Anda di halaman 1dari 78

Kuliah Umum

HIGH SPEED CRAFT (HSC)


dan
RO-RO PASSENGER SHIP
Narasumber
Capt. Indra Priyatna

POLITEKNIK ILMU PELAYARAN


SEMARANG
SEMARANG, 2020 1
RIWAYAT HIDUP NARASUMBER Nama lengkap: Capt. Indra Priyatna
Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 2 Oktober 1958
Riwayat Pendidikan :

1981 – MPB – III di P3B (PIP) Semarang


1986 – MPB – II & Strata B di PLAP (STIP) Jakarta
1990 – Post graduate on Navigation di Belanda
1993 – AKTA-IV di IKIP Makassar
1996 – AKTA-V/AA di IKIP Makassar, dan MPB-I di Riwayat pekerjaan :
BP3IP Jakarta
1997 – TOT IMO MC 6.09 di Jakarta, dan 1982 – CPNS di P3B (PIP) Semarang
Counterpart Training di Jepang 1983 – 1986 : Staf BPLPD Barombong
1998 – TOE IMO MC 3.12 di Bogor, dan ISO 9000 1987 – 1993 : Ka. Subsi Administrasi Pengajaran BP2IP Barombong
series di Jakarta 1994 – 2000 : Ka. Seksi Pengajaran di BP2IP Barombong
1999 – TOT for Oil Tanker di Jakarta, dan IMO MC 2000 – 2003 : Ka. KPLKP (BP2TL) Jakarta
6.09 di Colombo 2003 – 2004 : Ka. Bidang Program Pusat Pengembangan SDM
2001 – TOE IMO MC 3.12 di Bangkok, dan Quality Perhubungan Laut
Management System 2004 – 2011 : Ka. Subdit Kepelautan, Dit. Perkapalan dan Kepelautan,
2003 – TOT ISPS Code di Jakarta Ditjen Perhubungan Laut
2005 – Flag State Implementation di London 2011- 2014 : Ka. Pusat Pengembangan SDM Hubla
2009 – TOT for Auditor of ISM Code, dan 2015 : Syahbandar Pelabuhan Utama Tg. Priok
Torremolinos Protocol 1993 2017 sd sekarang : Wiraswasta, Pembina Polimarim AMI Makassar,
2013 – Pimpinan (PIM) Tingkat – I di Jakarta, dstnya. Pengajar BP2TL Jakarta.
2
Tujuan Instruksional Umum (Sub CP – MK) :
Setelah menyelesaikan sesi Kuliah Umum ini diharapkan taruna/taruni
mengetahui peraturan dan kelaiklautan HSC serta Ro-Ro Passenger Ship.

SISTEMATIKA

I. HIGH SPEED CRAFT (HSC)


A. PERATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL
B. PERSYARATAN HSC
C. KONSTRUKSI DAN BAHAN HSC
D. SERTIFIKASI HSC BARANG & HSC PENUMPANG
E. PENGAWAKAN HSC

II. RO-RO PASSENGER SHIP


A. PERATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL
B. PERSYARATAN KAPAL RO-RO
C. SERTIFIKASI KAPAL RO-RO
D. EVOLUSI KAPAL RORO PASSENGER MENJADI ROPAX
E. FORM SURVEY REPORT
3
4
I. HIGH SPEED CRAFT (HSC)
A. PERATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL
Definisi KAPAL

Menurut SOLAS 1974 Consolidated 2009, Chapter I, Part A, Regulation 2


(Definitions):
• A passenger ship is a ship which carries more than twelve passengers;
• A cargo ship is any ship which is not a passenger ship;
• A fishing vessel is a vessel used for catching fish, whales, seals, walrus
or other living resources of the sea.

Menurut UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran – Bab I, pasal 1 ayat 36 :

Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang
digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik
atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis,
kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan
terapung yang tidak berpindah-pindah.
Etimologi :
Vessel – ship – boat – craft > MPV – Cruiser – AHTS – MODU – dll 5
SOLAS Convention
o SOLAS 1914, 1928, 1948, 1960, 1974
o SOLAS 1974 Amendment & Protocol: Consolidated 1997, 2000;
Amendment 2001, 2002, 2004, 2006, 2008, 2010, 2018.

Chapter I : General Provisions


II – 1 : Construction Structure,
Subdivision and Stability,
Machinery and Electrical Installations
II – 2 : Construction Fire Protection,
Fire Detection, and Fire Extinction
III : Life-Saving Appliances and Arrangements

6
Amandemen 1988 IV : Radio Communications GMDSS → 1 Februari 1999
V : Safety of Navigation
VI : Carriage of Cargoes
VII : Carriage of Dangerous Goods
VIII : Nuclear Ships
Amandemen 1994 IX : Management for the Safe Operation of Ships - Res A.741 (18)
→ 1 Juli 1998
Amandemen 1994 X : Safety Measures for High-Speed Craft
Dynamically Supported Craft (DSC) Code, Res A.373 (X) 14
November 1977 diganti dengan HSC Code pada 20 Mei 1994
→ 1 Januari 1996
Amandemen 1994 XI : Special Measures to Enhance Maritime Safety
→ 1 Januari 1996
Amandemen 1997 XII : Additional Safety Measures for Bulk Carriers → 1 Juli 1999
Amandemen 2000 Annex 5 Res MSC 97/93 adopted 5 Des 2000 – HSC Code → 1 Juli 2002
7
WIG (Wing in Ground effect/ground-effect craft) Code 2002.
8
High Speed Craft Code 1994/2000 (SOLAS Chapter X)
This code applies to High Speed Craft which are engage in international voyage

PERATURAN NASIONAL

1. Keputusan Menteri Perhubungan No. 29 Tahun 1999 tanggal 14 Mei 1999 tentang
Kapal-kapal Kecepatan Tinggi;
2. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 65 Tahun 2009 tentang Kapal Non Konvensi
Berbendera Indonesia;
3. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. UM 48/18/20-00 tanggal 2
Oktober 2000 tentang Pengawasan Kapal-Kapal Berkecepatan Tinggi untuk Pelayaran
di Dalam Negeri, dalam SK ini ada 3 kategori HSC:
o Kategori A – HSC Code 1994
o Kategori B – HSC Code 1994
o Kategori C – HSC selain Kategori A dan B yang berlayar tidak lebih dari 2 jam dari
pelabuhan ke pelabuhan pada trayek tetap tertentu berdasarkan cuaca dan
kepadatan lalu lintas.
9
B. PERSYARATAN HSC

1. UNBURNABLE

a. Tidak boleh ada dapur


b. Semua bahan dinding, interior, kursi-kursi, gorden, dan lain-lain dari bahan non combustable
c. Ruang-ruang dengan bahaya / resiko kebakaran tinggi harus dilindungi (dilapisi) dengan fire
retardan
d. Tangki bahan bakar harus dipisahkan dengan coverdam / dilapisi besi
5. Kabel-kabel listrik (marine use) harus dilindungi secara aman
6. Siap dengan pompa-pompa kebakaran
7. Siap dengan alat-alat pemadam kebakaran portable maupun fix installation
8. Adanya larangan merokok di kapal
9. Awak kapal terlatih untuk penanganan kebakaran.

10
B. PERSYARATAN HSC
2. UNSINKABLE
a. Harus memiliki sekat-sekat kedap air
b. Harus memiliki ruangan-ruangan kosong (void space) yang bisa diisi dengan bahan-
bahan yang bisa mengapung dan tidak menyerap air untuk menambah buoyancy kapal
c. Siap dengan pompa-pompa pembuangan air
d. Pintu-pintu dan jendela-jendela harus kedap air (water tight).

11
3. KONSTRUKSI HSC
Untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi dibandingkan dengan kapal konventional:
• Bentuk dibuat lebih hidrodinamis
• Mengurangi gesekan dengan media (air, pasir, lumpur)
• Kapal dibuat seringan-ringannya dengan bahan dari aluminium, besi tipis, fibre glass atau kayu
laminating
• Efisiensi tenaga.
• Dengan kondisi ini kapal HSC tidak bisa memenuhi sebagian persyaratan SOLAS terutama
konstruksi.

4. UNTUK MENGIMBANGI KELEMAHAN HSC TERHADAP KAPAL KONVENTIONAL


o Daerah operasi dibatasi
o Manajemen sumber daya (efisiensi)
o Memperbanyak pemantauan aktif (dengan mengawasi langsung) bukan supervisi pasif
(berdasarkan laporan)
o Pelayaran berdasarkan plot/recommended track dan mengurangi navigasi konventional
o Pelatihan khusus bagi awak kapal, dan
o Persyaratan lain dalam CODE. 12
B. PERSYARATAN HSC

5. HSC Kategori A
Setiap Kapal HSC harus mendemonstrasikan route operasinya sampai mendapat
persetujuan dari Negara Bendera kapal.
Bahwa jika terjadi kecelakaan dan pengevakuasian di manapun dalam route
tersebut, kemungkinan besar semua penumpang dan awak kapal bisa ditolong
dengan selamat, paling kurang dalam :
o waktu yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi georafis sehingga
orang dalam survical craft atau rescue boat tidak menderita hypotermia
karena terpapar dengan udara dingin atau kondisi terburuk yang mungkin
terjadi di daerah kecelakaan dan route evakuasinya;
o jumlah penumpang maksimum 450 orang.

13
ROUTE HSC TERHADAP PLACE OF REFUGEE
❖ HSC penumpang yang berlayar dengan track tidak lebih dari 4 jam pelayaran
dengan kecepatan operasional dari suatu tempat lindung (refugee) dengan
penumpang penuh.
❖ Kapal barang 500 GT ke atas yang berlayar dengan track tidak lebih dari 8 jam
pelayaran dengan kecepatan operasional dari sesuatu tempat lindung (refugee)
dengan muatan penuh.
VERIFIKASI ROUTE UNTUK HSC
o Route untuk HSC harus diverifikasi oleh pemerintah negara asal dan negara tujuan.
o Harus dilakukan pengujian route untuk disahkan sebagai route pelayaran HSC.
o Harus terselenggara sistem penyelamatan antara port of departure (base port state)
dan port of destination.
o Daerah bantuan penyelamatan tersedia.
14
B. PERSYARATAN HSC

6. HSC Kategori B
Kapal HSC memiliki penataan permesinan dan sistem keselamatan yang sedemikian
rupa sehingga jika rusak sampai mesin tidak berfungsi dan sistem keselamatan di
suatu kompartemen tidak berfungsi, maka kapal masih dapat berlayar dengan
selamat (ke pelabuhan terdekat).

15
C. KONSTRUKSI DAN BAHAN HSC

Tipe HSC:

1. Hydrofoils
2. Air cushion vehicles
3. Hovercraft
4. Side wall hover craft
5. Catamaran
6. Monohull, Multihull, and
SWATH (Small Waterplane
Area Twin Hulls)

Tipe lain:
7. SES (Surface Effect Ship)
8. WIG (Wing in-ground effect)
9. Disain HSC 10 tahun terakhir.

16
17
Speed HSC = 3,7 x ∆𝟎,𝟏𝟔𝟔𝟕 = meter / detik

18
19
1. Hydrofoils

20
2. Air cushion vehicles

21
3. Hovercraft

22
4. Side wall hovercraft

23
5. Catamaran

24
6. Monohull, Multihull, and SWATH (Small Waterplane Area Twin Hulls)
a. Monohull

Jangan terkelirukan dengan


Power Boat

25
6. b. Multihull

26
6. c. SWATH (Small Waterplane Area Twin Hulls)

27
6. c. SWATH (Small Waterplane Area Twin Hulls) dry docking

28
6. c. SWATH (Small Waterplane Area Twin Hulls) material

29
7. SES (Surface Effect Ship)
Disebut juga Sidewall Hovercraft atau watercraft yang merupakan perpaduan Air
cushion seperti Hovercraft dengan Twin hulls seperti Catamaran. Ketika air cushion
difungsikan, maka sebagian kecil dari twin hulls masih tenggelam.

30
8. WIG (Wing in-ground effect, Ground-effect craft)

31
9. Disain HSC dalam 10 tahun terakhir

32
HSC yang dimodifikasi menjadi Super Yacht

33
Evolusi Super Yacht menjadi kapal pesiar pribadi

Rp 50 Triliun 4 juta Pound Sterling


(Ex rate £1 = Rp 18.583 per 12 Maret 2020)

US$ 5 juta
34
Rp 13 Triliun
BAHAN HSC
1. Kategori A
o Umumnya terbuat dari fiber glass reinporce plastic (FRP/GRP)
o Sebagian kecil dari dari aluminium, besi tipis, dan kayu laminating
o Umumnya penggerak dengan propeler, sebagian kecil memakai water jet
o Tipe/model : umumnya monohull, sebagian kecil catamaran, dan jet foil.

2. Kategori B
o Semua terbuat dari aluminium
o Semua penggerak dengan menggunakan water jet
o Tipe/model : semua monohull.

35
KARAKTER BAHAN
1. Penyerapan air lambat
2. Aliran panas lambat untuk bahan-bahan yang dipakai dalam kompartemen
3. Kecepatan pelepas panas terbatas
4. Gas dan asap tidak keluar dari bahan yang berbahaya
5. Bahan furniture dibuat dengan material tidak bisa terbakar / tahan api dan multi
caloric (menghasilkan panas) tidak lebih dari 45 mj/m2
6. Gordyn dan material tekstil yang digantung mempunyai kualitas untuk menahan
penyebaran api
7. Material yang dipakai tidak boleh mengeluarkan asap atau uap racun yang
dapat membahayakan kesehatan
8. Material yang terbakar tidak mengeluarkan uap/asap dalam jumlah yang cukup
sampai terbakar dengan sendirinya walau dipanasi sampai dengan 750° C
9. Tes kebakaran berbasis ISO 9705
10. Pengaturan bangunan berbasis ISO 5660.
36
D. SERTIFIKASI HSC BARANG & HSC PENUMPANG

1. SERTIFIKAT KESELAMATAN KAPAL KECEPATAN TINGGI (HIGH SPEED CRAFT SAFETY CERTIFICATE)
Sertifikat ini harus dilengkapi dengan Record of Equipment for High Speed Craft Safety Certificate :
o Particular of Craft (HSC 1994 / HSC 2000)
o Details of Life Saving Appliances (HSC 1994 / HSC 2000)
o Detail of Navigational System and Equipment (tambahan pada HSC 2000 tidak terdapat pada
HSC 1994)
o Detail of Radio Facilities (HSC 1994 / HSC 2000)
o Methodes Used to Ensure Availability of Radio Facilities (HSC 1994 / HSC 2000).

2. IZIN OPERASI (PERMIT TO OPERATE)


3. SERTIFIKAT KEAHLIAN (COC) DAN KETERAMPILAN (COP) AWAK KAPAL, BUKU PELAUT, PASSPORT,
PKL, DLL

37
D. SERTIFIKASI HSC BARANG & HSC PENUMPANG

4. SERTIFIKAT GARIS MUAT (LOAD LINE CERTIFICATE)


5. SURAT UKUR (CERTIFICATE OF MEASUREMENT)
6. SURAT LAUT / PAS TAHUNAN (CERTIFIKATE OF NATIONALITY)
7. SERTIFIKAT PENCEGAHAN PENCEMARAN (MARPOL)
8. SERTIFIKAT MANAJEMEN KESELAMATAN (SAFETY MANAGEMENT CERTIFICATES) :
• SMC (dibawa di kapal)
• DOC (disimpan di kantor perusahaan angkutan laut)
9. MINIMUM SAFE MANNING DOCUMENT (GT ≥ 500)

38
39
E. PENGAWAKAN HSC

• Diawaki dengan kualifikasi yang sama dengan kapal


konventional.
• Dioperasikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
perwira dek berada di anjungan setiap saat. Salah satunya
boleh nakhoda.
• Awak kapal harus mengikuti pelatihan khusus untuk
penguasaan kapal dan route pelayarannya.
• Perwira harus memiliki sertifikat pelatihan khusus kapal
kecepatan tinggi (Brevet).
• Memiliki waktu istirahat sesuai dengan ketentuan STCW.

40
41
42
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DIRECTORATE GENERAL OF SEA COMMUNICATION
DIREKTORAT PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN
DIRECTORATE OF MARINE SAFETY Dulu
BREVET A
TYPE RATING CERTIFICATE
TIPE KAPAL
TYPE OF CRAFT
Nama :
Name
Kewarganegaraan :
Nationality
Tempat dan Tanggal Lahir :
Place and Date of Birth
Telah menyelesaikan kursus pelatihan seperti yang disyaratkan
Has completed a course of training as required by
Dalam Bab 18.3.3. Kodifikasi Internasional untuk Kapal Kecepatan Tinggi
Chapter 18.3.3. of the International Code for High Speed Craft
Dan telah lulus ujian termasuk ujian praktek/ simulasi
And has passed an examination including practical test
Sepadan dengan tugas operasional di kapal
Commensurate with operational task on board the craft
Nama Kapal :
Name of craft
Tipe Kapal :
Type of craft
Bendera dan No. Pendaftaran :
Flag and official No.
Berlaku Mulai :
Qualifying conditions met on
Berakhir :
Expires
Jakarta ……………………………………….
KEPALA DIREKTORAT PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN
DIRECTOR OF MARINE SAFETY
______________
NIP. 43
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DIRECTORATE GENERAL OF SEA COMMUNICATION
DIREKTORAT PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN
DIRECTORATE OF MARINE SAFETY
Sekarang
BREVET B
TYPE RATING CERTIFICATE
RUTE
ROUTE
Nama :
Name
Kewarganegaraan :
Nationality
Tempat dan Tanggal Lahir :
Place and Date of Birth
Telah menyelesaikan kursus pelatihan seperti yang disyaratkan
Has completed a course of training as required by
Dalam Bab 18.3.3. Kodifikasi Internasional untuk Kapal Kecepatan Tinggi
Chapter 18.3.3. of the International Code for High Speed Craft
Dan telah lulus ujian termasuk ujian praktek/ simulasi
And has passed an examination including practical test
Sepadan dengan tugas operasional di kapal
Commensurate with operational task on board the craft
Berlaku Mulai :
Qualifying conditions met on
Rute :
Route
Rute Tambahan :
Additional Route
Berakhir :
Expires
Jakarta ………………………
KEPALA DIREKTORAT PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN
DIRECTOR OF MARINE SAFETY
________________________
44
NIP.
II. RO-RO PASSENGER SHIP
Perkembangan RO-RO SHIP

In the 1960's and early 70's, conventional vehicle carriers of the Lift On Lift Off (LOLO) type were used extensively in
connection with the transportation of factory new cars. The vessels would rig hoistable car decks and load anything
from 500 up to 3000 cars depending on the size of the vessel. The LOLO was soon replaced by the Roll On Roll Off
(RoRo) car carrier. As the 70's developed, the Pure Car Carrier (PCC) started to replace the conventional vessels. The
PCC was then developed into the Pure Car Truck Carrier (PCTC) in order to meet the demands for high and heavy
cargo. The introduction of the PCC/PCTC resulted in radical reduction of transportation damages. A PCC with 9-10
decks can usually carry 2,000-3,000 cars. Large carriers with 12-tier decks and a cargo capacity of 6,000 cars have
been built in recent years. 45
II. RO-RO PASSENGER SHIP
Alat muat-bongkar Kapal RO-RO Barang
RoRo: Trailer vessel (Lane Stow) : RoRo: Cassette vessel (Block Stow) :

46
RoRo: Cassettes

Translifter
Cassette

47
RoRo: PCTC
Pure Car and Truck Carrier

- 13 decks
- Some hoist-able
- Access to ramps 48
RoRo: Tugmaster

“Terminal tractor”
Goose neck

49
RoRo: Rolltrailers

50
RoRo: Semitrailers

Trailer horse

51
II. RO-RO PASSENGER SHIP
Alat muat-bongkar Kapal RO-RO Barang:

RoRo Conditions Semitrailer Roll-trailer Cassette


Road vehicle Yes No No
Lane stow Yes Yes Yes
Block stow No Not good Yes
Tugmaster + Tugmaster +
Tugmaster
Disconnect space goose neck translifter
(7m) (9m) (21m)
Manoeuvrable Good Not so good Excellent
Lashing 4-8 chains + trailer horse 4-8 chains + If block stowed =
+ wheel chocks rubber + wheel no lashings
chocks
52
II. RO-RO PASSENGER SHIP

53
TIPE RO-RO PASSENGER SHIP

54
FAST RO-RO PASSENGER SHIP

55
RO-RO PASSENGER SHIP
A. PERATURAN INTERNASIONAL :
SOLAS, TMS 69, dll

56
RO-RO PASSENGER SHIP
PERATURAN NASIONAL

1. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 No. 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4849);
2. PP No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108)
sebagaimana telah diubah dengan PP No. 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas PP No. 20
Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 No. 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5208);
3. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan
Publik Untuk Angkutan Barang dari dan ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar dan
Perbatasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 No. 165);
4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 104 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Penyeberangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 No. 1412).

57
B. PERSYARATAN KAPAL RO-RO

Permenhub No. PM 104 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan


Penyeberangan
Pasal 10

Setiap kapal yang melayani Angkutan Penyeberangan wajib:


a. memenuhi persyaratan teknis kelaiklautan dan persyaratan pelayanan minimal angkutan
penyeberangan;
b. memiliki spesifikasi teknis sesuai dengan fasilitas pelabuhan yang digunakan untuk melayani
angkutan penyeberangan atau terminal penyeberangan pada lintas yang dilayani;
c. memiliki dan/atau mempekerjakan awak kapal yang memenuhi persyaratan kualifikasi yang
diperlukan untuk kapal penyeberangan;
d. memiliki fasilitas bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang dan kendaraan beserta
muatannya;
e. mencantumkan identitas perusahaan dan nama kapal yang ditempatkan pada bagian samping kiri
dan kanan kapal; dan
f. mencantumkan informasi atau petunjuk yang diperlukan dengan menggunakan bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris.
58
KELAIKLAUTAN KAPAL
UU No. 17 Tahun 2008 tentang PELAYARAN Bab VIII

Pasal 117
(1) Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi terpenuhinya
persyaratan:
a. kelaiklautan kapal; dan
b. kenavigasian.
(2) Kelaiklautan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib
dipenuhi setiap kapal sesuai dengan daerah-pelayarannya yang meliputi:
a. keselamatan kapal;
b. pencegahan pencemaran dari kapal;
c. pengawakan kapal;
d. garis muat kapal dan pemuatan;
e. kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang;
f. status hukum kapal;
g. manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal; dan
h. manajemen keamanan kapal.
59
KELAIKLAUTAN KAPAL

Setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan


Ps. 124 (1) kapal termasuk perlengkapannya serta
Bab IX pengoperasian kapal di perairan Indonesia harus
KELAIKLAUTAN memenuhi persyaratan keselamatan kapal.
KAPAL
Persyaratan keselamatan kapal meliputi:
a. Material;
b. Konstruksi;
Bagian 1: c. Bangunan;
Ps. 124 (2) d. Permesinan dan perlistrikan;
Keselamatan e. Stabilitas;
Kapal f. Tata susunan serta perlengkapan alat
penolong dan radio; dan
g. Elektronika kapal.

Ps.125 Pembangunan atau pengerjaan kapal yang


merupakan perombakan harus mendapat
pengesahan dan pengawasan dari Menteri.

Ref: UU No. 17 Tahun 2008 tentang PELAYARAN 60


UU No. 17 Tahun 2008 tentang PELAYARAN Bab IX

Ps. 126 (3) : Keselamatan kapal Sertifikat kapal tidak berlaku apabila:
ditentukan melalui pemeriksaan a. masa berlaku sudah berakhir;
dan pengujian b. tidak melaksanakan pengukuhan sertifikat
(endorsement);
Ps. 126 (1) & (2) c. kapal rusak;
a. Sertifikat keselamatan kapal Ps.127 (1) d. kapal berubah nama;
penumpang; e. kapal berganti bendera;
b. Sertifikat keselamatan kapal f. kapal tidak sesuai lagi dengan data teknis;
barang; dan g. kapal mengalami perombakan yang
c. Sertifikat kelaikan dan mengakibatkan perubahan konstruksi,
pengawakan kapal ukuran utama, fungsi atau jenis kapal;
penangkap ikan. h. kapal tenggelam atau hilang; atau
(oleh Menteri) i. kapal ditutuh (scrapped).

Ps. 126 (4) Sertifikat kapal dibatalkan apabila:


a. dokumen kapal tidak sesuai dengan
Penilikan secara terus-menerus keadaan sebenarnya;
sampai kapal tidak digunakan
b. sudah tidak memenuhi persyaratan
lagi (oleh pejabat berwenang dan Ps.127 (2)
keselamatan kapal; atau
memiliki kompetensi).
c. sertifikat diperoleh secara tidak sah. 61
Bab IX Setiap kapal yang beroperasi di
KELAIKLAUTAN Ps. 134 (1) perairan Indonesia harus memenuhi
KAPAL persyaratan pencegahan dan
pengendalian pencemaran.
Bagian 2:
Pencegahan dan pengendalian
Pencegahan
pencemaran ditentukan melalui
Pencemaran Ps. 134 (2)
pemeriksaan dan pengujian.
dari Kapal
Kapal yang memenuhi syarat
Bagian 7: diberikan sertifikat pencegahan dan
DOC dan SMC Ps.134 (3) pengendalian pencemaran
(Ps. 169) (oleh Menteri).

Bagian 8:
ISSC (Ps. 170)

62
Bab XII Bagaimanakah hubungannya
PERLINDUNGAN dengan International Convention on
LINGK. MAR. Civil Liability for Oil Pollution
Damage (CLC) 1969 dan Protocol
Pasal 231 1992?
Tanggungjawab
Penanggulangan Bagaimanakah hubungannya
Pencemaran dengan The International
Convention on Civil Liability for
Bunker Oil Pollution Damage, 2001
Peraturan
(Bunker Convention 2001)
Pemerintah No.
21 Tahun 2010
– Bab VI pasal
29,30,31

63
Bab IX Bagian 6:
KELAIKLAUTAN Status Hukum Kapal
KAPAL (Ps. 154 sd 160)

Pemilik kapal bebas


PENGUKURAN PENDAFTARAN memilih tempat
pendaftaran
Dilakukan dengan 3 metode: Kapal yang dapat didaftar di
a. Pengukuran dalam negeri Indonesia adalah kapal: Dilarang didaftarkan
untuk kapal < 24 m; a. berukuran minimal GT 7; bila masih terdaftar di
b. Pengukuran internasional b. milik WNI/badan hukum yang tempat lain
untuk kapal ≥ 24 m; didirikan berdasarkan hukum
c. Pengukuran khusus untuk dan berkedudukan di
kapal yang akan melalui Indonesia; Kapal asing yang akan
Terusan tertentu. c. usaha patungan yang didaftarkan di Indonesia
mayoritas saham dimiliki WNI harus dilengkapi surat
penghapusan dari
negara bendera asal
Diberi Grosse Akta
Dipasang Tanda Selar kapal
Pendaftaran (Bukti hak milik)
64
Bagian 6:
Status Hukum Kapal Status Hukum Kapal
(Ps. 154 sd 160) (Ps. 161 sd 167)

BALIK NAMA KAPAL SURAT TANDA KEBANGSAAN BENDERA KAPAL


KAPAL INDONESIA (STKKI)

Pengalihan hak milik Diberikan dalam bentuk : Kapal berkebangsaan Indonesia


atas kapal wajib a. Surat Laut untuk kapal wajib mengibarkan bendera
dilakukan di tempat ≥ GT 175; Indonesia sebagai tanda
kapal tersebut semula b. Pas Besar untuk kapal kebangsaan kapal
didaftarkan GT 7 < 175;
c. Pas Kecil untuk kapal < GT 7
Kapal yang bukan
berkebangsaan Indonesia
Diberi Grosse Akta Kapal yang hanya berlayar di dilarang mengibarkan bendera
Balik Nama Kapal. perairan sungai dan danau Indonesia sebagai tanda
diberikan Pas Sungai dan Danau. kebangsaan.

Pasal 219 : Setiap kapal yang berlayar wajib memiliki Surat Persetujuan Berlayar
(SPB) yang dikeluarkan oleh Syahbandar. 65
PP Nomor 51 Tahun 2002 tentang PERKAPALAN
Pasal 53
1. Sejak kapal dirancang-bangun, dibangun, dioperasikan
sampai dengan kapal tidak digunakan lagi, harus diperiksa
dan diuji kondisi teknis dan keselamatannya oleh Pejabat
Pemeriksa Keselamatan Kapal.
2. Nakhoda atau pemimpin kapal dan/atau anak buah kapal
harus memberitahukan kepada Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal apabila mereka mengetahui bahwa
kondisi kapal atau bagian dari kapalnya, dinilai tidak
memenuhi persyaratan keselamatan kapal.
3. Pemilik kapal, operator, nakhoda atau pemimpin kapal wajib
membantu dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan dan pengujian.
4. Apabila diperlukan, Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
berwenang naik di atas kapal untuk melaksanakan
pemeriksaan dan pengujian kondisi teknis keselamatan kapal.
66
Pasal 58
1. Pemilik, operator, nakhoda atau pemimpin kapal wajib
memelihara dan merawat kapalnya, sehingga kapal selama
dioperasikan tetap memenuhi persyaratan keselamatan kapal
dan sesuai dengan data yang terdapat pada sertifikat kapal.
2. Setiap kapal wajib dilimbungkan sesuai dengan jadual yang
ditentukan untuk pelaksanaan pemeliharaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeliharaan dan perawatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Keputusan Menteri.

67
C. SERTIFIKASI KAPAL RO-RO PASSENGER

NAMA SERTIFIKAT STATUTORY DAN VALIDITASNYA

Sertifikat statutory adalah sertifikat berikut ini termasuk sertifikat lain sebagai
bukti telah dipenuhinya persyaratan Konvensi-Konvensi yang harus disimpan
di atas kapal:
(1) International Load Line Certificate (5 tahun)
(2) Cargo Ship Safety Construction Certificate (5 tahun)
(3) Cargo Ship Safety Equipment Certificate (5 tahun)
(4) Cargo Ship Safety Radio Certificate (5 tahun)
(5) Cargo Ship Safety Certificate (5 tahun)
(6) Passenger Ship Safety Certificate (1 tahun)
(7) Exemption Certificate (sesuai ketentuan Konvensi)

68
NAMA SERTIFIKAT STATUTORY DAN VALIDITASNYA
(8) Certificate of Fitness for Ship Carrying Dangerous Goods (5 tahun)
(9) International Pollution Prevention Certificate for the Carriage of Noxious Liquid
Substances in Bulk (5 tahun)
(10) International Certificate of Fitness for the Carriage of Liquefied Gasses in Bulk
(5 tahun)
(11) International Certificate of Fitness for the Carriage of Dangerous Liquid
Chemicals in Bulk (5 tahun)
(12) Certificates in compliance with the ISM Code:
(a) DOC (5 tahun)
(b) SMC (5 tahun)
(c) Interim DOC (tak lebih dari 12 bulan)
(d) Interim SMC (tak lebih dari 6 bulan)

69
70
NAMA SERTIFIKAT STATUTORY DAN VALIDITASNYA
(13) ISSC and Interim ISSC:
(a) ISSC (5 tahun)
(b) Interim ISSC (tak lebih dari 6 bulan)
(14) International Sewage Pollution Prevention Certificate (5 tahun)
(15) International Air Pollution Prevention Certificate (5 tahun)
(16) International Oil Pollution Prevention Certificate (5 tahun).

71
DASAR HUKUM PENERBITAN SERTIFIKAT
International Oil Pollution Prevention Certificate (IOPP) dan SNPP (NOPP)

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;


2. Keppres Nomor 46 Tahun 1986 tentang Ratifikasi Konvensi Marpol 73/78;
3. Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2010 tanggal 1 Februari 2010 tentang Perlindungan Lingkungan
Maritim;
4. Kepmenhub Nomor KM. 4 Tahun 2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Pencegahan Pencemaran dari
Kapal;
5. Pemberlakuan secara Internasional Annex IV Marpol 73/78 tentang Pencegahan Pencemaran oleh
Kotoran dari Kapal yang berlaku mulai 1 Agustus 2005;
6. Pemberlakuan secara Internasional Annex VI Marpol 73/78 tentang Pencegahan Pencemaran oleh
Udara dari Kapal yang berlaku mulai 19 Mei 2005;
7. Pemberlakuan secara Internasional Annex II Marpol 73/78 tentang Pencegahan Pencemaran oleh
Bahan Cair Beracun dari Kapal yang berlaku mulai 1 Januari 2007;
8. Kepmenhub Nomor KM. 66 Tahun 2005 tentang Ketentuan Pengoperasian Kapal Tangki Minyak
Lambung Tunggal;
9. SK Dirjen Hubla No.PY. 66/1/4-03 tanggal 18 Desember 2003 tentang Tata Cara Tetap Pelaksanaan
Penyelenggaraan Kelaiklautan Kapal dan Sertifikat Pencegahan Pencemaran dari Kapal. 72
D. EVOLUSI KAPAL RORO PASSENGER MENJADI ROPAX

73
CRUISE FERRY / ROPAX

A cruise ferry or RoPax is a ship that combines


the features of a cruise ship with a roll-on/roll
off ferry.

74
Dual fuels fast ferries

KESIMPULAN :

HSC + Ro-Ro Passenger Ship =


Fast RoPax

75
E. FORM SURVEY REPORT

76
77
Terima Kasih

78

Anda mungkin juga menyukai