SISTEMATIKA
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang
digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik
atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis,
kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan
terapung yang tidak berpindah-pindah.
Etimologi :
Vessel – ship – boat – craft > MPV – Cruiser – AHTS – MODU – dll 5
SOLAS Convention
o SOLAS 1914, 1928, 1948, 1960, 1974
o SOLAS 1974 Amendment & Protocol: Consolidated 1997, 2000;
Amendment 2001, 2002, 2004, 2006, 2008, 2010, 2018.
6
Amandemen 1988 IV : Radio Communications GMDSS → 1 Februari 1999
V : Safety of Navigation
VI : Carriage of Cargoes
VII : Carriage of Dangerous Goods
VIII : Nuclear Ships
Amandemen 1994 IX : Management for the Safe Operation of Ships - Res A.741 (18)
→ 1 Juli 1998
Amandemen 1994 X : Safety Measures for High-Speed Craft
Dynamically Supported Craft (DSC) Code, Res A.373 (X) 14
November 1977 diganti dengan HSC Code pada 20 Mei 1994
→ 1 Januari 1996
Amandemen 1994 XI : Special Measures to Enhance Maritime Safety
→ 1 Januari 1996
Amandemen 1997 XII : Additional Safety Measures for Bulk Carriers → 1 Juli 1999
Amandemen 2000 Annex 5 Res MSC 97/93 adopted 5 Des 2000 – HSC Code → 1 Juli 2002
7
WIG (Wing in Ground effect/ground-effect craft) Code 2002.
8
High Speed Craft Code 1994/2000 (SOLAS Chapter X)
This code applies to High Speed Craft which are engage in international voyage
PERATURAN NASIONAL
1. Keputusan Menteri Perhubungan No. 29 Tahun 1999 tanggal 14 Mei 1999 tentang
Kapal-kapal Kecepatan Tinggi;
2. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 65 Tahun 2009 tentang Kapal Non Konvensi
Berbendera Indonesia;
3. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. UM 48/18/20-00 tanggal 2
Oktober 2000 tentang Pengawasan Kapal-Kapal Berkecepatan Tinggi untuk Pelayaran
di Dalam Negeri, dalam SK ini ada 3 kategori HSC:
o Kategori A – HSC Code 1994
o Kategori B – HSC Code 1994
o Kategori C – HSC selain Kategori A dan B yang berlayar tidak lebih dari 2 jam dari
pelabuhan ke pelabuhan pada trayek tetap tertentu berdasarkan cuaca dan
kepadatan lalu lintas.
9
B. PERSYARATAN HSC
1. UNBURNABLE
10
B. PERSYARATAN HSC
2. UNSINKABLE
a. Harus memiliki sekat-sekat kedap air
b. Harus memiliki ruangan-ruangan kosong (void space) yang bisa diisi dengan bahan-
bahan yang bisa mengapung dan tidak menyerap air untuk menambah buoyancy kapal
c. Siap dengan pompa-pompa pembuangan air
d. Pintu-pintu dan jendela-jendela harus kedap air (water tight).
11
3. KONSTRUKSI HSC
Untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi dibandingkan dengan kapal konventional:
• Bentuk dibuat lebih hidrodinamis
• Mengurangi gesekan dengan media (air, pasir, lumpur)
• Kapal dibuat seringan-ringannya dengan bahan dari aluminium, besi tipis, fibre glass atau kayu
laminating
• Efisiensi tenaga.
• Dengan kondisi ini kapal HSC tidak bisa memenuhi sebagian persyaratan SOLAS terutama
konstruksi.
5. HSC Kategori A
Setiap Kapal HSC harus mendemonstrasikan route operasinya sampai mendapat
persetujuan dari Negara Bendera kapal.
Bahwa jika terjadi kecelakaan dan pengevakuasian di manapun dalam route
tersebut, kemungkinan besar semua penumpang dan awak kapal bisa ditolong
dengan selamat, paling kurang dalam :
o waktu yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi georafis sehingga
orang dalam survical craft atau rescue boat tidak menderita hypotermia
karena terpapar dengan udara dingin atau kondisi terburuk yang mungkin
terjadi di daerah kecelakaan dan route evakuasinya;
o jumlah penumpang maksimum 450 orang.
13
ROUTE HSC TERHADAP PLACE OF REFUGEE
❖ HSC penumpang yang berlayar dengan track tidak lebih dari 4 jam pelayaran
dengan kecepatan operasional dari suatu tempat lindung (refugee) dengan
penumpang penuh.
❖ Kapal barang 500 GT ke atas yang berlayar dengan track tidak lebih dari 8 jam
pelayaran dengan kecepatan operasional dari sesuatu tempat lindung (refugee)
dengan muatan penuh.
VERIFIKASI ROUTE UNTUK HSC
o Route untuk HSC harus diverifikasi oleh pemerintah negara asal dan negara tujuan.
o Harus dilakukan pengujian route untuk disahkan sebagai route pelayaran HSC.
o Harus terselenggara sistem penyelamatan antara port of departure (base port state)
dan port of destination.
o Daerah bantuan penyelamatan tersedia.
14
B. PERSYARATAN HSC
6. HSC Kategori B
Kapal HSC memiliki penataan permesinan dan sistem keselamatan yang sedemikian
rupa sehingga jika rusak sampai mesin tidak berfungsi dan sistem keselamatan di
suatu kompartemen tidak berfungsi, maka kapal masih dapat berlayar dengan
selamat (ke pelabuhan terdekat).
15
C. KONSTRUKSI DAN BAHAN HSC
Tipe HSC:
1. Hydrofoils
2. Air cushion vehicles
3. Hovercraft
4. Side wall hover craft
5. Catamaran
6. Monohull, Multihull, and
SWATH (Small Waterplane
Area Twin Hulls)
Tipe lain:
7. SES (Surface Effect Ship)
8. WIG (Wing in-ground effect)
9. Disain HSC 10 tahun terakhir.
16
17
Speed HSC = 3,7 x ∆𝟎,𝟏𝟔𝟔𝟕 = meter / detik
18
19
1. Hydrofoils
20
2. Air cushion vehicles
21
3. Hovercraft
22
4. Side wall hovercraft
23
5. Catamaran
24
6. Monohull, Multihull, and SWATH (Small Waterplane Area Twin Hulls)
a. Monohull
25
6. b. Multihull
26
6. c. SWATH (Small Waterplane Area Twin Hulls)
27
6. c. SWATH (Small Waterplane Area Twin Hulls) dry docking
28
6. c. SWATH (Small Waterplane Area Twin Hulls) material
29
7. SES (Surface Effect Ship)
Disebut juga Sidewall Hovercraft atau watercraft yang merupakan perpaduan Air
cushion seperti Hovercraft dengan Twin hulls seperti Catamaran. Ketika air cushion
difungsikan, maka sebagian kecil dari twin hulls masih tenggelam.
30
8. WIG (Wing in-ground effect, Ground-effect craft)
31
9. Disain HSC dalam 10 tahun terakhir
32
HSC yang dimodifikasi menjadi Super Yacht
33
Evolusi Super Yacht menjadi kapal pesiar pribadi
US$ 5 juta
34
Rp 13 Triliun
BAHAN HSC
1. Kategori A
o Umumnya terbuat dari fiber glass reinporce plastic (FRP/GRP)
o Sebagian kecil dari dari aluminium, besi tipis, dan kayu laminating
o Umumnya penggerak dengan propeler, sebagian kecil memakai water jet
o Tipe/model : umumnya monohull, sebagian kecil catamaran, dan jet foil.
2. Kategori B
o Semua terbuat dari aluminium
o Semua penggerak dengan menggunakan water jet
o Tipe/model : semua monohull.
35
KARAKTER BAHAN
1. Penyerapan air lambat
2. Aliran panas lambat untuk bahan-bahan yang dipakai dalam kompartemen
3. Kecepatan pelepas panas terbatas
4. Gas dan asap tidak keluar dari bahan yang berbahaya
5. Bahan furniture dibuat dengan material tidak bisa terbakar / tahan api dan multi
caloric (menghasilkan panas) tidak lebih dari 45 mj/m2
6. Gordyn dan material tekstil yang digantung mempunyai kualitas untuk menahan
penyebaran api
7. Material yang dipakai tidak boleh mengeluarkan asap atau uap racun yang
dapat membahayakan kesehatan
8. Material yang terbakar tidak mengeluarkan uap/asap dalam jumlah yang cukup
sampai terbakar dengan sendirinya walau dipanasi sampai dengan 750° C
9. Tes kebakaran berbasis ISO 9705
10. Pengaturan bangunan berbasis ISO 5660.
36
D. SERTIFIKASI HSC BARANG & HSC PENUMPANG
1. SERTIFIKAT KESELAMATAN KAPAL KECEPATAN TINGGI (HIGH SPEED CRAFT SAFETY CERTIFICATE)
Sertifikat ini harus dilengkapi dengan Record of Equipment for High Speed Craft Safety Certificate :
o Particular of Craft (HSC 1994 / HSC 2000)
o Details of Life Saving Appliances (HSC 1994 / HSC 2000)
o Detail of Navigational System and Equipment (tambahan pada HSC 2000 tidak terdapat pada
HSC 1994)
o Detail of Radio Facilities (HSC 1994 / HSC 2000)
o Methodes Used to Ensure Availability of Radio Facilities (HSC 1994 / HSC 2000).
37
D. SERTIFIKASI HSC BARANG & HSC PENUMPANG
38
39
E. PENGAWAKAN HSC
40
41
42
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DIRECTORATE GENERAL OF SEA COMMUNICATION
DIREKTORAT PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN
DIRECTORATE OF MARINE SAFETY Dulu
BREVET A
TYPE RATING CERTIFICATE
TIPE KAPAL
TYPE OF CRAFT
Nama :
Name
Kewarganegaraan :
Nationality
Tempat dan Tanggal Lahir :
Place and Date of Birth
Telah menyelesaikan kursus pelatihan seperti yang disyaratkan
Has completed a course of training as required by
Dalam Bab 18.3.3. Kodifikasi Internasional untuk Kapal Kecepatan Tinggi
Chapter 18.3.3. of the International Code for High Speed Craft
Dan telah lulus ujian termasuk ujian praktek/ simulasi
And has passed an examination including practical test
Sepadan dengan tugas operasional di kapal
Commensurate with operational task on board the craft
Nama Kapal :
Name of craft
Tipe Kapal :
Type of craft
Bendera dan No. Pendaftaran :
Flag and official No.
Berlaku Mulai :
Qualifying conditions met on
Berakhir :
Expires
Jakarta ……………………………………….
KEPALA DIREKTORAT PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN
DIRECTOR OF MARINE SAFETY
______________
NIP. 43
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DIRECTORATE GENERAL OF SEA COMMUNICATION
DIREKTORAT PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN
DIRECTORATE OF MARINE SAFETY
Sekarang
BREVET B
TYPE RATING CERTIFICATE
RUTE
ROUTE
Nama :
Name
Kewarganegaraan :
Nationality
Tempat dan Tanggal Lahir :
Place and Date of Birth
Telah menyelesaikan kursus pelatihan seperti yang disyaratkan
Has completed a course of training as required by
Dalam Bab 18.3.3. Kodifikasi Internasional untuk Kapal Kecepatan Tinggi
Chapter 18.3.3. of the International Code for High Speed Craft
Dan telah lulus ujian termasuk ujian praktek/ simulasi
And has passed an examination including practical test
Sepadan dengan tugas operasional di kapal
Commensurate with operational task on board the craft
Berlaku Mulai :
Qualifying conditions met on
Rute :
Route
Rute Tambahan :
Additional Route
Berakhir :
Expires
Jakarta ………………………
KEPALA DIREKTORAT PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN
DIRECTOR OF MARINE SAFETY
________________________
44
NIP.
II. RO-RO PASSENGER SHIP
Perkembangan RO-RO SHIP
In the 1960's and early 70's, conventional vehicle carriers of the Lift On Lift Off (LOLO) type were used extensively in
connection with the transportation of factory new cars. The vessels would rig hoistable car decks and load anything
from 500 up to 3000 cars depending on the size of the vessel. The LOLO was soon replaced by the Roll On Roll Off
(RoRo) car carrier. As the 70's developed, the Pure Car Carrier (PCC) started to replace the conventional vessels. The
PCC was then developed into the Pure Car Truck Carrier (PCTC) in order to meet the demands for high and heavy
cargo. The introduction of the PCC/PCTC resulted in radical reduction of transportation damages. A PCC with 9-10
decks can usually carry 2,000-3,000 cars. Large carriers with 12-tier decks and a cargo capacity of 6,000 cars have
been built in recent years. 45
II. RO-RO PASSENGER SHIP
Alat muat-bongkar Kapal RO-RO Barang
RoRo: Trailer vessel (Lane Stow) : RoRo: Cassette vessel (Block Stow) :
46
RoRo: Cassettes
Translifter
Cassette
47
RoRo: PCTC
Pure Car and Truck Carrier
- 13 decks
- Some hoist-able
- Access to ramps 48
RoRo: Tugmaster
“Terminal tractor”
Goose neck
49
RoRo: Rolltrailers
50
RoRo: Semitrailers
Trailer horse
51
II. RO-RO PASSENGER SHIP
Alat muat-bongkar Kapal RO-RO Barang:
53
TIPE RO-RO PASSENGER SHIP
54
FAST RO-RO PASSENGER SHIP
55
RO-RO PASSENGER SHIP
A. PERATURAN INTERNASIONAL :
SOLAS, TMS 69, dll
56
RO-RO PASSENGER SHIP
PERATURAN NASIONAL
1. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 No. 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4849);
2. PP No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108)
sebagaimana telah diubah dengan PP No. 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas PP No. 20
Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 No. 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5208);
3. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan
Publik Untuk Angkutan Barang dari dan ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar dan
Perbatasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 No. 165);
4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 104 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Penyeberangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 No. 1412).
57
B. PERSYARATAN KAPAL RO-RO
Pasal 117
(1) Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi terpenuhinya
persyaratan:
a. kelaiklautan kapal; dan
b. kenavigasian.
(2) Kelaiklautan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib
dipenuhi setiap kapal sesuai dengan daerah-pelayarannya yang meliputi:
a. keselamatan kapal;
b. pencegahan pencemaran dari kapal;
c. pengawakan kapal;
d. garis muat kapal dan pemuatan;
e. kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang;
f. status hukum kapal;
g. manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal; dan
h. manajemen keamanan kapal.
59
KELAIKLAUTAN KAPAL
Ps. 126 (3) : Keselamatan kapal Sertifikat kapal tidak berlaku apabila:
ditentukan melalui pemeriksaan a. masa berlaku sudah berakhir;
dan pengujian b. tidak melaksanakan pengukuhan sertifikat
(endorsement);
Ps. 126 (1) & (2) c. kapal rusak;
a. Sertifikat keselamatan kapal Ps.127 (1) d. kapal berubah nama;
penumpang; e. kapal berganti bendera;
b. Sertifikat keselamatan kapal f. kapal tidak sesuai lagi dengan data teknis;
barang; dan g. kapal mengalami perombakan yang
c. Sertifikat kelaikan dan mengakibatkan perubahan konstruksi,
pengawakan kapal ukuran utama, fungsi atau jenis kapal;
penangkap ikan. h. kapal tenggelam atau hilang; atau
(oleh Menteri) i. kapal ditutuh (scrapped).
Bagian 8:
ISSC (Ps. 170)
62
Bab XII Bagaimanakah hubungannya
PERLINDUNGAN dengan International Convention on
LINGK. MAR. Civil Liability for Oil Pollution
Damage (CLC) 1969 dan Protocol
Pasal 231 1992?
Tanggungjawab
Penanggulangan Bagaimanakah hubungannya
Pencemaran dengan The International
Convention on Civil Liability for
Bunker Oil Pollution Damage, 2001
Peraturan
(Bunker Convention 2001)
Pemerintah No.
21 Tahun 2010
– Bab VI pasal
29,30,31
63
Bab IX Bagian 6:
KELAIKLAUTAN Status Hukum Kapal
KAPAL (Ps. 154 sd 160)
Pasal 219 : Setiap kapal yang berlayar wajib memiliki Surat Persetujuan Berlayar
(SPB) yang dikeluarkan oleh Syahbandar. 65
PP Nomor 51 Tahun 2002 tentang PERKAPALAN
Pasal 53
1. Sejak kapal dirancang-bangun, dibangun, dioperasikan
sampai dengan kapal tidak digunakan lagi, harus diperiksa
dan diuji kondisi teknis dan keselamatannya oleh Pejabat
Pemeriksa Keselamatan Kapal.
2. Nakhoda atau pemimpin kapal dan/atau anak buah kapal
harus memberitahukan kepada Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal apabila mereka mengetahui bahwa
kondisi kapal atau bagian dari kapalnya, dinilai tidak
memenuhi persyaratan keselamatan kapal.
3. Pemilik kapal, operator, nakhoda atau pemimpin kapal wajib
membantu dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan dan pengujian.
4. Apabila diperlukan, Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
berwenang naik di atas kapal untuk melaksanakan
pemeriksaan dan pengujian kondisi teknis keselamatan kapal.
66
Pasal 58
1. Pemilik, operator, nakhoda atau pemimpin kapal wajib
memelihara dan merawat kapalnya, sehingga kapal selama
dioperasikan tetap memenuhi persyaratan keselamatan kapal
dan sesuai dengan data yang terdapat pada sertifikat kapal.
2. Setiap kapal wajib dilimbungkan sesuai dengan jadual yang
ditentukan untuk pelaksanaan pemeliharaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeliharaan dan perawatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Keputusan Menteri.
67
C. SERTIFIKASI KAPAL RO-RO PASSENGER
Sertifikat statutory adalah sertifikat berikut ini termasuk sertifikat lain sebagai
bukti telah dipenuhinya persyaratan Konvensi-Konvensi yang harus disimpan
di atas kapal:
(1) International Load Line Certificate (5 tahun)
(2) Cargo Ship Safety Construction Certificate (5 tahun)
(3) Cargo Ship Safety Equipment Certificate (5 tahun)
(4) Cargo Ship Safety Radio Certificate (5 tahun)
(5) Cargo Ship Safety Certificate (5 tahun)
(6) Passenger Ship Safety Certificate (1 tahun)
(7) Exemption Certificate (sesuai ketentuan Konvensi)
68
NAMA SERTIFIKAT STATUTORY DAN VALIDITASNYA
(8) Certificate of Fitness for Ship Carrying Dangerous Goods (5 tahun)
(9) International Pollution Prevention Certificate for the Carriage of Noxious Liquid
Substances in Bulk (5 tahun)
(10) International Certificate of Fitness for the Carriage of Liquefied Gasses in Bulk
(5 tahun)
(11) International Certificate of Fitness for the Carriage of Dangerous Liquid
Chemicals in Bulk (5 tahun)
(12) Certificates in compliance with the ISM Code:
(a) DOC (5 tahun)
(b) SMC (5 tahun)
(c) Interim DOC (tak lebih dari 12 bulan)
(d) Interim SMC (tak lebih dari 6 bulan)
69
70
NAMA SERTIFIKAT STATUTORY DAN VALIDITASNYA
(13) ISSC and Interim ISSC:
(a) ISSC (5 tahun)
(b) Interim ISSC (tak lebih dari 6 bulan)
(14) International Sewage Pollution Prevention Certificate (5 tahun)
(15) International Air Pollution Prevention Certificate (5 tahun)
(16) International Oil Pollution Prevention Certificate (5 tahun).
71
DASAR HUKUM PENERBITAN SERTIFIKAT
International Oil Pollution Prevention Certificate (IOPP) dan SNPP (NOPP)
73
CRUISE FERRY / ROPAX
74
Dual fuels fast ferries
KESIMPULAN :
75
E. FORM SURVEY REPORT
76
77
Terima Kasih
78