Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG
Katak adalah satu anggota dari kelas Amphibia. Amphibia berasal dari
kata amphi artinya rangkap dan bios artinya kehidupan, karena Amphibia ialah hewan
yag hidup dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula di dalam air tawar kemudian di
darat. Kulit harus selalu basah apabila hewan berada di luar air untuk memyngkinkan
terjadinya pernapasan melalui kulit. Kulit dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang
menghasilkan lendir untuk mempertahankan keadaan agar selalu basah. Setiap
kelenjar berbentuk piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan salurannya melelui
epidermis bermuara di permukaan kulit. Mekanisme pernapasannya meliputi dua fase,
yaiu inspirasi dan ekspirasi. Katak yang dijadian bahan penelitian kali ini adalah katak
sawah (Rana canorivara) dan cicak rumah. Amfibi dan reptil memiliki beragam ciri
morfologis yang berbeda antar ordo. Secara umum, semua amfibi memiliki kulit yang
tipis dan halus. Berberapa jenis menggunakan kulitnya untuk respirasi dan pertukaran
gas dengan udara. Sebagian besar jenis amfibi memiliki mata yang besar untuk
mencari mangsanya.
2.RUMUSAN MASALAH

penyusun merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian anatomi katak dan cicak?
2. apa saja alat dan bahan yang di gunakan?
3. Bagaimana metode cara kerja anatomi katak?

3.TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan dari Praktikum Biologi dengan materi Anatomi Hewan ini adalah
untuk mengetahui apa yang di maksud anatomi katak,memahami metode kerja
anatomi katak serta mengetahui organ-organ penyusun sistem pernapasan dan sistem
pencernaan pada katak dan cicak.Adapun manfaat yaitu dapat mengetahui fungsi dari
organ-organ tersebut.

1
BAB II
Penjelasan

Pengertian Reptil

Ketika mendengar kata reptil, pasti yang teringat adalah ular yang mengerikan dan
berbahaya. Tapi tahukah kamu apakah yang dimaksud dengan reptil?

Reptil adalah binatang vertebrata berdarah dingin yang bergantung pada lingkungan
sekitar untuk mengatur suhu tubuh mereka. Mereka berjemur di bawah panas
matahari untuk menghangatkan tubuhnya dan menaikkan metabolisme, sedangkan
mereka akan ke perairan atau tempat teduh jika ingin mendinginkan tubuhnya.

Pada tubuh reptil terdapat sisik yang mengandung keratin agar reptil tidak mengalami
dehidrasi ketika jauh dari perairan. Seperti yang kita tahu, kebanyakan reptil
merupakan karnivora, tetapi sebagian juga ada yang herbivora. Begitu pula pada
sistem reproduksi reptil kebanyakan yaitu ovipar dan sebagiannya lagi adalah
ovovivipar. Kebanyakan orang berfikir bahwa tubuh reptil sangat licin, padahal
faktanya tubuh reptil biasanya dingin dan kering.

Morfologi Hewan Reptil

Umumnya, morfologi dari hewan reptil ini terdiri dari kepala yang terpisah, lalu ada
leher, tubuh, dan ekor dari anggota tubuhnya yang berukuran pendek.

Kemudian, hewan reptil ini juga memiliki sejumlah jari yang pada bagian ujungnya
dilengkapi dengan cakar. Akan tetapi, ada juga spesies hewan reptil yang tidak
memiliki jari.

Kemudian, pada bagian mulutnya terdapat gigi yang besar dan panjang. Lalu, ada
mata dari hewan reptil yang berukuran relatif besar dan terletak pada lateral dengan
kelopak atas dan bawah.

Di lain sisi, hewan reptil juga memiliki membran pengelip transparan yang dapat
bergerak di bawah kelopak mata.

Tidak hanya itu, morfologi dari hewan reptil yang khas terlihat dari daun telinga
berukuran kecil terletak dibelakang mata dan anus terletak longitudinal di belakang
pangkal kaki belakang.

Terakhir, ada sisik di bagian tubuh hewan reptil yang memiliki fungsi untuk
melindungi diri dari kekeringan.
Ciri-ciri Hewan Reptil

Menyadur dari Modul Taksonomi Vertebrata Kelas Reptil yang disusun oleh Melly
Aprilia jika hewan reptil memiliki beberapa ciri-ciri yang unik dan khas. Kira-kira apa
saja?

Tubuh dibungkus oleh kulit kering yang bersisik atau menanduk, biasanya dengan
sisik atau ber-carapace, beberapa ada yang memiliki kelenjar permukaan kulit.
Mempunyai dua pasang anggota yang masing-masing 5 jari dengan kuku-kuku yang
cocok untuk lari, mencengkeram dan naik pohon. Bagi yang masih hidup di air
kakinya memiliki bentuk duyung, dan pada ular bahkan tidak memilikinya
Bernapas melalui paru-paru, pada penyu juga bernapas dengan cloaca
Berdarah dingin, dengan kata lain tidak memiliki suhu badan tetap, melainkan suhu

2
tubuh tergantung pada lingkungan
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh, biasanya memiliki alat kopulasi, telur besar dengan
banyak yolk, berselaput kulit lunak atau bercangkok tipis. Kebanyakan hewan reptil
bertelur (ovipar), walaupun setengahnya adalah (ovovivipar), menyimpan telur di
dalam perut ibu sehingga menetas.
Memiliki ukuran tubuh bervariasi. Memiliki ukuran tubuh yang terdiri dari kepala,
leher, badan, dan ekor. Tengkorak memiliki satu tonjolan yang berada di bagian
belakang.
Hewan reptil atau reptil merupakan hewan poikiloterm (berdarah dingin). Di mana
mengontrol suhu tubuhnya bukan dengan metabolisme tubuh, melainkan dengan
adaptasi tingkah laku
Alat pencernaan dimulai dari mulut, faring, esophagus, lambung, usus halus, usus
besar, dan kloaka

Cecak: Taksonomi, Morfologi


“Cecak adalah hewan reptil merayap yang bisa dengan mudah ditemui di rumah-
rumah atau di bangunan lain untuk mencari serangga.”
Hewan ini dikenal sebagai hewan unik karena cara adaptasinya yaitu bisa
memutuskan ekor untuk menakuti lawan dan kemudian tumbuh kembali dalam
beberapa saat.
1. Taksonomi

Berikut ini adalah taksonomi cecak, yaitu:


Kingdom Animalia
Subkingdom Bilateria
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Reptilia
Ordo Squamata
Family Gekkonidae
Cosymbotus, hemidactylus, gehyra,
Genus
cytodactylus
Platyurus, frenatus, mutilate, dan
Spesies
marmoratus
Adapun beberapa jenis-jenis cecak, antara lain:
Cecak tembok (Cosymbotus platyurus), Cecak kayu (Hemidactylus frenatus), Cecak
gula (Gehyra mutilata), dan Cecak batu (Cytodactylus marmoratus).

3
2. Morfologi Cecak
Di bawah ini adalah morfologi hewan
yang masih satu keluarga dengan tokek,
yaitu:
2.1 Bentuk
Cecak pada umumnya mempunyai
kepala dengan moncong, leher pendek,
serta tubuh dan ekor yang memanjang.
Bentuk tubuhnya hewan ini akan sedikit berbeda-beda tergantung pada spesiesnya.
Perbedaannya hanya sedikit yaitu pada bagian bentuk ekor, bentuk kepala, ukuran
tubuh, dan bentuk kaki.
2.2 Warna
Warna tubuh cecak tergantung spesiesnya.
Spesies Cytodactylus marmoratus memiliki tubuh berwarna cokelat muda dengan
bintik cokelat gelap di sepanjang tubuh dan biasanya ada yang membentuk corak
silang.
Gehyra mutilata warna tubuhnya keabu-abuan, cokelat muda, dan cokelat tua serta
memiliki bintik-bintik putih di bagian punggung.
Hemidactylus frenatus mempunyai warna tubuh cokelat kemerahan dan corak
berwarna gelap.
Cosymbotus platyurus tubuhnya berwarna cokelat keabu-abuan dengan corak seperti
marmer yang bervariasi yaitu dari terang hingga gelap di bagian dorsal.
2.3 Ukuran
Ukuran cecak tidaklah terlalu berbeda antara satu spesies dengan spesies lain.
Mereka hanya berbeda beberapa centimeter saja.
Biasanya ukuran tubuh cecak jantan akan lebih besar dibandingkan betina.
Rata-rata ukuran hewan ini adalah 4-15 cm.
2.4 Kepala
Cecak mempunyai bentuk kepala yang besar, pipih, dan mempunyai moncong.
Lebar kepala ini tergantung dengan spesies.
Misalnya, Cytodactylus marmoratus memiliki lebar kepala yang lebih besar
dibandingkan tubuhnya dan Gehyra mutilata yang lebar kepalanya lebih kecil
dibandingkan ekornya.
2.5 Lidah
Hewan ini mempunyai lidah panjang dan lengket yang berfungsi untuk menangkap
mangsanya.
Pada umumnya, mangsanya adalah serangga yang mempunyai sayap untuk terbang.
Lidah cecak yang pangjang memudahkannya untuk menangap mangsanya.

4
2.6 Ekor
Cecak mempunyai bentuk ekor yang beragam sesuai dengan spesiesnya.
Misalnya seperti Cytodactylus marmoratus yang bentuk ekornya kurus, panjang, dan
runcing.
Sedangkan Gehyra mutilata ekornya tebal, lebar, dan meruncing.
Hewan ini dikenal sebagai hewan yang mempunyai cara adaptasi unik yaitu dengan
memutuskan ekor.
Kemampuan ini biasa disebut sebagai autotomi.
Autotomi digunakan cecak untuk menghindari gangguan musuh atau predator.
Mereka akan memutuskan ekornya dan musuh pun akan kaget karena walaupun sudah
putus tetapi ekornya masih bisa bergerak-gerak.
Fungsi dari ekor tersebut tidak sebatas untuk melindungi diri tetapi juga untuk
membantu keseimbangan dan menyimpan cadangan makanan.
Ekor ini akan menyediakan sumber makanan selama periode kelaparan dan
reproduksi.
2.7 Kaki
Cecak mempunyai 4 kaki yang bisa menempel kuat di dinding.
Hal ini dikarenakan kaki cecak mempunyai banyak rambut-rambut kecil yang akan
membentuk ikatan kuat dengan lapisan dinding.

Rambut-rambut ini biasa disebut sebagai spatulae.


Rambut ini jumlahnya bisa mencapai miliaran dan ukurannya sangat halus.
Selain itu, di kaki cecak juga terdapat bantalan-bantalan perekat yang bernama
scansor.
Scansor ini mempunyai fungsi yang sama dengan spatulae yaitu untuk merekatkan
kaki agar cecak bisa berjalan di dinding atau langit-langit tanpa terjatuh.
3. Habitat dan Sebaran
Cecak bisa berkembang biak di
daerah tropis maupun subtropis.
Mereka cenderung lebih suka
tinggal di tempat lembap dan
bersuhu hangat.
Habitat aslinya ada di sabana,
hutan hujan, dan gurun.
Namun, seiring berjalannya waktu wilayah manusia pun semakin padat dan terjadi
banyak pembangunan.
Hal ini membuat beberapa spesies cecak hidup di rumah manusia atau bangunan lain.

5
Ada juga spesies yang tinggal di bawah bebatuan, batang pohon, dan tutupan tanah
yang rendah.
Selain itu, ada spesies cecak yang lebih suka tinggal di dekat daerah yang cukup
terbuka karena tempat tersebut mempunyai banyak populasi serangga.
Cara berburu di tempat seperti itu pun lebih mudah.
Sebaran asli hewan ini ada di Asia Tenggara dan Kepulauan Indo-Australia.
Mereka berasal dari negara-negara seperti Tiongkok, Hong Kong, Bhutan,
Bangladesh, Malaysia, Jepang, Indonesia, Myanmar, Papua New Guinea, Singapore,
Vietnam, Thailand, Pakistan, Cambodia, Filipina, dan Sri Lanka.
Namun, sebaran mereka juga tercatat telah meluas hingga ke Amerika Serikat, Palau,
Panama, Nauru, Mikronesia, Guetemala, Samoa, Taiwan, Tuvalu, Tonga, Togo,
Seychelles, Kepulauan Solomon, Kepulauan Marshall, Kenya, Mauritius, El Savador,
Kosta Rika, Belize, Komoro, Fiji, Honduras, Madagaskar, Republik Dominika
Karibia, Timur Tengah, Nikaragua, Somalia, Kribati, Vanuatu, dan Venezuela.
Terdapat beberapa bukti bahwa keberadaan spesies Hemidactylus frenatus telah
memberikan dampak negatif pada populasi cecak asli seluruh kawasan Asia tropis,
Amerika Tengah, dan Pasifik.
Sebagai spesies pendatang atau invasive mereka mengakibatkan adanya ancaman
kemungkinan masuknya penyakit atau parasit baru.
Mereka bisa hidup di tempat dengan kepadatan yang lebih tinggi sehingga
menyebabkan adanya peningkatan jumlah cecak serta biomassa di suatu daerah dan
mengurangi populasi spesies asli.
Cicak berkembang biak

Cicak berkembang biak Cara cicak


berkembang biak adalah dengan cara
ovipar atau dengan bertelur. Telur
cicak memiliki karakter yang sangat
unik. Telur cicak berbentuk bulat putih
dengan cangkang yang keras.
Cangkang tersebut menyebabkan telur
tahan dan tidak akan kehilangan kelembapan. Selain itu, cangkangnya membuat telur
lebih tahan ketika dipindahkan. Telur cicak perlu melewati masa inkubasi pada suhu
minimal 28 derajat Celcius dan tidak harus dierami oleh induknya. Waktu yang
dibutuhkan hingga telur menetas adalah 46 sampai 62 hari. Pada masa inkubasi ini,
lingkungan sekitarnya akan mempengaruhi jenis kelamin telur tersebut. Cicak tidak
memiliki musim kawin khusus. Cicak bisa bereproduksi kapan saja sepanjang tahun.

6
Setelah telur menetas, cicak akan mencapai fase dewasa dan siap bereproduksi pada
usia 6 sampai 12 bulan.

Pembedahan CicakBedah Cicak

Alat Yang Digunakan


 Alkohol - Tisu - Gunting Bedah
 Kapas - Tisu - Pisau Bedah
 Steraform - Sarung Tanggan - Jarum Pentul

7
Pengertian, Habitat dan Ciri-ciri Hewan Amfibi

Hewan yang dapat hidup dua tempat, di darat dan air, disebut dengan hewan amfibi
atau amfibia.

Hewan amfibi adalah hewan yang memiliki kelembaban kulit yang tinggi, tidak
tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air ataupun di darat.

Amfibi berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang
berarti hidup. Oleh sebab itu hewan amfibi diartikan sebagai hewan yang hidupnya
didua tempat yaitu di darat dan air.

Habitat Hewan Amfibi

Hewan amfibi ada di seluruh dunia. Beberapa hewan amfibi lebih banyak hidupnya di
air, dan juga ditemukan di daerah padang pasir Arktik. Hewan amfibi tersebar karena
dipengaruhi oleh faktor kelembapan tempat untuk bisa bereproduksi.

Reproduksi Hewan Amfibi

8
Hewan amfibi biasa reproduksi pada musim tertentu, yaitu musim gugur, dan dingin.
Hewan amfibi adalah hewan vertebrata yang mempunyai tahapan atau proses
metamorfosis.

Struktur Tubuh Katak

Anatomi hewan adalah ilmu yang


mempelajari tentang bagian-bagian organ
tubuh hewan beserta fungsinya dalam
pengamatan anatomi hewan, diperlukan
adanya pembedahan untuk mengetahui
lebih jelas sisten organ pada hewan,
khususnya organ sistem pencernaan dan
organ sistem pernafasan secara langsung.
Hewan yang dijadikan objek penelitian
atau pengamatan adalah katak sawah
(Fejervarya cancrivora) yang termasuk
dalam kelas amfibi karena dapat hidup di
darat dan di air. Katak sawah (Fejervarya
cancrivora) memiliki sistem pencernaan
yang terdiri dari saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Pada sistem
pernafasan tersusun atas celah glottis,
laring, bronchus, bronkeolus, alveolus dan
alveoli (Kusrini, 2007).

Amfibi adalah vertebrata yang secara


tipikal dapat hidup baik dalam air tawar
dan di darat. Sebagian besar mengalami metamofosis dari berudu (aquatis dan
bernapas dengan insang) ke dewasa (amphibius dan bernapas dengan paru-paru),
namun beberapa jenis amphibius tetap memilki insang selama hidupnya. Jenis-jenis
sekarang tidak memiliki sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah (Brotowidjoyo,
1989).

Amfibi umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang


hidup didua alam yakni di air dan di daratan. Amphibia bertelur di air atau
menyimpan telurnya ditempat yang lembab dan basah. Ketika menetas larvanya yang
dinamakan berudu yang hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernafas dengan
insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa)
menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang
lebih kering dan bernapas dengan paru-paru (Kimball, 1992).Amfibi juga berperan
dalam penelitian mengenai anatomi vertebrata, neurologi, fisiologi, embriologi,
genetika, biologi evolusi, perilaku hewan dan ekologi komunitas. Telur dan larva
amfibi telah digunakan secara ekstensif dalam studi toksikologi untuk melihat dampak
kontaminan kimiawi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Sekresi kulit dari
beberapa jenis kini juga dikembangkan sebagai antibiotika dan obat penghilang rasa
sakit. Amfibi juga penting untuk mengontrol hama serangga seperti nyamuk. Selain
itu, karena kehidupannya yang kompleks dimana mereka sangat tergantung pada
habitat tertentu untuk kawin, mencari makan dan istirahat, serta kondisi morfologinya
yang khas (kulit dan membran telur memiliki permeabilitas tinggi) maka beberapa
jenis merupakan bioindikator kesehatan lingkungan yang berharga (Duellman dan
Trueb 1986).

9
Kelas Katak (Amfibi)

Amfibi berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bio yang berarti hidup. Secara
harfiah amfibi diartikan sebagai hewan yang hidup di dua alam, yakni dunia darat dan
air. Amfibi dikenal sebagai hewan bertulang belakang yang suhu tubuhnya tergantung
pada lingkungan, mempunyai kulit licin dan berkelenjar serta tidak bersisik. Sebagian
besar mempunyai anggota gerak dengan jari (Andrean, 2011).

Nama kelas ini berasal dari kata Yunani (Amphi = rangkap + bios = hidup). Sebagian
besar dari kelas ini menunjukkan bahwa mempunyai fase kehidupan di air dan
kemudian mempunyai fase kehidupan di darat. Pada kedua fase itu struktur dan
fungsinya menunjukkan sifat antara ikan dan reptilian dan menunjukkan bahwa
amphibia merupakan suatu kelompok Chordata yang pertama kali keluar dari
kehidupan dalam air.

Beberapa pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan darat,
misalnya: kaki, paru-paru, nares (nostril) yang mempunyai hubungan dengan cavum
oris, dan alat penghidupan yang berfungsi baik dalam air maupun di darat (udara).
Amphibia merupakan makanan bagi berbagai macam vertebrata lainnya. Termasuk
dalam kelas Amphibia adalah salamander, katak, kintel, ichthyosis sebagai amphibia
daerah tropis yang tidak berkaki, dan beberapa hewan lain yang hanya tinggal fosilnya
(Jasin, 1984).

Sebagian besar amibia ditemukan ditempat yang lembab seperti rawa-rawa dan hutan
hujan, bahkan amfibia yang telah teradaptasi terhadap habitat yang lebih kering masih
menghabiskan banyak waktunya di dalam liang atau di bawah dedaunan lembab yang
tingkat kelembabannya tinggi. Amfibia umumnya sangat bergantung pada kulitnya
yang lembab untuk pertukaran gas dalam lingkungan. Beberapa spesies terrestrial
tidak memiliki paru-paru dan hanya bernafas melalui kulit dan rongga mulutnya
(Campbell, 2008).

Amfibia (amphibian), kini diwakili oleh sekitar 6.150 spesies salamander (Ordo
Urodela, ‘yang berekor’), katak (Ordo Anura, ‘yang tak berekor’) dan sesilia (Ordo
Apoda,’yang tak berkaki’). Hanya terdapat 550 spesies urodela. Beberapa spesies
sepenuhnya akuatik, namun yang lain hidup di daratan sepanjang hidupnya atau
ketika dewasa. Sebagian besar salamander yang hidup di daratan berjalan dengan
tubuh yang meliuk-liuk ke kiri dan kanan, ciri yang diwarisi dari tetrapoda darat awal
(Campbell, 2008).

Habitat Katak (Amfibi)

Amfibi dikenal dengan makhluk dua alam. Amfibi tersebar di semua benua kecuali
benua Antartika, umumnya dijumpai pada malam hari atau pada musim penghujan
seperti di kolam, aliran sungai, pohon-pohon maupun di gua. Amfibi selalu hidup
berasosiasi dengan air sesuai namanya yaitu hidup pada dua alam (di air dan di darat).

Selanjutnya dijelaskan bahwa sebagian besar amfibi didapatkan hidup di kawasan


hutan karena di samping membutuhkan air juga membutuhkan kelembaban yang
cukup tinggi (75-85%) untuk melindungi tubuh dari kekeringan. Sewaktu
bereproduksi amfibi membutuhkan air atau tempat untuk meletakkan telur hingga
terbentuknya larva dan juvenile (Andrean, 2011).

Menurut Andrean (2011), Berdasarkan kebiasaan hidupnya amfibi dapat


dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yakni :

1. Teresterial, spesies-spesies yang sepanjang hidupnya berada di lantai hutan,


jarang sekali berada pada tepian sungai, memanfaatkan genangan air atau di

10
kolam di lantai hutan serta di antara serasah daun yang tidak berair tetapi
mempunyai kelembaban tinggi dan stabil untuk meletakkan telur. Contohnya
Megophrys aceras, M. nasuta dan Leptobracium sp.
2. Arboreal, spesies-spesies amfibi yang hidup di pohon dan berkembang biak di
genangan air pada lubang-lubang pohon di cekungan lubang pohon, kolam,
danau, sungai yang sering dikunjungi pada saat berbiak. Beberapa spesies
arboreal mengembangkan telur dengan membungkusnya dengan busa untuk
menjaga kelembaban, menempel pada daun atau ranting yang di bawahnya
terdapat air. Contohnya seperti Rhacophorus sp, Philautus sp dan Pedostibes
hosii.
3. Aquatik, spesies-spesies yang sepanjang hidupnya selalu berada pada badan
air, sejak telur sampai dewasa, seluruh hidupnya berada pada perairan mulai
dari makan sampai berbiak. Contohnya antara lain Occidozyga sumatrana dan
Rana siberut.
4. Fossorial, spesies yang hidup pada lubang-lubang tanah, spesies ini jarang
dijumpai. Amfibi yang termasuk dalam kelompok ini adalah suku
Microhylidae yaitu Kaloula sp dan semua jenis sesilia.

Ciri-Ciri Katak (Amfibi)

Menurut Jasin (1984), amphibia memiliki ciri-ciri khusus yaitu sebagai berikut:

 Kulit selalu basah dan berkelenjar (yang masih senang di air atau dekat dengan
air, tidak bersisik luar.
 Memiliki dua pasang kaki untuk berjalan atau berenang, berjari 4-5 atau lebih
sedikit, tidak bersirip.
 Memiliki dua buah nares (lubang hidup sebelah luar) yang menghubungkan
dengan cavum oris. Padanya terdapat klep untuk menolak air (waktu dalam
air). Mata berkelopak yang dapat digerakkan. Memiliki lembar gendang
pendengar terletak di sebelah luar. Mulut bergigi dan berlidah yang dpat
dijulurkan ke muka.
 Skleton sebagian besar berupa tulang keras, bila memiliki costae (tulang
rusuk) tidak menempel pada sternum (tulang dada).
 Suhu tubuh tergantung pada lingkungannya (poikilothermis).
 Kebanyakan dari kelas Amphibia ini ovipar.

Amphibia merupakan Tetrapoda atau vertebrata darat yang paling rendah. Amphibia
tidak diragukan lagi barasal dari satu nenek moyang dengan ikan. Transisi dari air ke
darat tampak pada:

1. Modifikasi tubuh untuk berjalan di darat, disamping masih memiliki


kemampuan berenang dalam air.
2. Tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip.
3. Merubah kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara.
4. Penggantian insang oleh paru-paru.
5. Merubah sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru-paru dan
kulit.
6. Alat sensorisnya memiliki kemampuan berfungsi baik diudra maupun di air.

Salamander mempunyai caput, cervix dan truncus yang silindris atau agak lebih pipih
dorso ventral dan mempunyai cauda yang panjang. Kintel dan katak mempunyai
caput dan truncus tanpa cervix dan cauda. Extrimitas muka kecil, sedang yang
belakang panjang. Selaput gendang pendengar tampak dari luar. Caecikan tidak
berkaki dan berbentuk seperti cacing, badannya seolah-olah tersusun atas gelang-
gelang dan kulitnya mengandung sisik dalam (Jasin, 1984).

11
Semua spesies amfibi dewasa tergolong dalam karnivora. Namun pada fase berudu
amfibi umumnya herbivora walaupun ada yang termasuk karnivora bergantung
jenisnya. Berudu yang dikenal karnivora adalah genus Occidozyga. Makanan amfibi
umumnya adalah Arthropoda, cacing, dan larva serangga. Spesies amfibi yang
berukuran besar dapat memakan hewan yang vertebrata kecil seperti ikan kecil,
bahkan kadal kecil dan ular kecil (Andrean, 2011).

Morfologi Katak (Amfibi)

Amfibi memiliki beragam bentuk dasarnya tergantung ordonya. Ordo Anura (jenis
katak-katakan) secara morfologi mudah dikenal karena tubuhnya seperti berjongkok
di mana ada empat kaki untuk melompat, bentuk tubuh pendek, leher yang tidak jelas,
tanpa ekor, mata melotot dan memiliki mulut yang lebar. Tungkai belakang selalu
lebih panjang dibanding tungkai depan. Tungkai depan memiliki 4 jari sedangkan
tungkai belakang memiliki 5 jari.

Kulitnya bervariasi dari yang halus hingga kasar bahkan tonjolan-tonjolan tajam
kadang ditemukan seperti pada famili Bufonidae. Ukuran katak di Indonesia
bervariasi mulai dari yang terkecil yakni 10 mm hingga yang terbesar mencapai 280
mm. Katak di Sumatera diketahui berukuran antara 20 mm – 300 mm (Andrean,
2011).

Umumnya ordo Anura memiliki selaput (webbing) walaupun sebagian didapatkan


tidak berselaput seperti genus Leptobrachium dan Megophrys. Ada tidaknya selaput
sangat sesuai dengan habitat yang ditempatinya. Ordo Anura memiliki warna
bervariasi berdasarkan familinya seperti famili Rhacophoridae cenderung berwarna
terang sedangkan famili Megophrydae cenderung berwarna gelap sesuai habitatnya di
serasah (Andrean, 2011).

Ordo Gymnophiona (sesilia) merupakan satu-satunya ordo dari amfibi yang tidak
mempunyai tungkai. Sesilia sangat mirip dengan cacing tapi mempunyai mulut dan
mata yang jelas. Kemudian ordo ketiga adalah ordo Caudata (salamander) mempunyai
empat tungkai, mempunyai mata yang jelas dan mulut yang jelas (Andrean, 2011).

Menurut Campbell (2008), apoda, atau sesilia tidak berkaki dan hampir buta. Sekilas
mereka mirip cacing tanah, ketiadaan kaki merupakan adaptasi kedua, saat mereka
berevolusi dari nenek moyang yang berkaki. Sesilia menghuni daerah tropis , tempat
sebagian besar spesies meliang di dalam tanah hutan yang lembab. Beberapa spesies
Amerika Selatan hidup di kolam air tawar dan sungai kecil. Amfibia (berasal dari kata
amphibious, berarti ‘kedua cara hidup’) mengacu dari tahap-tahap kehidupan dari
spesies katak yang awalnya hidup di air dan kemudian di daratan. Tahap larva katak
disebut ‘’kecebong’’, biasanya merupakan herbivor akuatik dengan insang, sistem
gurat sisi yang menyerupai vertebrata akuatik, dan ekor yang panjang dan bersirip.

Pada katak jantan dari banyak spesies memiliki succus vocalis (saku suara) yang
terbuka di sebelah muka dari ostium pharyngeum auditivae eustachil. Saku suara itu
dapat dikembang kempiskan sehingga menimbulkan suara (Jasin, 1984).

Katak dewasa menggunakan kaki


belakangnya yang kuat untuk melompat-
lompat di lapangan. Katak menangkap
serangga dan mangsanya yang lain
dengan menjulurkan lidahnya yang

12
panjang dan lengket, yang melekat kebagian depan mulut. Katak menunjukkan
berbagai macam adaptasi yang membantunya untuk menghindari pemangsaan oleh
predator yang lebih besar. Kelenjar-kelenjar kulitnya mensekresikan mucus yang tidak
enak atau bahkan berbisa. Banyak spesies yang beracun memiliki warna cerah, yang
tampaknya di asosiasikan dengan bahaya oleh predator. Katak-katak yang lain
memiliki pola-pola warna yang dapat menyamarkan mereka (Campbell, 2008).

Penutup tubuh berupa kulit tubuh yang lemas (fleksibel) sebagai penutup tubuh
terhadap gangguan yang bersifat fisis dan pathologis. Disamping itu sebagai alat
untuk menghisap air karena katak tidak minum (Jasin, 1984).

Kulit tersusun atas: epidermis, dermis yang terbagi atas jaringan lain. Pada epidermis
sebelah bawah merupakan lapisan sel yang selalu menghasilkan lapisan jangat yang
setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama musim hujan di bawah lapisan jangat
dibentuk bahan lapisan yang baru, sehingga setiap waktu lapisan jangat yang lama
terlepas sudah siap penggantinya (Jasin, 1984).

Menurut Jasin (1984), pada dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah luar jaringan
tersebut terdapat jaringan seperti busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen.
Bagian sebelah dalam dari dermis terdapat jaringan-jaringan padat berupa jaringan
ikat yang berserat-serat. Selanjutnya di sebelah bawah jaringan dermis terdapat syaraf
dan pembuluh darah yang mempunyai peranan penting dalam proses pernafasan
melalui kulit. Kelenjar kulit menghasilkan sekresi yang berupa cairan untuk
membasahi kulit luar. Kelenjar kulit terbagi atas dua macam yaitu:

1. Glandulae mucosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening untuk


memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.
2. Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun yang pada
tingkat tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.

Klasifikasi Amfibi (Katak)

Adapun kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Upafilum : Vertebrata

Superkelas : Tetrapoda

Kelas : Amphibia

Menurut Verma anggota amphibia dapat dibedakan menjadi 3 ordo yaitu:

1. Ordo Apoda (Gymnophiona)

Ordo Caecilia Gymnophiona mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak
mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig),
bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang
kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies
berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya
sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya.
Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang.

13
Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah
atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal. Ordo
Gymnophiona mempunyai 5 famili. yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae,
Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3
subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981).

Famili yang ada di Indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-
ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi
dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang
bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air
sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di Indonesia adalah
Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.

2. Ordo Urodela

Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang,
mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat
dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan
yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang
kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip
dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat
lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,
Jepang dan Eropa.

3. Ordo Anura

Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini
mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak
mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar
daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat.
Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum
terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang
mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan
baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan
dangkal. Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:

1. Ascaphidae Leiopelmatidae
2. Bombinatoridae Discoglossidae
3. Pipidae Rhinophrynidae
4. Megophryidae Pelodytidae
5. Pelobatidae Allophrynidae
6. Bufonidae Branchycephalidae
7. Centrolenidae Heleophrynidae
8. Hylidae,Leptodactylidae Myobatrachidae
9. Pseudidae Rhinodermatidae
10. Sooglossidae Arthroleptidae
11. Dendrobatidae Hemisotidae
12. Hyperoliidae Microhylidae,
13. Ranidae Rachoporidae

Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu:

 Bufonidae

14
Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan
berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di
kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis melebar. Bufo
mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih
panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi
berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genus dan kurang lebih 300
spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper,
Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica.

 Megophryidae

Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas
matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini
berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan
kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada
fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan
air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan
Leptobranchium hasselti.

 Ranidae

Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya


relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya
terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus,
licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu bertipe
firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo.
Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian
maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar.
Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota,
Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya
limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.

 Microhylidae

Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100


mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan
tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan
mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai
gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya
memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya
adalah: Microhyla achatina.

 Rachoporidae

15
Famili ini sering ditemukan di areal sawah.
Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar,
tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe
gelang bahu firmisternal. Pada maksila
terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi
palatum. Sacral diapophysis gilig.
Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi
secara ekstern.

Anatomi Kelas Amfibi

Berikut ini terdapat beberapa anatomi kelas amfibi, terdiri atas:

1. Sistem Rangka

Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang
lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang vital,
melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan berjalan. Pada fase cebong (berudu)
tulang-tulang masih lunak. Kemudian pada fase dewasa menjadi keras. Tapi pada
sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak dengan permukaan yang
licin.Tempurung kepala,vertebrae dan sternum merupakan skeleton axiale sedang kaki
merupakan skeleton appendiculare.

Tempurung kepala yang besar serta pipih terdiri atas:

1. Cranium yang sempit


2. Beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengar dan kapsula
yang besar untuk
3. Tulang-tulang rahang, os hyoid dan tulang rawan dari larynx (skleton viseral).

Bangsa amphibi merupakan Vertebrata yang pertama mempunyai sternum (tulang


dada) tetapi perkembangannya kurang sempurna. Tulang iga hanya pendek dan
kurang berkembang sehingga tidak berhubungan dengan sternum seperti yang terjadi
pada reptil, burung atau mamal.

Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan empat jari kaki pada
kaki depan dan lima jari kaki belakang. Jumlah jari mungkin ada yang berkurang
seperti pada salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada Caecillia. Tungkai
biasanya tidak mempunyai kuku, tapi ada semacam tanduk pada jari-jarinya.

Bentuk tulang mempunyai hubungan erat dengan tugasnya.Tulang tempurung kepala


bersenyawa, sedang cingulum anterior dengan cingulum posterior merupakan tulang-
tulang yang terangkai menjadi satu. Tulang yang bersenyawa tidak dapat digerak-
gerakkan terhadap satu sama lain. Pada humerus dan femur terdapat satu hubungan
bentuk bola dan mangkokan yang menyebabkan gerak putar. Hubungan engsel
terdapat pada siku dan lutut. Gerakan-gerakan itu dimungkinkan oleh adanya otot
ligamen dari jaringan ikat.

Kecuali itu juga disebabkan oleh otot- otot daging yang dapat memanjang dan
memendek, sebagai penggeraknya. Pada tulang yang panjang dibedakan atas bagian
central yang disebut diaphyse sedang kedua ujungnya disebut epiphyse. Pada tulang-
tulang yang bersenyawa terdapat hubungan satu sama lain, dan masing-masing
epiphyse dan diaphyse juga terdapat hubungan tidak teratur dan terkunci oleh sutura.
Pada katak sutura masih berupa tulang rawan, sehingga tulang itu dapat tumbuh
terus.Pada burung dan sebagian besar mamalia, masing-masing sutura menjadi tulang

16
keras pada saat tertentu. Dengan demikian pertumbuhan menjadi lebih besar lagi tidak
mungkin terjadi.

2. Sistem Otot

Sistem otot pada amfibi, seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai transisi antara
ikan dan reptil. Sistem otot paada ikan berpusat pada gerakana tubuh ke lateral,
membuka dan menutup mulut serta gill apertura (celah insang) dan gerakan sirip yang
relatif sederhana.Kebutuhan hidup di darat mengubah susunan ini.

Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapai tampak tanda-
tanda perbedaan. Sekat horizontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari otot
epeksial atau dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi bukti
dalam pembagian otot- otot setiap segmen tubuh amfibi.

Selanjutnya otot hipaksial terlepas atau terbagi-bagi dalam lapisan-lapisan, kemudian


membentuk otot-otot oblique eksternal,oblique internal dan otot tranversus,
sedangkan otot dermal sangat kurang.Berbagai macam gerakan pada amfibi yaitu,
berenang,berjalan, meloncat atau memanjat, melibatkan perkembangan berbagai tipe
otot.Beberapa diantaranya terletak dalam tungkai itu dan berupa otot intrinsik.

Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot
daging berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging berserat melintang.
Perbedaan itu berdasar susunan secara mikroskopis dan fisologis. Otot daging sebelah
luar tediri atas otot daging skletal atau otot daging yang melekat pada tulang-tulang.
Otot daging tersebut terkendalikan oleh kemauan pada gerakannya. Masing-masing
otot daging itu terdiri atas serat-serat yang satu sama lain digabung oleh jaringan ikat.
Kedua ujung biasanya melekat pada tulang yang berlainan. Bagian central yang
sedikit gerak disebut “origin” sedang bagian distal yang merupakan bagian yang
banyak gerak disebut “insertion”. Banyak otot daging yang memiliki perluasan
dengan jaringan ikat sehingga dapat membungkus sebelah ujung tulang yang disebut
“tendon”.

Otot daging mengadakan aktivitas dengan jalan kontraksi yakni memanjang-


memendekkan jari;dengan demikian kedua tulang yang terikat olehnya akan
bergerak.Otot daging secara umum dibagi atas dua kelompok yang berlawanan.
Dibawah ini akan disebutkan tipe umum dari otot-otot daging dengan model
aktivitasnya dengan masing-masing contoh:

Flexor : Mengikat satu bagian dengan bagian lain; contoh biceps sebagai pengikat
lengan bawah dengan lengan atas.

Extensor : Meluruskan atau memperluas suatu bagian; contoh triceps meluruskan


lengan bawah pada lengan atas.

Abductor : Menarik suatu bagian menjauh dari sumbu tubuh (atau anggota); contoh
deltoid menarik lengan ke samping.

Adductor : Menarik satu bagian menuju ke arah sumbu tubuh (atau anggota); contoh
atianus dorsi menarik lengan keatas dan kembali.

Depressor : Menurunkan suatu bagian; contoh depresor manbulae menggerakkan


kebawah rahang bawah untuk menggerakkan mulut.

Levator : Mengangkat atau meninggikan suatu bagian;contoh masseter mengangkat


rahang untuk menutup mulut.

17
Rotator : Memutar suatu bagian;contoh pyriformis, meninggikan dan memutar femur.

Otot daging yang tunduk kepada kemauan dibagian atas tiga bentuk struktur umum:
(1) otot daging lebar dan pipih misalnya obliqus externus dan transversus yang
membentuk didnding abdomen; (2) otot daging gilik (silindris) dengan ujung yang
menyisip, misalnya biceps atau deltoid dan (3) otot daging sphincter dengan serat
melingkar, misalnya sphincter ini yang berfungsi untuk menutup anus.

Dalam banyak gerakan berbagai tubuh beberapa otot daging bereaksi bersama-sama
dengan beberapa kontraksi. Koordinasi dalam hal tersebut dilaksanakan oleh sistem
saraf. Tiap- tiap serat atau berkas otot mempunyai akhir ujung saraf motoris yang
membawa perintah untuk merangsang kontraksi.

3. Sistem Sirkulasi

Fungsi yang terpenting dari sistem sirkulasi yaitu:

1. Mengangkut oksigen dan karbon dioksida antara alat pernafasan dengan


jaringan-jaringan di seluruh
2. Mengangkut zat makanan dan air dari tractus digestivus ke organ
3. Mengangkut persediaan zat makanan dari satu tempat ke tempat
4. Mengangkut sisa-sisa zat organik dan garam mineral yang sudah tidak berguna
lagi ke alat ekskresi (ren).
5. Mengedarkan hormon dari kelenjar endokrin ke tempat-tempat yang

Jantung amfibi terdiri dari tiga ruang yaitu 2 atrium dan 1 ventrikel. Sebagian besar
amfibi mempunyai problem untuk mengisi jantung yang menerima darah oksi dari
paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung oksigen dari tubuh. Untuk
mencegah banyaknya pencampuran dua jenis darah tersebut, amfibi telah
mengembangkan ke arah sistem sirkulasi transisional. Jantung mempunyai sekat
interatrial, kantong ventrikulur, dan pembagian konus arteriosus dalam pembuluh
sistemik dan pembuluh pulmonari.

Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan dari sinus venosus kemudian masuk ke sisi
kanan ventrikel, dan dari sini dipompa ke paru-paru. Darah yang mengandung oksigen
dari paru-paru masuk ke atrium kiri lewat vena pulmonalis kemudian menuju sisi kiri
ventrikel untuk selanjutnya dipompa menuju ke seluruh tubuh. Beberapa pengecualian
terjadi pada salamander yang didak mempunyai paru-paru, di mana celah interatrial
tidak lengkap dan vena pulmonalis tidak ada.

4. Sistem Lymphatica

Terdiri dari banyak pembuluh-pembuluh yang bermacam-macam ukuran meliputi


berbagai organ dan sukar dilihat. Pada katak antara kulit dan tubuh terdapat saccus
lymphatic yaitu:

 Saccus submaxillaris
 Saccus pectolaris
 Saccus abdominalis
 Saccus lateralis
 Saccus brachialis
 Saccus femuralis
 Saccus inter-femuralis
 Saccus cruralis

Sistem lymphaticus ini pada beberapa tempat berhubungan dengan vena tubuh dan
antara lain vena vertebralis anterior dan vena illiaca transversa. Kecuali itu terdapat

18
jantung lympha yaitu sebelah caudal, sepasang, di sebelah cranial di sekitar vertebrae
cervicalis. Cairan lympha mengandung leukosit dan sedikit eritrosit dan beberapa
protein yang melayang dalam darah.

5. Sistem Pencernaan

Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan di akhiri oleh anus. Pada
beberapa bagian dari trackus digestoria mempunyai struktur dan ukuran yang berbeda.
Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh
air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris
makanan akan melalui pharynx, oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalis dan
mendorong makanan masuk ke dalam vetriculus yang berfungsi sebagai gudang
pencernaan.

Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan menjadi hancur dan dicampur
dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim, yang merupakan katalisator.
Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin,
erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus menghasilkan
asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan
bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik.

Makanan masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris. Kelenjar
pencernaan yang besar ialah hepar dan pancreaticum yang memberikan sekresinya
pada intestinum. Hepar yang besar terdiri dari beberapa lobus dan bilus (zat empedu)
yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan
dituangkan dalam intestinum melalui ductus Cystecus dahulu kemudian melalui
ductus cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan dengan saluran yang
dari pankreas. Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan
sisa di dalam intestinum mayor menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan melalui
anus.

Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada
beberapa amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa
Amfibi mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah
digulung ke lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia
menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak dibedakan antara usus kecil dan usus
besar, pada katak dan kodok terdapat usus yang relatif panjang, menggulung yang
membuka kloaka.

6. Sistem Respirasi

Respirasi adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh. Sistem ini terdiri atas
paru- paru (pulmo) dan cutan (kulit), serta lapisan rongga kulit. Alat-alat ini
mempunyai permukaan yang basah (lapisan epithelium yang banyak mengandung
pembuluh darah). Oksigen yang berasal dari udara larut dalam cairan permukaan
respirasi dengan jalan difusi masuk ke pembuluh darah. Dalam proses ini hemoglobin
memegang peranan dalam oksidasi yang selanjutnya akan dibawa ke jaringan-jaringan
tubuh yang memerlukan. Sebagian besar karbondioksida diangkut oleh plasma darah
dari jaringan ke alat respirasi.

Struktur paru-paru amphibi masih sederhana. Paru-paru katak terdiri atas dua sakus
yang elastis yang berisi lipatan yang membentuk kamar-kamar kecil yang disebut
alviola, yang masing-masing diliputi oleh pembuluh-pembuluh kapiler. Masing-
masing sakus paru-paru dihubungkan dengan saluran bronchi yang pendek, kemudian
kedua bronchi bersatu menuju larynx (kotak suara) dengan lubangnya yang disebut
glottis.

19
Dengan gerakan teratur, udara dapat masuk ke dalam cavum oris melalui nares dan
peristiwa ini disebut inspirasi. Kemudian dalam cavum oris ditekan masuk ke dalam
pulmo, karena adanya kontraksi otot daging dasar mulut. Selanjutnya udara dari
pulmo dikelurkan ke cavum oris dengan bantuan desakan dari dinding badan dan juga
karena elastisitas pulmo. Inilah yang disebut dengan ekspirasi dan pada waktu itu klep
nares interna terbuka sehingga udara keluar. Pada waktu inspirasi, klep nares interna
menutup.

Otot daging yang bekerja pada waktu pernafasan yaitu sepasang musculus sub
mandibularis, sepasang musculus sternohyoideus, musculus genio hyoideus, kecuali
pada waktu ekspirasi dibantu pula oleh musculus obliqus externa.

Pernafasan melalui kulit terutama dilakukan pada waktu hibernasi (tidur, misalnya
katak Eropa waktu “winter sleep”). Selama tahap larva dan berudu, sebagian besar
amphibi melakukan pernafasan dengan insang tipe eksternal yang merupakan
perluasan epithel larynx yang banyak mengandung pembuluh darah. Larynx diperkuat
oleh tulang rawan dan di dalamnya terentang tali suara yang menggetar bila udara
terhembus dari paru-paru. Nada suara diatur dengan mengencangkan dan
mengendorkan pita tersebut. Struktur insang luar adalah filamenous, tertutup
epithelium bersilia, umumnya mereduksi selama metamorfosis. Pada beberapa amfibi
berekor, insang luar ini ada selama hidupnya.

7. Sistem Urogenital

 Organon Uropetricum

Ginjal amfibi, seperti pada ikan sejenis


opistonefros. Amfibi berekor ginjalnya
berstruktur elongasi seperti pada Elasmobranchii
tetapi pada jenis Anura ada tendensi menjadi
pendek. Banyak amphibi yang sebagian atau
seluruh hidupnya berada dalam air, korpuskel
renalis nya berkembang untuk membantu
mencegah pengenceran yang berlebihan dari
cairan tubuh. Pembuluh arkinefrik amfibi jantan
berupa genital ekskretori. Pembuluh arkinefrik
tersebut hanya melakukan transport sperma.Sistem ini masih disebut sebagai suatu
sistem gabungan karena masing-masing sistem masih tergabung pada kloaka sebagai
muara bersama baik untuk sistem ekskresi maupun untuk sistem reproduksi, dan
kecuali untuk feses.

Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat yang tidak berguna pada amphibi
dilakukan oleh kulit, paru-paru, dan beberapa zat yang tidak berguna itu dilepaskan
oleh hati berupa empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ren. Ren yang berbentuk
bulat panjang, berwarna coklat terpisah dari coelom di bawah vertebrae. Pemisahan
ini disebut “retroperitonial”. Ren merupakan alat filter selektif untuk membuang sisa-
sisa zat organis dan garam-garam mineral dari pembuluh darah. Proses filtrasi terjadi
pada capsula renalis. Sebuah capsula renalis terdiri atas:

1. Pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut “glomerulus”


2. Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang disebut “capsula bowman”
3. Tubulus uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan dari capsula bowman
dililiti oleh pembuluh darah arteri. Tubulus itu akan menyalurkan isinya pada
pembuluh pengumpul yang disebut ductus Wolfian atau ureter, yang
merupakan pembuluh sepanjang dorsal menuju ke vesica urinaria sebagai
penyimpan sementara. Akhirnya urin sebagai bahan sampah dibuang ke
kloaka dan selanjutnya dikeluarkan dari

20
 Organon Genitale

Organon ini terdiri atas:

1. Organon genitalis masculinus yang berupa sepasang testis berbentu oval


berwarna keputih-putihan, terletak di sebelah anterior dari ren; diikat oleh alat
penggantungnya yang kita sebut mesorchium yang terjadi dari lipatan
peritoneum. Di sebelah cranial testis melekatlah corpus adiposum, suatu zat
lemak yang berwarna kekuning-kuningan, sedang di sebelah median dataran
testis terdapat saluran-saluran halus yang disebut vasa efferentia yang
bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka. Akhir dariureter
mengalami pembesaran dan disebut vesicular seminalis, sebagai tempat
penampungan spermatozoa sementara.
2. Organon genitalis femimus yang terdiri atas sepasang ovarium dilekatkan
dengan bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium,
yang terjadi dari lipatan peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa kadang-
kadang terdapat ova yang berwarna hitam dan putih berbentuk bintik-bintik.
Pada ovarium juga terdapat corpus adiposum yang berwarna kekuning-
kuningan. Pada “breeding season” ova yang telah masak menembus dinding
ovarium untuk masuk ke dalam oviduct, yaitu suatu saluran yang berkelok-
kelok dengan ujung terbuka sehingga tidak berhubungan dengan ovarium.
Pada sebelah posterior saluran ini melebar dengan dinding yang tipis, kadang-
kadang ada yang menyebut sebagai uterus. Selanjutnya ovum menuju ke
kloaka pada suatu papilae. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, tapi walaupun
demikian pada “breeding season” katak jantan menempel di punggung katak
betina untuk memudahkan terjadinya.

Sistem Reproduksi Katak

8. Sistem Saraf

Terdiri atas sistem nervorum central dan


sistem nervorum periforium. Dalam Sistem
nervorum central terdiri dari encephalon
(otak) dan medulla spinalis (nervecord).
Encephalon terdapat dalam kotak otak
(Cranium). Dari pandangan sebelah dorsal
akan tampak dua lobus olfactorius menuju
saccus nasalis, dua hemispherium cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk
ovoid yang dihubungkan oleh comissura anterior sedang bagian anteriornya
bergabung dengan diencephalon medialis.

Di bagian belakang terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpu otak tengah
(mesencephalon) sebelah bawah dan selanjutnya diikuti oleh cerebellum (otak kecil)
yang merupakan bagian kecil. Di belakangnya terdapat bagian yang terbuka sebelah
atas yaitu medulla oblongata yang selanjutnya berhubungan dengan medulla spinalis,
berakhir di sebelah caudal dengan felium terminale. Diencephalon mempunyai badan
sebelah dorsal yang disebut epiphyse atau glandulae pinealis. Di bawah diencephalon
terdapat chiasma opticua, yang selanjutnya diikuti oleh infudibulum yang tumbuh
keluar sebagai segitiga tumpul dengan hypophyse atau glandulae pituitaria pada
posteriornya.

Di dalam otak terdapat rongga-rongga yang disebut ventriculus. Cairan


cerebrospinalis mengisi ventriculus-ventriculus tersebut dan sekitar otak. Pertukaran
zat atau metabolism pada otak dilakukan oleh pembuluh- pembuluh darah arteri dan
venulae yang meliputi jaringan permukaan otak. Otak dan medulla spinalis dibungkus

21
oleh dua membran yang tebal yaitu duramater yang berbatasan dengan tulang, dan
membran halus yaitu piamater yang berbatasan dengan jaringan saraf. System
nervorum perivorum terdiri atas nervi Cranialis dan nervi spinalis. Nervi spinalis
berpusat pada otak di berbagai lobus.

9. Organ Indra

Perubahan yang terjadi pada lingkungan hewan merupakan rangsangan bagi organon
sensoris atau receptor tubuh. Organon sensoris mempunyai hubungan dengan nervi
sensori yang membawa rangsangan ke pusat (lobos pada otak). Tiap-tiap rangsangan
akan merangsang organon sensoris tertentu. Organon visus akan menerima
rangsangan yang berupa gelombang sinar, sedangkan reseptor kulit menerima
rangsangan yang berupa sentuhan. Pada lingua terdapat papil-papil yang berupa
tonjolan yang berisi reseptor perasa yang peka terhadap zat-zat kimia yang larut
dalam air. Saccus nasalis yang mengandung receptor yang peka terhadap rangsangan
yang berupa gas. Telinga yang berisi organon auditorius dan alat kesetimbangan
tubuh.

Lensa mata tetap dan tidak berubah kecembungannya untuk jarak pandangan yang
relative jauh. Kelopak mata kurang bagus bagi yang di air tetapi berkembang bagus
pada spesies yang di darat. Kelopak bagian bawah biasanya lebih mudah bergerak
daripada bagian atas karena kornea amphibi darat menjadi kering akibat evaporasi,
sehingga perlu dibasahi dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar Harderian.

Parietal dan pinael body berfungsi sebagai fotoreseptor, sensitive terhadap gelombang
panjang dan intensitas cahaya, berperan dalam termoregulasi dan orientasi arah.
Untuk alat pendengaran, salamander dan golongannya tidak mempunyai pendengaran
tengah, sedangkan katak dan kodok mempunyai pendengaran tengah dan gendang
telinga.

ikan.

Struktur Tubuh Katak (Amfibi)

Berikut ini terdapat beberapa


karakteristik kelas amfibi, terdiri atas:

1. Kulit dan kelenjar kulit

Kulit amphibi sangat penting dalam


respirasi dan proteksi. Pada kulit amphibi
terdapat kelenjar kulit yang terbagi atas dua macam yaitu:

 Glandulae mucosa (kelenjar lendir ) yang menghasilkan lendir bening untuk


memudahkan katak melepaskan diri bila
 Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun pada tingkat
tertentu dapat secara efektif mematikan hewan

Racun yang terdapat pad amphibi sangat bervariasi. Kodok yang hidup di laut (Bufo
marinus) racunnya sangat manjur untuk membunuh anjing. Studi tentang kodok
neotropik dari keluarga Dendrobatidae yang baracun, menunjukkan bahwa racun itu
merupakan steroid alkaloid yang berefek pada saraf dan aktivitas otot sel korban. Tipe
racun lain pada amphibi adalah neurotoksin, halusinogen, vasokonstriktor, hemolitik,
dan local irritant.

22
Kelenjar mukus dan kelenjar racun dikelompokkan sebagai kelenjar alveolar. Klenjar
alveolar adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran pengeluran tetapi produknya
dikeluarkan lewat dinding selnya sendiri secara alami. Akat tetapi ada juga beberapa
amphibi yang mempunyai kelenjar alveolar tubular, kelenjar demikian sering
ditemukan di ibu jari pada katak dan kodok dan terkadang juga ditemukan di bagian
dadanya.

Kelenjar ini menjadi fungsional selama musim reproduksi selama musin reproduksi
dan mengeluarkan cairan yang membantu pejantan dalam melekatkan diri ke betina
selama musim kawin, bahkan pada salamander terdapat kelenjar tubular pada dagu
pejantannya yang mengeluarkan cairan khusus untuk menarik betina selama musim
reproduksi.

2. Warna tubuh

Amphibi sangat beraneka ragam warnanya, hijau terang, kuning, orange, dan emas,
sedangkan warna merah dan biru sangat jarang ditemukan. Warna tubuh amphibi
disebabkan oleh pigmen atau secara struktural atau dihasilkan oleh keduanya (paduan
pigmen dan struktural). Macam chromatophora (sel pigmen) yaitu: Melanophora yang
berisi pigmen hitam atau coklat, Lipophora yang berisi pigmen merah atau kuning,
Guanophora yang berisi kristal-kristal putih. Umumnya lipophora terletak di dekat
permukaan kulit, lebih ke arah dalam terdapat guanophora dan yang paling dalam
terdapat melanophora.

Chromatophora bentuknya agak ameboid dengan prosesus protoplasmik meluas ke


luar dari tubuh selnya ke sel lain. Pigmen pada sitoplasma dalam chromatophora
mampu berpindah sehingga pigmen dapat terkonsentrasi dan mengumpul untuk
menebalkan warna atau terpencar sehingga menipiskan warna. Sel pigmen, khususnya
lippphora mampu melakukan gerakan ameboid dan dapat berpindah mendekat atau
menjauh dari permukaan kulit. Seringkali perubahan dari hijau ke kuning merupakan
hasil kontraksi dari melanophora dan perpindahan lipophora ke posisi di antara atau di
bawah guanophora.

Warna pada amphibi ketika ditempatkan di lingkungan gelap tampak bercahaya,


adalah merupakan hasil dari simulasi kelenjar pineal menghasilkan melatonin (sejenis
hormon) yang mampu mengurangi kuantitas cahaya atau sinar gelombang panjang.
Kemudian kontak dengan horman kromatotrofik hipofise yang menyebabkan
perluasan melanophora sehingga melanophora berkontraksi dan menghasilkan efek
tubuh menjadi lebih bercahaya di tempat gelap. Pada katak warna hijau yang
dihasilkan merupakan hasil pemantulan secara kimiawi dan struktur mikroskopis pada
kulit sebelah luar (tidak ada pigmen hijau).

3. Pergantian kulit

Seluruh kulit amphibi terlepas secara periodik. Proses ini berlangsung di bawah
kontrol hormon. Lapisan kulit luar tidak hanya satu bagian, tidak sebagaimana pada
reptil, tetapi dalam fragmen, meskipun tungkai biasanya utuh dan mengelupas secara
bersamaan. Frekuensi bergantinya kulit bermacam-macam pada spsies yang berbeda.
Pengelupasan kulit pada katak pohon hijau mungkin terjadi setiap bulan atau lebih.

4. Alat gerak (appendages)

Amphibia memiliki dua pasang tungkai yang terjadi variasi oleh karena adaptasi
untuk hidup di darat, air, arboreal (hidup di atas pohon)dan di bawah tanah. Sebagian
besar amphibi modern memiliki empat tungkai relatif lemah yang tidak cocok untuk

23
berjalan cepat di tanah. Umumnya kaki depan memiliki 4 jari dan kaki belakang 5
jari, tetapi pada bebrapa spesies terjadi pengurangan.Secara umum katak dan kodok,
jumah jari tungkai depan biasanya 4 buah, tungkai belakang memanjang dan biasanya
untuk melompat. Kebanyakan katak dan kodok memiliki 5 jari pada tungkai belakang
dan dan jari tambahan yang diketahui sebagai prehaluk pada sisi ventral kaki.
Prehaluk ini pada Spadefoot (katak penggali tanah) berupa tulang-tulang tajam yang
digunakan untuk menggali, untuk bersembunyi di dalam tanah.Ada berbagai variasi
struktur kaki belakang Anura, ada yang berselaput meluas sampai ke jari dan yang
lainnya ada tetapi tidak sampai meluas ke jari atau bahkan tidak ada sama sekali.
Anura tidak mampu melakukan regenerasi tungkai ataupun jari yang hilang tetapi
pada salamander mampu melakukannya.

Organ -organ dalam tubuh katak

Keterangan :
 Jantung
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke arah
sirkulasi sistemik maupun pulmoner. Jantung terletak dalam
mediastinum di rongga dada, yaitu di antara kedua paru-
paru.
 Hati
Hati berfungsi untuk menawarkan racun yang masuk ke
dalam tubuh bersama makanan. Ia juga berfungsi sebagai
tempat perombakan sel darah merah yang telah tua.
 Paru paru
berfungsi sebagai alat pernapasan, yaitu sebagai tempat
bertukarnya oksigen dan karbon dioksida.
 Ginjal
Ginjal katak Memiliki Fungsi untuk mengeluarkan air yang berlebihan dalam
tubuhnya.
 Kantung kemih
Fungsinya untuk menyimpan urine sementara
 Kloaka
Sisa makanan yang tidak dipakai akan dibuang melalui saluran kloaka katak, katak
belum memiliki saluran reproduksi, pembuangan urine dan pembuangan zat sisa
makanan yang terpisah. Semuanya bermuara di saluran kloaka.
 Empedu
Kandung empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi untuk menyimpan
cairan
 lambung
Tujuannya adalah untuk membunuh mangsa dan kuman-kuman penyakit, mengingat
mangsa katak adalah serangga yang mungkin masih hidup ketika ditelan. Di dekat
lambung, menempel pankreas yang berwarna kuning dan berfungsi menghasilkan
enzim untuk mencerna makanan.

24
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan pada anatomi hewan, khususnya katak sawah (Rana
canorivara), dapat disimpulkan bahwa organ-organ yang menyusun tubuh katak
secara lengkap yaitu jantung, paru-paru, hati, pankreas, kantung empedu, lambung,
usus, kloaka. Siste pernapasan pada katak yaitu pada saat katak masih berbentuk larva
sampai berudu menggunakan insang dan setelah dewasa bernafas dengan
menggunakan kulit yang terletek di permukaan tubuhnya, kemudian dengan paru-
paru. Pernapasan katak dibedakan menjadi dua fase yaitu fase inspirasi da fase
ekspirasi. Sistem pencernaan pada katak sudah lengkap yaitu mulut, kerongkongan,
lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan kloaka. Sedangkan kelenjar
pencernakan terdiri dari hati, kantung empedu, da pankreas yang membantu prses
pencernakan makanan.

SARAN
Dari hasil praktikum tersebut saya menyarankan agar menggunakan katak yang segar
dan masih dalam keadaan hidup agar organ dalam tubuhnya masih layak di teliti dan
melakukan pembiusan katak seharusnya jangan terlalu banyak menggunakan
kloroform karna akan mengakibatkan katak melemas bisa juga mengakibatkan
kematian pada katak tersebut serta apabila melakukan pembedahan lakukan secara
hati-hati dan teliti agar organ-organ penyusun tubuh katak tidak rusak.

25

Anda mungkin juga menyukai