Anda di halaman 1dari 3

1.

Anatomi dan fisiologi


Uterus adalahorgan genetaia femina interna yang memiliki panjang 8 cm,
lebar 5 cm dan tebal 2-3 cm. Bagian-bagian uterus antara lain corpus uteri, fundus
uteri, cervix uteri, serta isthmus uteri yang menjadi penanda transisi antara copus dan
cervix. Bagian memanjang di kedua sisi yang merupakan penghubung antara corpus
uteri dan ovarium disebut tuba uterina. Terdapat dua ruang dalam uterus, yaitu cavitas
uteri di dalam corpus uteri dan canalis ceervics di dalam cervix uteri. Dinding uterus
terdiri dari 3 lapisan yaitu tunica mukosa atau endometrium, dan lapisan terluar
adalah tunica serosa atau perimetrium
Posisi uterus normal memiliki sudut di bagian ventral terhadap vagina dan
corpus uteri melekuk ke anterior portio vaginais cevics atau disebut posisi antefleksi.
Hal ini mencegah adanya polaps uterus melalui vagina selama peningkatan tekanan
intraabdominal saat batuk dan bersin (paulsen san waschke,2013)
Otot polos uterus terdiri dari 2 sel penting yaitu sel-sel otot polos dans sel
intersisal yang disebut telocyte. Sel-sel ini dapat ditemukan di organ lain seperti
jantung, trakea, pacenta, pembuluh darah, dan lain-lain (cretoui, etal 2013)
Perkembangan uterus dipengaruhi oleh hormon maternal dan plasental. Pada
saat lahir, besarnya corpus uteri lebih kecil atau sama dengan besar cervix uteri. Saat
dewasa, ukuran corpus uteri dua atau tiga kali lebih besar dari cervix. Uterus
divaskulirasi oleh 2 arteri uterina, cabang dari arteri illiaca interna yang masuk mulai
dari kedua sisi lateral bawha uterus. Target steroid seks ovarium adalah endometrium.
Seiring dengan pertumbuhan folikel, terjadi perubahan histologik pada endometrium.
Ada 2 lapisan pada endometrium, yaitu lapisan basalis atau nonfungsional dan lapisan
fungsional. Lapisan basalis menempel pada miometrium dan tidak banyak berubah
selama siklus menstruasi. Disebut nonfungsional karena tidak memberikan respon
terhadap stimulus steroid seks. Lapisan di atasnya adalah lapisan fungsional yang
memberikan respon terhadap stimulus sterois seks dan nantinya akan terepas pada
saaat menstruasi. Pada hari ke-7 pascaovulasi terjadi peningkatan kadar estrogen dan
progesteron yang memicu sintesis prostaglandin sehingga permacabilitas pembuluh
darah kapiler meningkat dan terjadi adema stroma. Dengan meningkatya kadar
estrogen, progesteron, dan prostaglandin, menyebabkan profilerasi pembuluh darah
spiralis yang berlangsung sampai 22. Sel desidua mulai terbentuk pada hari 22-23
siklus (neorpramana, 2011 samsulhadi, 2011)
Jika terjadi fertilasi, uterus mengalami perubahan yang nantinya
mempengaruhi fisiologi hampir hiperplasia dan seluruh sistem dalam tubuh seperti
pernafasan, kardiovaslkuler, dan pencernaan. Volume uterus bisa membesar hingga
100 kali, dan beratnya lebih dari 20 kali pada masa kehamilan. Pertumbuhan ukuran
volume dan berat ini merupakan hasil dan hipertropi (aruyama, et.al, 2012)
Regulasi aktivitas uterus salama masa kehamilan terbagi menjadi 4 fase :
a. Fase 0, yaitu masa dimana terjadi aktivitas inhibitor yang menyebabkan uterus
tdiak berkontraksi. Inhibitor yang bekerja di antaranya progesteron, prostacylin,
relaxin parathroid hormonerelated peptide nitric oxide, kalsitonim,
adrenomedulin,dan peptida intestinal, vasoaktif
b. Fase I atau masa aktivitas myometrium dimana uterus mulai aktif bekontraksi
karena pengaruh dari uterotropin seperti estrogen. Fase ini ditandai dengan
meningkatnya ekspresi dari serangkaian reseptor kontraksi seperti reseptor
oksitosin dan prostaglandin, aktivitas beberapa ion tertentu, dan peningkatan gap
junction. Adanya peningkatan gap junction adalah untuk pembentukan kontraksi
yang tekoordinasi.
c. Fase 2 atau fase stimulatorik, yaitu kelanjutan ari fase 1. Kkontraksi secara ritmis
terjadi hingga menjelang partus. Hal ini diperantarai oleh agonis uterotonik seperti
prostaglandin dan oksitoksin
d. Fase 3 atau fase involusi, pada fase ini terjadi invousi uterus setelah terjadi partus.
Mekanisme ini paling dipengaruhi oleh oksitoksin

212. mekanisme kontraksi


Kontraksi uterus memiliki fungsi penting dalam sistem reproduksi wanita transport
sperma dan embrio, menstruasi, kehamilan, dan kelahian. Kontraksi abnormal dan ireguler
dapat menyebababkan masalah infertilasi, kesalahan implantasi, dan kelahiran premaatur.
Sebaliknya, jika kontraksi utdderus tidak adekuat dan terkoordinasi, bayi akan sulit
dilahirkan. Lapisan yang paling berperan dalam kontraksi uterus adalah miometrium. Pada
dasarnya, uterus berkontraksi secara spontan dan reguler walaupun tidak ada rangsangan
horminal. Selama masa kehamilan awal, uterus cenderung dalam keadaan relaksasi.
Kontraksi kuat akan muncul menjelang partus dibawah pengaruh hormon oksitoksin dan
prostaglandin
Sebagai sel eksitabel, proses kontraksimiometrium pada wanita yang hamil dan tidak
hamil memalui mekanisme yang sama, yaitu difasilitasi oleh infuks kalsium. Aktivitas listrik
pada sel-sel miosit uterus terjadi karena siklus depolarisasi dan repolarisasi yang terjadi pada
membran plasma uterus dan ini disebut dengan asksi. Potensial aksi diperantarai oleh
beberapa jenis jalur, seperti VGCC (voltage gated calcium channel), SOCE (store-operated
calcium entry)dan atau melaui penyimpanan kalsium di ruang intrasel. Kontraksi uterus dapat
terjadi karena adanya aktivitas spontan pada otot polos uterus yang disebabkan oleh potensial
aksi tersebut dan sangat bergantung pada peningkatan ion kalsium intraseluler, elemen
kontraksi, serta sistem konduksi antara sel-sel uterus
Rangsangan otot polos uterus sangat ditentukan oleh pergerakan ion natrium (Na+),
kalsium (Ca2+) dan klorida (CI-) ke dalam sitoplasma dan gerakan ion kalsium (K+) kedalam
ruang ekstraseluler. Sebelumnya , ketiga ion ini terkonsentrasi di luar miometrium. Membran
plasma biasanya lebih permeabel terhadap K+ yang nantinya mengubah gradien
elektronikimia hingga terjadi potensial aksi pada miosit. Selanjutnya, depolarisasi membran
plasma membuka VGCC (voltage gated calcium channel) atau L-iype Ca2+ channel yang
mengakibatkan masuknya Ca2+ ke dalam sel ion kalsium kemuddian membentuk ikatan
kompleks dengan protein kalmodulin dan mengaktifkan mysoin light chain kinase (MLCK).
MLCK harus memfosforilasi rantai ringan 20-kDa dari mysosin dengan aktin. Energi yang
dilepaskan dari ATP oleh myosin ATPase menghasilkan siklus cross-bridge antara aktin dan
myosin untuk menghasilkan kontraksi
Oksitoksin dan stimulan rahim lainnya (seperti prostaglandin) meningkatkan
kontraksi dengan mengikat reseptor spesifik mereka pada membran sel menyebabkan
monomer kecil G-protein berkaitan dengan guanosin-5-Trifosfat (GTP) dan mengaktifkan
phospholispase C (PLC). Hal ini kemudian akan membelah phosphatidylinostiol bifosat
(PIP2) di membran sel dan menghasilkan inositol trifosit (IP3) dan diasligliserol (DAG)
second messenger . IP3 kemudian mengikat resptor spesifik pada permukaan rektikulum
sarkoplasma dan dengan demikian meningkatnya ion kalsium intrasel. DAG mengaktifkan
protein kinase C (PKC) yang juga akan meningkatkan kontraksi

Anda mungkin juga menyukai