Anda di halaman 1dari 10

REZEKI, BEKERJA, DAN TAWAKKAL

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Aqidah Islamiyah

Dosen pengampu :
Karmuji Abu Safar, M.A.

Disusun oleh :
Hafidzoh Khairiyah
Salma Hanifah

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


STAI PERGURUAN TINGGI DAKWAH ISLAM INDONESIA
Jln. Tawes No.21-22 RT004/RW08, Tanjung Priok, Jakarta Utara
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang human communication. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Makalah ini merupakan laporan yang dibuat
sebagai bagian dalam memenuhi kriteria mata kuliah. Salam dan shalawat kami
kirimkan kepada junjungan nabi kita tercinta Rasulullah SAW, keluarga, para
sahabatnya, serta seluruh kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.

Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua


pembaca, baik dikalangan mahasiswa maupun dikalangan masyarakat nantinya
yang diajukan sebagai bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan. Terlepas dari
semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang human communication


ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Masalah 4

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Pengertian bekerja, tawakal, dan rezeki 5


B. Hubungan keterkaitan bekerja, tawakal, dan rezeki 7

BAB III PENUTUP 8

A. Kesimpulan 8

DAFTAR PUSTAKA 9

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bekerja sebagai usaha manusia untuk mencapai tujuan, tawakal sebagai


kepercayaan pada Allah dalam setiap langkah, dan rezeki sebagai pemberian-Nya
yang perlu disyukuri. Penjelasan mengenai keseimbangan antara usaha keras dan
kepasrahan kepada takdir akan menjadi fokus, menunjukkan bahwa keberhasilan
tidak hanya tergantung pada usaha fisik, tetapi juga pada keikhlasan dan keyakinan
pada Allah.

Dalam era modern yang penuh tantangan ini, manusia seringkali mendapati diri
mereka terjebak dalam kehidupan yang penuh tekanan dan persaingan. Bekerja
tidak lagi hanya menjadi upaya fisik semata, tetapi juga melibatkan aspek spiritual
dan mental. Dalam konteks ini, konsep bekerja, tawakal, dan rezeki menjadi
semakin relevan.

Banyak individu menghadapi ketidakpastian dalam karier dan keuangan,


memunculkan kebutuhan untuk merenung tentang hubungan antara usaha
manusiawi dan takdir ilahi. Dalam pandangan ini, penelitian ini mencoba menggali
lebih dalam tentang bagaimana manusia dapat bekerja dengan sungguh-sungguh,
sambil tetap memelihara tawakal atau ketergantungan pada Allah. Melalui
pemahaman ini, diharapkan dapat tercipta keseimbangan yang sehat antara usaha
keras dan keyakinan pada ketentuan rezeki yang telah ditetapkan.

Dalam dinamika kehidupan modern yang terus berkembang, manusia


seringkali dihadapkan pada tantangan kompleks yang melibatkan aspek material,
spiritual, dan psikologis. Konsep bekerja, tawakal, dan rezeki menjadi esensial
dalam menjalani perjalanan hidup, di mana individu berusaha mengarungi lautan

3
kehidupan dengan upaya maksimal, sekaligus mempertahankan keimanan dan
ketergantungan pada ketentuan ilahi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bekerja, tawakal, dan rezeki ?
2. Apa hubungan keterkaitan antara bekerja, tawakal, dan rezeki ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian bekerja,tawakal, dan rezeki
2. Mengetahui hubungan keterkaitan antara bekerja, tawakal, dan rezeki

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian bekerja, tawakal, dan rezeki

Bekerja, tawakal, dan rezeki memiliki pengertiannya masing-masing, yaitu :


1. Bekerja
Bekerja adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seseorang
dengan tujuan untuk menghasilkan atau mencari penghasilan, serta
berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan hidup atau mencapai tujuan
tertentu. Dan di lakukan secara rutin atas dasar kewajiban dan tanggung
jawab untuk dirinya sendiri, orang lain juga perusahaan tanpa merugikan
siapapun.
2. Tawakal
Secara etimologi tawakal berasal dari kata wakalah atau wikalah
yang artinya memperlihatkan ketidak mampuan dan bersandar atau pasrah
kepada orang lain. Katakerja asalnya adalah wakala yang kemudian lebih
lazim memakai wazan tawakal tawakal yang berarti menyerahkan,
menyandarkan, mewakilkan danmempercayakan.
Secara terminologi, tawakal adalah sikap mental seseorang yang
merupakan hasil dari keyakinan yang bulat kepada Allah, karena didalam
tauhid ia diajari agarmenyadari bahwa hanya Allah yang menciptakan
segalanya, pengetahuan-Nya yangmaha luas dan Allah yang menguasai
serta mengatur alam semesta ini denganmenyerahkan keputusan perkara,
ikhtiar dan usaha kepada Allah. 1

1
Hamka, Tasawwuf modern, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1990) 232-233

5
Dalam sebuah istilah keagamaan, tawakal juga berarti
membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain allah dan
menyerahkan keputusan atas semuanya hanya kepada allah. Tawakal
merupakan perbuatan lahir dan batin menyerahkan segala perkara, ikhtiar
dan usaha kepada Allah SWT dan menafikan segala sesuatu selain-Nya
yang bisa dianggap sekutu. Bertawakal hanya pada allah swt saja sesuai
perintah didalam firmannya pada Q.S At-taubah : 51 dan Q.S Al-maidah
: 11.
3. Rezeki
Kata Rizq bisa digunakan dalam pengertian pendapatan, nafkah
uang, kekayaan atau memperoleh sesuatu yang baik, entah itu selama masa
hidup di dunia maupun diakhirat, rezeki dibagi menjadi dua jenis yang
pertama rezeki tubuh seperti makanan dan minuman, dan rezeki jiwa
seperti pengetahuan dan kesehatan. Rezeki telah ditetapkan semenjak
manusia berada di perut ibunya, tetapi Allah SWT tidak menjelaskan
secara detail. Tidak ada seorang manusia pun yang mengetahui
pendapatan rezeki yang akan ia peroleh pada setiap harinya ataupun
selama hidupnya. Oleh karena itu manusia diciptakan, sebagai makhluk
yang bebas berikhtiar, dalam arti bahwa manusia diberi pikiran dan
kehendak. Karena manusia dalam perbuatannya tidaklah sama seperti batu
yang anda gelindirkan kemudian jatuh karena pengaruh daya tarik bumi,
tanpa memiliki kehendak apapun. Atau seperti binatang yang melakukan
perbuatan akibat dorongan nalurinya. 2
Menurut ahlus sunnah wal jama’ah rezeki adalah sesuatu yang
diberikan oleh Allah kepada manusia atau makhluknya yang bisa diambil

2
Triyana Harsa,Taqdir Manusia dalam Pandangan Hamka.(Banda Aceh: Pena, 2008), 70.

6
manfaatnya dengan perbuatannya. Sedangkan menurut Mu’tazilah rezeki
bukanlah sesuatu yang diambil manfaatnya tetapi sesuatu yang dimiliki. 3

B. Hubungan Keterkaitan antara bekerja, tawakal, dan rezeki

Keterkaitan antara bekerja, tawakal, dan rezeki dapat dipahami sebagai suatu
rangkaian proses yang saling mempengaruhi. Seseorang bekerja dengan tekun,
kemudian menempatkan kepercayaan pada Tuhan melalui tawakal, dan akhirnya
menerima rezeki sebagai hasil dari keduanya.

Melalui wawancara dan pengamatan, dapat diidentifikasi bagaimana individu


berhasil mencapai tujuannya melalui keseimbangan antara bekerja dengan tekun,
menanamkan tawakal, dan menghargai rezeki yang diterima.

Implikasi Filosofis dan Psikologis. Pemahaman terhadap hubungan bekerja,


tawakal, dan rezeki memiliki implikasi dalam bidang filosofis dan psikologis,
menciptakan landasan untuk memahami makna hidup, motivasi, dan kesejahteraan
psikologis.

Bekerja, tawakal, dan rezeki memiliki keterkaitan yang kompleks dalam


perjalanan kehidupan. Sebuah kesinambungan antara usaha manusia, kepercayaan
pada Tuhan, dan penerimaan rezeki membentuk dasar filosofis dan psikologis yang
mendalam, memandu individu menuju pemahaman yang lebih utuh tentang arti dan
tujuan hidup.

3
Syaikh Ibrahim al Laqqani,Permata Ilmu Tauhid Terj Jauharut Tauhid.(Surabaya: Mutiara ilmu,
2010), 337

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa pengertian mengenai bekerja, tawakal, dan rezeki dari ketiga ini
memang memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Selain bekerja memang
harus untuk kebutuhan, allah juga memerintahkan makhluk-NYA untuk bekerja
dan tidak bermalas-malasan. Rezeki dijemput dengan bekerja yaitu ikhtiar yang
disertai tawakal, tidak mungkin mendapatkan hasil dari bekerja jika memang
bukan rezekinya, perlunya ikhtiar dan tawakal yang dibarengi dengan bekerja, dan
hasil dari rezeki yang allah tetapkan.

8
DAFTAR PUSTAKA

(PDF) Bab II, Tawakal dan Rezeki | Moch Afifuddin - Academia.edu

Anda mungkin juga menyukai