinyu
sehingga tidak terlalu tampak ada perpindahan dari posisi diam ke
gerakan membawa. Kolom Weight allowance menunjukan
tambahan waktu untuk gerakan move apabila gerakan ini dilakukan
sambil membawa beban. Data berat beban pada tabel adalah batas
tertingginya (up to).
Contoh, untuk gerakan move kelas A sejauh 5 inch dengan
membawa beban 5 lbs, penentuan waktu gerakannnya adalah:
• M5A = 7.3 TMU

110 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


• Tambahan waktu karena membawa beban 5 lbs = 2.2 TMU
Jadi, total waktunya adalah 7.3 + 2.2 = 9.5 TMU
Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutar
tangan baik dalam keadaan kosong atau membawa beban.
Penentuan waktu gerakan memutar didasarkan pada berat benda
yang diputar dan sudut putarannya. Untuk apply pressure ada dua
kelas gerakan yaitu kelas A dan kelas B. Tabel yang digunakan
adalah Tabel 4. 24.
Tabel 4. 24 Tabel MTM 1: Turn and Apply Pressure
Table III–Turn and Apply Pressure–T and AP
Weight Time TMU for Degrees Turned
30◦ 45◦ 60◦ 75◦ 90◦ 105◦ 120◦ 135◦ 150◦ 165◦ 180◦
Small – 2.8 3.5 4..1 4.8 5.4 6.1 6.8 7.4 8.1 8.7 9.4
0 to 2 lb
Medium
– 2.1 to 4.4 5.5 6.5 7.5 8.5 9.6 10.6 11.6 12.7 13.7 14.8

10 lb
Large – 8.4 10.5 12.3 14.4 16.2 18.3 20.4 22.2 24.3 26.1 28.2
10.1 to
35 lb
Apply pressure Class A = 10.6 TMU
Apply Pressure Class B = 16.2 TMU

Tabel 4. 25 Tabel MTM 1: Grasp


Table IV–Grasp–G
Case Time Description
(TMU)
1A 2.0 Pick Up Grasp – Small, medium, or large object
by itself, easily grasped.
1B 3.5 Very small object or object lying close
against flat surface.
1C1 7.3 Interference with grasp on bottom and one
side of nearly cylindrical object.
Diameter larger than ½”.
1C2 8.7 Interference with grasp on bottom and one
side of nearly cylindrical object.
Diameter 1/4” to ½ “.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 111


Table IV–Grasp–G
Case Time Description
(TMU)
1C3 10.8 Interference with grasp on bottom and one
side of nearly cylindrical object.
Diameter less than ¼”.
2
3

5.6 Regrasp.
5.6 Transfer Grasp.
4A 7.3 Object jumbled with other objects so select and
search occur. Larger than 1”31”31”.
4B 9.1 Object jumbled with other objects so select and
search occur. ¼” 3 ¼” 3 1/8” to 1”31”31”.
4C 12.9 Object jumbled with other objects so select and
search occur. Smaller than ¼” 3¼” 31/8”.
5 0 Contact, sliding or hook grasp.

Grasp (memegang) adalah elemen gerakan dasar untuk


menguasai/mengontrol sebuah/beberapa obyek baik dengan jari
jari atau dengan tangan untuk memungkinkan melaksanakan
gerakan dasar berikutnya. Kelas gerakan grasp dituliskan pada
Tabel 4. 25.
Position atau mengarahkan adalah elemen gerakan dasar
yang dilakukan untuk menggabungkan, mengarahkan, atau
memasangkan satu objek dengan objek lainnya. Tabel 4. 26 adalah
tabel MTM 1 untuk Position. Dalam tabel tersebut terdapat kolom
symmetry. Terdapat tiga keterangan mengenai ini, yaitu
S : Simetris
SS : Semi Simetris
NS : Non Simetris
Easy to handle menunjukkan bahwa benda yang diposisikan
mudah dipegang. Sedangkan Difficult to handle menunjukkan
benda yang diposisikan sulit untuk dipegang. Benda yang sulit
unutk dipegang ini biasanya karena benda tersebut memiliki ukuran
yang besar, permukaannya licin, tajam, ukurannya terlalu kecil, dan
alasan lain yang dapat menyebabkan benda tersebut sulit untuk
diposisikan.

112 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Tabel 4. 26 Tabel MTM 1: Position
Table V–Position*–P
Class Symmetry Easy to Difficult to
of Fit Handle Handle
1– No pressure S 5.6 11.2
Loose required. SS 9.1 14.7
NS 10.4 16.0
2– Light pressure S 16.2 21.8
Close required. SS 19.7 25.3
NS 21.0 26.6
3– Heavy pressure S 43.0 48.6
Exact required. SS 46.5 52.1
NS 47.8 53.4
or
*Distance moved to engage – 1” less.

Release atau melepas adalah elemen gerakan dasar untuk


membebaskan kontrol atas suatu obyek oleh jari atau tangan.
Penentuan waktunya menggunakan Tabel 4. 27.

Tabel 4. 27 Tabel MTM 1: Release


Table VI–Release–RL
Case Time Description
(TMU)
1 2.0 Normal release performed by opening
fingers as independent motion.
2 0 Contact release.

Disengage atau lepas rakit adalah elemen gerakan dasar


yang digunakan untuk memisahkan kontak antara satu obyek
dengan obyek yang lainnya. Tabel yang digunakan adalah Tabel 4.
28.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 113


Tabel 4. 28 Tabel MTM 1: Disengange
Table VII–Disengage–D
Easy to Difficult to
Class of Fit Handle Handle
1–Loose–Very slight effort, 4.0 5.7
blends with subsequent move.
2–Close–Normal effort, slight 7.5 11.8
recoil.
3–Tight–Considerable effort, 22.9 34.7
hand recoils markedly.

Pada saat kerja manual, ada kebutuhan untuk memandang


objek secara fokus, misalnya pada aktivitas pemeriksaan kualitas
secara visual, atau pada saat aktivitas pengukuran. Pekerja akan
melakukan eye focus. Eye travel adalah gerakan perpindahan
pandangan mata dari satu titik ke titik yang lainnya. Waktu untuk
eye travel ini ditentukan oleh jarak dari titik objek pertama ke titik
objek kedua dan jarak tegak lurus dari titik pandang pekerja
terhadap garis lurus yang menghubungkan kedua titik objek seperti
yang diilustrasikan pada Gambar 4. 4. Penentuan waktu eye focus
dan eye travel time dijelaskan pada Tabel 4. 29.

Tabel 4. 29 Tabel MTM 1: Eye Travel Time dan Eye Focus


Table VIII–Eye Travel Time and Eye Focus–ET and EF
��
Eye
of 20Travel
TMU Time = ����.��
× TMU with a maximum value
��

Where T = the distance between points from and to which


the eye travels.
D = the perpendicular distance from the eye to the
line of travel T.
Eye Focus Time = 7.3 TMU.

114 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Gambar 4.4 Menentukan Eye Travel Time

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 115


Tabel 4. 30 Tabel MTM 1: Body, Leg and Foot Motion
Table IX–Body, Leg, and Foot Motions
Description Symbol Distance Time
TMU
Foot Motion–Hinged at ankle.
With heavy FM Up to 4} 8.5
FMP 19.1
pressure.
Leg or Foreleg Motion LM – Up to 6” 7.1
Each 1.2
add’ 1
inch
Sidestep – Case 1 – Complete Less Use
when leading leg SS-C1 than 12” REACH
contacts or
floor. MOVE
time
12” 17.0
Each 0.6
add’ 1
inch
Case 2– Lagging 34.1
leg must contact SS-C2
floor
before
next
motion
can
be made.
1.1
Bend, Stroop or Kneel on One B, S, 29.0
Knee. KOK
Arise. AB, AS, 31.9
AKOK
KneelArise.
on Floor – Both Knees. KBK 69.4
AKBK 76.7
Sit. SIT 34.7
Turn from45
StandBody to 90position.
sitting Degrees STD 43.4

Case 1 – Complete when TBC1 18.6
leading leg contacts

116 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Table IX–Body, Leg, and Foot Motions
Description Symbol Distance Time
TMU
floor.
Case 2 – Lagging leg must TBC2 37.2
contact floor before
next motion can be
made.
Walk. W-FT Per foot 5.3
Walk. W-P Per pace 15.0

Tabel 4. 31 Tabel MTM 1: Simultaneous Motion


Table X–Simultaneous Motions
Reach Move Grasp Position Diseng
age
G1
A

P1
G1BG1C

D
D 1D
E
1
D
,

A CA P1 NS Ca Motio

D2
, B , BC G P SS P2 se n
E

G2G5
m

4 1 P2 SS
S S P2NS

□□
��|��
��|��
��|��
��|�� ��|����|��
��|����|����|�� ��|��

□□

□□

xxx■

A,E
B
□x

□x

□ □ □ □ □ □x xx □

x■

□ □ □ Reach

□ □ □x xx x■ ■■ □x
x ■ □□


□x

■■

x ■■ x■ ■ ■■ ■■ ■■ x C,
■ ■ D
□□

□□

□□

□ □ □ □x xx □□ A,
□ □ Bm Move
□x

□ □□ □ 33 3■ ■■ □x B
□ ■
3

■■ □□

x x■ ■ ■■ ■■ x ■ C
■ ■ ■
□□

G1

□ □ □■ ■■ □ ■
□ A,
G2, Grasp
G5
■■

■■

G1B,G1C

■ x ■■ ■■ ■
■ ■

■ ■ ■■ ■■ ■ G4
■ ■ ■

x■ ■■ ■■ P1
S
■■ ■■ ■ P1 Position
SS,

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 117


Table X–Simultaneous Motions
Reach Move Grasp Position Diseng
age
G P1
A CA 1 G P1 NS D Ca Motio
, B , , BCA 1 GP SS P2 1 D se n
E D B G B 4 1 P2 SS E 2
m 2 G S S P2 D
G 1 NS 1
5 C D
��|��
��|��
��|��
��|�� ��|����|��
��|����|����|�� ��|��
P2
S
■■ ■ ■ P1
■ NS,
P2
SS,
P2
NS

□□
□ D1
E, Disen
D1 gage
D

□□
D2

□ = EASY to perform simultaneously


x = Can be performed simultaneously with PRACTICE
■ = DIFFICULT to perform simultaneously even after long practice.
Allow both times.
Dalam operasi industri, kadang diperlukan lebih dari satu
anggota badan yang bergerak pada satu aktivitas dalam waktu yang
bersamaan, yaitu
• Combined motion : dua gerakan yang dilakukan anggota gerak
yang sama dalam waktu yang bersamaan
• Simultaneous motion : dua gerakan yang dilakukan dua anggota
gerak yang berbeda
MTM-1 memberikan analisis pada gerakan yang simultan ini,
apakah gerakan simultan dapat dilakukan dengan mudah, perlu
latihan, atau tidak dapat dilakukan. Analisis gerakan simultan ini
dijelaskan pada Tabel 4. 31.

118 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Satuan waktu yang digunakan dalam MTM-1 berbeda
dengan satuan waktu yang digunakan pada Work Factor. Berikut ini
adalah perbedaan satuan waktu yang digunakan oleh sistem Work
Factor dan MTM, dipaparkan pada Tabel 4. 32.
Tabel 4. 32 Perbandingan Satuan Waktu Work Factor dan
MTM
Work Factor MTM
Waktu dinyatakan dengan Waktu dinyatakan dengan
‘Ten-thousandths of a Time Measurement Unit
minute’ (10-4 menit) (TMU),’one hundred
thousandths of an hour (10
5 jam)

Artinya 1 Time Unit = Artinya 1 TMU =


0.006 detik 0.0036 detik
0.0001 menit 0.0006 menit
0.00000167 jam 0.00001 jam

Contoh penentuan waktu kegiatan mencuci gelas dengan


menggunakan metode MTM adalah sebagai berikut. Element
breakdown saat melakukan kegiatan menyetrika pada sebuah
layanan laundry keluarga:
1. Memisah - misahkan pakaian yang masih tergulung satu sama
lain karena proses pencucian dan pengeringan.
Analisis : D1E
2. Mengambil baju dari keranjang

Analisis : R15A
3. Merapikan baju tersebut.

Analisis : G1A
4. Meletakkan baju tersebut pada meja setrika.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 119


Analisis : M5A
5. Mengeluarkan uap setrika yang digunakan.

Analisis : APA
6. Mengarahkan setrika sesuai posisi baju tersebut.

Analisis : P2Se
7. Menekankan gagang uap pada setrikaan agar uap panas keluar
dan melicinkan pakaian tersebut.

- Menekan gagang uap


Analisis : P1Se
- Melicinkan pakaian dengan melakukan gerakan membolak
balikkan arah setrika
Analisis : M5A
8. Melipat sesuai arah lipatan baju seperti biasa sambil
menekankan setrikaan uap pada baju.
- Melipat baju sesuai arah lipatan
Analisis : G1A
- Menekankan setrikaan Uap agar baju tetap rapi
Analisis : APA
9. Meletakkan baju yang sudah licin disetrika.

Analisis : M10A
Penentuan waktu untuk aktivitas tersebut dijelaskan pada Tabel 4.
33.

120 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Tabel 4. 33 Penentuan Waktu Kerja Kegiatan Menyetrika
dengan menggunakan MTM-1
Analisis
Elemen Time
Notasi Deskripsi Gerakan
Unit
Simultan
1 D1E Gerakan unutk 4.0 Tangan
membebaskan Kanan dan
kontak antara Tangan Kiri
suatu objek pada case
dengan objek Disangage
lainnya, pada 1E :
class of fit 1, EASY to
dengan objek Perform
yang easy to
handle
2 R15A Melakukan 11.4 Tangan
gerakan Kanan dan
menjangkau Tangan Kiri
dengan jarak 15 melakukan
inch, pada case case
A yaitu (Reach A)
menjangkau ke yang sama :
suatu lokasi EASY to
tertentu. Perform
3 G1A Melakukan 2.0 Tangan Kiri
kontrol atau dan Tangan
penguasaan Kanan
terhadap objek melakukan
dengan jari-jari Case yang
ataupun tangan sama yaitu
dengan objek Grasp 1 A:
yang tidak sulit EASY to
dipegang. Perform
4 M5A Melakukan 7.3 Tangan
gerakan Kanan dan
memindahkan Tangan Kiri
dengan jarak 5 melakukan
inch pada case case yang
A yakni, sama :
pemindahan EASY to
objek dari satu Perform

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 121


Analisis
Elemen Time
Notasi Deskripsi Gerakan
Unit
Simultan
tempat ke
tempat lainnya.
5

APB Adanya gerakan 16.2


menekan
dengan case B
dan dipengaruhi
juga dengan G2
(Regrasp)
6 P2Se Mengarahkan 16.2
objek satu
dengan objek
lainnya dengan
class of fit 2
(memerlukan
light pressure)
dan bentuk
objek yang
simetri sehingga
easy to handle.
7 - P1Se - Mengarahkan 5.6 -
- M5A objek satu 7.3 - Tangan
dengan objek Kanan pada
lainnya dengan case Move
class of fit 2 A, Tangan
(tidak Kiri pada
memerlukan case Grasp
penekanan) dan A:
bentuk objek EASY to
simetri sehingga Perform
easy to handle.
- Melakukan
gerakan
memindahkan
dengan jarak 5
inch pada case
A yakni,
pemindahan
objek dari satu
tempat ke
tempat lainnya.
8 - G1A - Mengontrol 2.0 - Tangan
- APA atau melakukan 10.6 Kanan dan

122 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Analisis
Elemen Time
Notasi Deskripsi Gerakan
Unit
Simultan
penguasaan Tangan Kiri
terhadap objek pada case
dengan case 1A yang sama
yaitu pada objek yaitu G1A :
yang tidak sulit EASY to
dipegang. Perform
- Adanya
gerakan
menekan
dengan case A
tanpa pengaruh
Regrasp
9 M10A Melakukan 11.3 Tangan
gerakan Kanan dan
memindahkan Tangan Kiri
objek dengan pada case
jarak 10 inch yang sama
pada case A yaitu Move
yakni, A:
pemindahan EASY to
objek dari suatu Perform
tempat ke
tempat lainnya.
Tabel IX SIT Posisi tubuh 34.7
duduk saat
melakukan
kegiatan
tersebut
TOTAL 128.6

Metode Maynard Operation Sequence Technique (MOST)


Maynard Operation Sequence Technique (MOST) adalah
predetermined time system yang sederhana yang dikembangkan
oleh Zandin (1980). Pada tahun 1967, sistem pengukuran waktu
MOST ini telah digunakan di Swedia. Penentuan waktu dengan
menggunakan MOST lebih sederhana bila dibandingkan dengan
menggunakan MTM. Karena lebih sederhana, maka prosedurnya

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 123


menjadi lebih cepat. Akan tetapi, dalam akurasinya metode ini tidak
sebaik MTM.
MOST menyediakan tiga model urutan dasar yaitu gerakan
umum, gerakan terkontrol, dan penggunaan alat dan peralatan.
Urutan gerakan umum mengidentifikasi gerakan bebas spasial
suatu objek melalui udara; urutan gerakan terkontrol
menggambarkan pergerakan suatu objek ketika tetap bersentuhan
dengan permukaan atau tetap melekat pada objek lain selama
gerakan. Urutan penggunaan perkakas dan peralatan ditujukan
untuk penggunaan perkakas tangan biasa dan peralatan lainnya, ini
dapat dilihat pada Tabel 4. 34. Ringkasan dari MOST ini disajikan
dalam Peta Pikiran 21.

Peta Pikiran 21. MOST

124 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Tabel 4. 34 MOST Sequence Model
Activity Sequence Model Parameter
General ABG ABP A A – Action Distance
move B– Body Motion
G – Gain Control
P – Placement
Controlled ABG MXI A M – Move Controlled
Move X – Process Time
I – Alignment
Tool use ABG ABP * ABP F/L – Fasten/Loosen
A C – Cut
S – Surface Treat
M – Measure
R– Record
T– Think

Tabel 4. 35 Sub Aktivitas untuk General Move


General Move
ABG ABP A
Get Put Return

Tabel 4. 35, Tabel 4. 36, dan Tabel 4. 37 menunjukkan sub


aktivitas untuk masing-masing sequence model. Sebagian besar
dari pekerjaan manual adalah general move. Definisi dari sub
aktivitas general move dalam MOST adalah sebagai berikut ini:
1. Get adalah menjangkau jarak tertentu dengan tangan, dapat
juga dengan gerakan tubuh atau dengan melangkah untuk
suatu objek dan mendapatkan kontrol manual atas objek
tersebut.
2. Put adalah memindahkan objek agak jauh ke lokasi baru.
3. Return adalah berpindah kembali menjauhi objek, ke arah posisi
awal di stasiun kerja.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 125


Pada aktivitas controlled move dan equipment use, sub
aktivitas get dan return memiliki definisi yang sama dengan get
pada general move. Move/actuate menunjukkan saat aktivitas
kontrol manual.
Tabel 4. 36 Sub Aktivitas untuk Controlled Move
Controlled Move
ABG MXI A
Get Move/actuate Return

Aktivitas yang menggunakan peralatan tangan seperti


memotong, menangani permukaan (misalnya mengamplas),
mengencangkan, melonggarkan, mencatat dengan alat, mengetik,
menangani dokumen dan berpikir dianalisis dengan menggunakan
sequence model yang ketiga, yaitu tool/equipment use. Urutan
aktivitasnya adalah get (mengambil benda dan alat yang akan
digunakan). Put in place (memposisikan benda dan alat kerja), Use
(menggunakan alat), put aside (meletakkan alat, menjauhkan dari
benda, dan akhirnya return (kembali ke posisi awal di stasiun kerja.
Tabel 4. 37 Sub Aktivitas untuk Tool/Equipment Use
Tool/Equipment Use
ABG ABP * ABP A
Get Put in place Use Put aside Return

Masing-masing model urutan dari aktivitas memiliki


parameter. Parameter inilah yang nantinya akan diberikan nilai
index berdasarkan kondisi aktivitas. Nilai index diperoleh dari tabel
MOST . Nilai indeks setiap parameter inilah yang akan menentukan
waktu penyelesaian dari aktivitas. Penentuan waktu dilakukan
dengan cara menjumlahkan seluruh nilai indeks untuk semua
parameter sequence model, lalu mengalikannya dengan 10. Nilai
yang diperoleh menunjukkan waktu penyelesaian aktivitas dalam
satuan TMU.

126 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Tabel 4. 38 Nilai Index untuk General Move
ABG ABP A - General Move

Index A B G P Index

Action Body Gain Control Placement


Distance Motion
0 ≤ 2 in (5 Pick up 0
cm) toss

1 within light object lay aside 1


reach rasp Light loose fit
put
object
g simo

3 1-2 Sit or heavy or Adjustments 3


steps stand bulky light
bend and disengage pressure
Arise interlocked lace double
t
e collect
g p

6 3-4 bend and care of 6


steps arise precision
ositn heavy
pressure
blind or
p obstructed
intermediate
moves
10 5-7 Sit or 10
steps stand
with
adjustment
16 8-10 Stand & 16
steps bend
Bend & sit
Climb
on/off
through
door

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 127


Tabel 4. 39 Nilai Index untuk Controlled Move
ABG mxi A - Controlled Move
Index m x i Index
Moved controlled Process time alignment
Push/pull/turn crank Sec. Min. Hr.
1 ≤ 12 in. (30 1 point 1
cm)
Button 0.5 0.01 0.0001
Switch
Knob
3 > 12 in. (30 2 points ≤ 4 3
cm) in (10cm)
Resistance
Seat or
unseat 1 rev 1.5 0.02 0,0004
High control
2 stages ≤ 24
in. (60cm)
total
6 2 stages ≤ 24 2 points > 4 6
in. (60cm) in (10cm)
2-3 rev 2.5 0.04 0.0007
total
1-2 steps
10 3-4 steps 10
4-6 rev 4.5 0.07 0.0012
3-5 steps
16 6-9 steps 7-11 rev 7.0 0.11 0,0019 precision 16

128 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Tabel 4. 40 Nilai Index untuk Tool/equipment Use

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 129


P Tool Placement

Tool Index Tool Index

Hammer 0 (1) Measuring Tool 1

3
Screwdriver 3
Fingers or Hand 1 (3) (6)
Ratchet
Pliers 1 (3)
T-Wrench 3
3
Scissors 1 (3) Wrench
3
3
Knife 1 (3) Power Tool
3

Surface Treating Tool 1 Adjustable Wrench 6 (3)

P Tool Placement
Tool Index
Writing Tool 1
Keyboard/Electric Typewriter 1
Keypad 1
Letter/Paper Handling 1

130 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Perancangan dan Pengukuran Kerja | 131
F (Fasten) , L (Loosen)
In Fin Wrist Action Arm Action Too In
de ger | de
X Act Acti X
X ion on X
10 Spi Tur Stro Cra Tap Turns Stro Cra Stri Scr 10
ns ns kes nks S kes nks kes ew
Dia.
Fin Han Wre Wre Han Rat T Wre Wre Han Po
ger d, nch , nch , d, che Wr nch , nch , wer
Scr Alle Alle Ha t enc Alle Alle Ha Wr
Scr ew n n mm h2 n n mm enc
ew driv Key Key er han Key Key er h
driv er , ds
er Rat Rat Rat
chet chet chet
T
Wre
nch
1 1 - - 1 - - - 1
I
3 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1/4' 3
I

(6m
m)
13

CO6
6 3 2 3 6 2 1 3 3 1'
(25
mm

-
35

LO5

2 3

5 008

10 +8 5 3 10 4 5 8 10
6925

368

16 16 9 8 16 16
24 25 13 8 11 23 4 12 12 24
32 35 17 10 30 12 6 16 16 32
42 47 23 13 39 15 11 8 21 21 42
54 61 29 17 50 20 15 10 27 27 54

A B A B A B
G P * P A Equipment
Use Use
Get Put Equipment Aside Return

132 |Perancangan dan Pengukuran Kerja


Perancangan dan Pengukuran Kerja | 133
Contoh Soal
Berikut ini adalah elemen pekerjaan untuk menyiapkan surat
undangan:
1. Mengambil undangan dari mesin fotokopi yang berjarak 3
langkah dari meja kerja
2. Melipat undangan di atas meja kerja
3. Mengambil amplop dari lemari inventaris ATK yang berjarak 5
langkah dari meja kerja. Amplop terletak pada laci terbawah
sehingga perlu membungkuk untuk mengambilnya.
4. Mengambil label alamat di meja kerja
5. Menempel label alamat pada amplop
6. Memasukkan undangan ke amplop
7. Mengambil lem yang sudah tersedia di meja kerja
8. Mengelem amplop
9. Mengambil perangko
10. Menempel perangko
11. Meletakkan amplop ke wadah yang sudah disiapkan dan
diletakkan di dekat pintu masuk ruangan yang jaraknya 7
langkah dari meja kerja
Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan menyiapkan
undangan ini dengan metode MOST adalah sebagai berikut:
Mengambil undangan dari mesin fotokopi yang berjarak 3
langkah dari meja kerja masuk dalam kategori general move.
Langkah penentuan waktu gerakannya adalah seperti pada Error!
Reference source not found.

134 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Tabel 4. 41 Penentuan Waktu Gerakan dengan MOST
Urutan Parameter Deskripsi Gerakan Indeks
Gerakan

GET A Berjalan 3 langkah 6


B Tidak ada Gerakan vertikal 0
G Memegang benda yang 1
ringan (undangan)
A
B

PUT Tidak ada gerakan horizontal 0


Tidak ada gerakan vertikal 0
P Gerakan 1
menyisihkan/meletakkan

RETURN A Tidak ada keterangan bahwa 0


ada aktivitas perpindahan
kembali ke posisi awal

Total Indeks 8
TMU = Total Indeks x 10 80 TMU

Dengan cara yang sama, waktu untuk elemen gerakan


selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapatkan hasil seperti
berikut ini:

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 135


Total waktu seluruh aktivitas adalah 650 TMU.

C. RANGKUMAN
• Pekerja yang ideal menjadi standar adalah pekerja yang normal,
yang bekerjanya dengan tempo yang standar (rata-rata), tidak
terlalu lambat, juga tidak terlalu cepat.
• Sistem kerja yang terbaik adalah sebuah sistem kerja yang telah
diupayakan dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan
pekerjaan, serta kelebihan dan keterbatasan manusia.
• Penentuan performance rating ini memang sangat tergantung
kepada pengalaman, pelatihan dan judgement dari analis. Oleh
karena itu, seorang analis / pengukur waktu harus mempunyai
integritas terhadap tugasnya. Penentuan faktor penyesuaian /
performance rating ini akan menghasilkan waktu normal.

136 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


• Kelonggaran diberikan untuk personal allowance, fatigue
allowance dan delay allowance.
• Work Factor adalah metode pengukuran waktu baku tidak
langsung yang paling awal dan paling luas diaplikasikan. Waktu
gerakan ditentukan oleh anggota badan mana yang digunakan
untuk beraktivitas, ditambah dengan faktor kerja yang dianggap
dapat memengaruhi waktu gerakan.
• Tahapan penentuan waktu dengan menggunakan MOST
adalah :
✓ Menentukan model urutan gerakan yang sesuai
✓ Menentukan indeks untuk setiap parameter sub aktivitas
berdasarkan deskripsi aktivitas
✓ Menjumlahkan seluruh nilai indeks
✓ Mengalikan total nilai indeks dengan 10 TMU.

D. LATIHAN SOAL
1. Sebuah studi Work Sampling dilakukan untuk menentukan
besarnya kelonggaran. Objek yang diamati adalah seorang
petugas cleaning service rumah sakit rujukan Covid-19 di
Jakarta. Petugas kebersihan tersebut bekerja setiap hari di area
rawat inap pasien Covid-19 dengan sistem shift. 1 shift
berdurasi 8 jam. Hanya 1 jenis kelonggaran yang diamati dalam
studi ini, yaitu kelonggaran untuk menghilangkan fatigue.
Selama menggunakan hazmat, pekerja tidak diperkenankan
untuk minum/makan dan ke toilet karena risiko infeksi virus.
Sebuah studi pendahuluan dilakukan untuk menentukan
probabilitas petugas melakukan istirahat untuk menghilangkan
fatigue. Besarnya adalah 0,4. Gambar berikut ini adalah situasi
saat pekerja melakukan istirahat sejenak untuk menghilangkan
fatigue.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 137


Buatlah perencanaan studi Work Sampling untuk objek
pengamatan ini dengan menjawab pertanyaan berikut ini:
a) Berapa pengamatan yang anda perlukan dalam studi ini, jika
anda menetapkan tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan
90%?
b) Tentukan jadwal pengamatan acak untuk studi ini, dimana
pengamat/surveyor hanya akan bekerja pada hari Senin, Rabu
dan Sabtu. Berapa pekan pengamatan dalam studi ini akan
selesai?
c) Rancanglah lembar pengamatan untuk studi ini
d) Jelaskan teknik pengambilan data untuk pekerja cleaning service
ini, misalnya bagaimana cara pengamat/surveyor akan
melakukan tugasnya dalam pengamatan? Pertimbangkan faktor
safety, mengingat wilayah pengamatan ini adalah area yang
infeksius.
e) Bagaimana cara anda menarik kesimpulan atas hasil studi yang
anda rencanakan? Jelaskan.

138 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


2. PT. Listrik Abadi merupakan perusahaan pembuatan dan
perakitan steker listrik. Perusahaan ini belum memiliki standar
pengukuran waktu kerja dalam perakitan steker listrik. Anda
diminta perusahaan melakukan pengamatan tidak langsung
kepada salah satu operator dengan kegiatan perakitan yang
direkam oleh kamera video. Dalam rekaman tersebut, terdapat
4 kotak yang berisi masing-masing part dari steker listrik. Berikut
merupakan gambar dari part steker listrik.

Keterangan :
A : Badan Bawah Steker
B : Badan Atas Steker
C : 2 Kaki Steker
D : Baut Pengunci
E : Obeng
Jarak : Semua satuan dalam inchi

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 139


Berikut merupakan gerakan-gerakan yang dilakukan operator saat
merakit steker listrik:
1. Mengambil badan bawah steker dengan tangan kiri
2. Mengambil 2 kaki steker kemudian dipasangkan ke badan
bawah steker dengan tangan kanan
3. Mengambil badan atas steker kemudian memasangkan ke
badan bawah dan kaki yang telah dipasangkan sebelumnya
dengan tangan kanan
4. Mengambil baut kemudian dipasangkan ke badan steker
kemudian sedikit agak ditekan agar badan atas dan badan
bawah dapat terkunci dengan tangan kanan
5. Mengambil obeng dengan tangan kanan, lalu diarahkan ke baut.
Setelah itu, obeng di putar 120° sebanyak 4 kali
6. Setelah steker terakit, kemudian tangan kanan dan kiri
melepaskan obeng dan steker yang telah dirakit

a) Hitunglah nilai TMU dari semua elemen kegiatan tersebut


b) Berapakah waktu yang dibutuhkan dalam merakit steker
dalam menit

140 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


3. Suzuka merupakan salah satu karyawan yang diberhentikan
oleh perusahaannya akibat dampak Covid-19. Tidak ingin
menjadi pengangguran maka Suzuka saat ini membantu ibunya,
Bu Sholeh, berjualan odading. Odading Bu Sholeh sudah
legendaris sejak zaman nenek moyang sehingga setiap hari laris
manis terjual habis. Bu Sholeh dan Suzuka berjualan odading
setiap sore dengan gerobak di samping halte Grogol untuk
menjangkau tempat yang ramai pembeli. Namun keramaian dan
suara bising lalu lintas terkadang membuat tidak nyaman.
Odading digoreng langsung dadakan oleh bu Sholeh dengan
keahlian yang luar biasa untuk menjamin kualitas. Namun area
penggorengan tersebut justru menimbulkan suhu yang panas
dan membuat Suzuka tidak nyaman. Baik Suzuka maupun Bu
Sholeh saling bergantian melayani pembeli, namun karena
Suzuka tidak pernah kerja lapangan sehingga skillnya masih
rendah. Bu Sholeh dan Suzuka bekerja dalam posisi berdiri.
Mereka juga harus bekerja menggunakan masker dan face
shield sesuai protokol kesehatan sehingga udara yang panas
membuat pengap dan mengurangi konsentrasi saat bekerja.
Mengingat sulitnya ekonomi saat pandemi, Bu Sholeh dan
Suzuka tetap berusaha kerja keras meskipun lingkungan tidak
mendukung. Berikut merupakan hasil pengamatan kerja secara
langsung untuk Bu Sholeh dan Suzuka:
Pengamatan Kerja Bu Sholeh Suzuka
Jumlah waktu produktif 120 90
Jumlah waktu non produktif 30 65
Jumlah pembeli yang 250 120
dilayani

Berdasarkan data tersebut, lakukan analisis masing-masing


baik bu Sholeh maupun Suzuka untuk kasus berikut:
a. Berapakah persentase produktif (p)nya?
b. Jumlah menit pengamatan tiap elemen pekerjaan (Mei)
c. Waktu Normal (Wn) berdasarkan penyesuaian
Westinghouse

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 141


d. Kelonggaran yang diberikan
e. Waktu Baku (Wb)

4. Dilakukan pengukuran waktu siklus proses pencucian motor


pada CV Bersih Tuntas dengan menggunakan Jam Henti. Data
yang diperoleh adalah sbb :
Siklus ke 1 2 3 4 5 6 7
Waktu 18 22 20 21 18 20 19
Siklus
(menit)

Siklus ke 8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu 18 19 21 18 20 22 19 20
Siklus
(menit)

Dalam pengujian data waktu siklus digunakan tingkat


keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 10%. Tingkat penyesuaian
ditentukan berdasarkan pendekatan Westinghouse
(Keterampilan Sangat Terampil, Usaha Sangat Baik, Kondisi
Kerja Baik dan Konsistensi Baik). Kelonggaran untuk fatigue
ditentukan mempertimbangkan kebutuhan untuk proses
pencucian motor, kelonggaran untuk kebutuhan pribadi adalah
3% dan kebutuhan untuk hambatan tak terhindarkan
diasumsikan 2%.
a. Lakukan pengujian data
b. Apabila diasumsi data seragam dan cukup. Hitunglah waktu
baku proses pencucian motor
c. Jelaskan singkat mengapa dalam pengukuran waktu baku
tersebut Anda harus
1. Menentukan tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian.
2. Melakukan pengujian data.
3. Menentukan tingkat penyesuaian dan % kelonggaran.

142 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


5. Dari hasil pengamatan selama 7 (tujuh) hari terhadap seorang
operator di pabrik ABC diperoleh informasi sebagai berikut:
Frekuensi pengamatan perhari
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7
Operator idle 8 7 5 7 6 5 9

Jumlah pengamatan perhari sebanyak 50 pengamatan. Jam


kerja adalah 8 jam/hari. Selama pengamatan, pekerja ini
berhasil menyelesaikan produk sebanyak 3000 unit. Jika
diketahui performansi pekerja yang diamati 5% di atas pekerja
rata-rata dan allowance untuk aktivitas ini diestimasikan
sebesar 7 %,
a) Berapakah waktu normal dan waktu standar yang
dperlukan untuk menyelesaikan satu produk?
b) Dengan menentukan tingkat keyakinan (kepercayaan)
sebesar 95% dan derajad ketelitian 5%, berapa kali
pengamatan yang seharusnya dilaksanakan dalam studi di
atas ?
c) Berapa tingkat ketelitian yang telah dicapai dengan jumlah
pengamatan sebanyak yang dilakukan pada studi di atas?

6. Berikut ini adalah urutan kegiatan merakit pena yang dikerjakan


oleh mahasiswa Teknik Industri di kelas:
No. Deskripsi Gerakan
1 Mengambil body pena sejauh 20 inchi
2 Mengambil karet pena sejauh 20 inchi
3 Memasang karet dan body pena
4 Mengambil kepala pena sejauh 18 inchi
5 Memutar kepala pena pada body dan karet pena
6 Mengambil isi pena sejauh 17 inchi
7 Memegang rangka pena
8 Memasukkan tinta pada body pena
9 Mengambil tutup belakang pena sejauh 12 inchi

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 143


No. Deskripsi Gerakan
10 Memutar tutup
11 Mengambil tutup pena sejauh 7 inchi
12 Menutup tutup dengan body pena
13 Melepaskan pena (release)
a) Hitunglah waktu kegiatan ini dalam satuan jam dengan
menggunakan metode Work Factor.
b) Berapakah waktu baku kegiatan ini jika penyesuaian untuk
kondisi normal = 100% dan kelonggaran yang diberikan
adalah sebagai berikut:
i. Tenaga yang dikeluarkan (dapat diabaikan) = 5,5%
ii. Sikap kerja (duduk) = 0,5%
iii. Gerakan kerja (agak terbatas) = 3%
iv. Kelelahan mata (pandangan yang hampir terus
menerus) = 6,2%
v. Temperatur kerja (normal) = 1%
vi. Keadaan atmosfir (cukup) = 4%
vii. Keadaan lingkungan yang baik (siklus berulang 5-10
detik) = 1%
viii. Kelonggaran kebutuhan pribadi (wanita) = 5%
c) Berapakah waktu kegiatan tersebut dalam jam jika
ditentukan dengan metode MTM-1?
d) Apakah ada perbedaan waktu dengan hasil perhitungan
waktu yang ditentukan dengan metode Work Factor?
Jelaskan mengapa hasilnya berbeda.
7. Sebuah studi Work Sampling akan dilakukan untuk mengukur
persentase utilitas mesin fotokopi di sebuah penyedia jasa
fotokopi. Pelayanan dibuka setiap hari kecuali hari minggu,
dengan jam buka mulai jam 8.00 hingga jam 17.00 dengan
waktu istirahat antara jam 12.00-13.00. Probabilitas mesin tidak
digunakan karena rusak adalah sebesar 0.3. Dengan Tingkat
kepercayaan 95% dan batas maksimum error sebesar 0.2,

144 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


lakukan perencanaan studi work sampling untuk kasus ini
dengan:
a) Menentukan jumlah kunjungan yang diperlukan
b) Menentukan waktu acak pengamatan dengan
menggunakan angka acak sebagai berikut:
4769 3432 3217 3148 1292 3191 3331 9982 8063
4213 3193 3964 1584 8917 6060 4120 6989 6848
6318 6548 8147 6404 9168 3498 1449 6128 4320
6872 9084 4813 1988 8814 8917 5242 1237 4393
5163 1802 2090 4844 8146 5951 1553 2434 4206
9144 2015 4632 1245 9072 6320 9252 1169 9262
7536 5070 5105 6914 8070 9823 1972 7282 3812
9015 4736 4132 3179 9914 9487 5887 8738 1304
1622 7183 9511 6920 4989 4587 9522 2240 2728
6362 1723 2443 6275 3446 8836 1139 8145 1876
8842 9529 8888 8987 4157 2062 5818 4103 6058
7201 7869 7974 7510 8766 8721 8207 2185 9489
5072 8315 5275 1698 2361 6051 4580 9138 3616
9218 7690 9231 2477 9997 5747 3998 4250 1507
2494 7292 5040 5295 7097 9397 7912 7871 6609
1932 3061 6612 1717 5661 9974 4284 5529 3908
2093 3291 2413 2218 3202 2386 3525 3910 3090

Keterangan: Anda harus memberikan penjelasan mengenai


bagaimana Anda menggunakan tabel angka acak ini, apakah
menurut baris atau kolom.

8. Faktor penyesuaian dan kelonggaran


a) Dalam melakukan pekerjaannya, seorang pengamat studi
waktu mendapatkan fakta berikut ini: Operator yang sudah
terlatih dengan sangat baik sehingga tidak memerlukan
banyak pengawasan, Operator yang melakukan pekerjaan
dengan usaha normal dan melakukan kegiatan
perencanaan, Operator bekerja di dalam kondisi kerja yang

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 145


memiliki temperatur agak panas & kebisingan batas normal
dan Operator melakukan pekerjaan dengan kecepatan yang
stabil. Berapakah nilai penyesuaian untuk kondisi operator
tersebut menurut metode Westinghouse?
b) Kondisi lainnya adalah Pekerja tidak banyak mengeluarkan
tenaga, Pekerja melakukan pekerjaan dalam keadaan
berdiri, Anggota badan pekerja bebas bergerak, Pekerja
butuh ketelitian untuk mengerjakannya dalam pencahayaan
yang baik, Pekerjaan dilakukan di tempat yang
temperaturnya sedang, udara segar, tidak berbau dan
terdapat ventilasi. Berapakah nilai kelonggaran yang
sebaiknya diberikan untuk operator tersebut?

9. Berikut ini adalah elemen kegiatan yang dilakukan seorang


pengrajin mainan anak:
NO Kegiatan
1 Mengambil bahan baku kayu dari meja sejauh 25 inch
2 Mengarahkan bahan baku kayu ke mesin potong sejauh 10 inch
3 Memotong kayu seberat 1 lbs
4 Mengambil pahat sejauh 5 inch
5 Membentuk mainan dengan pahat
6 Melepas pahat
Meletakkan benda kerja ke mesin bor sejauh 12 inch untuk
7
dilubangi
Melubangi sisi untuk membentuk poros roda dengan memutar
8 tangan 90o
9 Menghaluskan permukaan mainan kayu dengan gerinda
10 Memasang poros roda dengan memutar tangan 90o

Berapakah waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan ini


menurut metode Work Factor?

10. Sampling pekerjaan adalah prosedur pengukuran yang


dilakukan dengan cara melakukan kunjungan di waktu-waktu
tertentu secara acak atau random. Misalkan Anda adalah
konsultan TI yang diminta untuk melakukan sampling pekerjaan
di sebuah perusahaan BUMN, jawablah pertanyaan-pertanyaan

146 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


berikut sesuai pemahaman Anda mengenai Sampling
Pekerjaan. Jawablah secara padat dan jelas.
a. Sepemahaman Anda mengenai Sampling Pekerjaan, apa
tujuan perusahaan BUMN tersebut meminta Anda untuk
melakukan Sampling Pekerjaan? Tujuan utamanya, jelas
untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Jelaskan lebih rinci
mengenai tujuan Sampling Pekerjaan tersebut.
b. Perlukah Anda melakukan Sampling Pendahuluan? Jika ya,
bagaimana cara Anda melakukannya?
c. Dalam Sampling Pekerjaan, Anda harus melatih operator
agar terbiasa dengan sistem kerja yang ada. Apa saja
kriteria Anda untuk memilih operator serta bagaimana cara
melatihnya?
d. Berikanlah beberapa contoh Lembar Pengamatan yang
Anda gunakan untuk melakukan Sampling Pekerjaan.
e. Apakah pertimbangan Anda untuk menetapkan interval
pengamatan pada Sampling Pekerjaan?
f. Waktu kunjungan Sampling Pekerjaan dipilih secara
random. Jelaskan cara Anda untuk menentukan waktu
kunjungan Sampling Pekerjaan.
g. Berikut ini merupakan pertanyaan mengenai perhitungan
data Sampling Pekerjaan:
- Sampling Pekerjaan dapat dilakukan kepada pekerja
(manusia) dan mesin. Apa perbedaan pengolahan data
untuk keduanya?
- Dalam pengolahan data Sampling, ditemukan istilah
OIU. Jelaskan yang dimaksud dengan OIU.
- Bagaimana cara Anda untuk menguji keseragaman
dengan menggunakan peta kontrol?
h. Bagaimana cara Anda untuk menghitung:

- Proporsi produktif dari setiap elemen kerja.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 147


- Menghitung jumlah menit pengamatan dari setiap
elemen kerja.
- Beban kerja.
- Jelaskan mengapa perhitungan Sampling Pekerjaan
dilakukan pada elemen kerja.
i. Berikanlah pertimbangan Anda untuk menentukan
kelonggaran apa saja yang mungkin harus Anda tambahkan
dalam Sampling Pekerjaan ini.

11. Berikut ini adalah aktivitas mengganti ban mobil:


• Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti kunci
roda, dongkrak mobil dan ban serep.
• Membuka penutup lubang baut dengan cara mencungkil
bagian ini dengan obeng. Lalu mengendorkan baut mobil
dengan menggunakan kunci roda dengan cara memutar
baut berlawan dengan arah jarum jam.
• Memasang dongkrak mobil pada bagian dekat roda yang
akan diganti, lalu menggunakan dongkrak untuk
mengangkat ban mobil hingga posisi yang memudahkan
untuk melepaskan ban. Setelah ban terangkat, berikutnya
adalah membuka baut ban hingga benar-benar terlepas
semua dan melepaskan ban dari tempatnya – meletakkan
ban dalam posisi tidur.

• Mengambil ban serep atau ban cadangan yang telah


disiapkan, lalu ,memasang dengan posisi yang tepat.
Setelahnya, memasang kembali baut-baut dengan cara
bersebrangan antara yang satu dengan yang berikutnya.
• Menurunkan dongkrak secara perlahan hingga ban
menyentuh tanah secara utuh. Lepas dongkrak dari
tempatnya. Lalu mengencangkan baut satu-persatu dengan
pola bersilangan lagi dan pastikan baut tersebut benar
benar terpasang dengan kuat dan kencang.

148 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


• Meletakkan kembali dongkrak, kunci roda, ban mobil dan
perlengkapan lainnya ke tempatnya semula.

Pertanyaan :
a. Jelaskan perbedaan cara menentukan tingkat penyesuaian
berdasarkan metode Westinghouse dan metode Objektif
disesuaikan dengan pekerjaan Mengganti Ban Mobil yang
elemen pekerjaannya sesuai dengan uraian di atas. Hitung
tingkat penyesuaian berdasarkan ke-2 metode tersebut.
(10%)
b. Tentukan % kelonggaran untuk fatigue dan kebutuhan
pribadi. Jelaskan singkat bagaimana cara menentukan %
kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan berdasarkan
sampling pekerjaan. (10%)
c. Apabila diketahui waktu siklus rata-rata pekerjaan
mengganti ban mobil adalah 30 menit, % kelonggaran untuk
hambatan tak terhindarkan adalah sebesar 5%. Hitung
waktu baku pekerjaan mengganti ban mobil. (5%).

12. Sebuah pengamatan dilakukan pada sebuah perusahaan untuk


kegiatan pengelasan suatu komponen besi dengan
menggunakan stopwatch. Welder yang diamati merupakan
welder bersertifikat, akan tetapi kemampuan bekerjanya 10
persen di bawah kemampuan rata-rata, dikarenakan faktor usia.
Welder bekerja di luar ruangan dengan cuaca yang panas
terkena sinar matahari dengan suhu sekitar 33 derajat Celsius.
Welder bekerja dengan posisi membungkuk. Output
pengelasan yang dilakukan adalah berupa komponen besi yang
telah dilas. Sebanyak 18 pengamatan telah dilakukan pada
pengamatan pendahuluan data pengamatan adalah sebagai
berikut (dalam satuan menit).

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 149


2,6 2,5 3,6
3,1 2,6 2,8
3,3 3,6 3,3
2,7 2,7 3,0
4,0 2,9 4,1
3,9 3,9 3,5

Dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%, apakah


jumlah pengamatan tersebut sudah cukup? Bila jumlah
pengamatan belum cukup, maka hasil pengukuran selanjutnya
adalah sebagai berikut:
3,2 3,4 2,7 3,4
2,8 4,0 2,8 3,7
3,0 3,4 3,0 2,6
3,9 3,5 3,0 4,0
2,6 3,0 3,0 3,3

Tentukan waktu baku (dengan menghitung penyesuaian dengan


cara Westinghouse)

13. Untuk kasus studi Stopwatch yang lain, diketahui seorang


peneliti melakukan pengamatan di Bank ABC untuk mengetahui
berapa banyak nasabah yang berhasil dilayani oleh seorang
teller per hari-nya. Sejumlah 40 pengamatan telah dilakukannya
dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dengan tingkat
keyakinan 90% dan tingkat ketelitian 10%, tentukanlah jumlah
pengamatan yang ia ambil
NO. Transaksi yang
berhasil
dilakukan (menit)
1 5
2 4
3 6
4 6
5 5
6 5
7 4

150 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


NO. Transaksi yang
berhasil
dilakukan (menit)
8 6
9 5
10 4
11 6
12 6
13 6
14 5
15 5

4
5
6
5
4
16
17
18
19
20
21
22
23 7
24 4
25 4
5
45
5
7
6

26
27
28
29
30
31
56

32
33
34
4
4
6

35
36
37
38
39
40

E. RUJUKAN
Niebel, B., & Freivalds, A. (2014). Methods, Standards, and Work
Design. Boston: McGraw-Hill.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 151


Barnes, R. (1980). Motion And Time Study. John Wiley & Sons,
Inc.

F. BAHAN BACAAN YANG DIANJURKAN


Rizani, N. C., Safitri, D. M., & Wulandari, P. A. (2012). Perbandingan
Pengukuran Waktu Baku dengan Metode Stopwatch Time
Study dan Metode Ready Work Factor (RWF) pada
Departemen Hand Insert PT. Sharp Indonesia. Jurnal
Teknik Industri, 2(2), 127–136. Retrieved from
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/tekin/article/view/7
023/5331
Bures, M., & Pivodova, P. (2014). Comparison of the predetermined
time systems MTM-1 and BasicMOST in assembly
production. IEEE International Conference on Industrial
Engineering and Engineering Management, (January),
546–550. https://doi.org/10.1109/IEEM.2013.6962471

152 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


BAB 5 STUDI DAN
EKONOMI GERAKAN
A. PENDAHULUAN
Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Mahasiswa memahami Studi dan Ekonomi Gerakan dan
penerapannya dalam perbaikan Metode Kerja
Metode Waktu Pengalaman Kriteria
Pembelajaran Belajar Belajar Penilaian
(menit) Mahasiswa (Indikator)
Ceramah 90 menit Tugas 1. Ketepatan
Kelompok: identifikasi
menganalisis therblig
suatu aktivitas 2. Ketepatan
nyata dan klasifikasi
melakukan therblig
analisis pada
elemen gerakan
dasar (therblig).

B. PENYAJIAN MATERI
Dalam analisis metode kerja, kita dapat berfokus pada
beberapa faktor di antaranya adalah lingkungan kerja, material,
mesin dan manusia. Pada faktor manusia, perhatian utama adalah
pada posisi kerja dan gerakan kerjanya. Operasi kerja yang terbaik
adalah operasi yang dilakukan dengan gerakan-gerakan yang
efektif dan efisien. Gerakan kerja yang tidak efiisien sedapat
mungkin dihindarkan karena akan dapat memperpanjang waktu
proses yang nantinya akan dapat menyebabkan tidak tercapainya
target produksi secara kuantitas dan kualitas. Peta Pikiran 22
merangkum definisi analisis metode kerja dan menunjukkan bahwa

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 153


analisis dan studi gerakan merupakan salah satu perhatian pada
aktivitas ini.

Peta Pikiran 22. Analisis Metode Kerja

Analisis metode kerja adalah upaya untuk mewujudkan


sebuah sistem kerja yang lebih baik. Beberapa gejala yang terjadi
di lantai produksi dapat menunjukkan indikasi diperlukannya
analisis metode kerja. Indikasi tersebut diantaranya adalah
meningkatnya ketidakhadiran pekerja pada hari dan jadwal
kerjanya, adanya perpindahan material jarak jauh dengan frekuensi
yang sering, munculnya titik-titik bottleneck pada lini produksi,
meningkatnya jumlah scrap, kualitas produk yang dihasilkan tidak
konsisten, adanya keluhan dari pekerja yang berkaitan dengan
kompensasi atau benefit yang mereka dapatkan, meningkatnya
kebutuhan istirahat para pekerja, kelelelahan dan keluhan rasa
tidak nyaman atau sakit pada tubuh pekerja dan tambahan jam
kerja lembur semakin sering diminta. Peta Pikiran 23 memberikan
rangkuman mengenai gejala-gejala ini.

154 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Peta Pikiran 23. Indikasi Diperlukannya Analisis Metode Kerja

Ketika salah satu atau beberapa indikasi tersebut muncul,


maka perusahaan dapan mulai mempersiapkan analisis metode
kerja sebagai salah satu alternatif penyelesaian masalah. Berikut ini
dalam Peta Pikiran 24 dijelaskan tahapan melakukan studi gerakan
sebagai langkah awal dalam analisis metode kerja. Studi gerakan
bertujuan untuk mengeliminasi gerakan pekerja yang tidak efektif.
Untuk dapat mencapai tujuan ini, tentunya harus dipelajari terlebih
dahulu bagaimana sistem kerja dan uraian kegiatan. Menguraikan
sebuah kegiatan menjadi elemen-elemen aktivitasnya ini sangat
penting. Dengan menguraikan satu kegiatan menjadi elemen
elemen aktivitasnya akan membuat analisis menjadi lebih mudah
dikerjakan dan lebih sistematis.
Studi gerakan merupakan salah satu metode
pemetaan sistem kerja dengan menganalisis gerakan anggota
badan saat bekerja yang diuraikan dalam elemen-elemen gerakan.
Salah satu penguraian elemen gerakan yang sering digunakan
adalah Therblig yang dikembangkan oleh Frank dan Lilian Gilbreth.
Manfaat dari studi gerakan adalah untuk memperbaiki kemampuan
pekerja dalam menerapkan metode yang baik, penggunaan alat
yang baik dan menghentikan kegiatan yang tidak perlu,
meningkatkan jangka umur kehidupan mesin, mengurangi
kelelahan pekerja, dan dapat mengurangi biaya tenaga kerja karena
pemborosan kurang dalam pabrik.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 155


Peta Pikiran 24. Melakukan Studi Gerakan
Dalam berbagai literatur, studi gerakan dilakukan dengan
pengamatan terhadap gerakan mikro dengan bantuan kamera.
Micromotion study adalah teknik yang dianggap paling teliti guna
menganalisis gerakan kerja manual secara mendetail (micro).
Aktivitas micromotion study dilakukan dengan merekam setiap
gerakan kerja yang ada secara detail dan memberi kemungkinan
analisis pada setiap gerakan kerja yang ada secara lebih baik
dibandingkan dengan gerakan visual.
Memomotion study dikembangkan pertama kali oleh Marvin
Mundel, pada prinsipnya tidak berbeda dengan micromotion study
hanya saja disini kecepatan film yang digunakan adalah sekitar 60
100 fpm. Keunggulan utama memomotion study ini adalah dari
biaya yang lebih murah dan proses analisis yang lebih cepat dan
dapat memberikan hasil yang lebih detail.
Orang yang dianggap paling berjasa dalam motion study
adalah Frank dan Lilian Gilberth. Pada tahun 1912 Frank kemudian
mempublikasikan micromotion study pada pertemuan ASME
(American Society of Mechanical Engineering). Micromotion study
merupakan studi tentang elemen gerakan dasar suatu operasi
dengan menggunakan video kamera dan alat pengukur waktu yang

156 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


secara akurat mengukur waktu interval suatu gerakan (Barnes,
1980).
Pasangan Lilian Gilberth tersebut menemukan 17 gerakan
dasar yang disebut sebagai”Therblig” (dieja dari nama Gilberth
secara terbalik). Dari gerakan dasar ini, dapat diklasifikasikan mana
gerakan dasar yang efektif dan mana yang tidak efektif seperti pada
Peta Pikiran 25. Proses eliminasi gerakan dasar yang tidak perlu ini
kemudian dikenal sebagai work simplification. Gerakan-gerakan
dasar (terbligh) Gilbreth ini menjadi dasar dalam pengembangan
teknik pengukuran waktu dengan data gerakan (Predetermined
Time Standard System – PTSS). Gerakan yang diuraikan ini
merupakan gerakan dasar dari tangan ketika bekerja. Berikut ini
adalah 17 therblig:
1. Search (SH): mencari. Ini adalah gerakan mata untuk
menemukan lokasi objek atau tangan mencari objek yang
dimulai ketika mata atau tangan mencari objek dan berakhir
ketika objek ditemukan. Untuk meminimasi gerakan ini dapat
dilakukan dengan mengatur letak peralatan dan material
sehingga mudah ditemukan, di tempat yang tetap. Dengan
upaya ini, seorang pekerja baru dapat dengan cepat
menyesuaikan dirinya terutama dalam pengenalan tempat
peralatan dan bahan yang digunakan.
2. Select (ST): memilih; merupakan gerakan untuk memilih satu
objek dari beberapa objek yang tercampur, dimulai ketika
mata/tangan mulai memilih dan berakhir ketika objek yang
diinginkan ditemukan. Gerakan memilih merupakan gerakan
yang tidak efektif sehingga sedapat mungkin elemen gerakan ini
dihindari. Gerakan ini dapat dihindari dengan menempatkan
obyek secara terpisah dan tidak tercampur lagi. Menggunakan
tempat untuk material juga dapat dilakukan agar tidak
menyulitkan saat melakukan gerakan mengambil tanpa
memilih.
3. GRASP (G): memegang, biasanya gerakan ini didahului oleh
gerakan menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan membawa.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 157


Ini merupakan gerakan yang efektif dari suatu pekerjaan dan
meskipun sulit untuk dihilangkan, dalam beberapa keadaan
masih dapat dikurangi. Untuk mengurangi gerakan ini dapat
diupayakan untuk memindahkan obyek dengan kontak tangan
saja (contact grasp) tanpa memegang penuh (pickup grasp),
misalkan dengan cara menggelincirkannya. Beberapa obyek
dapat dipegang sekaligus bersamaan, sehingga waktu kerja
bisa lebih cepat. Upaya yang lainnya adalah dengan
menggunakan alat bantu untuk memegang, seperti vacuum,
magnet, atau rubber finger tip, sehingga kerja tangan dapat
berkurang.
4. TRANSPORT EMPTY (TE) : menjangkau/membawa tanpa
beban. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas
(release) dan diikuti oleh gerakan memegang (grasp). Gerakan
ini berakhir segera disaat tangan berhenti bergerak setelah
mencapai odjek tujuannya. Gerakan menjangkau ini sulit
dihilangkan karena merupakan gerakan yang efektif dan dapat
dikurangi dengan cara memperpendek jarak jangkauan serta
memberikan lokasi yang tetap dari objek.
5. TRANSPORT LOADED (TL): membawa, elemen gerak
membawa merupakan perpindahan tangan dengan membawa
beban. Gerakan biasanya diawali oleh memegang dan
dilanjutkan oleh melepas atau dapat juga pengarahan (position).
Gerakan ini mulai dan berakhir pada saat yang sama dengan
menjangkau (reach), karena itu faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu gerakpun hampir sama yaitu jarak pindah,
macam dan berat beban yang dibawa oleh tangan. Elemen
gerakan ini merupakan elemen gerakan yang efektif. Gerakan
ini dapat lebih dioptimalkan dengan mengatur tata letak area
kerja untuk memperpendek jarak perpindahan obyek,
menggunakan cara pemindahan yang efektif seperti
menggunakan conveyor, crane, trolly. Obyek juga bisa
dipindahkan sekaligus dalam jumlah yang banyak dengan
menggunakan prinsip gravitasi untuk memindahkan obyek,
sehingga energi yang dikeluarkan menjadi minimal.

158 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


6. HOLD (H) : memegang untuk memakai. Perbedaan dengan
memegang (grasp) adalah pada perlakuan terhadap objek yang
dipegang. Pada gerakan memegang (grasp), pemegangan
dilanjutkan dengan gerak membawa sedangkan memegang
untuk-memakai (hold) tidak demikian. Gerakan ini sering
ditemui pada saat perakitan, dimana satu tangan memegang
dan tangan yang lain memasang. Gerakan ini merupakan
gerakan yang efektif, namun masih mungkin untuk diminimalkan
dengan menggunakan jigs and fixture untuk memegang obyek.
Dapat diminimalkan dengan menggunakan catok, penjepit, klip,
vakum, cantelan, rak, atau peralatan lain menggunakan perekat
atau isolasi
7. RELEASE LOAD (RL): melepaskan objek yang dipegang.
Gerakan ini dimulai pada saat pekerja mulai melepaskan
tanganya dari objek dan berakhir bila seluruh jarinya sudah tidak
menyentuh objek itu. Gerakan ini merupakan gerakan yang
efektif. Release load efektif bila gerakan ini dilakukan
bersamaan dengan membawa, tempat menampung obyek
didesain dengan baik, dan obyek dilepas secara bersamaan.
8. POSITION (P) : mengarahkan objek pada tempatnya/lokasi
yang ditentukan. Mengarahkan biasanya didahului oleh gerakan
mengangkut dan dikuti oleh gerakan merakit (asembly).
Gerakan ini mulai sejak tangan memegang/mengontrol objek
tersebut kearah yang dituju misalnya memutar, menggeser ke
tempat yang dinginkan dan berakhir pada saat gerakan merakit
atau memakai dimulai. Gerakan ini dapat diefisienkan dengan
menggunakan alat penunjuk untuk membantu mengarahkan.
9. PRE-POSITION (PP) : mengarahkan sementara. Tujuan
gerakan ini adalah untuk memudahkan pemegangan apabila
objek tersebut akan dipakai kembali. Hal ini terjadi karena objek
yang akan dipegang sudah diposisikan sedemikian rupa
sehingga memudahkan dalam pemakaian selanjutnya. Gerakan
ini sering terjadi bersama dengan gerakan mengangkut dan
melepas. Untuk mengurangi waktu kerja, mengarahkan awal

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 159


dapat dilakukan dengan merancang alat bantu untuk
memegang (holding device) perkakas kerja atau obyek pada
arah gerakan kerja semestinya.
10. INSPECT (I): memeriksa objek (melihat, meraba,
mendengarkan dan kadang-kadang merasakan dengan lidah)
membandingkan objek dengan standard, waktu yang diperlukan
untuk memeriksa tergantung pada kecepatan operator. Aktivitas
ini merupakan elemen yang tidak efektif dan dapat dihindari
dengan digabungkan dengan aktivitas yang lain, dilakukan
untuk beberapa obyek sekaligus, digunakan alat bantu untuk
inspeksi, pencahayaan cukup untuk pekerjaan ini, dan lainnya.
11. ASSEMBLE (A): merakit, merupakan gerakan untuk
menggabungkan dua objek atau lebih menjadi satu kesatuan.
Gerakan ini didahului gerakan membawa/mengarahkan dan
dilanjutkan oleh gerakan melepas. Pekerjaan perakitan dimulai
bila objek sudah siap dipasang (biasanya setelah diarahkan)
dan berakhir bila objek tersebut sudah tergabung sempurna.
Merupakan gerakan efektif.
12. DISASSEMBLE (D): melepaskan rakitan, merupakan kebalikan
dari gerakan perakitan, Gerakan ini didahului memegang dan
dilanjutkan membawa atau dilanjutkan oleh melepas. Gerakan
ini dimulai pada saat memegang objek dan dilanjutkan dengan
memisahkan dan berakhir bila kedua objek telah terpisah
secara sempurna. Merupakan gerakan yang tidak efektif.
13. USE (U): memakai, yaitu bila satu tangan atau keduaduanya
dipakai untuk menggunakan alat. Untuk mengefektifkan
gerakan assembly, disasembly dan use dapat dilakukan dengan
cara menggunakan alat bantu, menggunakan mesin otomatis,
dan assembly yang dilakukan sekaligus dalam jumlah banyak
14. UNAVOIDABLE DELAY (UD): kelambatan yang tidak dapat
dihindari, yaitu kelambatan karena hal-hal yang terjadi diluar
kemampuan pengendalian pekerja. Kondisi ini mengakibatkan
terjadinya waktu mengganggur, seperti padamnya listrik, alat

160 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


rusak. dapat dikurangi dengan mengadakan perubahan atau
perbaikan pada proses operasi
15. AVOIDABLE DELAY (AD): kelambatan yang dapat dihindari.
situasi yang tidak produktif selama bekerja seperti merokok,
mengobrol, dan lain-lain. Untuk mengurangi kelambatan ini
harus meningkatkan kedisiplinan operator tanpa harus merubah
proses operasinya.
16. PLAN (PN) : merencanakan, merupakan proses mental dimana
operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil
selanjutnya. Waktu untuk gerakan ini lebih sering terjadi pada
seseorang pekerja baru.
17. REST FOR OVERCOMING FATIGUE (R): Istirahat untuk
menghilangkan kelelahan. Waktu untuk memulihkan lagi kondisi
badannya dari rasa lelah sebagian.

Peta Pikiran 25. Klasifikasi Therblig

Dalam ekonomi gerakan, terdapat beberapa prinsip yang


dapat diterapkan untuk membuat sebuah gerakan dapat dilakukan
dengan lebih cepat, ringan dan lebih optimal, di antaranya adalah:
• Kekuatan otot yang paling besar adalah pada posisi tengah.
Dalam analisis biomekanika, terdapat hubungan antara
kekuatan dan panjang kontraksi otot yang memengaruhi

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 161


kekuatan otot. Analisis kekuatan otot ini dilakukan pada postur
manusia dalam keadaan tanpa beban seperti yang dialami oleh
astronot di luar angkasa. Berdasarkan analisis ini diketahui
bahwa posisi netral akan menghasilkan kekuatan
menggenggam yang paling besar. Pada siku yang fleksi, posisi
yang paling kuat adalah saat siku membentuk sudut 900.
• Kekuatan otot terbesar adalah pada saat gerakan dilakukan
perlahan.
Gerakan terjadi karena kontraksi otot. Semakin cepat ikatan
molekuler pada sel otot terbentuk, rusak, dan terbentuk kembali
maka ini akan menghasilkan kekuatan otot yang kecil.
Hubungan ini disebut sebagai force-velocity relationship
• Gunakan momentum gerakan untuk meminimasi penggunaan
kekuatan otot.
Dalam hal ini, terdapat trade off antara prinsip pertama dan
kedua. Gerakan yang lebih cepat akan menghasilkan
momentum yang lebih tinggi dan kekuatan otot yang lebih besar
• Rancang suatu aktivitas untuk mengoptimalkan kapabilitas
kekuatan manusia.
Terdapat tiga faktor yang memengaruhi kapabilitas kekuatan
manusia, diantaranya adalah:
o Tipe kekuatan
o Gerakan otot dan sendi yang digunakan
o Postur
• Gunakan otot yang besar untuk melakukan aktivitas yang
membutuhkan kekuatan
Contohnya adalah gunakan otot kaki dan betis pada saat
mengangkat beban yang berat.
• Pertahankan kekuatan otot maksimal 15%
Kelelahan otot adalah kriteria yang sangat penting tetapi sedikit
digunakan dalam merancang tugas dengan tepat untuk operator

162 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


manusia. Tubuh manusia dan jaringan otot terutama
bergantung pada dua jenis sumber energi, aerobik dan
anaerobik.
• Gunakan siklus kerja/istirahat yang pendek dan sering
Siklus kerja – istirahat yang pendek dan sering dapat
menghemat pengerahan energi dan memungkinkan recovery
otot yang lebih cepat. Ini lebih menguntungkan untuk pekerja
dapat mengurangi pengerahan tenaga yang berlebihan yang
akan menyebabkan risiko cedera dan kelelahan.
• Tugas didesain sehingga kebanyakan pekerja dapat
melakukannya
Hal ini dimaksudkan untuk kepraktisan dan kemudahan
• Gunakan kekuatan rendah untuk gerakan yang tepat atau
kontrol motor halus
• Jangan mencoba gerakan yang memerlukan presisi atau kontrol
setelah bekerja berat. Biasanya kerja berat ini mempengaruhi
pengendalian motorik halus.
• Gunakan gerakan balistik untuk kecepatan. Gerakan ini
dilakukan dengan kontraksi otot yang cepat dan memiliki
percepatan maksimum dalam waktu yang sangat singkat.
Gerakan balistik menghasilkan kekuatan yang besar.
• Mulai dan akhir gerak dengan kedua tangan secara simultan,
pindahkan tangan secara simetris dan bersamaan ke dan dari
tengah tubuh. Harmonisasi gerak tangan kiri dan tangan kanan
dapat meringankan kerja koordinasi gerakan pada kognitif
manusia. Ini dapat dipertimbangkan untuk mencegah terjadinya
beban kognitif yang berlebihan yang menyebabkan beban
mental untuk pekerja.
• Gunakan ritme alami tubuh, berikut ini adalah ritma alami
beberapa gerakan:
✓ Membentuk logam 60–78 pukulan per menit

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 163


✓ Memahat 60 pukulan per menit
✓ Engkol dengan lengan 35 rpm
✓ Engkol dengan kaki 60–72 rpm
✓ Menyekop 14–17 lemparan per menit
• Gunakan gerakan yang halus secara kontinyu
• Gunakan gerakan yang paling praktis
• Bekerja dengan kedua tangan dan kaki secara simultan
• Meminimalkan fixasi mata
Penerapan studi dan ekonomi gerakan ini memberikan
implikasi kepada organisasi industri berupa penerapan standar
metode kerja yang lebih sederhana dan efisien. Metode kerja yang
efisien adalah metode yang dilakukan melalui gerakan yang efektif
sehinga dapat dilakukan dengan lebih cepat. Penghematan waktu
ini akan dapat mengurangi kelelahan pekerja secara fisik dan
mental, sekaligus dapat meningkatkan produktivitas.
Berbagai permasalahan kesehatan kerja dapat dihindari
dengan gerakan kerja yang efektif dan efisien, diantaranya adalah
permasalahan beban mental akibat pekerjaan yang monoton,
lambat, berulang. Permasalahan kelelahan dan gangguan otot dan
rangka dapat dihindari dengan menerapkan metode kerja yang
memiliki waktu yang sinngkat dalam penyelesaiannya.

C. RANGKUMAN
• Operasi kerja yang terbaik adalah oeprasi yang dilakukan
dengan gerakan-gerakan yang efektif dan efisien.
• Beberapa gejala yang terjadi di lantai produksi dapat
menunjukkan indikasi diperlukannya analisis metode kerja
diantaranya adalah meningkatnya ketdakhadiran pekerja pada
hari dan jadwal kerjanya, adanya perpindahan material jarak
jauh dengan frekuensi yang sering, munculnya titik-titik

164 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


bottleneck pada lini produksi, meningkatnya jumlah scrap,
kualitas produk yang dihasilkan tidak konsisten, adanya keluhan
dari pekerja yang berkaitan dengan kompensasi atau benefit
yang mereka dapatkan, meningkatnya kebutuhan istirahat para
pekerja, kelelelahan dan keluhan rasa tidak nyaman atau sakit
pada tubuh pekerja dan tambahan jam kerja lembur semakin
sering diminta.
• Studi gerakan dilakukan dengan pengamatan terhadap gerakan
mikro dengan bantuan kamera.
• Pasangan Gilberth tersebut menemukan 17 gerakan dasar yang
disebut sebagai”Therblig”
• Gerakan dasar ini, dapat diklasifikasikan mana gerakan dasar
yang efektif dan mana yang tidak efektif

D. LATIHAN SOAL
1. Pada akhir semester para dosen harus memasukkan nilai
mahasiswanya ke dalam sistem akademik. Banyak dosen
menyatakan kesulitan memasukkan angka nilai dengan
keyboard papan ketik pada laptop mereka karena tombol
nilai berada di barisan atas. Posisi tombol angka ini
membuat aktivitas entry nilai menjadi lebih menyulitkan.
Mereka sedang mempertimbangkan untuk membeli papan
ketik dengan tombol angka tambahan dan fitur Number key
agar kegiatan entry nilai menjadi lebih mudah. Sebagai
seorang methods engineer, apakah Anda
merekomendasikan penggunaan papan ketik dengan
number key khusus ini? Jelaskan jawaban Anda.

2. Perhatikan meja kerja atau meja belajar yang anda gunakan


saat ini, ambillah foto kondisi meja Anda. Pada aktivitas
belajar Anda, lakukan identifikasi apakah Anda melakukan
gerakan yang tidak efektif akibat penataan meja Anda.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 165


Lakukan perbaikan pada layout meja dan penataan benda
benda kerja di meja Anda untuk menghilangkan gerakan
yang tidak efektif tersebut. Setelah diperbaiki, fotolah
keadaan meja yang sekarang. Buatkan laporannya dan apa
benefitnya untuk Anda sendiri.

E. RUJUKAN
Niebel, B., & Freivalds, A. (2014). Methods, Standards, and Work
Design. Boston: McGraw-Hill.
Barnes, R. (1980). Motion And Time Study. John Wiley & Sons, Inc.

F. BAHAN BACAAN YANG DIANJURKAN


Venture, G., & Laumond, J. (2019). Biomechanics of
Anthropomorphic Systems (Vol. 124). Springer Nature
Switzerland AG. Retrieved from http://link.springer.com/
10.1007/978-3-319-93870-7

166 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


BAB 6 PETA-PETA KERJA
UNTUK ANALISIS DAN
DESAIN KERJA
A. PENDAHULUAN
Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Mahasiswa memahami dan mampu menganalisis dan
merancang sistem kerja dengan menggunakan Peta Kerja
Metode Waktu Pengalaman Kriteria
Pembelajaran Belajar Belajar Mahasiswa Penilaian
(menit) (Indikator)
Ceramah dan 90 Tugas Kelompok: 1. Keterampilan
diskusi Menit menganalisis suatu membuat peta
kelompok aktivitas nyata dengan kerja
menggambarkannya keseluruhan
dalam peta kerja 2. Kualitas ide
keseluruhan dan untuk usulan
mengusulkan perbaikan
perbaikan metode kerja
dengan
menggunakan
peta kerja
keseluruhan
Diskusi 90 Tugas Kelompok: 3. Keterampilan
Kelompok, Menit menganalisis suatu membuat peta
Studi Kasus aktivitas nyata dengan kerja setempat
menggambarkannya 4. Kualitas ide
dalam peta kerja untuk usulan
setempat dan perbaikan
mengusulkan metode kerja
perbaikan dengan
menggunakan
peta kerja
setempat

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 167


Dalam menyelesaikan suatu masalah, terdapat beberapa
langkah sistematis yang dapat diterapkan seperti disajikan pada
Gambar 6. 1 yaitu mendefinisikan masalah dengan menentukan
tujuan yang akan dicapai dan menentukan kriterianya. Kedua yaitu
menganalisis permasalahan dengan menggunakan tools analisis
berdasarkan fakta-fakta yang ada dan membuat spesifikasi dan
batasannya. Ketiga yaitu mencari alternatif solusi berdasarkan
kriteria, batasan dan analisis masalah yang telah dibuat. Pada
tahap ketiga ini, alternatif solusi disusun dan dipilih yang terbaik.
Keempat yaitu mengevaluasi alternatif berdasarkan alternatif solusi
yang telah dipilih pada tahap ketiga. Kelima adalah langkah terakhir
yaitu menerapkan solusi. Pembahasan pada Bab ini akan mengacu
pada tahap kedua yaitu menganalisis masalah. Menganalisis
masalah dalam sistem kerja berarti mencatat secara sistematis,
meneliti seluruh kegiatan/operasi, serta menyajikan berbagai fakta
dan spesifikasi kerja yang ada pada sistem kerja tersebut. Peta
peta kerja merupakan tools yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan fakta-fakta dan penyajiannya dalam langkah
menganalisis masalah.

Terapkan Definisikan
solusi masalah

Evaluasi
Analisis
alternatif
masalah
solusi

Cari
alternatif
solusi

Gambar 6. 1 Langkah Sistematis Penyelesaian Masalah

168 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


B. PENYAJIAN MATERI
Definisi Peta Kerja
Peta kerja umumnya adalah alat yang sistematis dalam
mengumpulkan semua fakta yang berkenaan dengan sistem kerja
yang diamati, sehingga dapat dipergunakan untuk
mengkomunikasikan fakta-fakta tersebut kepada orang lain. Dalam
suatu pengertian, peta kerja diartikan sebagai alat yang
menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas mulai
dari bahan baku sampai menjadi produk serta dapat memberikan
informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu
metode kerja.
Informasi yang diperlukan dalam memperbaiki metode kerja,
misalnya:
a. Jumlah benda kerja yang harus dibuat
b. Waktu operasi mesin
c. Kapasitas mesin
d. Bahan-bahan khusus yang harus disediakan
e. Alat-alat khusus yang harus disediakan

Melalui peta-peta kerja kita dapat melihat semua langkah


langkah atau kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu obyek sejak
awal suatu proses sampai proses menghasilkan produk. Peta kerja
juga merupakan alat yang baik untuk menganalisis suatu kegiatan
sehingga dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses
produksi akan lebih mudah kita laksanakan. Perbaikan metode
kerja yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Menghilangkan proses operasi yang tidak perlu
b. Menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya
c. Menemukan suatu urutan-urutan kerja/proses produksi
yang lebih baik
d. Menentukan jumlah mesin per operator
e. Menghilangkan waktu menunggu antara operasi

Semua perbaikan metode kerja tersebut pada dasarnya


dilakukan untuk mendapatkan sistem kerja yang terbaik dan
mengurangi biaya produksi secara keseluruhan.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 169


Lambang Peta Kerja
Pada tahun 1947, American Society of Mechanical Engineers
(ASME) membuat standar lambang-lambang peta kerja yang terdiri
dari 5 macam lambang. Lambang-lambang tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Operasi

Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja


mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi,
mengambil informasi maupun memberikan informasi pada
suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi merupakan
kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses.
Dan biasanya terjadi pada suatu mesin atau stasiun kerja,
contohnya:
▪ pekerjaan memotong lempengan besi dengan gergaji
▪ pekerjaan melubangi kayu dengan mesin drill
▪ pekerjaan merakit

2. Pemeriksaan
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja
atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi
kualitas maupun kuantitas. Lambang ini digunakan jika kita
melakukan pemeriksaan terhadap suatu obyek atau
membandangkan obyek tertentu dengan suatu standar.
Suatu pemeriksaan tidak menjuruskan bahan ke arah
menjadi suatu barang jadi, contoh-contohnya:
▪ Mengukur dimensi benda
▪ Memeriksa warna benda

3. Transportasi

Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja,


pekerja atau perlengkapan rnengalami perpindahan tempat
yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi, misalnya:

170 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


▪ Benda kerja diangkut dari mesin bubut ke tempat mesin
milling
▪ Suatu obyek dipindahkan dari gudang ke lantai produksi
Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari operasi
atau disebabkan oleh petugas pada tempat bekarja sewaktu
operasi atau pemeriksaan berlangsung, bukanlah
merupakan transportasi, misalnya:
▪ Keramik yang mengalami operasi pemanasan sambil
bergerak di atas ban berjalan, merupakan kegiatan
operasi, walaupun keramik tersebut mengalami
perpindahan tempat tetapi perpindahan tersebut
merupakan bagian dari kegiatan pemanasan.

4. Menunggu
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja
atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain
menunggu dalam keadaan sementara, misalnya:
▪ Obyek menunggu untuk diproses dari stasiun 1 ke
stasiun 2
▪ Peti menunggu untuk dibongkar.
▪ Obyek menunggu untuk diperiksa.

5. Penyimpanan
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja
mengalami penyimpanan permanen, yaitu ditahan atau
dilindungi terhadap pengeluaran tanpa ijin.
▪ Dokumen-dokumen/catatan-catatan disimpan dalam
brankas.
▪ Bahan baku disimpan dalam gudang.

Selain kelima lambang standar di atas, kita bisa menggunakan


lambang lain apabila merasa perlu untuk mencatat suatu aktivitas

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 171


yang memang terjadi selama proses berlangsung dan tidak
terungkapkan oleh lambanglambang tadi. Lambang tersebut ialah:

6. Aktivitas Ganda
Lambang ini digunakan apabila antara aktivitas operasi
dan pemeriksaan dilakukan secara bersama-sama pada
suatu tempat kerja.

Macam Peta Kerja


Peta-peta kerja dikelompokkan menjadi dua berdasarkan
kegiatannya, yaitu peta-peta kerja yang digunakan untuk
menganalisis kegiatan kerja keseluruhan dan peta-peta kerja yang
digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja setempat seperti
ditunjukkan pada Peta Pikiran 31. Suatu kegiatan disebut kegiatan
kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut melibatkan sebagian
besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat produk
yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan
kerja setempat, apabila kegiatan tersebut terjadi dalam jumlah
terbatas. Penggambaran peta-peta kerja dilakukan dengan
membuat peta-peta kerja yang menunjukkan keadaan sekarang.
Keadaan sekarang inilah yang dianalisis untuk memperbaiki
metode kerjanya. Kemudian hasil perbaikannya digambarkan
dalam bentuk peta-peta kerja usulan.

172 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Peta Pikiran 26. Peta Kerja
Peta Kerja Keseluruhan
Peta-peta kerja keseluruhan yaitu peta-peta kerja yang
digunakan untuk menganalisis suatu sistem kerja yang bersifat
keseluruhan (melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas
produksi yang diperlukan dalam membuat suatu produk tertentu).
Peta ini dapat menggambarkan keseluruhan atau sebagian besar
proses beserta karakteristiknya yang dialami suatu bahan hingga
menjadi produk akhir. Peta ini juga dapat menggambarkan
mengenai interaksi atau hubungan antar kelompok kegiatan
operasi.

Peta Rakitan
Peta rakitan (assembly chart) merupakan salah satu
gambaran grafis dari urutan-urutan aliran komponen serta rakitan
bagian (sub assembly) ke rakitan pada suatu produk.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 173


Peta Pikiran 27. Peta Rakitan

Peta Pikiran 32 menggambarkan rangkuman dari peta rakitan.


Peta rakitan berguna untuk memahami hal berikut:
a. Komponen-komponen yang membentuk produk
b. Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama
c. Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian
d. Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan
e. Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian
f. Gambaran menyeluruh dari proses rakitan
g. Urutan waktu komponen bergabung bersama
h. Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan

174 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Nama Komponen

Sub Assembly
(9 mm)
Assembly
Nomor Komponen (12 mm)
(6 mm)

Gambar 6. 2 Penggambaran Peta Rakitan

Langkah-langkah pembuatan peta rakitan adalah sebagai berikut:


a. Operasi terakhir yang menunjukkan rakitan suatu produk
digambarkan dengan lingkaran berdiameter 12 mm dan
harus dituliskan operasi itu di sebelah kanan lingkaran
tersebut.
b. Gambarkan garis mendatar dari lingkaran kearah kiri,
tempatkan lingkaran berdiameter 6 mm pada bagian
ujungnya, tunjukkan setiap komponen (nama, nomor
komponen, jumlah, dsb) yang dirakit pada proses tersebut.
c. Jika yang dihadapi adalah rakitan-bagian, maka buat garis
tadi sebagian dan akhiri dengan lingkaran berdiameter 9
mm, garis yang menunjukkan komponen mandiri harus
ditarik ke sebelah kiri dan diakhiri dengan diameter 6 mm.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 175


d. Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-komponennya
selesai dicatat, gambarkan garis tegak pendek dari garis
lingkaran 9 mm ke atas, memasuki lingkaran 12 mm yang
menunjukkan operasi rakitan sebelum operasi rakitan yang
telah digambarkan pada langkah 2 dan langkah 3.
e. Periksa kembali peta tersebut untuk meyakinkan bahwa
seluruh komponen telah tercantum, masukkan nomer
nomor operasi rakitan bagian ke dalam lingkaran (jika perlu),
komponen yang terdaftar di sebelah kiri diberi nomor urut
dari atas ke bawah bagian sub assembly.

Tinplate
#
1 Lacquer Bagian
# SA
Badan
DSS 1
#
3
Tinplate
#
Bagian Alas
SA A-1 Kaleng
Lacquer Sarden
# 2
5
Tinplate Bagian
# SA
Bawah
6 3
Final
Inspection

Gambar 6. 3 Peta Rakitan Kaleng Sarden

176 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Gambar 6. 3 merupakan contoh peta rakitan pembuatan
produk kaleng sarden. Berdasarkan peta rakitan kaleng sarden
dapat diketahui bahwa terdapat 3 proses perakitan bagian yaitu
Sub-Assembly 1 (SA-1), Sub-Assembly 2 (SA-2) dan Sub-Assembly
3 (SA-3). Sub perakitan pertama (SA-1) yaitu merakit Tinplate,
Lacquer dan DSS untuk membentuk bagian badan kaleng sarden.
Sub perakitan kedua (SA-2) yaitu merakit Tinplate dan Lacquer
untuk membentuk bagian alas kaleng sarden. Sub perakitan kedua
(SA-3) yaitu merakit Tinplate untuk membentuk bagian bawah
kaleng sarden. Setelah proses tersebut selesai kemudian
dilanjutkan dengan merakit ketiga bagian Sub-Assembly menjadi
kaleng sarden (A-1).

Peta Proses Operasi


Peta proses operasi (operation process chart) merupakan
suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang
akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan
pemeriksaan hingga menjadi produk. Peta proses operasi memuat
informasi mengenai waktu yang dihabiskan, metode yang
digunakan dan tempat/alat yang dipakai. Peta Pikiran 33
menggambarkan rangkuman dari peta proses operasi. Kegunaan
peta proses operasi, antara lain :
a. Mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya
b. Memperkirakan kebutuhan bahan baku
c. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik
d. Sebagai alat untuk menentukan perbaikan cara kerja
e. Sebagai alat untuk latihan kerja

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 177


Peta Pikiran 28. Peta Proses Operasi

Prinsip-prinsip pembuatan peta proses operasi, sebagai berikut:


a. Pertama, pada baris paling atas, pada bagian “kepala” ditulis
jelas jenis peta, yaitu Peta Proses Operasi yang diikuti oleh
identifikasi lain seperti: nama objek, nama pembuat peta,
tanggal dipetakan, apakah itu memetakan keadaan
sekarang atau yang diusulkan, nomor peta dan nomor
gambar.
b. Material yang akan diproses dinyatakan tepat di atas garis
horizontal yang sesuai, yang menunjukkan ke dalam urut
urutan tempat material tersebut kemudian diproses.
c. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, dari
atas ke bawah sesuai urut-urutan prosesnya.
d. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan
secara berurutan sesuai dengan urutan operasi terkait.
e. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan
secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran
untuk kegiatan operasi.

178 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


f. Ringkasan dibuat pada akhir halaman, tentang jumlah
operasi, jumlah pemeriksaan, dan jumlah waktu yang
diperlukan
Cara penggambaran peta proses operasi ditunjukkan seperti
pada Gambar 2 dengan keterangan sebagai berikut:
W : Waktu yang dibutuhkan untuk suatu operasi atau
pemeriksaan
O-N : Nomor urut untuk kegiatan operasi tersebut.
I-N : Nomor urut untuk kegiatan pemeriksaan tersebut.
M : Menunjukkan uraian kegiatan proses operasi dan mesin
yang digunakan
Arah material yang masuk proses

Bagian yg Bagian yg Produk U


aerultbhnmpd
dirakit dirakit Utama

Bahan W O-N M W O-N M

W I-N p
M ro
se
s

Gambar 6. 4 Penggambaran Peta Proses Operasi

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam


membuat peta proses operasi yaitu: analisis terhadap bahan
bahan, operasi, pemeriksaan dan terhadap waktu penyelesaian
suatu proses, dengan uraian sebagai berikut:

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 179


a. Bahan : mempertimbangkan semua alternatif bahan yang
digunakan, proses penyelesaian sesuai dengan fungsi,
reabilitas pelayanan dan waktunya
b. Operasi : mempertimbangakan semua alternatif proses
pengolahan maupun metode. Perbaikan yang mungkin
dilakukan dengan menghilangkan, menggabungkan,
menambah dan menyederhanakan operasi
c. Pemeriksaan : membandingkan dengan standar dengan
teknik satu persatu atau sampling
d. Waktu : untuk mempersingkat waktu penyelesaian, dengan
mempertimbangkan semua alternatif metode maupun
peralatan
Gambar 6.5 merupakan contoh peta proses operasi
pembuatan produk sapu sabut kelapa kondisi sekarang. Sapu sabut
kelapa terdiri dari 2 komponen yaitu sabut kelapa dan bambu yang
dirakit. Prosesnya dimulai dengan mengupas sabut kelapa dari kulit
kelapa yang sudah tua. Proses kedua yaitu merendam sabut kelapa
selama 2 jam, setelah itu langsung dijemur di bawah sinar matahari
selama 3 jam. Setelah kering maka langkah selanjutnya adalah
memukul sabut kelapa untuk menghilangkan serat atau kotoran
yang menempel. Kemudian diperiksa apakah masih ada seratnya
atau tidak. Proses operasi selanjutnya yaitu mencelupkan sabut
kelapa ke dalam pewarna dan mengikat sabut kelapa sebelum
dirakit dengan komponen bambu.
Proses pembuatan komponen bambu dimulai dengan
membersihkan bambu. Kemudian ukur bambu sesuai dengan
dimensi sapu yang diinginkan dan dipotong sesuai ukuran tersebut.
Setelah itu ada inspeksi kembali apakah ukuran sudah sesuai atau
belum. Setelah itu bambu diikat dan dirakit dengan sabut kelapa
yang sudah dibuat.
Berdasarkan ringkasan dapat diketahui bahwa total waktu
pembuatan sapu sabut kelapa adalah 348 menit. Proses
pembuatan satu buah sapu sabut kelapa membutuhkan waktu yang

180 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


lama karena terdapat proses perendaman dan penjemuran hingga
berjam-jam. Proses ini dapat disederhanakan dengan efisiensi
waktu pada proses selain perendaman dan penjemuran. Misalnya
dengan menggabungkan pengikatan bambu dan sabut kelapa
menjadi satu proses. Kemudian proses pembersihan sabut kelapa
dapat dikurangi hingga 7 menit dan proses pembersihan bambu
dapat dikurangi hingga 3 menit karena pada akhir proses bambu
akan dirapikan melalui ampelas. Gambar 6.6 merupakan contoh
peta proses operasi pembuatan produk sapu sabut kelapa kondisi
usulan.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 181


PETA PROSES OPERASI
NAMA OBYEK : SAPU SABUT KELAPA
NOMOR PETA :2
SEKARANG ✓ USULAN
DIPETAKAN OLEH : Novia
TANGGAL DIPETAKAN: 28 Januari 2021

Ringkasan
Kegiatan Jumlah Waktu (menit)
Operasi 12 348
Pemeriksaan 3 -
Total 15 348

Gambar 6.5 Contoh Peta Proses Operasi

182 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


PETA PROSES OPERASI
NAMA OBYEK : SAPU SABUT KELAPA
NOMOR PETA :2
SEKARANG USULAN ✓
DIPETAKAN OLEH : Novia
TANGGAL DIPETAKAN: 28 Januari 2021

Ringkasan
Kegiatan Jumlah Waktu(menit)
335
Operasi 11
Pemeriksaan 3 -
Total 15 335
6.
Gambar 6 Contoh Peta Proses Operasi Kondisi Usulan

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 183


Peta Aliran Proses
Peta aliran proses (flow process chart) merupakan suatu
diagram yang menunjukkan urutan dari operasi, pemeriksaan,
transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama
suatu proses berlangsung, serta didalamnya memuat pula informasi
yang diperlukan untuk analisis seperti waktu yang dibutuhkan dan
jarak perpindahan.
Peta proses operasi dan peta aliran proses sebenernya sama
sama menggambarkan langkah-langkah urutan proses operasi.
Lantas, apa yang menjadi perbedaannya? Jika kita pahami peta
proses operasi menggambarkan proses perakitan suatu produk
secara keseluruhan sedangkan peta aliran proses hanya digunakan
untuk menggambarkan dan menganalisis salah satu komponen
produk yang dirakit saja. Oleh karena itu peta aliran proses lebih
detail karena hanya fokus pada komponennya saja dengan
menunjukkan berbagai aktivitas dasar seperti transportasi,
menunggu dan menyimpan. Sedangkan peta proses operasi
terbatas pada proses operasi dan pemeriksaan saja.
Kegunaan peta aliran proses, antara lain :
a. Mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai dari awal
suatu proses sampai aktivitas terakhir
b. Memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu
proses
c. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau orang
selama proses berlangsung
d. Sebagai alat untuk menentukan perbaikan cara kerja
Langkah-langkah pembuatan peta aliran proses, sebagai berikut:
a. Pertama, pada baris paling atas ditulis “PETA ALIRAN
PROSES” sebagai judulnya. Kemudian diikuti dengan
pencatatan beberapa identifikasi seperti: nomor atau nama
komponen yang dipetakan, nomor gambar, peta orang atau
peta bahan, cara sekarang atau yang diusulkan, tanggal

184 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


pembuatan, dan nama pembuat peta. Semua informasi mi
dicatat di sebelah kanan atas kertas.
b. Kedua, di sebelah kiri atas kertas, berdampingan dengan
informasi yang dicatat pada butir a di atas, dicatat mengenai
ringkasan yang memuat jumlah total dan waktu total dan
setiap kegiatan yang terjadi. Begitu juga total jarak
perpindahan yang dialami bahan, orang atau kertas selama
proses atau prosedur berlangsung.
c. Ketiga, di bagian “badan” diuraikan proses yang terjadi secara
lengkap dengan lambang-lambang dan informasi mengenai
jarak perpindahan, jumlah yang dilayani, waktu yang
dibutuhkan dan kecepatan produksi (jika mungkin). Dimuat
pula pada kolom-kolom yang tersedia analisis,catatan, dan
tindakan yang diambil berdasarkan analisis tersebut.
Berdasarkan kegunaannya, peta aliran proses dapat
menggambarkan berbagai macam tipe aliran diantaranya yaitu peta
aliran bahan, peta aktivitas orang dan peta aliran kertas untuk
perkantoran. Macam-macam peta aliran proses dijabarkan, sebagai
berikut:
a. Peta Aliran Proses Tipe Bahan
▪ Menggambarkan kejadian yang dialami bahan (bisa
merupakan salah satu bagian dari produk jadi) dalam suatu
proses atau prosedur operasi.
▪ Dengan hanya menggambarkan salah satu komponen
produk jadi, peta ini menggambarkan salah satu bagian
dari peta yang lebih kompleks.
▪ Contoh penggunaan peta ini dalam praktik, misalnya untuk
menggambarkan aliran yang dialami bahan saat
penerimaan, pengepakan dan pengiriman.
b. Peta Aliran Proses Tipe Orang/Pekerja, pada dasarnya bisa
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
▪ Peta Aliran Proses pekerja yang menggambarkan aliran
kerja seorang operator.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 185


▪ Peta Aliran Proses pekerja yang menggambarkan aliran
kerja sekelompok manusia, sering disebut Peta Proses
Kelompok Kerja yang akan diuraikan lebih lengkap dalam
subbab berikutnya.
▪ Pada umumnya Peta Aliran Proses tipe orang adalah suatu
peta yang menggambarkan suatu proses dalam bentuk
aktivitas-aktivitas manusianya.
c. Peta Aliran Proses Tipe Kertas
▪ Pada peta ini yang digambarkan adalah aliran dari kertas
yang menjalani sekumpulan urutan proses mengikuti suatu
prosedur tertentu secara bertahap.
▪ Serangkaian tahap yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu proses permohonan izin, adalah salah satu
contohnya.

186 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


PETA ALIRAN PROSES
Ringkasan
SEKARANG USULAN BEDA PEKERJAAN : PEMBUATANGAGANG SAPU
KEGIATAN
JML WKT JML WKT JML WKT NOMOR PETA :5
Operasi 5 21,5 ORANG BAHAN ✓
Pemeriksaan 1 1 SEKARANG ✓ USULAN
Transportasi 3 6,2 DIPETAKAN OLEH : NOVIA
Menunggu 1 7 TANGGAL DIPETAKAN : 28 Januari 2021
Penyimpanan 2 -
Jarak Total 11 35,7
H
TINDAKAN
K A U
LAMBANG L T ANALISA
A K
R M A
A U
J J W UBAH
URAIAN KEGIATAN A CATATAN
N I
A G N T ERBAIK
A IM UANG N URTA A G
N KAPN
teni SIAP A U P ORAN
A B
A G M
P IM A A E
m m A D B R G T P

Bahan (kayu) disimpan di gudang -

Bahan (kayu) dibawa dari gudang 5 2 3

Bahan dibersihkan - - 2

Bahan diukur sesuai dengan


- - 1
kebutuhan
Bahan dipotong menggunakan
5

- -
gergaji

Bahan diperiksa ukurannya - 2 1

Bahan dipindahkan ke bagian


1 - 0.2
penghalusan

Bahan menunggu giliran dihaluskan - - 7

Dihaluskan dengan ampelas dan


- - 7.5
dipernis
Bahan disambung dengan
6

- -
komponen lain
5

Bahan dipindahkan ke bagian 2 3


penyimpanan

Produk jadi disimpan di gudang - 2 -

Gambar 6. 7 Contoh Peta Aliran Proses


Gambar 6. 7 merupakan contoh peta aliran proses pembuatan
produk gagang sapu dengan tipe bahan dan kondisi sekarang.
Berdasarkan ringkasan peta aliran proses pembuatan produk
gagang sapu dapat diketahui bahwa terdapat 5 proses operasi yaitu
pembersihan, pengukuran, pemotongan, penghalusan dan
perakitan bambu dengan komponen lain. Kemudian terdapat 1
aktivitas pemeriksaan ukuran, 1 aktivitas menunggu dan 2 aktivitas
penyimpanan. Selain itu juga terdapat 3 transportasi mulai dari

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 187


gudang bahan baku, antar stasiun hingga ke gudang barang jadi.
Total waktu yang dibutuhkan yaitu 35,7 menit.
PETA ALIRAN PROSES
Ringkasan
SEKARANG USULAN BEDA PEKERJAAN : PEMBUATAN GAGANG SAPU
KEGIATAN
JML WKT JML WKT JML WKT NOMOR PETA :5
Operasi 5 21,5 ORANG BAHAN ✓
Pemeriksaan 1 1 SEKARANG USULAN ✓
Transportasi 3 6,2 DIPETAKAN OLEH : NOVIA
Menunggu - - TANGGAL DIPETAKAN : 28 Januari 2021
Penyimpanan 2 -
Jarak Total 11 28,7
H
TINDAKAN
K JUMLA U
LAMBANG A T ANALISA
K
R A
A
J W UBAH
URAIAN KEGIATAN A
CATATAN
N I
A GABUN N ERBAIK
DIMAN TEMPA
N IM UANG A G
ti A A A T N
n A P P G U A
e P A IA A R R
m m A K S B R U O P

Bahan (kayu) disimpan di gudang -

Bahan (kayu) dibawa dari gudang 52 3

Bahan dibersihkan - - 2

Bahan diukur sesuai dengan


- - 1
kebutuhan
Bahan dipotong menggunakan
5

- -
gergaji

Bahan diperiksa ukurannya - 2 1

Bahan dipindahkan ke bagian


1 - 0.2
penghalusan
Dihaluskan dengan ampelas dan
- - 7.5
dipernis
Bahan disambung dengan
- - 6
komponen lain
Bahan dipindahkan ke bagian 52 3
penyimpanan

Produk jadi disimpan di gudang - 2 -

Gambar 6. 8 Contoh Peta Aliran Proses Kondisi Usulan


Peta aliran proses pembuatan produk gagang sapu kondisi
sekarang masih belum efisien karena masih terdapat aktivitas
menunggu, dimana aktivitas ini merupakan non-value added atau
tidak memberi nilai tambah pada produk. Aktivitas yang tidak
memberi nilai tambah dapat dihilangkan agar proses produksi lebih

188 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


efisien. Gambar 6. 8 merupakan contoh peta aliran proses
pembuatan produk gagang sapu dengan tipe bahan dan kondisi
usulan.
Diagram Aliran
Diagram aliran (flow diagram) merupakan suatu gambaran
menurut skala dari susunan lantai dan gedung yang menunjukkan
lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses.
Diagram aliran berguna untuk memperjelas peta aliran proses, jika
arah aliran merupakan faktor penting dan sebagai bahan analisis
untuk mengevaluasi layout dengan prinsip menekan aktivitas
material handling.

Peta
Fasilitas Diagram
Aliran
Layout Aliran
Proses

Gambar 6. 9 Diagram Aliran

Prinsip-prinsip pembuatan diagram aliran, sebagai berikut:


a. Pertama-tama dibuat judul peta. Di bagian kepala ditulis
“DIAGRAM ALIRAN” yang kemudian dilkuti oleh identifikasi
lainnya seperti nama pekerjaan yang dipetakan, apakah
memetakan keadaan sekarang atau usulan, nomor peta,
orang yang memetakan, dan tanggal pemetaan.
b. Untuk membuat suatu Diagram Aliran, analisis harus
mengidentifikasi setiap aktivitas dengan lambang dan nomor
yang sesuai dengan yang digunakan dalam Peta Aliran
Proses.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 189


c. Arah gerakan dinyatakan oleh anak panah kecil yang dibuat
secara berurutan sepanjang garis aliran.
d. Apabila dalam ruangan tersebut terjadi lintasan lebih dari satu
orang atau barang, maka tiap lintasan dibedakan dengan
warna bermacam-macam. Atau apabila kita hanya
menggambarkan lintasan untuk seorang operator atau satu
barang, maka perbedaan warna berarti menunjukkan
perbedaan antara cara sekarang dengan cara yang
diusulkan.
Gambar 6. 10 merupakan contoh diagram aliran pembuatan produk
gagang sapu.

Peta Kerja Setempat


Peta Kerja Setempat digunakan untuk menganalisis dan
memperbaiki proses kerja di sebuah stasiun kerja. Peta ini dapat
menggambarkan hubungan kerja (dalam waktu) antara siklus kerja
operator dan mesin dalam sebuah sistem manusia‐mesin. Disebut
juga dengan micromotion.

Peta Pekerja–Mesin
Peta pekerja mesin merupakan peta kerja yang menunjukkan
hubungan waktu kerja antara siklus kerja operator (pekerja) dan
siklus operasi dari mesin atau fasilitas kerja lainnya yang ditangani
oleh pekerja tersebut. Peta pekerja mesin menggambarkan
koordinasi waktu bekerja dan mengganggur serta kombinasi
aktivitas pekerja dan mesin. Tujuannya yaitu untuk menghilangkan
idle pekerja dan mesin. Peta Pikiran 34 menggambarkan
rangkuman dari peta pekerja dan mesin. Kegunaan peta pekerja
dan mesin, antara lain :
a. Merubah tata letak tempat kerja
b. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja
c. Merancang kembali mesin dan peralatan

190 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


d. Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau sebaliknya,
menambah mesin bagi seorang pekerja

Gambar 6. 10 Contoh Diagram Aliran

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 191


Peta Pikiran 29. Peta Pekerja-Mesin
Sebelum menggambarkan peta pekerja dan mesin, sebuah
analisis kuantitatif pada kondisi machine coupling dapat dilakukan
terlebih dahulu. Perhitungan jumlah mesin dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut ini.
��+ ��
��=
��+ ��
Persamaan 11 Perhitungan Jumlah Mesin pada Kondisi
Machine Coupling
Dimana,
N = Jumlah Mesin yang dilayani oleh 1 orang operator
L = Waktu untuk loading dan unloading
M = Waktu permesinan
W = Waktu yang diperlukan operator untuk berpindah dari satu
mesin ke mesin yang lain
Persamaan 11 juga dapat digunakan dalam kondisi satu
orang operator melayani 1 mesin dengan tidak memperhitungkan
variabel W (waktu unutk berpindah dari satu mesin ke mesin lain).

192 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Perhitungan jumlah mesin dengan Persamaan 11 mungkin akan
menghasilkan angka desimal atau pecahan. Di sini kita akan
mendapatkan nilai N1 untuk pembulaan jumlah mesin ke bawah
dan N2 untuk pembulatan ke atas jumlah mesin. Untuk menentukan
jumlah mesin yang tepat dilakukan perhitungan Total Expected Cost
(TEC) dengan menggunakan rumus perhitungan berikut ini,
(��+ ��)(��
1 + ��1��2
)
������
��1=
��1
Persamaan 12 Total Expected Cost untuk N1

������
��2= (��+ ��).(��1+ ��2��2
)
Persamaan 13 Total Expected Cost untuk N2
Dimana,
K1 = Biaya tenaga kerja langsung Rp/jam
K2 = Biaya permesinan Rp/jam
Jumlah mesin yang dilayani ditentukan berdasarkan total expected
cost yang terkecil. Setelah jumlah mesin yang dilayani ditentukan,
maka peta pekerja mesin dapat digambarkan. Langkah-langkah
pembuatan peta pekerja dan mesin adalah sebagai berikut:
a. Nyatakan identifikasi peta yang dibuat. Biasanya dibagian
paling atas kertas dinyatakan “PETA PEKERJA-MESIN”
sebagai kepalanya. Kemudian diikuti oleh informasi-informasi
yang melengkapi.
b. Setelah semua identifikasi lengkap dinyatakan, langkah
berikutnya adalah menguraikan semua elemen pekerjaan yang
terjadi. Untuk itu tiga jenis kolom (bar) digunakan untuk
melambangkan elemen-elemen yang bersangkutan. Kolom
kolom tersebut dibuat memanjang dad atas ke bawah dengan
panjang masing-masing sebanding dengan lamanya waktu
pelaksanaan yang bersangkutan.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 193


Terdapat empat kemungkinan hubungan kerja antara pekerja dan
mesin, yaitu:
a. Operator bekerja – mesin mengganggur (idle)
b. Operator mengganggur – mesin bekerja
c. Operator bekerja - mesin bekerja
d. Operator mengganggur – mesin mengganggur

Lambang atau simbol yang digunakan dalam peta pekerja dan


mesin disajikan pada Tabel 6. 1.

Tabel 6. 1 Lambang pada Peta Pekerja dan Mesin


Lambang Keterangan
Menunjukkan waktu mengganggur
Digunakan untuk menyatakan pekerja atau mesin
yang sedang mengganggur atau salah satu
sedang menunggu yang lain.
Misalnya, pada proses penggilingan daging,
mesin sedang bekerja menggiling daging dan
operator menunggu mesin selesai. Maka dalam
kasus ini, operator sedang
menunggu/mengganggur.
Menunjukkan kerja independen
Digunakan untuk menyatakan pekerja atau mesin
yang sedang bekerja secara independen. Jika
ditinjau dari pekerja, keadaan ini menunjukkan
operator yang sedang bekerja secara independen
dengan mesin. Misalnya, operator sedang
mempersiapkan bahan dan memasukkan daging
ke mesin penggiling. Jika ditinjau dari mesin,
berarti mesin tersebut sedang bekerja tanpa
memerlukan pelayanan operator. Misalnya, pada
proses penggilingan daging, mesin sedang
bekerja menggiling daging maka dalam kasus ini
mesin bekerja independen.
Menunjukkan kerja kombinasi
Digunakan untuk menyatakan pekerja atau mesin
yang sama-sama bekerja. Jika ditinjau dari
pekerja, lambang ini digunakan apabila diantara

194 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Lambang Keterangan
operator dan mesin atau dengan operator lainnya
sedang bekerja se
cara bersama-sama. Jika ditinjau dari mesin,
berarti selama bekerjanya, mesin tersebut
memerlukan pelayanan dari operator (mesin
manual).

Gambar 6. 11 berikut merupakan contoh peta pekerja dan


mesin pembuatan pop mie dengan kompor. Dalam hubungan
interaksi antara manusia dan mesin perlu diketahui berapa jumlah
optimal operator yang dapat mengoperasikan satu mesin atau jika
ditinjau dari segi mesin, berapakah jumlah optimal mesin yang
dapat dioperasikan oleh satu orang operator. Hal ini bertujuan untuk
efisiensi waktu dan proses atau bisa juga untuk mengurangi adanya
pemborosan (waste).
Berikut ini merupakan contoh kasus perhitungan kuantitatif
untuk menganalisis sistem manusia-mesin.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 195


Gambar 6. 11 Contoh Peta Pekerja dan Mesin

196 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Contoh kasus:
Di sebuah kios usaha martabak, terdapat 2 tungku kompor yang
digunakan untuk memasak adonan martabak. Seorang pekerja
bertugas sebagai pelayan sekaligus pembuat martabak manis.
Pemilik usaha berencana untuk menambah tungku lagi, namun
ingin melakukan analisis terlebih dahulu. Tentukan berapa jumlah
tungku yang seharusnya bisa dilayani oleh seorang pekerja
bilamana diketahui data sebagai berikut:
- Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan loading dan unloading
bahan per tungku adalah 5,2 menit
- Waktu yang diperlukan untuk operator bergerak pindah dari satu
mesin ke mesin yang lain = 0,5 menit
- Waktu pemasakan adonan martabak = 15 menit
- Upah pekerja = Rp. 10.000,- per jam
- Biaya pemakaian peralatan memasak = Rp. 12.000,- per jam
Jawab:
��+ �� 5,2 + 15
��= = = 3,54
��+ �� 5,2 + 0,5
Maka N1 = 3 dan N2 = 4
▪ Maka Total Ekspektasi Biaya untuk N1=3
(5.2 + 15)(10000
3 + 3.12000)
��������1
= = ����.309.733

▪ Maka Total Ekspektasi Biaya untuk N2=4


��������2
= (5.2 + 0.5)(10000 + 4.12000)= Rp 330.600
Kesimpulan:
TEC N1 < TEC N2, maka 1 pekerja mengoperasikan 3 mesin.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 197


Peta Tangan Kanan – Tangan Kiri
Berdasarkan peta-peta kerja yang telah dibahas
sebelumnya, kita sudah mengetahui suatu prosedur dari orang,
bahan dan alat secara sistematis. Oleh karena itu, langkah
selanjutnya adalah menganalisis pekerjaan itu sendiri secara lebih
fokus pada stasiun kerjanya. Apabila masing-masing stasiun kerja
sudah dianalisis dan diperbaiki maka akan lebih mudah untuk
memperbaiki metode kerja secara keseluruhan.
Analisis pada stasiun kerja dilakukan dengan menjabarkan
gerakan-gerakan yang lebih detail atau biasa disebut dengan
menggunakan studi gerakan. Studi gerakan dapat dilakukan
dengan gerakan Therblig yang diperkenalkan oleh pasangan
Gilbreth. Dengan studi gerakan, kita bisa menganalisis gerakan
gerakan yang dilakukan oleh seorang pekerja selama
melaksanakan pekerjaannya. Berdasarkan studi ini, maka kita
dapat menggambarkan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan.
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan adalah suatu alat dari
studi gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang efisien,
yaitu gerakan-gerakan yang memang diperlukan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan. Pada peta ini juga dapat
digambarkan waktu mengganggur yang dilakukan oleh tangan kiri
atau kanan serta perbandingan tugas dan waktu yang dibebankan
oleh kedua tangan tersebut. Melalui peta ini kita bisa melihat semua
operasi secara cukup lengkap, yang dapat memudahkan perbaikan
proses operasi. Peta ini juga sangat praktis untuk memperbaiki
suatu pekerjaan manual dimana tiap siklus dari pekerja terjadi
dengan cepat dan terus berulang. Peta Pikiran 35 menggambarkan
rangkuman dari peta tangan kiri dan tangan kanan. Kegunaan peta
tangan kiri dan tangan kanan, antara lain :
a. Menyeimbangkan dan mengurangi kelelahan gerakan kedua
tangan.
b. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak
efisien dan tidak produktif, sehingga tentunya akan
mempersingkat waktu kerja.

198 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


c. Sebagai alat untuk melatih pekerja baru dengan cara kerja
yang ideal
Prinsip-prinsip pembuatan peta tangan kiri dan tangan kanan,
sebagai berikut:
a. Berbeda dengan peta-peta yang lain, untuk membuat Peta
Tangan Kiri dan Tangan Kanan, lembaran kertas dibagi dalam
tiga bagian "Kepala", yaitu: bagian yang memuat bagan tentang
stasiun kerja, dan bagian-bagian "badan".
b. Pada bagian "Kepala, dibaris paling atas ditulis "PETA
TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN". Setelah itu,
menyertakan identifikasi lainnya, seperti: nama, kerjaan, nama
departemen, nomor peta, cara sekarang atau usulan, nama
pembuat peta dan tanggal dipetakan.
c. Pada bagian yang memuat bagan, digambarkan sketsa dari
stasiun kerja yang memperlihatkan tempat alat-alat dan bahan.
Sketsa ini digambarkan dengan memperhatikan skala, sesuai
dengan tempat kerja sebenarnya. Sketsa ini penting untuk
menunjukkan kondisi saat dilakukan studi terhadap pekerjaan
tersebut.
d. Bagian "Badan" dibagi dalam dua pihak. Sebelah kiri kertas
digunakan untuk menggambarkan kegiatan yang dilakukan
tangan kiri dan sebaliknya, sebelah kanan kertas digunakan
untuk menggambarkan kegiatan yang dilakukan tangan kanan
pekerja.
e. Langkah selanjutnya, kita perhatikan urutan-urutan gerakan
yang dilaksanakan operator.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 199


Peta Pikiran 30. Peta tangan Kanan – Tangan Kiri

Gambar 6. 12 dan Gambar 6. 13 merupakan contoh peta


tangan kiri dan tangan kanan packaging produk kerupuk kondisi
sekarang. Sebagai studi kasus, proses pengemasan (packaging)
kerupuk di PT Renyah Kunyah dilakukan melalui dua tahapan
proses, pertama yaitu memasukkan kerupuk ke dalam plastik
packaging yang dikerjakan oleh operator 1 di stasiun 1. Kemudian
operator 1 akan meletakkan plastik kerupuk ke meja transit. Di
samping meja transit terdapat stasiun 2 dimana plastik kerupuk
akan ditimbang dan dijepret oleh operator 2.
Berdasarkan studi kasus tersebut dapat diketahui bahwa
peta tangan kiri dan tangan kanan kanan packaging produk kerupuk
kondisi sekarang masih belum efisien baik dari segi waktu dan
biaya. Waktunya yang dibutuhkan terlalu lama yaitu 55,35 detik
untuk total stasiun 1 dan stasiun 2. Proses packaging produk

200 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


kerupuk ini sebenarnya dapat lebih efisien apabila dikerjakan oleh
satu orang operator saja. Kemudian benda- benda kerja pada
stasiun 1 dan 2 dapat digabungkan dalam 1 stasiun dan disusun
agar mudah dijangkau operator. Aktivitas yang tidak memberi nilai
tambah pada produk (non-value added) dapat dihilangkan agar
beban tangan kiri dan tangan kanan menjadi lebih seimbang.
Gambar 6. 12 merupakan contoh peta tangan kiri dan tangan kanan
packaging produk kerupuk kondisi usulan dengan menggabungkan
packaging pada stasiun 1 dan stasiun 2. Total waktu yang
dibutuhkan pada kondisi usulan berkurang menjadi yaitu 76,3 detik.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 201


Gambar 6. 12 Contoh Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Packaging Kerupuk (Stasiun 1) pada Kondisi Sekarang

202 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


PETA TANGAN KIRIDAN TANGAN KANAN
Pekerjaan : Packaging Kerupuk (Stasiun 2)
Departemen : Packaging
No Peta : 02 √ Sekarang
Dipetakan Oleh : Operator 2
Tanggal dipetakan : 09 Desember 2018 Usulan

Keterangan :
6 Kerupuk dari Stasiun 1
6 7
7 Timbangan
8
8 Alat Jepret
9 9 Operator 2

Jarak
(cm) Waktu Waktu Jarak
Tangan Kiri Lambang Tangan Kanan
(detik) (detik) (cm)
Mengambil plastik Mengambil plastik kerupuk di meja
50 8 8 50
kerupuk di meja transit transit
Memindahkan kerupuk Memindahkan kerupuk ke
20 2 2 20
ke timbangan timbangan
Menunggu timbangan 0 25 25 0 Menunggu timbangan
Mengambil kerupuk dari timbangan kerupuk dari
Mengambil
20 0,4 0,4 20
timbangan
Melipat packaging 0 10 10 0 Melipat packaging
Memegang packaging 0 0,35 0,35 15 Mengambil alat jepret
Memegang packaging 0 5 5 0 Menjepret packaging
Meletakkan packaging 0 0,3 0,3 0 Menunggu
Total 90 51,05 51,05 105 Total

Gambar 6. 13 Contoh Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan


Packaging Kerupuk (Stasiun 2) Kondisi Sekarang

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 203


PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
Pekerjaan : Packaging Kerupuk
Departemen : Packaging
No Peta : 03 Sekarang
Dipetakan Oleh : Operator
Tanggal dipetakan : 09 Desember 2018 √ Usulan

Keterangan :
1 Kerupuk
1 7 2 Merek Kerupuk

3 4 3
Plastik Packaging
8 4 Sendok
2 5
5 Operator 1

7 Timbangan
8 Alat Jepret
Jarak Waktu Waktu Jarak
Tangan Kiri Lambang Tangan Kanan
(cm) (detik) (detik) (cm)
Mengambil plastik packaging 25 0,5 0,5 20 Mengambil Sendok
0 14 14 15 Menyendok Kerupuk
Memegang plastik packaging
0 0,45 0,45 15 Meletakkan ke plastik packaging
0 15 15 15 Menyendok Kerupuk
Memegang plastik packaging
0 0,8 0,8 15 Meletakkan ke plastik packaging
0 2,5 2,5 27 Mengambil Merek
Memegang plastik packaging Memasukkan merek ke plastik
0 3,15 3,15 30
packaging
Meletakkan kerupuk ke
17 0,8 0,8 17 Meletakkan kerupuk ke timbangan
timbangan
Menunggu timbangan 0 25 25 0 Menunggu timbangan
Mengambil kerupuk dari timbangan kerupuk dari
Mengambil
17 0,4 0,4 17
timbangan
Melipat packaging 0 10 10 0 Melipat packaging
Memegang packaging 0 0,4 0,4 22 Mengambil alat jepret
Memegang packaging 0 3 3 0 Menjepret packaging
Meletakkan packaging 0 0,3 0,3 0 Menunggu
Total 59 76,3 76,3 193 Total

Gambar 6. 14 Contoh PTKTK Packaging Kerupuk Kondisi


Usulan

204 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


C. RANGKUMAN
• Peta kerja diartikan sebagai alat yang menggambarkan
kegiatan kerja secara sistematis dan jelas mulai dari bahan baku
sampai menjadi produk serta dapat memberikan informasi
informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metode
kerja.
• American Society of Mechanical Engineers (ASME) membuat
standar lambang-lambang peta kerja yang terdiri dari 5 macam
lambang.
• Peta-peta kerja keseluruhan yaitu peta-peta kerja yang
digunakan untuk menganalisis suatu sistem kerja yang bersifat
keseluruhan (melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas
produksi yang diperlukan dalam membuat suatu produk
tertentu).
• Peta kerja setempat dapat menggambarkan hubungan kerja
(dalam waktu) antara siklus kerja operator dan mesin dalam
sebuah sistem manusia‐mesin.

D. LATIHAN SOAL
1. Peta Proses Operasi
Proses pembuatan produk botol obat tetes mata terdiri dari 3
part pembentuk, yaitu: badan botol, plug dan tutp/cap. Tahapan
prosesnya adalah sebagai berikut:
Badan botol:
1. Bahan baku Marlex HDPE Resin, Masterbatch White dan
Zinc Styrete ditakar jumlah dan ukurannya di meja kerja (7,2
menit)
2. Bahan baku tersebut kemudian dicampur dengan mixer
machine (5,8 menit)

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 205


3. Bahan yang telah tercampur rata akan dilanjutkan ke tahap
injection menggunakan mesin Jomar 65 (0,28 menit)
4. Botol yang dihasilkan dari proses injeksi akan dilakukan
pemeriksaan secara visual oleh operator di meja kerja (0,17
menit)
5. Dilakukan proses printing dengan mesin Winon Autoprint
terhadap botol yang telah lolos pemeriksaan oleh operator.
Proses printing ini menggunakan tinta Marabu Green (0,23
menit)
6. Botol yang telah melalui proses printing akan dilakukan
pemeriksaan secara visual, dimensi dan fungsional oleh
Inspektor (0,17 menit)
Plug:
1. Bahan baku LDPE Cosmothene ditakar di meja kerja sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan (2,5 menit)
2. Bahan baku yang telah ditakar kemudian diinjeksi di mesin
JSW 55 AD (0,29 menit)
3. Dilakukan inspeksi terhadap hasil plug ini (0,17 menit)

Tutup/Cap:
1. Bahan baku HDPE Purell Hostalen sebanyak 8,195 kg dan
Masterbatch Remafin Green sebanyak 0,205 kg sebagai
pewarna cap tersebut ditakar sesuai keperluan produksi di
meja kerja (5 menit)
2. Bahan baku tersebut kemudian dicampur dengan mixer
machine (5,8 menit)
3. Bahan yang telah tercampur rata akan dilanjutkan ke tahap
injection menggunakan mesin JSW 55 AD (0,29 menit)
4. Inspeksi terhadap komponen cap (0,17 menit)

206 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


5. Botol, plug dan cap kemudian dirakit sehingga membentuk
produk botol obat tetes mata secara utuh. Proses ini
dilakukan di meja kerja (0,50 menit)
6. Produk botol obat tetes mata yang telah dirakit lalu dikemas
menggunakan kantong plastik LLDPE yang kemudian akan
dimasukkan ke dalam karton boks berukuran 486x296x163
mm. Proses ini dilakukan di meja pengemasan (0,83 menit)
7. Dilakukan tahap pemeriksaan tahap akhir dari segi
pengemasan sebelum produk jadi disimpan di Gudang (0,19
menit)
Berdasarkan proses pembuatan botol obat tetes mata yang telah
diuraikan di atas, buatlah peta proses operasinya.

2. Peta Aliran Proses


Pak Andi merupakan pemilik UKM Furniture yang menjual
berbagai produk dari kayu. Salah satu produk yang banyak dipesan
adalah kursi kayu. Bahan utama pembuatan kursi kayu adalah
kayu. Kursi kayu terdiri dari dudukan, sandaran, dan kaki kursi.
Bagian kursi tersebut diproses secara terpisah kemudian dirakit
pada akhir proses. Berikut ini merupakan tahapan Pak Andi dalam
membuat dudukan kursi kayu.
1. Kayu disimpan di Gudang
2. Kayu diambil dari Gudang menuju tempat pengukuran
3. Kayu diukur sesuai dimensi dengan menggunakan
penggaris
4. Kayu dibawa ke lokasi pemotongan
5. Kayu dipotong dengan gergaji besi
6. Kayu dibawa ke tempat penghalusan
7. Kayu dihaluskan dengan amplas
8. Kayu dibawa ke tempat perakitan

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 207


9. Menunggu kaki kursi selesai dihaluskan
10. Dirakit dengan kaki kursi
11. Menunggu sandaran kursi selesai dihaluskan
12. Dirakit dengan sandaran kursi
13. Kursi yang sudah selesai dirakit kemudian dicat dengan
warna sesuai pesanan
14. Produk dibawa ke Gudang Barang Jadi
15. Disimpan di Gudang

Gambarkan layout tempat produksi dari soal tersebut. Berdasarkan


tahapan dalam pembuatan dudukan kursi tersebut, buatlah Peta
Aliran Proses dengan tipe manusia dan tipe material.

3. Peta Pekerja-Mesin
Sebuah perusahaan farmasi memerlukan bantuan untuk
menyelesaikan permasalahan di departemen pengujian. Di
departemen tersebut terdapat 3 mesin A dan 6 mesin B yang
digunakan untuk menguji produk obat. Setiap produksi obat akan
melalui proses pengujian di Mesin A dan Di mesin B secara
berurutan. Saat ini terdapat 2 orang pekerja yang siap ditempatkan
di masing-masing mesin.

Mesin A :
• Kegiatan persiapan pengujian oleh operator selama 4 menit
• Waktu running machine selama 11 menit
• Kegiatan unload setelah pengujian selama 2 menit
• Waktu pindah ke mesin lain selama 1 menit
Mesin B :
• Kegiatan persiapan pengujian oleh operator selama 3 menit
• Waktu running machine selama 5 menit
• Kegiatan unload setelah pengujian selama 1 menit
• Waktu pindah ke mesin lain selama 1 menit

208 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Pertanyaan:
a. Hitung masing-masing jumlah mesin yang dibutuhkan.

b. Berdasarkan analisis secara kuantitatif tersebut, gambarkan


Peta Pekerja Mesinnya,
c. Jika diketahui biaya pekerja sebesar Rp 15.000,-, biaya
penggunaan mesin A sebesar Rp 35.000,- per jam dan mesin B
sebesar Rp 50.000,-, per jam tentukan total biaya yang perlu
disiapkan perusahaan.
Bandingkan idle time untuk N1 dan N2

4. Peta Tangan Kanan – Tangan Kiri

Rara mendapatkan tugas untuk memperbaiki metode kerja


pada sebuah usaha rumah tangga yang memproduksi tahu bulat.
Urutan pekerjaan dalam produksi tahu bulat adalah sebagai berikut:
1. Hancurkan tahu putih hingga agak halus dalam wadah
(mangkok)
2. Setelah itu dengan menggunakan kain kasa, peras hingga
air tahu keluar semua
3. Tambahkan bawang putih yang telah dihaluskan, telur
ayam, baking soda, penyedap rasa dan garam ke dalam
adonan, aduk hingga rata
4. Jika dirasa adonan masih terlalu lembek, bisa ditambahkan
tepung tapioka sedikit demi sedikit sampai adonan dirasa
cukup lembut untuk dibentuk
5. Masukkan adonan ke dalam kulkas (bukan freezer) selama
15 menit
6. Bentuk adonan menjadi bulatan-bulatan kecil
7. Keluarkan lalu biarkan pada suhu ruangan selama 10 menit

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 209


8. Siapkan minyak dalam wajan, banyaknya minyak
disesuaikan agar tahu bisa benar-benar tenggelam dalam
minyak
9. Gunakan api sedang yang cenderung kecil
10. Masukkan adonan yang telah siap ke dalam penggorengan
11. Terus bolak balik tahu agar matangnya sempurna, tiriskan
12. Tahu bulat disajikan dalam piring
Berdasarkan proses pembuatan tahu bulat tersebut, lakukan
analisis:
a. Buatlah desain meja kerja pengrajin tahu bulat dengan
memperhatikan jarak jangkauan optimal dan maksimal
manusia
b. Lakukan elemen breakdown pada proses produksi tahu
bulat
c. Gambarkan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
berdasarkan elemen breakdown pada proses produksi tahu
bulat yang telah dibuat sebelumnya

5. Peta Kerja, Analisis Therblig, Pengukuran Waktu


a) Buat kelompok, terdiri dari 4 orang
b) Salah satu orang akan berperan sebagai operator stasiun
perakitan pena (gunakan pena yang ada gunakan sekarang)
• Siapkan stopwatch digital (bisa menggunakan
handphone)
• Ukur waktu setiap elemen gerakan yang dilakukan
operator
c) Petakan kegiatan merakit pena itu dengan peta tangan kanan
tangan kiri
d) Lakukan analisis therblig pada metode yang sekarang

210 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


e) Susun perbaikan metode perakitan sehingga waktu operasinya
menjadi lebih singkat.

6. Peta Tangan Kanan – Tangan Kiri


Buatlah Peta Tangan Kiri-Kanan dan hitunglah waktu siklus
dari pekerjaan yang dilakukan di stasiun kerja cetak dan lem
dengan elemen kerja sebagai berikut (lihat gambar di bawah ini)
dengan metode MTM 1:

a) Tangan kiri mengangkat screen sejauh 15 inci (screen berjarak


5 inci dari badan pekerja) sedangkan tangan kanan diam
b) Tangan kanan mengambil kertas yang akan dicetak sejauh 5
inci dan meletakakkan di meja screen, tangan kiri memegang
screen
c) Tangan kiri menurunkan screen sejauh 15 inci
d) Tangan kanan dan kiri memegang rakel untuk mengoleskan cat
dan menggerakkan rakel sejauh 30 inci.
e) Tangan kanan dan kiri menekan screen

f) Tangan kiri mengangkat screen dan tangan kanan mengambil


kertas yang telah dicetak.

7. Peta Tangan Kanan – Tangan Kiri, Work Factor, MTM-1


Perusahaan Komputie adalah perusahaan yang bergerak
untuk memproduksi part dari computer hingga dihasilkan computer
yang telah terakit. Pada Divisi perakitan, akan diukur waktu baku
untuk proses perakitan CPU. Anda diminta untuk membuat peta
Perancangan dan Pengukuran Kerja | 211
tangan kiri tangan kanan dan menentukan waktu bakunya dengan
metode Work Factor dan MTM-1.
Perakit adalah operator dengan kemampuan 10% di atas rata
rata. Kelonggaran ditentukan sebesar 25%.

Proses Perakitan adalah sebagai berikut.


1. Tangan kanan dan kiri mengambil motherboard yang terletak
25,4 cm dan meletakkannya di depan perakit.

212 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


2. Tangan kiri mengambil processor yang terletak 25,4 cm dari
badan perakit kemudian tangan kanan dan kiri memasang
prosesor pada motherboard.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 213


3. Tangan kanan mengambil baut yang terletak 3 cm dan
memasang baut pada prosesor. Di saat yang sama tangan kiri
mengambil obeng yang terletak 3 cm dari badan perakit lalu
diberikan ke tangan kanan (setelah tangan kanan selesai
memasang baut).jumlah baut yang harus dipasang berjumlah
empat buah. Setelah mengencangkan obeng diletakkan
kembali pada tempatnya agar tidak mengganggu kerja.
4. Tangan kiri mengambil memory yang terletak 12 cm dari badan
perakit, kemudian bersama dengan tangan kanan memasukkan
dan menekan dengan halus memory pada slotnya sehingga
kedua pengunci mengunci memori tersebut.

214 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


5. Tangan kanan dan kiri kemudian memindahkan motherboard
ke sebelah kanan yang berjarak 25,4 cm.
6. Tangan kanan dan kiri mengambil casing yang terletak 25,4 cm
dan meletakkan di depan badan perakit.
7. Tangan kanan dan kiri melepaskan penutup samping casing
dan meletakkannya di sebelah kanan sejauh 12,5 cm.

8. Tangan kanan dan kiri mengambil Floppy disk yang terletak


25,4 cm membawa ke casing. Tangan kanan memasang floppy
disk dengan mendorong dan tangan kiri menahan casing

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 215


9. Tangan kanan mengambil baut yang terletak 3 cm dan
memasang baut. Di saat yang sama tangan kiri mengambil
obeng lalu diberikan ke tangan kanan (setelah tangan kanan
selesai memasang baut). Baut yang harus dipasang berjumlah
dua buah. Setelah mengencangkan obeng diletakkan kembali
pada tempatnya agar tidak mengganggu kerja.

216 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


10. Tangan kanan dan kiri mengambil harddisk yang terletak 25,4
cm membawa ke casing. Tangan kanan memasang harddisk
dengan mendorong dan tangan kiri menahan casing.
11. Tangan kanan mengambil baut yang terletak 3 cm dan
memasang baut. Di saat yang sama tangan kiri mengambil
obeng lalu diberikan ke tangan kanan (setelah tangan kanan
selesai memasang baut). Baut yang harus dipasang berjumlah
empat buah. Setelah mengencangkan obeng diletakkan
kembali pada tempatnya agar tidak mengganggu kerja.
12. Tangan kanan dan kiri mengambil DVD writer yang terletak
25,4 cm membawa ke casing. Tangan kanan memasang DVD
writer dengan mendorong dan tangan kiri menahan casing
13. Tangan kanan mengambil baut yang terletak 3 cm dan
memasang baut. Di saat yang sama tangan kiri mengambil
obeng lalu diberikan ke tangan kanan (setelah tangan kanan
selesai memasang baut). Baut yang harus dipasang berjumlah
empat buah. Setelah mengencangkan obeng diletakkan
kembali pada tempatnya agar tidak mengganggu kerja.
14. Pada casing, terdapat beberapa titik yang berfungsi untuk
memasang motherboard. Tangan kanan mengambil baut yang
terletak 3 cm dan memasang baut. Di saat yang sama tangan
kiri mengambil obeng lalu diberikan ke tangan kanan (setelah
tangan kanan selesai memasang baut). Baut yang harus
dipasang berjumlah empat buah. Setelah mengencangkan
obeng diletakkan kembali pada tempatnya agar tidak
mengganggu kerja.
15. Tangan kanan mengambil motherboard lalu kemudian bersama
dengan tangan kiri memasang pada casing.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 217


16. Tangan kanan mengambil baut yang terletak 3 cm dan
memasang baut. Di saat yang sama tangan kiri mengambil
obeng lalu diberikan ke tangan kanan (setelah tangan kanan
selesai memasang baut). Baut yang harus dipasang berjumlah
dua buah. Setelah mengencangkan obeng diletakkan kembali
pada tempatnya agar tidak mengganggu kerja.

218 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


17. Tangan kanan mengambil konektor Power Supply, memasang
pada Motherboard, sedangkan tangan kiri menahan casing.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 219


18. Tangan kanan mengambil VGA Card yang terletak 12 cm
memasang pada pada slot ekspansi yang sesuai, sedangkan
tangan kiri menahan casing.
19. Tangan kanan mengambil baut yang terletak 3 cm dan
memasang baut. Di saat yang sama tangan kiri mengambil
obeng lalu diberikan ke tangan kanan (setelah tangan kanan
selesai memasang baut). Baut yang harus dipasang berjumlah
dua buah. Setelah mengencangkan obeng diletakkan kembali
pada tempatnya agar tidak mengganggu kerja.
20. Tangan kanan mengambil kabel serial Port, memasangnya
pada port yang tersedia pada motherboard sedangkan tangan
kiri meletakkan port serial pada bagian belakang motherboard.
21. Tangan kanan mengambil kabel LPT Port (Line Printer Port)
serial Port, memasangnya pada port yang tersedia pada
motherboard sedangkan tangan kiri meletakkan port serial
pada bagian belakang motherboard.
22. Tangan kanan mengambil baut yang terletak 3 cm dan
memasang baut. Di saat yang sama tangan kiri mengambil
obeng lalu diberikan ke tangan kanan (setelah tangan kanan
selesai memasang baut). Baut yang harus dipasang berjumlah
delapan buah untuk mengencangkan pemasangan VGA Card,
Serial Port, LPT Port Setelah mengencangkan obeng
diletakkan kembali pada tempatnya agar tidak mengganggu
kerja.
23. Tangan kanan mengambil kabel data Hard disk (HDD) yang
terletak 12 cm kemudian bersama dengan tangan kiri
memasang pada port yang sesuai di motherboard.
24. Tangan kanan mengambil kabel data Floppy Disk Drive(FDD)
yang terletak 12 cm kemudian bersama dengan tangan kiri
memasang pada port yang sesuai di motherboard
25. Tangan kanan mengambil kabel data DVD writer yang terletak
12 cm kemudian bersama dengan tangan kiri memasang pada
port yang sesuai di motherboard.

220 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


26. Tangan kanan mengambil kabel power untuk Harddisk yang
terletak 12 cm kemudian bersama dengan tangan kiri
memasang pada hardisk.
27. Tangan kanan mengambil kabel power untuk floppy disk yang
terletak 12 cm kemudian bersama dengan tangan kiri
memasang pada floppy disk.
28. Tangan kanan mengambil kabel power untuk floppy disk yang
terletak 12 cm kemudian bersama dengan tangan kiri
memasang pada floppy disk.
29. Selanjutnya pemasangan kabel switch, speaker, HDD LED dan
power LEAD motherboard seperti pemasangan kabel pada
kabel power untuk hard disk.
30. Tangan kanan dan kiri mengambil penutup casing memasang
pada casing.
31. Proses pemasangan baut seperti pada proses sebelumnya.
Jumlah yang harus dipasang berjumlah 12.

8. Peta Pekerja

Ilustrasi:
Anda adalah seorang pelanggan jasa printing digital. Saat
Anda akan mencetak tugas, Anda terpaksa menunggu antrian lebih
lama dari biasanya. Setelah diamati, ternyata 8 dari 10 operator
cetak sedang melayani pelanggan yang mencetak file besar yang
terdiri dari ratusan lembar. Kedatangan pelanggan cukup tinggi
karena layanan cetak digital ini sangat dibutuhkan. Anda
merencanankan ingin membuka usaha jasa cetak digital serupa
sehingga Anda perlu melakukan perencanaan yang berkaitan
metode kerja untuk menghindari permasalahan antrian seperti yang
dihadapi oleh jasa cetak langganan Anda.
Buatlah perencanaan metode kerja untuk jasa cetak digital
yang akan anda bangun dengan melakukan perancangan:

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 221


1. Diagram alir penanganan order jasa cetak digital
2. Peta kerja apakah yang cocok untuk menggambarkan
aktivitas operator cetak selama bekerja?
3. Buatlah 1 peta kerja seperti yang anda tentukan pada soal
no 2. Bila diperlukan, anda boleh menggambarkan layout
tempat kerja operator cetak digital terlebih dahulu
4. Anda merencanakan 1 orang operator cetak akan
menangani 2 mesin cetak. Bagaimana anda akan
merancang system kerjanya? Peta kerja apa yang cocok
untuk menggambarkan situasi ini?
5. Buatlah peta kerja yang anda maksud di jawaban no 4. Anda
boleh menentukan waktu aktivitasnya.

9. Peta Pekerja Dan Mesin


Seorang pengusaha penggilingan daging memiliki 2 buah
mesin penggiling daging. Ia berencana untuk menambah jumlah
mesinnya. Saat ini ia telah memesan 2 buah mesin penggiling lagi.
Ia mempekerjakan 1 orang pekerja yang mengoperasikan mesih
giling. Dengan penambahan jumlah mesin, tentunya akan dilakukan
penyesuaian terhadap biaya, terutama untuk upah tenaga kerja.
• Waktu proses penggilingan daging rata-rata adalah 25 menit/kg.
• Proses memasukkan daging ke mesin biasanya memakan waktu
3 menit/kg.
• Pemilahan daging dari uratnya memakan waktu 10 menit/kg.
Proses ini harus dilakukan untuk hasil gilingan yang lebih baik.
• Pengambilan hasil proses giling dari mesin adalah 6 menit/kg
• Peletakan mesin diatur pada jarak 0,5meter secara berjajar.
Kecepatan berjalan operator dari 1 mesin ke mesin lainnya
dalam pengaturan layout mesin tersebut adalah 4 meter/detik.
• Mesin bekerja dengan daya listrik, dimana diperkirakan biaya
adalah Rp. 20.000 untuk menggiling 1 kg daging.

222 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


a) Lakukan analisis kuantitatif pada keadaan ini, untuk
menentukan berapa minimal upah per kilogram daging untuk
pekerja penggilingan daging.
b) Gambarkan interaksi pekerja dan 4 mesin penggiling minimal
dalam 2 siklus kerja. Berikan analisis anda

E. RUJUKAN
Niebel, B., & Freivalds, A. (2014). Methods, Standards, And Work
Design. Boston: Mcgraw-Hill.
Barnes, R. (1980). Motion And Time Study. John Wiley & Sons, Inc.
Suhardi, B. (2008). Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Industri. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

F. BAHAN BACAAN YANG DIANJURKAN


Dewanti, G. K. (2020). Analisis Metode Kerja Perakitan Kipas Angin
Pada Proses Servis Kipas Angin Menggunakan Peta
Tangan Kiri dan Tangan Kanan. STRING (Satuan Tulisan
Riset Dan Inovasi Teknologi), 5(1), 11.
https://doi.org/10.30998/string.v5i1.5887

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 223


DAFTAR REFERENSI

Barnes, R. (1980). Motion And Time Study. John Wiley & Sons, Inc.
Bures, M., & Pivodova, P. (2014). Comparison Of The
Predetermined Time Systems Mtm-1 And Basicmost In
Assembly Production. Ieee International Conference On
Industrial Engineering And Engineering Management,
(January), 546–550. Https://Doi.Org/10.1109/Ieem.2013.
6962471
Dewanti, G. K. (2020). Analisis Metode Kerja Perakitan Kipas Angin
Pada Proses Servis Kipas Angin Menggunakan Peta
Tangan Kiri Dan Tangan Kanan. String (Satuan Tulisan
Riset Dan Inovasi Teknologi), 5(1), 11. Https://Doi.Org/10.
30998/String.V5i1.5887
Niebel, B., & Freivalds, A. (2014). Methods, Standards, And Work
Design. Boston: Mcgraw-Hill.
Rizani, N. C., Safitri, D. M., & Wulandari, P. A. (2012). Perbandingan
Pengukuran Waktu Baku Dengan Metode Stopwatch Time
Study Dan Metode Ready Work Factor (Rwf) Pada
Departemen Hand Insert Pt. Sharp Indonesia. Jurnal
Teknik Industri, 2(2), 127–136. Retrieved From
Https://Www.Trijurnal.Lemlit.Trisakti.Ac.Id/Tekin/Article/Vi
ew/7023/5331
Sritomo Wignjosoebroto. (2003a). Ergonomi Studi Gerak Dan
Waktu (1st Ed.). Surabaya: Guna Widya.
Sritomo Wignjosoebroto. (2003b). Pengantar Teknik Manajemen
Industri. Surabaya: Guna Widya.

224 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Suhardi, B. (2008). Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Industri. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Sutalaksana, dkk. Teknik Tata Cara Kerja. ITB. Bandung. 2006.
Zandin, K. B., & Schmidt, T. M. (2020). Most® Work Measurement
Systems (4th Ed.). Boca Raton: Taylor & Francis Group.
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.1201/9780429326424

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 225


GLOSARIUM

Hambatan : Penghentian kerja produktif sepenuhnya


yang disebabkan oleh operator dan tidak terjadi dalam
terhindarkan siklus kerja biasa.
Gerakan : Gerakan lengan (biasanya) atau kaki dengan
Balistik gerakan otot yang halus, mengalir, dan cepat dari
awal hingga akhir gerakan.
Biomekanika : Penerapan prinsip-prinsip mekanis, seperti tuas,
keuntungan mekanis, dan gaya, pada analisis
struktur dan gerakan bagian tubuh.
Kelonggaran : Kombinasi kebutuhan pribadi dan kelelahan
untuk dasar, yang biasanya konstan untuk semua
kelelahan pekerja dalam sebuah perusahaan.
konstan
Siklus kerja : Serangkaian elemen yang terjadi secara teratur
dalam sebuah operasi. Elemen-elemen ini
berulang saat operasi diulang.
Hari kerja : Setiap pekerjaan yang operatornya diberi
kompensasi berdasarkan waktu dan output.

Stopwatch : Stopwatch yang digunakan untuk pengukuran


Jam Desimal kerja, yang dialnya diluluskan dalam peningkatan
0,0001 jam.

Stopwatch : Sebuah stopwatch yang digunakan untuk


Menit Desimal pengukuran kerja, dial yang diluluskan dalam
peningkatan 0,01 menit.

Delay : Setiap penghentian dalam rutinitas kerja yang


tidak terjadi dalam siklus kerja yang khas.

Lepas rakit : Gerak dasar yang terjadi ketika dua bagian rakitan
dipisahkan.

226 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Waktu efektif : Total semua waktu yang diamati.
Efisiensi : Rasio keluaran aktual dengan keluaran standar.
Juga, keluaran cahaya per satuan energi.
Usaha : Keinginan untuk melakukan pekerjaan produktif
baik secara mental maupun manual.

Waktu usaha : Porsi waktu siklus yang bergantung pada


keterampilan dan usaha operator.

Elemen kerja : Sebuah pembagian gerakan kerja yang dapat


diukur dengan peralatan stopwatch dan yang
telah dengan mudah mengidentifikasi titik awal
dan titik akhirnya.
Ergonomi : Ilmu yang menyesuaikan tugas atau tempat kerja
dengan kemampuan dan keterbatasan operator
manusia; memiliki sebutan lain yaitu faktor
manusia.
Kelelahan : Penurunan kapasitas untuk bekerja.
Kelonggaran : Jenis kelonggaran yang memberikan waktu bagi
kelelahan pekerja untuk pulih dari kelelahan yang
ditimbulkan akibat pekerjaan atau lingkungan
kerja.
Diagram alir : Representasi bergambar dari tata letak suatu
proses, yang menunjukkan lokasi semua aktivitas
yang muncul pada diagram alur proses dan jalur
perjalanan pekerjaan.
Diagram alur : Sebuah representasi grafis dari semua operasi,
proses transportasi, inspeksi, penundaan, dan
penyimpanan yang terjadi selama proses atau
prosedur. Bagan tersebut mencakup informasi
yang dianggap diinginkan untuk analisis, seperti
waktu yang dibutuhkan dan jarak yang ditempuh.
Peta regu kerja : Peta aktivitas simultan dari satu atau lebih mesin
dan satu atau lebih pekerja.

Get : Tindakan mengambil dan menguasai suatu objek.


Ini terdiri dari jangkauan dan genggaman, dan
bergerak; itu juga terkadang mencakup pencarian
dan pemilihan.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 227


Grasp : Elemen gerakan tangan menutup jari di sekitar
benda/komponen.
Iluminasi : Jumlah cahaya yang mengenai permukaan,
diukur dalam footcandle.
Insentif : Imbalan finansial atau lainnya, yang
mengkompensasi pekerja untuk kinerja yang
tinggi dan/atau berkelanjutan di atas standar.
Waktu yang : Waktu yang terpakai tidak untuk aktivtitas yang
tidak produktif menambah nilai tambah untuk produk, proses
maupun jasa

228 | Perancangan dan Pengukuran Kerja


Tentang Penulis
Dian Mardi Safitri menamatkan pendidikan
sarjananya di Jurusan Teknik Industri
Universitas Trisakti Jakarta tahun 2002. Pada
tahun 2004, Dian melanjutkan pendidikannya
pada Program Magister Teknik Industri di
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok
dan lulus pada tahun 2006. Tahun 2021, Dian
menyelesaikan pendidikan S3 Teknik Industri,
juga di Universitas Indonesia. Sejak tahun 2003 Dian menjadi dosen
di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Trisakti. Sejak tahun 2005 Dian mengampu mata kuliah Ergonomi
dan Perancangan Sistem Kerja sampai dengan saat ini dan aktif
sebagai Kepala Laboratorium Desain Sistem Kerja dan Ergonomi.
Tahun 2021 Dian menerbitkan sebuah monograf berjudul Desain
Ruang Kerja yang Ergonomis (Nas Media Pustaka). Di luar bidang
akademik, Dian juga pernah aktif di dunia kepenulisan populer.
Karya non fiksinya antara lain pernah diterbitkan dalam antologi
Happy Ramadan with Kids (Pena Lectura, 2010) dan Crazy
Moments (Leutika Publisher, 2010), Rumahku Rumahmu Juga,
Sayang (Az-Zahra Media, 2012), Kasih Ibu Tak Pernah Putus
(Quanta-Gramedia, 2013), dan How to Make a Baby, Mommy;
Pendidikan Seks Mulai Sejak Dalam Kandungan (Kaifa Mizan,
2014). Sementara karya fiksinya diterbitkan dalam Lafaz Cinta di
Ambang Gerhana (Leutika Prio, 2011). Dian dapat dihubungi
melalui emailnya dianm@trisakti.ac.id.

Perancangan dan Pengukuran Kerja | 229


Novia Rahmawati telah menyelesaikan
pendidikan sarjana di Jurusan Teknik Industri
Universitas Sebelas Maret (UNS) tahun 2014.
Pada tahun 2015, ia melanjutkan pendidikan
magister di Institut Teknologi Bandung (ITB),
Jurusan Manajemen dan Teknik Industri. Setahun
kemudian, tahun 2016, ia mendapatkan beasiswa program double
degree di Industrial Department, National Taiwan University of
Science and Technology (NTUST), Taipei, Taiwan. Pada tahun
2017, ia kemudian menyelesaikan studinya baik di ITB maupun di
NTUST. Sejak tahun 2019, ia menjadi dosen tetap di Jurusan
Teknik Industri Universitas Trisakti. Saat ini Novia bertugas sebagai
Kepala Praktikum Ergonomi di Laboratorium Desain Sistem Kerja
dan Ergonomi.

Arnes Faradilla menyelesaikan pendidikan


Sarjana di Jurusan Teknik Industri Universitas
Islam Indonesia (UII) Yogyakarta pada kelas
International Program (IP) di tahun 2011.
Kemudian pada tahun 2013, Arnes melanjutkan
pendidikan Magister pada Program Studi Teknik
Industri Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta dan menyelesaikan studinya pada
tahun 2015. Pada tahun 2016, Arnes menjadi Dosen Tetap di
Universitas Trisakti Jakarta dan mengampu mata kuliah Ergonomi
dan Perancangan Sistem Kerja. Selain itu, Arnes juga menjadi
Kepala Praktikum Perancangan dan Pengembangan Produk di
Laboratorium Desain Sistem Kerja dan Ergonomi.

230 | Perancangan dan Pengukuran Kerja

Anda mungkin juga menyukai