Anda di halaman 1dari 4

Cerpen

Dibawah sinar chandra dengan angin yang berhembus tenang, ada seorang gadis yang sedang
menangis karena telah kehilangan sang nenek yang telah pergi genap 47 hari yang lalu.
Indahnya taburan bintang yang terang tak mampu mengalihkan perhatian gadis itu dari
dunianya, dari kesedihan serta rasa kehilangannya.

Ditengah tangis gadis itu, sang ibu yang baru saja mengetuk pintu satu menit yang lalu telah
berdiri disampingnya. Mengusap lembut bahu putrinya seraya mengatakan "Florine sayang,
masuk ya nak. Tidak baik terlalu berlarut dalam kesendirian, terlebih lagi ini sudah gelap. Kamu
perlu istirahat"

Florine yang mendengar perkataan ibunya pun menurut, ia segera masuk kekamarnya tanpa
berpamitan pada ibunya. Wendy sang ibu hanya bisa tersenyum, wajar anaknya merasa asing
dengan nya, ini salah dirinya sendiri. Ia telah melewatkan perkembangan putrinya semenjak
Florine berusia 4 tahun. Pergi meninggalkan Florine dan memilih hidup bersama keluarga
barunya.

Dikamar yang berukuran 4×4 meter dengan lampu yang telah padam, yang hanya menyisakan
lampu tidur samping ranjang dengan warna oranye; Florine menatap datar pada foto
keluarganya. Ia mengusap foto itu dengan air mata yang membendung. Tersenyum tipis dan
mulai bergumam "nenek liat mereka kini datang, ayah dan ibu kembali. Tapi aku tidak menyukai
kedatangan mereka kali ini. Aku membencinya nek" hancur sudah pertahanan gadis itu. Air
mata yang membendung kini sudah tumpah, Isak tangis yang ia tahan kini tengah mengalun
lirih. Gadis itu, yang kini telah beranjak usia 15 tahun, tertidur dengan posisi memeluk foto
dirinya yang baru saja berusia 4 tahun bersama keluarganya dengan air mata yang mengalir
pelan.

*Tok *Tok *Tok


"Florine bukankah hari ini kamu akan study tour?" Ucap Wendy didepan pintu kamar sang putri.
"Iya ibu ini aku sedang merapikan rambut ku" balas Florine yang masih sibuk berkaca untuk
merapikan rambutnya, Wendy yang mendengar perkataan anaknyapun tersenyum "segera lah
keruang makan sayang, sarapan mu bisa dingin" balas Wendy seraya kembali pergi menuju
dapur.

Florine yang baru saja memasuki area ruang makan kini dibuat terdiam dengan pemandangan
yang ia liat. Tentu, bagaimana tidak. Ayah dan ibunya sarapan satu meja. Dan terdapat ayah tiri
serja ibu tirinya dimeja yang sama. Ini konyol, senyum yang ia tumbuhkan di pagi hari ini kini
telah layu. "Florine kenapa kamu diam aja nak? Kemarilah kamu bisa terlambat" ucap sang ibu
tiri, Naira. Florine yang mendengar perkataan Naira pun hanya mengangguk dan tersenyum
kecut.

Kurang dari 7 menit setelah Florine makan-makanan nya, sang ayah telah berdiri dan
mengatakan "saya ada rapat pagi ini, sampai jumpa nanti malam semua" Florine yang
mendengar perkataan ayahnya kini mendongakkan kepala "jika ayah harus pergi sekarang. Aku
akan berangkat dengan siapa?" ucap nya. "Aku yang akan mengantarkan mu Florine"
mendengar suara dari arah jam dua, ia pun mengalihkan pandangan, terlihat seorang laki laki
dengan senyum tulus yang menunjukkan 2 dimplenya. "Aku pergi dengan oom? Apa tidak
merepotkan?" balasnya seraya melanjutkan makan yang sempat tertunda itu. "Tentu tidak"
balas sang ayah tiri. Mendengar itu Florine meletakkan sendok yang iya gunakan, lalu
menyandang tasnya, "baiklah kalau gitu ayok pergi"
Selama perjalanan dari rumah menuju tempat perkumpulan, hanya ada keheningan didalam
mobil itu. Namun tak berselang lama, Gasta, sang ayah tiri berujar "bakal ada berapa bus yang
sekolah gunakan untuk study tour ini Florine?" Florine yang sedari tadi diam dan fokus pada
pikirannya sendiri kini menatap ayah tirinya yang baru saja berucap. Berusaha menetralkan
detak jantungnya yang entah kenapa selalu sesak jika melihat wajah Gasta, "12 bus om. 5 bus
untuk angkatan kelas 9" ucap lirih Florine yang kini menunduk. "Hati-hatilah disana" mendengar
penuturan pria dewasa yang ada disampingnya, Florine hanya mengangguk kan kepala.

Tepat pukul 07.30 pagi, Florine telah masuk kedalam busnya. Ia memilih duduk di bangku
paling belakang, namun siapa sangka, teman sebangkunya dalam bus ternyata seorang laki
laki. Padahal awalnya ia kira perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki.
Sadar dengan tatapan bingung Florine, laki-laki itupun menjelaskan dengan mengatakan
"terdapat 42 bangku penumpang disini. Perempuan disini ada 19 orang, sedangkan laki-laki
ada 23 orang" laki laki itu menjeda ucapannya sejenak, baru saja ingin melanjutkan, Florine
yang sedari tadi diam saja, kini ia pun mengeluarkan suara "cukup. Ga perlu dilanjutkan, aku
dah ngerti" ucapnya seraya menarik tangan nya yang awal ada didepan dada kini telah ada di
samping bahunya. Melihat senyuman laki-laki yang ada dihadapan, ia pun tersadar dengan apa
yang baru saja ia lakukan. Bertingkah layaknya anak-anak, memalukan. Laki-laki itu yang
awalnya hanya tersenyum kini sudah tertawa kecil. Tentu, apa lagi kalau bukan karena ekspresi
gadis dihadapannya.

"Salam kenal Aksara" ucap laki-laki yang ada dihadapan Florine. Ia tersenyum terlebih lagi laki-
laki itu mengulurkan tangannya. Florine menerima jabatan tangan itu seraya memperkenalkan
dirinya "hai Aksara, salam kenal juga, aku Florine" selepas Florine memperkenalkan dirinya,
jabatan tangan dua insan itupun terlepas. Pembicaraan mereka tentu tidak berhenti sampai
sana, terlebih lagi keadaan bus yang sudah melaju. Hening sesaat diantara mereka, kini Aksara
memulai pembicaraan "apakah aku bisa memanggil mu dengan nama Orin?" Ucap Aksara
seraya menatap Florine. "Hah? Orin?" Balas Florine dengan wajah bingungnya. Aksara yang
mendengar balasan Florine pun mengangkat kedua bahunya.

"Yah Orin. Nama Florine terlalu dewasa dan elegan untuk seorang gadis berusia 15 tahun
dengan sifat feminim nya" Florine yang mendengar penuturan laki-laki yang ada dihadapan nya
saat ini, ia menunjukkan ekspresi tidak suka dengan tatapan tajamnya. "Yang benar aja, alasan
macam apa itu?" Melihat tatapan Florine serta penuturannya, Aksara tertawa kecil seraya
mengatakan "kenapa? Saya tidak salah ngomong kok"

"Ah sudah lah, terserah kamu" sarkas Florine yang kini telah mengalihkan pandangannya ke
jendela. Tak berselang lama saat keheningan melanda, terdengar suara laki-laki yang duduk di
bangku urutan ke 3 dari belakang berseru "liat bus 3 memotong" lalu dilanjutkan lagi dengan
seorang gadis yang duduk di bangku ke 5 berucap "pak supir apakah tidak ingin menyalipnya?"
Selepas seruan itu terdengar seruan dari siswa-siswi lain dalam bus berucap "ayo, menyalip"

Dan yah benar saja bus mereka menyalip nya. Siswa-siswi dalam bus berteriak heboh.
Pandangan Florine tak lepas dari bus nomor 3 itu. "Hei serius banget liatnya" ucap Aksara
seraya menepuk pelan bahu Florine. "Hah? Kenapa?" Balas Florine kaget. Terdengar tawa
kecil dari laki-laki itu "Lo fokus banget liat tu bus, udah kayak liat penampakan aja" mendengar
penuturan Aksara, Florine pun mengangguk seraya berucap "bukan apa apa, tadi cuman-"

Prang!
Suara retakan kaca bus yang nyaring itupun mengalihkan atensi seluruh siswa-siswi serta guru
yang ada dalam bus itu, tak lupa suara itu juga mampu membuat ucapan Florine terhenti. Kaca
yang tepat berada di sampingnya lah yang retak. Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena
emang pada dasarnya kaca itu hanya retak, tidak pecah. Aksara yang melihat wajah pucat
Florine menjadi khawatir terhadap gadis itu "are you okay?" Tanya nya yang hanya
mendapatkan jawaban berupa deheman dari Florine.

Setelah menempuh perjalan kurang lebih 2 jam, kini mereka semua telah sampai di rute
pertama. Istana Asherayah Hasyimiah atau yang dikenal dengan Istana Siak. Sebelum
memasuki istana, para siswa-siswi diarahkan untuk memasuki sebuah rumah panggung yang
ada disana. Di dalam sana, dijelaskan beberapa fakta mengenai istana Siak yang tidak
dijelaskan di banyak artikel maupun media.

Selesai dari informasi tambahan mengenai istana Siak, kini seluruh siswa-siswi disuruh untuk
memasuki istana. Saat memasuki istana, terdapat suasana khas yang tidak mampu dijelaskan.
Yah tak ada yang dilakukan selain berfoto-foto dalam istana.

Florine yang lagi lagi melihat kearah siswa-siswi yang berasal dari bus nomor 3 lagi lagi
mengerutkan keningnya. "Kenapa mereka sangat pucat?" Batin gadis itu. Berlarut dalam
pikirannya, ia dibuat kaget dengan salah satu temannya yang mengatakan "Rin ayo, kita
disuruh keluar. Sekarang giliran anak cowok yang ambil foto" Florine tentu kaget namun ia
kembali menetralkan ekspresi wajah nya kembali dan mengangguk sebagai jawaban.

Sampai pada akhirnya disaat yang lain sedang kuliner, Florine yang tidak tertarik dengan
jajanan yang ada di pinggir jalan itu pun memutuskan kembali ke area parkir bus. Namun disaat
ia berjalan sendiri menuju area parkir, ia melihat Aksara sedang melihat-lihat souvernir yang
ada disana. Melihat itu Florine pun berlari kecil menyusul Aksara.

"Hei, apa yang sedang kau liat?" Aksara hanya diam tanpa menjawab penuturan dari gadis
yang sedang berdiri disampingnya. Menyadari Aksara yang hanya diam, Florine mendelik tak
suka, namun ia tetap sabar. Sampai pada saat dimana Aksara membalikkan badannya seraya
tersenyum kepada gadis yang ada dihadapannya. Ia menunjuk dua bracelet yang terdapat kata
'on' dan 'off'. Tak ada kata yang terucap dari bibir laki-laki itu, Aksara menggapai tangan Florine,
lalu ia memakaikan bracelet dengan tulisan 'on' kepada tangan gadis itu. Florine yang kaget
dan ingin protes pun tertahan karna ucapan laki-laki yang ada dihadapannya "sudah tidak usah
protes, gelang ini cocok untuk mu" tidak, itu semua belum berakhir. Laki-laki itu justru mengelus
kepala Florine.

"Hei kenapa dari tadi diam aja?" Tanya Aksara pada Florine. Gadis itu tidak menyahutnya
ucapan Aksara yang membuat Aksara gemes sendiri "Orin-" belum selesai Aksara ngomong
gadis itu justru menjawab dengan ketus "diam aku ingin tidur" mendengar penuturan gadis itu
Aksara pun terdiam dan mengangguk kecil pertanda ia mengerti.

Florine terbangun dari tidurnya karena Aksara yang menarik-narik kecil rambutnya. "Hm?" Ucap
Florine yang masih setengah sadar "hei ayo, kita sudah sampai di rute kedua" balas Aksara
yang mampu membuat Florine sadar dari bangunnya dan ia baru menyadari bahwa dirinya
telah basah karena keringat.

Florine dan Aksara turun terakhir dari bus. Rute kedua adalah Tangsi Belanda. Tidak ada ha
unik yang terjadi disana hanya sebuah bangun lama yang kosong.
Aksara yang melihat Florine terus mengipaskan bajunya yang basah sebab keringat pun berujar
"AC dalm bus rusak" Florine yang mendengar penuturan dari samping kirnya pun menoleh,
serta ia juga membalas perkataan Aksara "kenapa bisa rusak?" Aksara yang mendapat
pertanyaan itu hanya megedikkan bahunya tanda ia tidak tau.

Sebentar lagi adalah waktu Dzuhur. Waktunya makan siang. Yah kami semua makan siang di
masjid Agung Sultan Syarif Hasyim.

Ditengah para muslim dan muslimah yang melaksanakan sholat. Sedangkan yang non-islam
dan yang sedang berhalangan makan siang. Lagi dan lagi Florine melihat para siswa-siswi yang
menaiki bus 3 itu pucat. Ditengah rasa bingung nya, ia baru menyadari sesuatu.

Saat usinya genap 7 tahun, ia sempat dinyatakan meninggal. Yah, dia pernah mengalami mati
suri. Semenjak kejadian itu entah kenapa, orang-orang yang sudah mendekati ajalnya akan
terlihat sangat pucat layaknya mayat yang bergerak dimata Florine. Tapi, ia sudah tidak melihat
hal seperti itu lagi disaat usinya 13 tahun. Ia telah melakukan ruqiah untuk menutup mata
batinnya itu.

Anda mungkin juga menyukai