Interaksi Aktin-Miosin.
Interaksi miosin dan aktin akanesensial bagi kontraksi otot. Interksi ini mensyaratkan
diubahnya aktin dari bentuk globuls menjadi filamen. Sselain itu, aktin harus melekat ke
sitoskeleton di titik-titik fokus di membran sel agar tegangan dapat terbentuk. Aktin harus
berpasangan dengan miosin, yang terdiri dari banyak rantai ringan dan berat.Interaksi aktin
dan miosin menyebabkan pengaktifan adenosin trifosfatase, hidrolisisnadenosin trifosfat, dan
dihasilkannya gaya. Interaksi ini dilaksanakan oleh fosforilasi enzimatik rantai ringan 20 kDa
miosin. Reaksi fosforilasi ini dikatalisis oleh enim rantai ringan kinase miosin, yang
diaktifkan oleh kalsium.Kalsium berikatan dengan kalmodulin, suatu protein regulatorik
pengikatan kalsium, yang sebaliknya berikatan dengan dan mengaktifkan rantai ringan kinase
mitosin.
Kalsium Intrasel.
Bahan-bahan yang mendorong kontraksibekerja di sel miometrium untuk
meningkatkan konsentrasi kalsium sitosol intrasel (Ca2+) atau memungkinkan influks
kalsium ekstrasel melalui saluran kalsium yang diatur oleh ligan atau tegangan. Sebagai
contoh, prostaglandin F2a dan oksitosin berikatan dengan reseptor mereka selama persalinan,
yang membuka saluran kalsium yang diatur oleh ligan. Pengaktifan reseptor-reseptor ini juga
membebaskan kalsium dari simpanan internal di retikulum sarkoplasma. Hal ini
menyebabkan penurunan elektronegativitas di dalam sel. Saluran-saluran ion bergerbang
tegangan akan terbuka sehingga lebih banyak ion kalsium berpindah kedalam sel dan terjadi
depolarisasi sel. Peningkatan (Ca2+) ini sering transien tetapi kontraksi dapat diperpanjang
melalui inhibisi aktivitas fosfatase miosin.
Keadaan- keadaan yang menurunkan (Ca2+), dan meningkatkan konsentrasi adenosin
monofosfat siklik (cAMP )atau guanosin monofosfat siklik ( cGMP) intrasel biasanya
menyebabkan relaksasi uterus. Studi-studi pada hewan memperlihatkan pentingnya saluran
K+ isoform 3 yang diaktifkan oleh kalsium (SK3) dalam mempertahankan relaksasi
uterus. Ekspresi saluran SK3 menurun pada akhir kehamilan seiring dengan meningkatnya
kontraktilitas. Bahan-bahan misalnya corticotropin- releasing hormon (CRH) dan
prostaglandin E2 meningkatkan cAMP intrasel. Mekanisme potensial lainuntuk
mempertahankan relaksasi adalah promosi aktin menjadi lebih berbentuk globulus daripada
fibrilar yang diperlukan untuk kontraksi.
Selain kontraktilitas miosit, eksitabilitas miosit juga diatur oleh perubahan-perubahan dalam
gradien potensial elektrokimiawi yang menembus membran plasma. Sebelum persalinan,
miosit mempertahankan elektronegativitas di dalam sel yang relatif tinggi. Keadaan ini
dipertahankan oleh kombinasi efek pompa natrium-kalium yang digerakkan oleh ATP dan
saluran K+ peka Ca2+ dan voltase dengan konduktansi besar-maxi-K channels. Selama masa
tenag uterus, saluran maksi K ini terbuka dan memungkinkan kalium keluar sel untuk
mempertahankan elektronegativitas di dalam sel. Pada saat persalinan, perubahan-perubahan
dalam elektronegativitas menyebabkan depolarisasi dan kontraksi.
Hal penting lain dalam kontraktilitas adalaha perlunya miosit-miosit bekerja secara terpadu
untuk mrnghasilkan gelombang-gelombang kontraksi miometrium yang kuat. Kontraksi-
kontraksi ini harus dikoordinasikan, memiliki amplitudo memadai, dan diselingi oleh masa-
masa relaksasi uterus agar aliran darah ke plasenta tetap memadai. Seiring dengan kemajuan
persalinan, terjadi peningkatan sinkronisasi aktivitas listrik uterus.
Kadar estrogen dan progesteron plasma pada kehamilan normal sangat tinggi dan jauh
melebihi konstanta afinitas bagi reseptor-reseptor mereka.karena itu sulit dipahami
bagaimana perubahan yang relatif ringan pada perbandingan konsentrasi keduanya dapat
memodulasi proses-proses fisiologis selama persalinan. Namun bukti teleologis adanya
peningkatan rasio progesteron terhadap estrogen dalam mempertahankan kehamilan dan
penurunan rasio tersebut sangatlah meyakinkan.Pada semua spesies yang pernah diteliti,
termasuk manusia, pemberian antagonis reseptor progesteron mifepriston atau
onapriston akan mendorong sebagian atau semua faktor kunci persalinan. Faktor-faktor
tersebut termasuk pematangan serviks, peningkatan distensibilitas serviks dan peningkatan
kepekaan uterus terhadap bahan-bahan uterotonin.
Peran pasti estrogen dalam mengatur aktivitas uterus dan kompetensi serviks pada manusia
bahakan lebih sedikit diketahui. Demikianlah, estrogen tampaknya bekerja untuk
meningkatkan responsitivitas terhadap progesteron, dan dalam melakukannya, menyebabkan
penenangan uterus.
Reseptor esrogen, yang bekerja melalui
estrogen response element (elemen respon estrogen) pada gen reseptor progesteron,
menyebabkan sintesis reseptor progesteron sehingga fungsi-fungi yang diperentarai oleh
progesteron dapat meningkat.